Upload
rizkymsinaga
View
57
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
saraf
Citation preview
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolisme yang sering kali
menimbulkan komplikasi disusunan saraf pusat dan perifer. Baik dipusat maupun
ditepi, kerukan akibat diabetes mellitus bersifat sekunder, yaitu melalui vaskulitis.
Karena itu, endothelium arteri-arteri menjadi rusak yang mempermudah
pembentukan thrombus. Permeabilitasnya menjadi lebih besar, yang memperbesar
lolosnya mikroorganisme dan toksin dari sawar darah / otak dan mempermudah
terbentuknya mikroaneurisme.1
Neuropati diabetik merupakan kompilkasi vaskulitis disusunan saraf
perifer. Anoksia akibat mikrotrombosis dan mudah terkena substansi yang bersifat
toksik mungkin sekali merupakan mekanisme yang mendasari disfungsi susunan
saraf perifer, terutama komponen sensoriknya. Neuropati diabetic timbul bilateral
dan terutama mengenai bagian-bagian distal kedua tungkai saja.1
Berbagai keadaan patologik dapat menyebabkan kelainan pada saraf tepi.
Kelainan dapat menyebabkan neuropati dapat di golongkan secara umum yaitu
yang disebabkan oleh penyakit defisiensi, kelainan metabolism, intoksikasi,
alergi, infeksi, penyakit keturunan, iskemik, dan kompresi.2
Pembagian tadi tidak menyatakan mekanisme patologik maupun lesi
anatomiknya.2
Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat disebabkan kelainan pada sel
saraf sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang saraf tepi sendiri. Inti sel
saraf adalah tempat terpenting dalam metabolisme neuronal sehingga berbagai
proses disini dapat mempengaruhi saraf tepi. 2
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering
ditemukan pada diabetes melitus. Risiko yang dihadapi pasien diabetes mellitus
dengan neuropati diabetic antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang menyebabkan
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
bertambahnya angka kesakitan dan kematian, yang berakibat pada meningkatnya
beaya pengobatan pasien diabetes mellitus dengan neuropati diabetik.3
Hingga saat ini patogenesis neuropati diabetik belum seluruhnya diketahui
dengan jelas. Namun demikian dianggap bahwa hiperglikemia persisten
merupakan faktor primer. Factor metabolik ini bukan satu-satunya yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya neuropati diabetik, tetapi beberapa teori
lain yang diterima ialah teori vascular, autoimun dan nerve growth factor. Studi
prospektif oleh Solomon dkk, menyebutkan bahwa selain peran kendali genetik,
kejadian neuropati juga berhubungan dengan risiko kardiovaskular yang potensial
masih dapat dimodifikasi.3
Manifestasi neuropati diabetik bisa sangat bervariasi, mulai dari tanpa
keluhan dan hanya bsa terdeteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga
keluan nyeri yang hebat. Bias juga keluhannya dalam bentuk neuropati lokal atau
sistemik, yang semua itu bergantung pada lokasi dan jenis saraf yang terkena lesi.3
Mengingat terjadinya neuropati diabetik merupakan rangkaian proses yang
dinamis dan bergantung pada banyak factor, maka pengelolaan atau pencegahan
neuropati diabetik pada dasarnya merupakan bagian dari pengelolaan diabetes
secara keseluruhan. Untuk mencegah agar neuropati diabetik tidak berkembang
menjadi ulkus diabetic seperti ulkus atau gangrene pada kaki, diperlukan berbagai
upaya khususnya pemahaman pentingnya perawatan kaki. Bila neuropati diabetik
disertai dengan nyeri, dapat diberikan berbagai jenis obat-obatan sesuai tipe
nyerinya, dengan harapan menghasilkan atau paling tidak mengurangi keluhan,
sehingga kualitas hidup dapat diperbaiki.3
Dengan demikian, memahami mekanisme terjadinya neuropati diabetik
dan factor-faktor yang berperan, merupakan landasan penting dalam pengelolaan
dan pencegahan neuropati diabetik yang lebih rasional.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
BAB II
PEMBAHASAN
NEUROPATI DIABETIK
2.1 DEFINISI
Dalam konferensi neuropati perifer pada bulan februari 1988 di San
Antonio, disebutkan bahwa neuropati diabetik adalah istilah deskriptif yang
menunjukkan adanya gangguan, baik klinis maupun subklinis, yang terjadi pada
diabetes mellitus tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. Gangguan neuropati
ini termasuk manifestasi somatic dan atau autonom dari sistem saraf perifer.3
2.2 PREVALENSI
Berbagai studi melaporkan prevalesni neuropati diabetik yang bervariasi.
