13
MAKALAH MPK SENI TEATER WAYANG Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester KELAS MPK WAYANG A Senin, 16.00-17.00 Darmoko, S.S., M.Hum. Priyatno, S.S., M.Hum. Disusun oleh Anindya Giodhani 1406578735 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

Makalah Mpk Seni Teater Wayang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Seni Wayang

Citation preview

MAKALAH MPK SENI TEATER WAYANGDisusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

KELAS MPK WAYANG ASenin, 16.00-17.00Darmoko, S.S., M.Hum.Priyatno, S.S., M.Hum.

Disusun olehAnindya Giodhani1406578735

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYAUNIVERSITAS INDONESIAMARET 2015BAB IPENDAHULUAN

Wayang adalah seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanujung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Wayang masih menjadi salah satu seni pertunjukan rakyat yang masih banyak penggemarnya hingga saat ini.Wayang mengacu pada boneka (sejensinya), wayang mengacu pada pertunjukan (performance), wayang mengacu pada kisah (lakon), dan wayang mengacu pada orang-orang yang menari (Darmoko, 2004).Wayang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita yang dibawakan. Dalam setiap pagelaran sang dalang dibantu para swarawati atau sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga, sehingga pertunjukan wayang melibatkan orang.Selain melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya, dalam seni wayang juga terdapat banyak aspek yang terkandung seperti aspek gerak, aspek rupa, aspek wajah, aspek suara, dan aspek tutur kata yang kemudian disatukan menjadi suatu pagelaran. Setiap aspek mempunyai makna yang terkandung sendiri-sendiri yang nantinya akan dibahas pada makalah ini.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Penjelasan Umum WayangMenurut etimologi pengertian wayang bervariasi dengan kata bayang berarti bayang-bayang atau bayangan, yang memiliki nuansa menerawang, samar-samar, atau remangremang; dalam arti harfiah wayang merupakan bayang-bayang yang dihasilkan oleh bonekaboneka wayang di dalam teatrikalnya. Boneka-boneka wayang mendapat cahaya dari lampu minyak (blencong) kemudian menimbulkan bayangan, ditangkaplah bayangan itu pada layar (kelir), dari balik layar tampaklah bayangan; bayangan ini disebut wayang.Sedangkan pengertian wayang menurut filosofis adalah Wayang merupakan bayangan, gambaran atau lukisan mengenai kehidupan alam semesta. Di dalam wayang digambarkan bukan hanya mengenai manusia, namun kehidupan manusia dalam kaitannya dengan manusia lain, alam, dan Tuhan. Alam semesta merupakan satu kesatuan yang serasi, tidak lepas satu dengan yang lain dan senantiasa berhubungan. Unsur yang satu dengan yang lain di dalam alam semesta berusaha keras ke arah keseimbangan. Kalau salah satu goncang maka goncanglah keseluruhan alam sebagai suatu keutuhan (sistem kesejagadan).Wayang sebuah wiracarita yang pada intinya mengisahkan kepahlawanan para tokoh yang berwatak baik menghadapi dan menumpas tokoh yang berwatak jahat. Kenyataan bahwa wayang yang telah melawati berbagai peristiwa sejarah, dari generasi ke generasi, menunjukkan betapa budaya pewayangan telah melekat dan menjadi bagian hidup bangsa Indonesia khususnya Jawa. Usia yang demikian panjang dan kenyataan bahwa hingga dewasa ini masih banyak orang yang menggemarinya menujukkan betapa tinggi nilai dan berartinya wayang bagi kehidupan masyarakat. Wayang merupakan sastra tradisional yang memenuhi kualifikasi karya master piece, karya sastra dan atau budaya adiluhung (Nurgiyantoro, 2011).Umumnya, pagelaran wayang mengangkat cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata dan Ramayana ditulis dalam bahasa Sansekerta. Setelah masuk ke Jawa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Kuno. Selain diterjemahkan, ditambahkan pula dan disesuaikan dengan cerita dan legenda yang ada pada daerah tersebut sehingga dapat dikatakan cerita Mahabharata dan Ramayana versi Jawa. Cerita ini terus menerus ditulis kembali, dengan diubah atau ditambah berbagai cerita daerah dalam bahasa Jawa Kuno, Jawa Tengahan, Jawa Baru, dan sekarang terdapat cerita dalam Bahasa Indonesia bahkan dalam bahasa asing.

