Upload
annisa-rahim
View
664
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Islam dan Kematian
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran dan kematian adalah salah satu misteri paling besar bagi
manusia. Kematian, pada dasarnya semua orang tahu, adalah kewajaran
dalam hidup. Mati menjadi pasangan dari hidup.
Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, tidak ada
yang kekal abadi, kecuali Allah SWT. Tetapi, kita memang sering tidak
memahami tentang datang dan harus bagaimana kita menghadapinya sang
maut.
Kematian datang pada diri kita bagaikan pencuri, menyelinap
masuk kemudian keluar membawa ruh kehidupan kita dengan
meninggalkan jasad tergolek tak berdaya. Terasa hidup menjadi singkat,
terasa banyak tugas pekerjaan dan kewajiban yang belum terselesaikan.
Tidak begitu mudah untuk menerima kematian dirinya sendiri,
kematian orang-orang yang dicintainya sebagai suatu kenyataan yang
wajar. Kita semua merasakan kesedihan yang barangkali bagi kebanyakan
orang luarbiasa, melihat dan mengalami kematian ayah, ibu, serta orang-
orang yang kita sayangi.
Masalah-masalah tersebut yang mengantarkan manusia pada suatu
kesadaran bahwa mengapa ia harus mengalami kematian. Pertanyaan
tentang kematian adalah pernyataan yang muncul dari kesangsian.
Kesangsian lahir dari ketidakpastian. Ketidakpastian menimbulkan
kegelisahan. Kegelisahan pada akhirnya membawa manusia pada keadaan
kecemasan dan ketakutan. Jadi, kesadaran manusia tentang kematian
masih berupa ketakutan terhadap kematian itu.
Dan sesungguhnya ketakutan akan kematian hanya melekat pada
orang yang tidak mengetahui apa hakikat mati itu, atau tidak tahu kemana
tujuan dirinya sesudah mati, atau orang menyangka bahwa setelah
jasmaninya rusak maka dirinya pun akan hilang pula, atau orang yang
mengira bahwa alam ini akan terus lestari sedang dirinya sudah musnah
1
karena ia tidak mengerti bahwa diri dan jiwa itu kekal, ia tidak mengerti
bagaimana jiwa itu kembali kehadirat Allah SWT.
Berdasarkan latar belakang itulah, maka penyusun membuat
makalah yang berjudul Islam dan Kematian karena Islam adalah agama
yang sempurna, yang membahas setiap permasalahan, termasuk masalah
kematian, sehingga kita semua bisa mengetahui apa itu hakikat dari
kematian, dan bagaimana kematian dilihat dari sudut pandang agama
Islam.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah apa pengertian kematian, bagaimana
pandangan Islam tentang kematian, dan apa hikmah yang akan kita
dapatkan dengan mempelajari Islam dan kematian.
C. Batasan Masalah
Penyusun membatasi makalah ini hanya dalam konteks pengetian
kematian, pandangan Islam tentang kematian, dan hikmah yang akan kita
dapatkan dengan mempelajari Islam dan kematian.
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas
Nonmodul, Pendidikan Agama Islam Semester 1 Kelas A Fakultas
Kedokteran Umum Universitas Islam Sultan Agung, Semarang Tahun
Angkatan 2010/2011.
Adapun manfaatnya selain sebagai sumbangan ilmu pengetahuan
agama Islam, juga agar kita, khususnya penyusun dapat mempelajari dan
mengetahui Islam dan Kematian, sehingga bisa selalu mengingat bahwa
Kematian pasti datang menghampiri kita karena hanyalah Allah SWT
yang kekal abadi.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis, mulai dari Bab I sampai Bab
IV. Penulisan makalah ini menggunakan jenis huruf Times New Roman,
ukuran 12, spasi 1,5 serta dengan margin atas 3 cm, kiri 4 cm, bawah 3
cm, dan kanan 3 cm.
2
BAB II
METODOLOGI PENULISAN
Makalah ini disusun berdasarkan materi yang berhubungan tentang Islam
dan Kematian dengan mencari sumber bacaan melalui browsing internet dan dari
kutipan makalah seminar.