Bergantung pada batasan definisi yang digunakan, criteria diagnostic, metode
seleksi pasien dan populasi yang diteliti, prevalesi neuropati diabetik berkisar dari
12-50%. Angka kejadian yang derajat keparahan neuropati diabetik juga
bervariasi sesuai dengan usia, lama menderita diabetes mellitus, kendali glikemik,
juga fluktuasi kadar glukosa darah sejak diketahui diabetes mellitus. Pada suatu
penelitian besar, neuropati simtomatis ditemukan pada 28,5% dari 6.500 pasien
diabetes mellitus. pada studi Rochester, walaupun neuropati simtomatis
ditemukan hanya pada 13% pasien diabetes mellitus, ternyata lebih dari
setengahnya ditemukan neuropati dengan pemeriksaan klinis. Studi lain
melaporkan kelainan kecepatan hantaran saraf sudah didapati pada 15,2% pasien
diabetes mellitus baru, sementara tanda klinis neuropati hanya dijumpai pada
2,3%.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
2.3 PATOGENESIS
Proses kejadian neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia
berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol,
sintesis advanceglycosilation end products (AGEs), pembentukan radikal bebas
dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut berujung
pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah kesaraf menurun dan bersama
rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah neuropati diabetik. Berbagai penelitian
membuktikan bahwa kejadian neuropati diabetik berhubungan sangat kuat dengan
lama dan beratnya diabetes mellitus.3
Gambar 1. Jalur utama hiperglikemi menyebabkan injury sel
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
( Dikutip dari Vincent A.M, Russel JW, Low P, Feldman EL. 2004. Oxidative
Stress in the pathogenesis of diabetic neuropathy. Endocrine reviews. 26 (4) :
S12 / S28 ). 4
2.3.1 Factor Metabolik
Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia yang
berkepanjangan. Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivasi jalur poliol
meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase, yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, yang kemudian dimetabolisasi oleh sorbitol dehidrogenase
menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf merusak sel
saraf melalui mekanisme yang belum jelas. Salah satu kemungkinannya adalah
akibat akumulasi menyebabkan keadaan hipertonik intraseluler sehingga
mengakibatkan edem saraf. Penurunan mioinositol dan akumulasi sorbitol secara
langsung menimbulkan stress osmotic yang akan merusak mitokondria dan akan
menstimulasi protein kinase C (PKC). Aktivasi PKC ini akan menekan fungsi Na
–K ATP-ase, sehingga kadar Na intraseluler menjadi berlebihan, yang berakibat
terhambatnya mioinositol masuk kedalam sel saraf sehingga terjadi gangguan
tansduksi sinyal pada saraf.3
Reaksi jalur poliol ini juga menyebabkan turunnya persediaan NADPH
saraf yang merupakan kofaktor penting dalam metabolisme oksidatif. Karena
NADPH merupakan kofaktor penting untuk glutathione dan nitric oxide synthase
(NOS), pengurangan kofaktor tersebut membatasi kemampuan saraf untuk
mengurang radikal bebas dan penurunan produksi nitric oxide (NO).1
Disamping meningkatkan aktivitas jalur poliol, hiperglikemia
berkepanjangan akan menyebabkan terbentuknya advanceglycosilation end
products (AGEs). AGEs ini sangat toksik dan merusak semua protein tubuh,
termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya AGEs dan sorbitol, maka sintesis dan
fungsi NO akan menurun, yang berakibat vasodilatasi berkurang, aliran darah
nkesaraf menurun, dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel saraf, terjadilah
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
ND. Kerusakan aksonal metabolik awal masih dapat kembali pulih dengan
kendali glikemik yang optimal. Tetapi bila kerusakan metabolic ini berlanjut
menjadi kerusakan iskemik, maka kerusakan structural akson tersebut tidak dapat
diperbaiki lagi.3
2.3.2 Kelainan Vaskular
Penelitian membuktikan bahwa hiperglikemia juga mempunyahi hubungan
dengan kerusakan mikrovaskular. Hiperglikemia persisten merangsang produksi
radikal bebas oksidatif yang disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas
ini membuat kerusakan endotel vascular dan menetralisasi NO, yang berefek
menghalangi vasodilatasi mikrovaskular. Mekanisme kelainan mikrovaskular
tersebut dapat melalui penebalan membrane basalis; trombosis pada arteriol
intraneural; peningkatan agregasi trombosit dan berkurangnya deformabilitas
eritrosit; berkurangnya aliran darah saraf dan peningkatan resistensi vascular,
statis aksonal, pembengkakan dan demielilisasi pada saraf akibat iskemia akut.
