30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk beberapa macam spora. Dalam klasifikasi yang baru semua jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau Mycetae. Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat ditemukan hampir di semua tempat dimana ada materi organik. Jika lingkungan disekitarnya mongering, jamur akan menjalani tahapan istirahat atau menghasilakn spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajri tentang jamur disebut mikologi. Perbedaan jamur dengan tumbuhan tinggi (kingdom Plantae) antara lain tubuh jamur berupa talus (tunuh sederhana yang tidak mempunyai akar, 1

makalah mikrobiologi: jamur penyebab penyakit dan kerusakan bahan pangan by: maharani dewi januarty

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mikrobiologi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk beberapa macam spora. Dalam klasifikasi yang baru semua jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau Mycetae.Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat ditemukan hampir di semua tempat dimana ada materi organik. Jika lingkungan disekitarnya mongering, jamur akan menjalani tahapan istirahat atau menghasilakn spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajri tentang jamur disebutmikologi.Perbedaan jamur dengan tumbuhan tinggi (kingdom Plantae) antara lain tubuh jamur berupa talus (tunuh sederhana yang tidak mempunyai akar, akar, batang, dan daun) sedangkan tumbuhan sudah mempunyai akar, batang, dan daun. Selain itu, jamur tidak berklorofil sehingga tidak membutuhkan cahaya matahari untuk menghasilkan makanan. Jamur bersifat heterotrof saprofit atau heterotrof parasit. Sedangkan tumbuhan memiliki klorofil sehingga bersifat fotoautotro, yaitu mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari.Diantara sekitar 100 ribu jenis jamur, sebagian besar melulu hidup sebagai saproba yang berjasa karena melakukan dekomposisi bahan-bahan organik mati. Lebih kurang 50 jenis menyebabkan penyakit pada manusia, dan sekitar 50 jenis menyebabkan penyakit pada hewan, kebanyakan menimbulkan penyakit kulit. Diperkirakan bahwa lebih dari 8 ribu jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan.

1.2 Rumusan masalah 1. Apa saja jamur penyebab penyakit ?2. Apa saja jamur penyebab kerusakan bahan pangan ?

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui jamur-jamur penyebab penyakit.2. Untuk mengetahui jamur-jamur penyebab kerusakan bahan pangan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Jamur Penyebab Penyakit1. ACTINOMYCETACEAEIni merupakan bagian dari bakteri yang dapat menjadi flora normal. Patogen utamanya adalah Actinomyces israelii yang bersifat Gram positif, tidak tahan asam dan anaerob atau mikroaerofilik. Ia mengakibatkan abses pada rahang, dada, atau rongga perut dan juga dikaitkan dengan infeksi pada pemakaian kontrasepsi dalam rahim yang terbuat dari plastik. Diagnosis ditegakkan dengan apusan Gram dapi pus, yang mungkin berisi granula sulfur dan biakan pada medium cair atau padat. Pada medium padat, ia membentuk koloni putih keabu-abuan dengan permukaan yang tidak rata seperti permukaan gigi. Pengobatan yang efektif dengan mengeringkan abses dan dengan pemberian penisilin.

Actinomyces israelii

2. NOCARDIACEAEJenis ini juga berbentuk seperti filamen-filamen dan Gram posistif, tetapi hanya sebagaian yang bersifat bakteri tahan asam, berlainan dengan A. Israelii, berbentuk basiler dan kokus. Nocardia asteroides ditemukan di seluruh dunia dan menyebabkan abses yang dalam. N. brasiliensis dan N. asteroides membentuk koloni dengan permukaan yang tidak teratur. Pengobatan memerlukan tindakan bedah untuk mengeringkan luka dan pemberian sulfonamid atau kotrimoksazol dalam jangka panjang.