3
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Islam Dan Kematian
A. Pengertian Kematian
Menurut Lisaanul Arab, kata maut berarti diam, padam, tenang, tak
bergerak. Sebagaimana kehidupan bermula ketika ruh ditiupkan ke jasad,
maka kematian terjadi ketika ruh terpisah dari badan. Maut juga berarti
bergantinya keberadaan, dan berpindahnya (sesuatu) dari satu tempat ke
tempat lain. Sehingga menjadi jelaslah makna ucapan Rasulullah SAW.
Ketika beliau mengatakan: Kalian diciptakan untuk keabadian, bukan
untuk mengalami kemusnahan. Kematian sesungguhnya adalah
perpindahan dari satu rumah ke rumah lain yakni dari rumah dunia ke
rumah akhirat. Kematian, ungkap Syeikh Abbas al-Qummi, adalah ketika
ruh meninggalkan badan, sebagaimana pelaut meninggalkan kapalnya
yang karam. Atau, bagaikan secercah cahaya yang meninggalkan suatu
tempat, dan membiarkannya menjadi padam atau gelap kembali, persis
seperti saat ia belum masuk ke dalamnya.
Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari
jasad, kalau menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika
jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah
terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan
Jasad.
Kematian oleh sementara ulama didefinisikan sebagai
"ketiadaan hidup," atau "antonim dari hidup." Kematian pertama
dialami oleh manusia sebelum kelahirannya, atau saat sebelum Allah
menghembuskan ruh kehidupan kepadanya; sedang kematian kedua, saat
ia meninggalkan dunia yang fana ini. Kehidupan pertama dialami oleh
manusia pada saat manusia menarik dan menghembuskan nafas di dunia,
4
sedang kehidupan kedua saat ia berada di alam barzakh, atau kelak
ketika ia hidup kekal di hari akhirat.
Kematian merupakan sunnatullah yang berlaku pada tiap makhluk
yang bernyawa. Kematian adalah diamnya jiwa dan terpisahnya nyawa
dari badan untuk kembali kepada Rabbnya. Ia lalu dikuburkan dan
itulah terminal awal dari kehidupan akhirat yang disebut alam barzah.
Kematian tidak akan menjemput manusia sebelum ia sampai pada ajal dan
rezeki yang ditentukan Allah untuknya. Itulah yang disebut takdir.
Mati adalah pintu gerbang antara tiga hal. Pertama, melalui gerbang
itu orang akan menyadari bahwa hal-hal yang ia lupakan atau lalaikan
menjadi kenyataan (sakaratul maut). Kedua, hal-hal yang ingin kita hindari
benar-benar sesuatu yang harus dihadapi (mati). Ketiga, hal-hal yang
kelihatannya besar dalam kehidupan ini, pada waktu itu menjadi bayangan
yang pergi (dunia, materi).
Mati (maut) dapat dipahami sebagai:
1. Akhir atau kebalikan dari hidup
2. Event menuju alam yang kekal yang tidak bisa dihindari manusia.
3. Event yang merubah status manusia dari hidup menjadi mayat.
4. Proses (process of dying = sakaratul maut)
5. Kondisi (condition of death)
B. Islam dan Kematian
1. Manusia dan Kematian
Manusia, melalui nalar dan pengalamannya tidak mampu
mengetahui hakikat kematian, karena itu kematian dinilai sebagai
salah satu gaib nisbi yang paling besar. Walaupun pada hakikatnya
kematian merupakan sesuatu yang tidak diketahui, namun setiap
menyaksikan bagaimana kematian merenggut nyawa yang hidup
manusia semakin terdorong untuk mengetahui hakikatnya atau,
paling tidak, ketika itu akan terlintas dalam benaknya, bahwa suatu
ketika ia pun pasti mengalami nasib yang sama.
5
Manusia menyaksikan bagaimana kematian tidak memilih usia
atau tempat, tidak pula menangguhkan kehadirannya sampai
terpenuhi semua keinginan. Di kalangan sementara orang,
kematian menimbulkan kecemasan, apalagi bagi mereka yang
memandang bahwa hidup hanya sekali yakni di dunia ini saja.