B. Jenis-Jenis WayangWayang yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai jenis, antara lain: Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Wayang Timplong, dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis wayang di Indonesia, yang masih bertahan hidup adalah Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Bali, dan Wayang Banjar. Sedangkan wayang-wayang yang lain yang hampir punah adalah Wayang Suluh, Wayang Krucil, Wayang Thengul, dan Wayang Orang. Berikut akan dijelaskan sedikit mengenai Wayang Kulit Purwa.Wayang Kulit Purwa adalah salah satu jenis wayang kulit yang paling tua atau paling awal (purwa) yang dimainkan oleh seorang dalang dan didukung oleh shinden dan niyaga. Wayang Kulit Purwa termasuk salah satu hasil peninggalan kebudayaan yang mampu bertahan hidup hingga hari ini, khususnya di lingkungan masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Cerita pokoknya (babon) bersumber dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindu India, akan tetapi dalam perkembangannya telah diserap ke dalam kebudayaan Indonesia. Pagelaran Wayang Kulit Purwa terdiri dari seorang dalang, banyak niyaga karena jumlah gamelannya cukup banyak (bisa mencapai 30 orang), banyak shinden (bisa 10 orang) dan pembantu dalang yang menyiapkan tokoh-tokoh wayang yang akan dikeluarkan sang dalang.Wayang Kulit Purwa berkembang pesat di Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Surabaya, dan Malang. Sesuai dengan perkembangan budaya daerah, maka ada gaya (gagrag) Wayang Kulit Yogyakarta, gaya Surakarta, gaya Banyumasan, gaya Jawa Timuran, dan lain-lain. Struktur pertunjukan Wayang Kulit Purwa Surakarta berbeda dengan gaya Yogyakarta, juga sangat berbeda dengan gaya Banyumasan ataupun gaya Jawa Timuran.

C. Pengertian Seni Teater WayangSeni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman, dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan teater merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks, dan rumit. Seni teater dikatakan rumit karena melibatkan banyak individu, kelompok, dan banyak unsur seni didalamnya.Pertunjukan teater wayang bisa juga dikatakan menjadi wayang wong atau wayang orang, karena dalam pertunjukan wayang wong menggunakan orang sebagai lakon dalam cerita wayang. Mereka menggenakan pakaian dan perhiasan yang sama seperti pada wayang kulit. Wayang wong merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah. Cerita yang dimainkan berdasarkan pada kisah Mahabharata dan Ramayana yang mengandung pesan moral, dan sudah menyatu dalam jiwa masyarakat setempat.