Apusan gram positif dari Nocardia asteroides

3. MIKOSIS SUPERFISIALDermatofita adalah kelompok jamur yang dapat mempergunakan keratin sebagai sumber makanan. Dalam jaringan mereka tampil sebagai hifa atau dapat membagi diri menjadi artrospora. Pada medium pembiakan padat (misalnya agar dekstrosa Sabouraud) mereka membentuk koloni yang ringan berbulu atau berserbuk dan bentuk khasnya adalah makro- atau mikrokonidia yang berdinding kasar berbentuk piriformis, Mikrosporum sp. Mempunyai makrokonidia berdinding halus berbentuk silinder. Pembentukan Makrokonidia oleh Trichophyton sp. sangat sedikit bilamana dibiakkan pada agar maltosa Sabouraud. Gambaran diagnostik T. mentagrophytes, secara khusus adalah bahwa ia menghasilkan hifa berbentuk spiral. Infeksi berupa kurap atau tinea yang diikuti oleh nama tempat ia berada. Jadi tinea kapitis adalah kurap kulit kepala; tinea korporis adalah kurap ditubuh; tinea kruris adalah kurap lipat paha; tinea pedis, kurap telapak kaki; tinea manum, kurap telapak tangan; tinea barbae, kurap dirambut wajah; dan tinea ungunium, kurap di kuku. Dermatofita dapat juga menyerang rambut. Bila menyerang permukaan luar, keadaan ini dinamai ektrotriks dan apabila menyerang bagian dalam, dinamakan endotriks. Dermatofita zoofilik cenderung menimbulkan reaksi yang berwarna lebih kemerahan dan dapat menimbulkan kerion.

Tinea ungunium

4. MIKOSIS SUBKUTANInfeksi ini disebabkan oleh sejumlah jamur (dan seringkali juga bakteri) tetapi cenderung terdapat pada daerah tropis atau subtropis. Seringkali jamur terdapat pada tanah dan masuk ke jaringan subepidermal melalui trauma.a. MisetomaInfeksi ini tampak sebagai lesi yang mendestruksi secara setempat, paling sering di kaki atau tangan, dengan sinus-sinus yang terbuka. Aktinomisetoma disebabkan oleh bakteri seperti Actinomadura muderae dan Nocardia asteroides. Eumisetoma disebabkan oleh spesies jamur seperti Madurella mycetomatis, Acremonium, Aspergillus, dan Fusarium. Pengobatan meliputi pembedahan dan pemberian anti jamur atau antibakteri yang tepat.

Misetoma pada kaki yang disebabkan oleh Fusarium spp.

b. Kromomikosis Penyakit ini timbul di Afrika dan Amerika Latin dan ditandai dengan adanya nodul-nodul seperti kutil. Yang termasuk patogen disini adalah adalah Phialophora (Fonsecaea) pedrosi, P. verrucosa dan Cladosporium carrionii.c. SporotrikosisIni adalah satu-satunya mikosis subkutan yang dapat timbul di negara-negara dengan cuaca yang sedang. Penyebabnya adalah Sporothrix schenckii, suatu jamur dimorfik. Pada jaringan tubuh manusia ia berentuk ragi. Penyakit ini dimulai dengan adanya lesi berbentuk nodul yang dapat menjadi ulserasi. Nodul sekunder timbul sepanjang pembuluh limfatik yang mengenai lesi primer.

Sporotrikosis

5. MIKOSIS SISTEMATIKKebanyakan infeksi ini adalah sebagai akibat dari menghirup spora jamur, walaupun Candida albicans bisa didapat melalui saluran pencernaan atau melalui jalur intravaskular. Beberapa diantaranya, seperti histoplasmosis dan parakoksidiomikosis, terbatas pada wilayah geografis tertentu dimana keadaan cuaca optimal bagi pertumbuhan mereka. Beberapa menginfeksi orang-orang yang sehat tetapi banyak juga yang merupakan patogen oportunistik.a. Aspergilosis Aspergillus fumigatus, A. flava, dan A. niger adalah patogen utamanya. Sifatnya patogen oportunistik. Mereka dapat membentuk koloni pada lubang-lubang di paru-paru yang sebelumnya telah terbentuk dan menyebabkan aspergiloma atau dapat menyerang janringan paru dan lainnya apabila daya kekebalan pasien rendah.

Gambaran radiologis dada yang memperlihatkan lubang di paru yang berisi aspergiloma

Biakan Aspergilus fumigatus

b. Blastomikosis Infeksi ini disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis. Blastomyces dermatitidis adalah jamur dimorfik, dengan sumber yang tidak diketahui. Lesi primer timbul di paru tetapi penderita biasanya datang dengan lesi di kulit.c. Kandidosis Patogen utamanya adalah Candida albicans tetapi C. Parapsilosis dan C. Tropicalis juga dapat menyebabkan penyakit. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi superfisial seperti juga infeksi sistematik, tetapi yang terakhir ini hanya timbul pada orang-orang yang daya kekebalannya rendah.