Kejadian neuropati yang didasri oleh kelainan vascular masih bisa dicegah dengan
modifikasi factor risiko kardiovascular, yaitu kadar trigliserida yang tinggi, indeks
masa tubuh, ,merokok dan hipertensi.3
2.3.3 Mekanisme Imun
Suatu penelitian menunjukkan bahwa 22% dari 120 penyandang diabetes
mellitus tipe 1 memiliki complemen flixing antisciantic nerve antibodies dan 25%
DM tipe 2 memperlihatkan hasil yang positif. Hal ini meunjukkan bahwa antibody
tersebut berperan pada pathogenesis neuropati diabetik . Bukti lain yang
menyokong peran antibody dalam mekanisme patogenik ND adalah adanya
antineural anti-bodies pada serum sebagian penyandang diabetes mellitus.
Autoantibody yang beredar ini secara langsung dapat merusak struktur saraf
motorik dan sensorik yang bisa dideteksi dengan imunofloresens indirek,
disamping itu adanya penumpukan antibody dan komplemen pada berbagai
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
komponen saraf suralis memperlihatkan kemungkinan peran proses imun pada
pathogenesis neuropati diabetik.3
2.3.4 Peran Nerve Growth Factor (NGF)
NGF diperlukan untuk mempercapat dan mempertahankan pertumnbuhan
saraf. Pada penyandang diabetes, kadar NGF serum cenderung turun dan
berhubungan dengan derajat neuropati. NGF juga berperan dalam regulasi gen
substance P dan calcitonin-gen-regulated peptide (CGRP). Peptide ini
mempunyai efek terhadap vasodilatasi, motilitas internal dan nosisptif, yang
kesemuanya itu mengalami gangguan pada neuropati diabetik.3
2.4 KLASIFIKASI
Neuropati diabetic merupakan kelainan yang heterogen, sehingga
ditemukan berbagai ragam klasifikasi. Secara umum neuropati diabetik yang
dikemukakan bergantung pada 2 hal, pertama, menurut perjalanan penyakitnya
(lama menderita diabetes mellitus) dan kedua, menurut jenis serabut saraf yang
terkena lesi.3
2.4.1 Menurut perjalanan penyakitnya, neuropati diabetik dibagi menjadi:
Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat
perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik
sehingga masih reversibel.3
Neuropati structural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan
structural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang
refersibel.3
Kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini sudah irrefersibel. Kerusakan
serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju keparoksimal,
sedangkan proses perbaikan mulai dari paroksimal kedistal. Oleh karena
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
itu lesi distal paling banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris
distal.3
2.4.2 Menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi :
Neuropati difus
o Polineuropati sensori-motor simetris distal
o Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, Neuropati otonom
kardiovaskular, Neuropati gastrointestinal, Neuropati
genitourinaria
o Neuropati Lower limb motor simetris proksimal (amiotropi).
Neuropati Fokal
o Neuropati cranial
o Radikulopati / pleksopati
o Entrapment neuropaty
Klasifikasi neuropati diabetik diatas berdasarkan anatomi serabut saraf
perifer yang secara umum dibagi atas 3 sistem yaitu system motorik, sensorik dan
system autonom. Manifestasi klinis neuropati diabetik bergantung dari jenis
serabut saraf yang mengalami lesi. Mengingat jenis serabut saraf yang terkena lesi
bisa yang kecil atau besar, lokasi proksimal atau distal, fokal atau difus, motorik
atau sensorik atau autonom, maka manifestasi klinis neuropati diabetik menjadi
bervariasi, mulai kesemutan; kebas; tebal; mati rasa; rasa terbakar; seperti ditusuk;
disobek; ditikam.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Gambar 2: Clinical Clasification of Diabetic Neuropathyes
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Sumber: (www.medscape.com)5
2.5 GEJALA KLINIS
Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Pada
beberapa orang bisa tidak dijumpai gejala. Kesemutan, tingling atau nyeri pada
kaki sering merupakan gejala yang pertama, bisa juga nyeri dan kesemutan.
Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris atau motorik ataupun sistem saraf
otonom.4
Tabel 1. Gejala khas pada neuropati diabetic
Non Painful Painful
Thick Prickling
Stiff Tingling
Asleep Knife-like
Prickling Electric shock-like
Tingling Sequeezing
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Constricting
Hurting
Burning
Freezing
Throbbing
Allodynia,Hyperalgesia
Dikutip dari: Boulton AJM. Management of Diabetic Peripheral Neuropathy.
2005. Clinical Diabetes; 23:9/15. 4
Neuropati terjadi biasanya pada diabetes yang lama dan tidak terkontrol
pada orang usia lanjut. Gejala yang sering terjadi yaitu menyerupai lesi pada
ganglion radiks posterior. Disini dijumpai hiperestasia perifer dengan disertai
hilangnya sensasi getar. Rasa nyeri tidak selalu dijumpai, kadang-kadang
dijumpai atropati tanpa rasanyeri dan ulkus pada kali. Protein pada cairan
serebrospinal biasanya meningkat. Dapat terjadi gangguan otonom seperti diare,
hipotensi postural, gangguan sekresi keringat dan impotensi. Mononeuropati
iskemika diabetika disebabkan oleh oklusi vasa nervorum karena proses ateroma.2
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis neuropati ditegakkan berdasarkan adanya gejala 2 atau lebih
dari 4 kriteria dibawah ini: (syahrir,2006)
1. Kehadiran 1 atau lebih gejala
2. Ketidak hadiran 2 atau lebih reflek ankle atau lutut
3. Nilai ambang persepsi getaran atau fibration-abnormal
4. Fungsi autonomic abnormal (berkurangnya heart rate variability
(HRV) dengan rasio RR kurang dari 1,04 postural hypotension
dengan turunnya tekanan darah sistolik 20 mmHg atau lebih atau
keduanya.).4
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Polineuropati sensori-motor simetris distal atau distal symmetrical
polyneuropathy (DPN) merupakan jenis kelainan neuropati diabetik yang paling
sering terjadi. DPN ditandai dengan berkurangnya fungsi sensorik secara progresif
dan fungsi motorik (lebih jarang) yang berlangsung pada bagian distal yang
berkembang kea rah proksimal. Diagnosis neuropati perifer diabetic dalam praktik
sehari hari, sangat bergantung pada ketelitian pengambilan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak
cukup untuk mengeluarkan kemungkinan adanya neuropati.3
Pada evaluasi tahunan perlu dilakukan pengkajian terhadap: 1) refleks
motoric ; 2) fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti
tes rasa getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filament mono
Semmes-Weistein); 3) fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi suhu; 4) untuk
mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat dikerjakan
elektromiografi. 3
Bentuk lain neuropati diabetik yang juga sering ditemukan ialah neuropati
otonom (parasimpatis dan simpatis) atau diabetic autonomic neuropathy (DAN)3
a. Uji komponen parasimpatis DAN dilakukan dengan : 1) Tes
respons denyut jantung terhadap maneuver valsava; 2) Variasi
denyut jantung (interval RR) selama napas dalam ( denyut jantung
maksimum-minimum.3
b. Uji komponen simpatis DAN dilakukan dengan : 1) Respons
tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik); 2) Respons
tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastolik). 3
Gambar 3: Monofilamen Test (Quantitative Sensory Testing (QST))
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Sumber : www.medscape.com5
2.7 PENATALAKSANAAN
Strategi pengelolaan pasien diabetes mellitus dengan keluhan neuropati
diabetik dibagi dalam 3 bagian. Strategi pertama adalah diagnosis neuropati
diabetik sedini mungkin, diikuti strategi kedua dengan kendali glikemik dan
perawatan kaki sebaik baiknya, dan strategi ketiga ditujukan pada pengendalian
keluhan neuropati/nyeri neuropati diabetic setelah strategi kedua dikerjakan.3
Mengingat neuropati diabetik merupakan komplikasi kronik dengan
berbagai factor risiko yang terlibat, maka pada pengelolaan neuropati diabetik
perlu melibatkan banyak aspek, seperti perawatan umum, pengendalian glukosa
darah dan parameter metabolic lain sebagai komponen tak terpisahkan secara
terus menerus.3
2.7.1 Perawatan Umum/ Kaki
Jaga kebersihan kulit, hindari trauma kaki seperti sepatu yang sempit.