Sehingga tidak sedikit yang pada akhirnya menilai kehidupan ini
sebagai siksaan, dan untuk menghindar dari siksaan itu, mereka
menganjurkan agar melupakan kematian dan menghindari sedapat
mungkin segala kecemasan yang ditimbulkannya dengan jalan
melakukan apa saja secara bebas tanpa kendali, demi mewujudkan
eksistensi manusia. Bukankah kematian akhir dari segala sesuatu?
Kilah mereka.
Sebenarnya akal dan perasaan manusia pada umumnya enggan
menjadikan kehidupan atau eksistensi mereka terbatas pada puluhan
tahun saja. Walaupun manusia menyadari bahwa mereka harus mati,
namun pada umumnya menilai kematian buat manusia bukan berarti
kepunahan. Keengganan manusia menilai kematian sebagai
kepunahan tercermin antara lain melalui penciptaan berbagai cara
untuk menunjukkan eksistensinya. Misalnya, dengan menyediakan
kuburan, atau tempat-tenapat tersebut dikunjunginya dari saat ke
saat sebagai manifestasi dari keyakinannya bahwa yang telah
meninggalkan dunia itu tetap masih hidup walaupun jasad mereka
telah tiada.
Hubungan antara yang hidup dan yang telah meninggal amat
berakar pada jiwa manusia. Ini tercermin sejak dahulu kala, bahkan
jauh sebelum kehadiran agama-agama besar dianut oleh umat
manusia dewasa ini. Sedemikian berakar hal tersebut sehingga
orang-orang Mesir Kuno misalnya, meyakini benar keabadian
manusia, sehingga mereka menciptakan teknik-teknik yang dapat
mengawetkan mayat-mayat mereka ratusan bahkan ribuan tahun
lamanya.
6
Konon Socrates pernah berkata, sebagaimana dikutip oleh Asy-
Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (I:297), "Ketika
aku menemukan kehidupan (duniawi) kutemukan bahwa akhir
kehidupan adalah kematian, namun ketika aku menemukan kematian,
aku pun menemukan kehidupan abadi. Karena itu, kita harus prihatin
dengan kehidupan (duniawi) dan bergembira dengan kematian. Kita
hidup untuk mati dan mati untuk hidup."
2. Kematian menurut pandangan Islam
Agama Islam, mengajarkan bahwa ada kehidupan sesudah
kematian. Kematian adalah awal dari satu perjalanan panjang
dalam evolusi manusia, di mana selanjutnya ia akan memperoleh
kehidupan dengan segala macam kenikmatan atau berbagai ragam
siksa dan kenistaan.
Kematian dalam agama Islam mempunyai peranan yang sangat
besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan
semangat pengabdian. Tanpa kematian, manusia tidak akan berpikir
tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri
menghadapinya. Karena itu, agama Islam menganjurkan manusia
untuk berpikir tentang kematian. Rasul Muhammad Saw. misalnya
bersabda, "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan
duniawi (kematian)."
Dapat dikatakan bahwa inti ajakan para Nabi dan Rasul setelah
kewajiban percaya kepada Tuhan, adalah kewajiban percaya akan
adanya hidup setelah kematian.
Dari Al-Quran ditemukan bahwa kehidupan yang dijelaskannya
bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada kehidupan tumbuhan,
binatang, manusia, jin, dan malaikat, sampai ketingkat tertinggi yaitu
kehidupan Yang Mahahidup dan Pemberi Kehidupan. Di sisi lain,
berulang kali ditekankannya bahwa ada kehidupan di dunia dan ada
pula kehidupan di akhirat. Yang pertama dinamai Al-Quran al-hayat
7
ad-dunya (kehidupan yang rendah), sedangkan yang kedua
dinamainya al-hayawan (kehidupan yang sempurna).
"Sesungguhnya negeri akhirat itu adalah al-hayawan (kehidupan
yang sempurna)" (QS Al-'Ankabut [29]: 64).