Candida albicans pada mukosa mulut

Apusan Candida albicans (kiri) dibandingkan dengan Staphylococus aureus (kanan)

d. KoksidiomikosisInfeksi ini disebabkan oleh jamur Coccidiodes immitis. Jamur ini bersifat endemik pada daerah gurun yang kering di barat daya Amerika Serikat, Meksiko, dan Amarika tengah dan terdapat di tanah. Infeksi ini terjadi terutama di paru-paru tetapi dapat juga menyebar.

e. KriptokookosisCryptococus neoformans adalah ragi dimorfik, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi oportunistik tetapi juga dapat menjadi patogen utama. Pada suhu ruangan ia dapat membentuk hifa, tetapi pada suhu tubuh ia berbentuk sel ragi. Ia langsung masuk ke paru-paru, tetapi secara cepat tersebar ke sistem saraf pusat dan menimbulkan meningitis kriptokokus. Dapat tumbuh baik pada agar Sabouraud atau agar darah dan membentuk koloni berlendir. Lendir ini diselubungi oleh kapsul tebal dari polisakarida yang dapat dilihat menggunakan pewarnaan tinta india baik diambil langsung dari cairan serebrospinal, maupun dari koloni.

Mikograf elektron Cryptococus neoformansf. HistoplasmosisHistoplasma capsulatum menyebabkan infeksi paru akut atau kronis yang jarang menyebar. Ia ditemukan pada tanah yang mengandung kotoran burung dan merupakan penyebab utama infeksi di Mississippi dan sekitar negara-negara bagian di Amerika Serikat.

g. ParakoksidiomikosisParacoccodiodes brasiliensis menyebabkan infeksi mulut dan paru (granuloma). Wilayahnya terbatas pada Amerika Selatan dan Tengah.

h. Zigomikosis (Fikomikosis/Mukormikosis)Ini adalah infeksi yang cepat berkembang pada penderita yang daya kekebalannya rendah. Infeksi paru merupakan tanda utama dari turunnya daya tahan karena pengobatan dengan obat-obatan sitotoksik, gangguan lambung karena malnutrisi, dan infeksi rinosereberal karena diabete melitus. Patogennya meliputi Mucor pusillus, Absidia corymbifera dan Fusarium sp. Untuk mukormikosis, amfoterisin B merupakan satu-satunya zat anti jamur yang memperlihatkan manfaatnya secara in vitro.

Biakan Mucor pusilusi. Pneumocystis CariniiTerdapat kontroversi mengenai asal-usul patogen ini. Semula berdasarkan morfologi dan kesesuaiannya dengan antimikroba, ia digolongkan sebagai protozoa. Tetapi, pemerikasaan dewasa ini mengenai urutan gen pada ribosom RNA 16S, maka ia dikatakan lebih menyerupai jamur seperti Candida dan Saccharomyces. Pneumocystis Carinii ini adalah penyebab penyakit kista.

Pewarnaan impregnasi perak pada paru memperlihatkan kista Pneumocystis carinii

2.2 Jamur Penyebab Kerusakan Bahan Pangan1. Jamur Plasmodiophora brassicaePlasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang ditimbulkan patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut pula dengan akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan kerugian usaha tani kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia rata-rata patogen ini dapat menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %. Disebut penyakit akar gada, karena akar tanamn yang terserang membengkak seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah dan tergolong patogen tular tanah yang unggul.

2. Jamur Aspergillus sppAspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu abu, hitam, kuning atau cokelat. Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali. Spesies Aspergillus secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos. Konidia biasanya terdapat di udara baik di dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang telah mati, gandum yang disimpan, kotoran burung, tumpukan pupuk dan tumbuhan yang membusuk lainnya. Aspergillus spp. pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama aflatoksin. Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara dan menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan pakan. Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa dari 33 spesies yang ditemukan, A. flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan yang erat dan menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang tanah, dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman, khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001). Pakki dan Muis (2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman, serta pascapanen jagung.Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan gejala nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti biji.Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya miselia berwarna hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada klobot tongkol jagung, warna hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian ujung klobot, perbedaan warna sangat jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk konidia bulat sampai agak bulat umumnya menggumpal pada ujung hipa, berdiameter 3-6 m, sklerotia gelap hitam dan kemerahan, berdiameter 400-700 m. Konidia A. flavus dapat ditemukan pada lahan pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari 3.400 koloni/g tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah kering (Shearer et al. 1992). Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung dapat menjadi sumber inokulum awal untuk perkembangannya. Perkembangan sklerotia dari tanah sampai mencapai rambut jagung hanya dalam tempo 8 hari (Wicklow et al, 1984).Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti mikotoksin di Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas pertanian yang dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus memberi gambaran bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari pertanaman ke tempat-tempat penyimpanan.