Cegah trauma berulang pada neuropati kompresi.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
2.7.2 Pengendalian Glukosa Darah
Berdasarkan patogenesisnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan
ialah pengendalian glukosa darah dan monitor HbA1c secara berkala. Disamping
itu pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin, albumin, lipid sebagai
komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan. 3
Tiga studi epidemiologi besar, Diabetes Control and Complications Trial
(DCCT), Kummamoto Study dan United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS) membuktikan bahwa dengan mengendalikan glukosa darah, komplikasi
kronik diabetes termasuk neuropati dapat dikurangi. Pada DCCT, kelompok
pasien dengan terapi intensif yang berhasil menurunkan HbA1c dari 9 ke 7%,
telah menurunkan risiko timbul dan berkembangnya komplikasi mikrovaskular,
termasuk menurunkan risiko timbulnya neuropati sebesar 60% dalam 5 tahun.
Pada study Kumamoto, suatu penelitian mirip DCCT tetapi pada DM tipe 2, juga
membuktikan bahwa dengan terapi intensif mampu menurunkan risiko
komplikasi, termasuk perbaikan kecapatan konduksi saraf dan ambang rangsang
vibrasi. Demikian juga dengan UKPDS yang memberikan hasil serupa dengan 2
study sebelumnya.3
2.7.3 Terapi Medikamentosa
Sejauh ini, selain kendali glikemik yang ketat, belum ada bukti kuat suatu
terapi dapat memperbaik atau mencegah neuropati diabetik. Namun demikian,
untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya komplikasi kronik diabetes mellitus
termasuk neuropati, saat ini sedang diteliti penggunaan obat-obat yang berperan
pada proses timbulnya komplikasi kronik diabetes yaitu :3
a. Golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat
penimbunan sorbitol dan fruktosa.
b. Penghambat ACE
c. Neurotropin
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Nerve growth factor
Brain-derived neurotrophic factor
d. Alpha Lipocic Acid, suatu antioksidan kuat yang dapat
membersihkan radikal hidroksil, superoksida dan peroksil serta
membentuk kembali glutation.
e. Penghambat protein kinase C
f. Gangliosides, merupakan komponen utama membran sel
g. Gamma linoleic acid (GLA), suatu precursor membran fosfolipid
h. Aminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEs
i. Human intravenous immunoglobulin, memperbaiki gangguan
neurologic maupun non neurologic akibat penyakit autoimun.3
Sedangkan untuk mengatasi berbagai keluhan nyeri, sangat dianjurkan
untuk memahami mekanisme yang mendasari keluhan nyeri tersebut, antara lain
aktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlokasi dimembran post
sinaptik spinal cord dan pengeluaran substance P dari serabut saraf besar A yang
berfungsi sebagai neuromodulator nyeri. Manifestasi nyeri dapat berupa rasa
terbakar, hiperalgesia, alodinia, nyeri menjalar dll. Pemahaman terhadap
mekanisme nyeri penting agar dapat member tetapi yang lebih rasional, meskipun
terapi nyeri neuropati diabetic pada dasarnya bersifat simtomatis.3
Pedoman pengelolaan ND dengan nyri yang dianjurkan adalah3:
a. NSAID ibuprofen 600 mg 4x/hari, sulindac 200 mg 2x/hari)
b. Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50-150mg malam hari,
imipramin 100 mg/hari, nortriptilin 50-15mg malam hari,
paroxetine 40 mg/hari)
c. Antikonvulsan ( gabapentin 900 mg 3x/hari, karbamazepin 200
mg 4x/hari)
d. Antiaritmia (mexilletin 150-450 mg/hari).