Dijelaskan pula bahwa, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar,
sedang akhirat lebih baik bagi orang-orang bertakwa, dan kamu
sekalian (yang bertakwa dan yang tidak) tidak akan dianiaya
sedikitpun (QS An-Nisa' 14]: 77)
Di lain ayat dinyatakan,
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa jika dikatakan kepada
kamu berangkatlah untuk berjuang di jalan Allah, kamu merasa berat
dan ingin tinggal tetap di tempatmu? Apakah kamu puas dengan
kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan diakhirat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini dibanding dengan akhirat (nilai
kehidupan duniawi dibandingkan dengan nilai kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit (QS At-Tawbah [9]: 38).
Betapa kehidupan ukhrawi itu tidak sempurna, sedang
disanalah diperoleh keadilan sejati yang menjadi dambaan setiap
manusia, dan di sanalah diperoleh kenikmatan hidup yang tiada
taranya.
Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan
kesempurnaan itu, adalah kematian, karena menurut Raghib Al-
Isfahani: "Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan,
8
merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi.”
Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain,
sebagaimana diriwayatkan bahwa, "Sesungguhnya kalian diciptakan
untuk hidup abadi, tetapi kalian harus berpindah dan satu negen ke
negen (yang lain) sehingga kalian menetap di satu tempat."
(Abdul Karim AL-Khatib, I:217), Kematian walaupun kelihatannya
adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya adalah kelahiran yang
kedua. Kematian manusia dapat diibaratkan dengan menetasnya telur-
telur. Anak ayam yang terkurung dalam telur, tidak dapat
mencapai kesempurnaan evolusinya kecuali apabila ia menetas.
Demikian juga manusia, mereka tidak akan mencapai
kesempurnaannya kecuali apabila meninggalkan dunia ini (mati).
Ada beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk
kepada kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan).
Dalam surat Az-Zumar (39): 42 dinyatakan bahwasanya,
Artinya:
"Allah mewafatkan jiwa pada saat kematiannya, dan jiwa orang yang
belum mati dalam tidurnya, maka Allah yumsik (menahan) jiwa yang
ditetapkan baginya kematian, dan melepaskan yang lain (orang yang
tidur) sampai pada batas waktu tertentu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berpikir."
Ar-Raghib menjadikan istilah-istilah tersebut sebagai salah satu
isyarat betapa Al-Quran menilai kematian sebagai jalan menuju
perpindahan ke sebuah tempat, dan keadaan yang lebih mulia dan
baik dibanding dengan kehidupan dunia.
9
Perjalanan Hidup dan Mati
Firman Allah SWT..
“Dia yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian Dia keluarkan kamu
menjadi anak-anak, kemudian kamu sampai dewasa, kemudian kamu
menjadi orang tua. Dan diantara kamu ada orang yang diwafatkan
sebelum itu dan supaya kamu sampai kepada ajal (waktu) yang
ditentukan, mudah-mudahan kamu memikirkannya” ( Surah al-
Mukmin ayat 67)
Keterangan tersebut jelas menyatakan bagaimana manusia
diciptakan dan hinggalah ia dimatikan. Permulaan kejadian manusia
yang diciptakan dari tanah dan ini dapat dibuktikan dari kejadian
penciptaan nabi Adam as. Kematian berlaku dalam berbagai keadaan,
tidak tergantung umur, pangkat, keturunan dan ini semuanya telah
ditetapkan oleh yang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Ada kalanya
kematian berlaku terhadap kanak-kanak yang baru lahir dan kematian
itu tidak semestinya berlaku terhadap golongan tua. Ini karena, perkara
tersebut telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan
hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat
terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami
pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh
dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam
Ruh, Ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika
itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh
dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al A’raaf 172:
10
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (Al A’raaf 172)
Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin
didalam rahim seorang ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah
meniupkan Ruh yang tersimpan dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu,
tiba-tiba janin itu hidup, ditandai dengan mulai berdetaknya jantung
janin tersebut. Itulah saat kehidupan manusia yang pertama kali,
selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang bayi, kemudian
tumbuh menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai
akhirnya datang saat berpisah kembali dengan tubuh tersebut.
Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan
Ruh dari jasad. Itulah saat kematian yang kedua kalinya. Allah
menyimpan Ruh dialam barzakh, dan jasad akan hancur dikuburkan
didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan menciptakan
jasad yang baru, kemudian Allah meniupkan Ruh yang ada di alam
barzakh, masuk dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana
disebutkan dalam surat Yasin ayat 51:
11
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka
berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami
dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang
Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). (Yasin 51-52)
Itulah saat kehidupan yang kedua kali, kehidupan yang abadi dan
tidak akan ada lagi kematian sesudah itu. Pada saat hidup yang kedua
kali inilah banyak manusia yang menyesal, karena telah mengabaikan
peringatan Allah. Sekarang mereka melihat akibat dari perbuatan
mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka berseru
mohon pada Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat amal
soleh, berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini
sebagaimana disebutkan dalam surat As Sajdah ayat 12:
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-
orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan
Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan
mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan
mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang yakin”. (As Sajadah 12)
Itulah proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian
hidup kembali yang akan dialami oleh semua manusia dalam
perjalanan hidupnya yang panjang dan tak terbatas. Proses ini juga
disebutkan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 28:
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu
Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan
12
dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan? (Al Baqarah 28)
Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah
ada dan hidup dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh
dimasukan kedalam jasad , sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada
saat mati yang kedua, Ruh dikeluarkan dari jasad , sehingga jasad
tersebut mati, namun Ruh tetap hidup dan disimpan dialam barzakh.
Jasad yang telah ditinggalkan oleh Ruh akan mati dan musnah ditelan
bumi. Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru
dihari berbangkit, jasad yang baru itu akan hidup setelah Allah
memasukan Ruh yang selama ini disimpan dialam barzak kedalam
tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah kehidupan yang
abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan antara Ruh dengan jasad
sesudah itu.
Kalau kita amati proses perjalanan hidup dan mati diatas ternyata
yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh
tidak pernah mengalami kematian dan musnah. Allah mengingatkan
hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur
di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka
itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah 154)
Sejak diciptakan pertama kali dan diambil kesaksiannya tentang ke
Esaan Allah ketika dikumpulkan dialam Ruh sebagaimana disebutkan
dalam surat Al A’raaf 172, mulailah Ruh menempuh perjalanan
panjang yang tidak akan pernah berkahir.
Sifat Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisika kita mengenal
teori kekekalan Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa
Energy bersifat kekal, tidak bisa dimusnahkan, dihancurkan ataupun
dilenyapkan. Ia hanya mengalami perubahan bentuk. Ruh memiliki
sifat seperti Energy ini, ia tidak bisa dimusnahkan, dilenyapkan
13
ataupun dihancurkan, ia kekal selamanya, ia hanya berubah bentuk
mulai dialam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan alam Akhirat kelak.
Kita bisa merasakan selama hidup didunia ini bahwa Ruh kita tidak
pernah tidur atau beristirat. Kalau kita tidur pada malam hari, yang
tidur adalah jasad atau jasmani kita sedang Ruh kita sendiri, pergi
berjalan entah kemana. Ruh tidak bisa hancur, musnah dan lenyap
namun ia bisa merasa lemah, sakit dan menderita. Ruh yang kurang
mendapat perawatan akan menjadi lemah menderita dan sakit.
Penyakit Ruh umumnya akan merembet pada penyakit fisik atau
jasmani, penyakit ruh yang umum kita kenal antara lain, gelisah,
kecewa, dengki, cemas, takut, sedih, tertekan dan stress
berkepanjangan.
Ruh mengalami proses pendewasaan selama hidup didunia. Semua
bekal yang dibawa untuk perjalanan hidup dialam barzakh dan akhirat
didapat dari alam dunia. Namun sayang selama hidup didunia banyak
orang yang tidak memperdulikan kebutuhan Ruhnya untuk
menghadapi perjalanan panjang yang tak akan pernah berakhir ini.