3. Jamur Piricularia aryzaePenyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang padi dan serealia lainnya. Kerugian akibat penyakit blast sulit diperkirakan, namun kerugiannya selalu signifikan.Oryzae Pyricularia menyebabkan bintik-bintik atau luka pada daun, tangkai, malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti nekrotik. Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna coklat atau coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang dengan panjang 1,0 1,5 cm dan lebar 0,3 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika tangkai terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar malai dan menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada infeksi berat, rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.

4. Jamur Plasmopara viticolaSerangan dari jamur Plasmopara viticola terdapat pada daun yang masih muda. Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna kuning kehijauan dipermukaan daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya muncul semacam tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada tunas dan sulur yang terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga tidak dapat tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.

5. Jamur Pythium deryanum Pythium debaryanum merupakan jamur patogen yang menyebabkan kecambah busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R. Hesse C. Dalam Andr dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.

6. Jamur Sclerospora graminicolaJamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu halus malai Downy mildew. Jamur ini mereproduksi secara aseksual melalui zoospora dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui Oospora.Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur patogen tanaman ini timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik, mutasi, dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan ketahanan inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta berfluktuasi dan mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan berubah dan menurun.Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang 150-200m, diameter 16-20m dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai diameter kasar 8-16m, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk oval dan lebar agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34m 12-23m. Oospora berbentuk bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat dengan diameter 26-42m.Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :1. Perbungaan malai berubah warna2. Perbungaan memutar dan distorsi3. Daun terjadi proses nekrotik4. Daun warna normal5. Daun pertumbuhan jamur6. Daun menguning atau mati7. Akar lambat laun akan membusuk8. Batang perubahan warna kulit batangGejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari infeksi sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi lapangan atau lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah perkembangannya.Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih besar dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya klorosis dan menyebarnya sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun, memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan beberapa tunas mungkin lolos penyakit.Tanaman sangat terinfeksi umumnya kerdil dan tidak menghasilkan malai. Istilah Telinga hijau berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena transformasi bagian bunga ke dalam struktur berdaun. Ini kadang-kadang disebut sebagai virescence (Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga hijau adalah satu-satunya manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat sebagai lesi lokal atau bintik-bintik terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954; Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk dan ukuran dan berada pada klorosis pertama dan menghasilkan sporangia, dan kemudian menjadi nekrotik.7. Jamur Penicillium spPatogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen dan pascapanen.Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas benih adalah penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik terhadap biji.Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada pertanaman selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi serangga. Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi Penicillium spp karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan patogen ini di pertanaman dan tempat penyimpanan.

BAB IIIPENUTUP

1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :a. Sterilisasi merupakan salah satu cara untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan , terutama mikroba.b. Cara sterilisasi yang pada umumnya di lakukan dilaboratorium yaitu dengan cara sterilisasi pemijaran.c. Isolasi mikroba adalah proses yang dilakukan yang bertujuan untuk memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam satu medium buatan, sehingga diperoleh kultur murni.d. Koloni bakteri yang muncul pada leher praktikan dengan menggunakan medium NA adalah circular, irregular, dan filamentous dengan warna putih, krem, dan coklat dengan jumlah 51 koloni.e. Koloni bakteri yang muncul pada tanagn kiri praktikan dengan menggunakan medium NA adalah circular dan irregular dengan warna putih dan kuning dengan jumlah 310 koloni.f. Pada medium NB menunjukkan adanya bakteri aerob dan anaerong. Pewarnaan bakteri memiliki tujuan antara lain mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi, ataupun fungi, memperjelas ukuran dan bentuk jasad, melihat struktur luar, dan melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui. h. Pewarnaan gram adalah suatu pewarnaan diferensial yang mengelompokkan bakteri bergantung pada kemampuan bakteri untuk menahan pewarnaan primer (kristal violet) ketika mengalami perlakuan dengan bahan pewarna.i. Isolat bakteri diri adalah jenis bakteri gram negatif (-).j. Uji biokimia dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri dan untuk mengetahui aktivitas enzim dan mikroorganisme.k. Uji peroksida dilakukan untuk mengetahui adanya oksigen yang dihasilkan oleh suatu bakteri. Adanya oksigen ditandai dengan adanya gelembung.l. Uji biokimia pada bakteri isolat diri menunjukkan hasil positif pada medium TSI saja.m. Uji peroksida menunjukkan hasil bahwa bakteri isolat diri menghasilkan oksigen.

2. Saran -

DAFTAR PUSTAKA

21