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
e. Topical: capsaicin 0,075% 4x/hari, flupenazine 1mg 3x/hari,
transculaneous electrical nerve stimulation.
Dalam praktek sehari-hari, jarang ada obat tunggal mampu mengatasi
nyeri neuropati diabetes. Meskipun demikian, pengobatan nyeri umumnya dimulai
dengan obat anti-depresan atau anti-konvulsan tergantung ada tidaknya efek
samping. Dosis obat dapat ditingkatkan hingga dosis maksimum atau sampai efek
samping muncul. Kadang-kadang kombinasi anti-depresan dan anti-konvulsan
cukup efektif. Bila dengan regimen ini belum atau kurang ada perbaikan nyeri,
dapat ditambahkan obat topical. Bila tetap tidak atau kurang berhasil, kombinasi
obat yang lain dapat dilakukan.3
2.7.4 Edukasi
Disadari bahwa perbaikan total sangat jarang terjadi, sehingga dengan
kenyataan seperti itu, edukasi pasien menjadi sangat penting dalam pengelolaan
nyeri neuropati diabetik. Target pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak awal
dan hindari memberi pengharapan yang berlebihan. Perlu penjelasan tentang
bahaya kurang atau hilangnya sensasi rasa di kaki, perlunya pemeriksaan kaki
pada setiap pertemuan dengan dokter, dan pentingnya evaluasi secara teratur
terhadap kemungkinan timbulnya neuropati diabetik pada pasien diabetes
mellitus.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Neuropati Diabetic adalah istilah deskriptif yang menunjukkan adanya
gangguan, baik klinis maupun subklinis, yang terjadi pada diabetes melitus tanpa
penyebab neuropati perifer yang lain. Gangguan neuropati ini termasuk
manifestasi somatic dan atau autonom dari sistem saraf perifer.3
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes
mellitus dengan prevalensi dan manifestasi klinik amat bervariasi. Dari 4 faktor
(factor metabolic, kelainan vascular, mekanisme imun, dan NGF) yang berperan
pada mekanisme patogenik neuropati diabetik, hiperglikemik berkepanjangan
sebagai komponen faktor metabolik merupakan dasar utama pathogenesis
neuropati diabetik.3
Secara umum neuropati diabetik yang dikemukakan bergantung pada 2
hal, pertama menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi; neuropati
fungsional/subklinis, neuropati structural/klinis, kematian neuron tingkat lanjut,
dan kedua menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi.3
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan neuropati diabetik
pada pasien diabetes mellitus, yang penting ialah diagnosis diikuti pengelolaan
glukosa darah dan perawatan kaki sebaik-baiknya. Usaha untuk mengatasi
keluhan nyeri pada dasarnya bersifat simtomatis, dilakukan dengan memberikan
obat yang berkerja sesuai mekanisme yang mendasari keluhan nyeri tersebut.
Pendekatan non farmakologis termasuk edukasi sangat diperlukan, emngingat
perbaikan total sulit bisa dicapai.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidarta P. Neurologi Klinis Dasar .Jakarta: Dian Rakyat ;
1988
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simardibrata M, Setiati S , editors.
Buku ajar ilmu penyakit dalam ; Jilid III, Edisi V. Jakarta : 2009
3. Harsono. Kapita Selekta Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ;2005
4. Neuropati Diabetik [internet].[cited 2014 August] available from
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/ChapterI
%20II.pdf),diakses pada tanggal 26 Agustus 2014
N E U R O P A T I D I A B E T I K Page 19
Agustus 26 ,2014 Neuropati Diabetik
5. Clinical Clasification of Diabetic Neuropathyes [internet]. [cited 2014
August] from (ww.medscape.com). diakses pada tanggal 26 Agustus
2014
6. Monofilamen Test (Quantitative Sensory Testing (QST) Neuropathyes
[internet]. [cited 2014 August] from (ww.medscape.com). diakses pada
tanggal 26 Agustus 2014
LAMPIRAN
Gambar 1 ……………………………………………………………….4
Gambar 2 ……………………………………………………………….9
Gambar 3 ……………………………………………………………….12
Tabel 1 ……………………………………………………………….10