Kebanyakan manusia hanya fokus pada masalah kehidupan dunia, dan
tidak peduli dengan masalah kehidupan akhirat yang lebih dahsyat
dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Mereka baru menyadari kekeliruan mereka tatkala ruh telah sampai
ditenggorokan, hingga tatkala mereka telah pindah kealam barzakh
mereka mengeluh sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun
ayat 99-100 :
14
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya
Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (Al
Mukminun 99-100)
Penyesalan itu memang selalu terlambat datangnya, namun
penyesalan yang muncul setelah datangnya kematian hanyalah sesuatu
yang sia-sia. Masa lampau tidak akan pernah kembali, kita hanya terus
maju menghadang masa yang akan datang, apapun keadaan kita. Orang
yang bijaksana akan mengumpulkan bekal sebanyak banyaknya untuk
menempuh perjalanan panjang dialam barzakh dan akhirat. Orang yang
lalai hanya fokus pada kehidupan dunia, tidak pernah mempersiapkan
diri untuk menempuh perjalanan panjang itu. Bahkan terkesan tidak
peduli dengan kehidupan akhirat. Sebagian besar manusia didunia
termasuk kedalam golongan orang yang lalai ini, sebagaimana
disebutkan dalam surat Yunus ayat 92: “…sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” Lebih tegas
lagi disebutkan dalam surat al Insan ayat 27 :
"Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan
mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat
(hari akhirat). (Al Insan 27)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang lalai, seperti
disebutkan dalam ayat Al Qur’an diatas. Mari kita persiapkan
perbekalan kita untuk menempuh perjalanan panjang yang tidak akan
pernah berakhir didunia dan akhirat. Penyesalan diakhirat kelak tidak
ada gunanya, masa lalu tidak akan pernah kembali, masa yang akan
datang pasti terjadi. Bersiaplah menghadap berbagai perubahan yang
15
akan kita alami sepanjang perjalanan hidup yang amat panjang dan
melelahkan ini. Berbekalah sebaik baik bekal adalah Taqwa.
Tanda-Tanda Kematian untuk Orang Islam
Tanda-tanda ini hanya dirasakan oleh orang mukmin yang Allah
kehendaki.
Tanda 100 hari sebelum hari mati
Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya
akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau
bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma
mereka sadar atau tidak.
Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Ashar. Seluruh tubuh
dari ujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran
atau seakan-akan mengigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru
disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati
daging tersebut seakan-akan bergetar.
Tanda 40 hari sebelum hari mati
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Ashar. Bagian pusat kita
akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita
akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arash Allah SWT. Maka
malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat
persiapannya ke atas kita diantaranya ialah ia akan mulai mengikuti
kita sepanjang masa.
Malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika
ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan
bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang
tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan
jumlah nyawa yang akan dicabutnya.
Tanda 7 hari
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji
dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan
secara tiba-tiba ianya berselera untuk makan.
16
Tanda 3 hari
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu
diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat diketahui maka
berpuasalah kita setelah itu supaya perut kita tidak mengandung
banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan
memandikan kita nanti.
Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang
yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat diketahui
jika kita melihatnya dari sebagian sisi.
Tanda 1 hari
Akan berlaku sesudah waktu Ashar di mana kita akan merasakan satu
denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini
menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Ashar
keesokan harinya.
Tanda akhir
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk
di bagian pusat dan ia akan turun ke pinggang dan seterusnya akan
naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap
kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan
malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang
telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.
C. Hikmah Mempelajari Islam dan Kematian
1. Kematian sebagai Peringatan
Kematian adalah pasti. Alangkah bodohnya kalau kita lebih
mementingkan kesenangan sesaat dengan melupakan kehidupan abadi
di akhirat nanti. Alangkah bodohnya manusia yang membuang
kesempatan kehidupannya di dunia hingga kematian menjemputnya.