D. Unsur-Unsur dalam Teater WayangUnsur-unsur yang terdapat dalam teater wayang adalah:

1. TubuhPemeran/orang dalam teater wayang memiliki tugas sebagai unsur utama karena jika tidak ada pemeran/orang maka tidak bisa dikatakan sebagai teater wayang. Pemeran/orang dituntut untuk memiliki tubuh yang hampir serupa dengan wayang kulit. Apabila dalam wujud wayang kulit mempunyai bentuk tubuh yang besar, maka pemerannya juga harus memiliki tubuh yang besar.2. GerakDi dalam pertunjukan wayang terdapat pengertian yang erat hubungannya dengan sabetan, yang sering disebut dengan udanegara, yakni cara seorang tokoh bertutur kata, bersikap, dan bertingkah laku dalam kaitan aktivitas komunikasinya dengan tokoh yang lain di dalam suatu adegan. Kaitannya dengan sabetan, yang termasuk ke dalam lingkup wujud udanegara yakni sikap dan tingkah laku seorang tokoh wayang, yang merupakan bentuk gerakan atau perpindahan tokoh tersebut dari suatu tempat ke tempat yang lainnya; atau paling tidak gerakan anggota badan yang dapat digerakkan. Udanegara sebagai aspek yang diperhatikan dalam menggerakkan wayang; bagaimana tutur kata, sikap dan perilaku tokoh. Aspek-aspek tersebut yakni, status sosial, usia, klasifikasi, dan wanda tokoh wayang. (Darmoko, 2004)3. SuaraSecara garis besar tentang proses penyuaraan suatu tokoh dalam pertunjukan wayang oleh seorang dalang terbagi atas dua bagian, yaitu tinggi-rendah nada dan berat-ringan suara. Tinggi-rendah suara dapat diukur dari sikap roman atau raut mukanya. Jika tokoh wayang bermuka mendongak, maka suaranya tinggi, yang bermuka sedang (posisi ke depan), suaranya tengah (sedang), dan yang menunduk suaranya rendah. Sedangkan berat-ringannya suara diukur dari besar atau kecilnya tubuh suatu tokoh. Suatu tokoh yang berbadan kecil maka suaranya ringan, yang berbadan sedang, suaranya sedang, dan yang berbadan besar suaranya berat. Contoh tokoh wayang yang bermuka mendongak seperti: Samba, Rukmarata, dan Citraksi; yang bermuka sedang: Setyaki dan Antasena; dan yang bermuka menunduk: Arjuna, Abimanyu, dan Yudhistira. Adapun tokoh wayang yang berbadan kecil, seperti: Wisanggeni dan Irawan, yang berbadan sedang, seperti: Parikesit dan Anoman; dan yang berbadan besar, seperti: Bima, Kumbakarna, dan Dursasana. (Darmoko, 2004)4. Tutur KataYang dimaksud tutur kata yakni perkataan yang diucapkan seorang tokoh ketika ia berbicara dengan tokoh yang lain dalam suatu situasi tertentu dan adegan tertentu pula. Situasi bertutur kata didasarkan pada aspek status sosial dan usia tokoh-tokoh yang saling berbicara. Dalam pertunjukan wayang percakapan dua tokoh atau lebih sering disebut antawecana, yaitu penempatan (penerapan) tutur kata setiap tokoh wayang. Dalang apabila mengucapkan wayang, tentu memperhatikan pada muka wayang mata liyepan: liyepan menunduk, suaranya besar dan ringan; liyepan sedang, suaranya ringan; liyepan mendongak, itu suaranya kecil ringan; bentuk kedelai, bentuk kedelai menunduk, itu suaranya besar dan sedang; kedelai sedang, suaranya besar dan sedang; kedelai mendongak, suaranya kecil dan sedang; mata thelengan, thelengan sedang, suaranya tengah dan sedang; suaranya tengah dan sedang; thelengan mendongak, suaranya kecil danberat (Sulardi, 1953: 8).5. RupaUnsur rupa hampir sama dengan unsur tubuh, pemeran/orang yang akan menjalankan karakter harus sama dengan wujud pada wayang kulit. Apabila dalam wayang kulit mukanya berwarna merah, maka muka sang pemeran akan diwarnai dengan pewarna merah.

BAB IIIKESIMPULAN

Wayang merupakan salah satu budaya Indonesia yang termasuk dalam budaya tua karena sudah ada sejak jaman dahulu. Naskah asli yang digunakan berasal dari bahasa Sansekerta yang kemudian diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, bahkan diterjemahkan kedalam bahasa asing. Sampai sekarang wayang masih mempunyai banyak penggemarnya, walaupun tidak sebanyak dulu.Wayang mempunyai beragam jenis pada daerah-daerah yang terdapat di Indonesia. Wayang juga dapat dijadikan sebagai teater. Tokoh-tokoh dalam teater wayang dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan karakter aslinya. Mulai dari wajah, suara, gerak, tutur kata, dan rupa. Itu merupakan unsur-unsur yang terdapat pada teater wayang. Unsur-unsur tersebut mempunyai banyak nilai.Dengan dibangkitkannya lagi seni teater wayang diharapkan pemuda-pemudi generasi sekarang dapat mengenal seni wayang dan unsur-unsur yang terkandung. Dan dapat pula menjadi media komunikasi karena dalam ceritanya banyak mengandung kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, nilai moral, pendidikan, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. 2011. Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi. Jakarta.2. Darmoko, 2004. Seni Gerak Dalam Pertunjukan Wayang Tinjauan Estetika, [online] Available at: [Accessed 28 March 2015]3. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), 2010. Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindugan Saksi dan Korban. [online] Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Available at: [Accessed 28 March 2015]4. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa, [online] Available at: [Accessed 28 March 2015]