Padahal Allah selalu memperingatkan dalam berbagai ayat-Nya bahwa
kematian pasti akan datang dan tak tentu waktunya. Jika ia datang tidak
akan bisa dimajukan dan dimundurkan. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
17
“Tiap -tiap umat memiliki ajal ; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat pula memajukannya. {al-A’raaf: 34}
Tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. Untuk itu Allah dan rasul-Nya
memberikan wasiat kepada kita agar jangan sampai mati kecuali dalam
keadaan muslim .
Kematian sebagai peringatan. Ayat-ayat dalam Al Qur`an yang
menceritakan tentang kematian terlalu banyak. Dan tidak ada seorang
pun yang mengingkari akan terjadinya kematian ini. Namun mengapa
kebanyakan mereka tidak menjadikan kematian sebagai peringatan agar
bersiap-siap menuju kehidupan abadi dengan kebahagiaan di dalam
surga. Sesungguhnya manusia yang paling bodoh adalah manusia yang
tidak dapat menjadikan kematian sebagai peringatan.
Dikatakan dalam sebuah nasehat: “ Barangsiapa yang
menginginkan pelindung maka Allah cukup baginya. Barangsiapa yang
menginginkan teladan maka Rasulullah cukup baginya. Barangsiapa
yang menginginkan pedoman hidup maka Al-Qur`an cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup
baginya. Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu maka neraka
cukup baginya.”
2. Meningkatkan Iman dan Takwa
18
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah
dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kalian mati
melainkan kalian mati dalam keadaan Islam. {Ali Imran: 102}
Dengan demikian berarti kita harus selalu meningkatkan
ketaqwaan dan keimanan kita sehingga ketika datang kematian kita
dalam keadaan Islam.
3. Selalu mengingat dan berpasrah hanya kepada Allah
Mendengar berita kematian dengan penuh keinsafan adalah
sebagian cara untuk mengingat Allah yang menciptakan, menghidupkan
dan mematikan setiap makhluk yang bernyawa.
Ibnu Katsir berkata: Beribadah kepada Allah adalah dengan taat
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah agama
Islam karena makna Islam adalah pasrah dan menyerah diri kepada
Allah.. yang tentunya mengandung setinggi-tingginya keterikatan
perendahan diri dan ketundukan . Yakni kita diperintahkan untuk
pasrah dan menyerah kepada Allah. Diri kita dan seluruh anggota badan
kita adalah milik Allah maka serahkanlah kepada-Nya. Ya Allah kami
hamba-Mu milik-Mu Engkau yg menciptakan kami dan memberikan
segala kebutuhan kami. Kami menyerahkan diri kami kepada-Mu kami
pasrah dan menyerah utk diatur dihukumi diperintah dan dilarang.
Kami taat tunduk patuh karena kami adalah milikmu. Inilah makna
Islam sebagaimana terkandung secara makna dalam sayyidul istighfar:
“Ya Allah Engkau adalah Rabb-ku tidak ada illah kecuali Engkau.
Engkau yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku di atas
janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekan apa yang aku perbuat. Aku mengakui untuk-Mu dengan
keni’matan-Mu atasku. Dan aku mengakui dosa-dosaku terhadap-Mu
maka ampunilah aku.”
4. Mendapatkan nikmat dan pelajaran dunia dan akhirat
19
"Mahasuci Allah Yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya
seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang
menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di antara
kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Mahamulia
lagi Maha Pengampun" (QS Al-Mulk [67]:1-2).
Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam
bukanlah sesuatu yang buruk, karena di samping mendorong manusia
untuk meningkatkan pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, ia
juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi,
serta mendapatkan keadilan sejati.
Muhammad Rasulullah SAW. dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad menjelaskan bahwa, "Seorang
mukmin, saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh malaikat
sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang
bakal dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih
disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya
dengan orang kafir yang juga diperlihatkannya kepadanya apa
yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih
dibencinya daripada bertemu dengan Tuhan."
Dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami
ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah
kamu merasa takut dan jangan pula bersedih, serta bergembiralah
dengan surga yang dijanjikan Allah kepada kamu.' " Turunnya
malaikat tersebut menurut banyak pakar tafsir adalah ketika
seseorang yang sikapnya seperti digambarkan ayat di atas sedang
20
menghadapi kematian. Ucapan malaikat, "Janganlah kamu merasa
takut" adalah untuk menenangkan mereka menghadapi maut dan
sesudah maut, sedang "jangan bersedih" adalah untuk
menghilangkan kesedihan mereka menyangkut persoalan dunia yang
ditinggalkan seperti anak, istri, harta, atau hutang.
Sebaliknya Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orang
kafir ketika menghadapi kematian sulit terlukiskan:
"Kalau sekuatnya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut
nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang
mereka serta berkata, 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang
membakar' (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)" (QS Al-Anfal
[8]: 50)
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-
orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,
sedang para malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata,
'Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini, kamu dibalas dengan siksaan
yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah perkataan yang tidak benar, dan karena kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya" (QS Al-An'am [6]:93).
21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Kematian merupakan sunnatullah yang berlaku pada tiap makhluk
yang bernyawa. Kematian adalah diamnya jiwa dan terpisahnya nyawa
dari badan untuk kembali kepada Rabbnya.
2. Kematian dalam agama Islam mempunyai peranan yang sangat
besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan
semangat pengabdian. Tanpa kematian, manusia tidak akan berpikir
tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri
menghadapinya. Karena itu, agama Islam menganjurkan manusia
untuk berpikir tentang kematian. Rasul Muhammad Saw. misalnya
bersabda, "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan
duniawi (kematian)."
3. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup
adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat
terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami
pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula.
4. Tanda-tanda kematian untuk orang mukmim yaitu Tanda 100 hari
sebelum mati, 40 hari sebelum mati, 7 hari, 3 hari, 1 hari, dan tanda
hari terakhir.
5. Hikmah yang dapat diambil dari mempelajari Islam dan Kematian
adalah: Kematian sebagai peringatan (selalu mengingatkan kita bahwa
kita pasti akan kembali kepada Allah SWT), Meningkatkan Iman dan
Takwa, Selalu berpasrah hanya kepada Allah SWT dan kita akan
mendapatkan nikmat dunia dan akhirat.
B. Saran
Sudah seharusnya kita mempelajari tentang Ilmu Agama Islam yang
berkaitan dengan kematian karena kita yakin bahwa setiap yang bernyawa
22
itu pasti akan mengalami mati, akan kembali kepada sang penciptanya,
yaitu Allah SWT. Sehingga kita dapat selalu mengingat Allah SWT, agar
kita lebih meningkatkan iman dan takwa kita, dan senantiasa meminta
pertolongan, dan berpasrah serta berserah diri hanya kepada Allah SWT
karena sesunggunya apa yang ada didiri kita bukanlah milik kita, namun
milik-Nya.
Kita juga, sebagai muslim hendaknya selalu mengingat kematian karena
dengan mengingat kematian maka kita akan mendapat kenikmatan dunia
dan akhirat, sehingga kita menjadi hamba yang tidak takut akan datangnya
kematian sebab kematian adalah jembatan agar kita bisa bertemu dengan
Allah SWT.
Semoga kita semua, khususnya penyusun bisa mengamalkan apa yang
telah ditulis dalam makalah ini. Semoga kita senantiasa menjadi umat
terbaik dan mendapat kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Amiin Yaa
Rabbal ‘Alamiin.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.re.or.id/kematian-merupakan-sunnatullah.htm
http://blog.re.or.id/kematian-sebagai-peringatan-nasehat.htm
Dahlan, Sofwan. 2010. Kematian ditinjau dari aspek medis. Seminar Coronaria.
http://www.fadhilza.com/2009/08/tadabbur/kematian-menurut-al-qur%E2%80%99an.html
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/kematian.pdf
http://hayati-hasan.blog.friendster.com/2009/06/erti-kematian/
http://kajianislam.wordpress.com/2007/07/08/kematian/
http://kematian.weblog.usahawan.net.my/
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian1.html
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian2.html
Syukur, Amin. 2010. Mati dalam pandangan Islam. Makalah seminar coronaria.
24