53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal cord (Meningitis Foundation of America). Manesfestasi dari meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental (van de Beek, 2004). Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen (van de Beek, 2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for Disease Control and Prevention). Streptococcus pneumonie (51%) adalah penyebab paling sering dari meningitis dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004). Vaksinasi dapat berhasil mengurangi meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal C (Tidy,2009). Pasien yang mengalami defek dural, sedang menjalani spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus, alkoholisme, splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian adalah salah satu faktor resiko meningitis (Tidy, 2009). Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin 1

Makalah Meningitis Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radang selaput otak

Citation preview

Page 1: Makalah Meningitis Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal

cord (Meningitis Foundation of America). Manesfestasi dari meningitis adalah demam, leher

kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental (van de Beek, 2004). Sistem saraf pusat

manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak,

sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang

oleh benda-benda patogen (van de Beek, 2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3

orang per 100.000 orang (Centers for Disease Control and Prevention).

Streptococcus pneumonie (51%) adalah penyebab paling sering dari meningitis

dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004). Vaksinasi dapat berhasil mengurangi

meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal C (Tidy,2009). Pasien yang

mengalami defek dural, sedang menjalani spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes

melitus, alkoholisme, splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian adalah salah satu

faktor resiko meningitis (Tidy, 2009).

Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara

berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi

pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin untuk

Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib

dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100

per 100.000.7 Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9

Di Uganda (2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per

100.000.28

Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang

luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian

penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan

diselingi dengan KLB besar secara periodik.

1

Page 2: Makalah Meningitis Fix

Kelembaban yang rendah dapat merubah barier mukosa nasofaring, sehingga merupakan

predisposisi untuk terjadinya infeksi. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi

meningococcus, transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan (airbone

droplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training. (Sumber : Irfannuddin

;Fisiologi Paramedis)

Penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Group B beta-haemolitic

streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli adalah patogen yang sering

terjadi pada neonatus. Haemophilus influenza (bila lebih muda dari 4 tahun dan belum

divaksinasi), meningococcus (Neisseria meningitis), dan Streptococcus pneumonie

(pneumococcus) adalah salah satu patogen pada bayi dan anak- anak paling sering . Pada

orang remaja dan dewasa muda, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah S.

pneumonie, H. influenza, N. meningitis, gram negative Bacilli, Streptococci, dan Listeria

monocytogenes. Pada dewasa tua dan pasien immunocompromised, patogen penyebab

meningitis yang paling sering adalah Pneumococcus, Listeria monocytogenes, tuberculosis,

gram negative organis, dan Cryptococcus. Sedangkan penyebab meningitis bukan infeksi

yang paling sering antara lain sel- sel malignan (leukemia, limpoma), akibat zat-zat

kimia (obat intratekal, kontaminan), obat (NSAID, trimetoprim), Sarkoidosis, sistemis

lupus eritematosus (SLE), dan Bechet’s disease (Tidy,2009).

Faktor yang mempengaruhi prognosa adalah usia pasien, bacteriemia, kecepatan terapi,

komplikasi dan keadaan umum dari pasien sendiri.Fatality rate yang rendah terlihat pada

kelompok usia antara 3 dan 10 tahun. Angka mortalitas yang tinggi didapatkan pada infant,

pasien dewasa dengan keadaan umum yang buruk, dan pasien dengan perdarahan adneral yan

gextensive.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta,

tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh

persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara

dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.

Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian

pasien pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van de

2

Page 3: Makalah Meningitis Fix

Beek, 2004). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat 704.000 kasus

dengan jumlah kematian 100.000 orang. Di antara tahun 1998 dan 2002 dilaporkan adanya

224.000 kasus baru meningococcal meningitis.

Oleh karena banyaknya etiologi yang menyebabkan terjadinya meningitis, maka

penting untuk mengetahui penyebab, faktor resiko, faktor pencetus,faktor predisposisi dan

cara pencegahan terjadinya meningitis. Dan maka dari itu tujuan dari pembuatan makalah ini

pun adalah untuk mengetahui etiologi dari meningitis, faktor resiko, faktor pencetus, faktor

predisposisi, cara pencegahan meningitis, dan semua hal lainnya yang menyangkut

meningitis akan dibahas oleh penulis di makalah ini.

3

Page 4: Makalah Meningitis Fix

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Selaput Otak

Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf

yang halus berfungsi membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal. Meningea

terdiri dari tiga lapis, antaranya:

2.1.1 Lapisan Luar (Durameter)

Durameter merupakan wadah yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum

tulang belakang, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi menjadi

bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan bagian dalam

(meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium

serebelum, dan diafragma sella.

2.1.2 Lapisan Tengah (Arakhnoid)

Arakhnoid juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan durameter

dengan piameter dan membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi

seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan

subdural yang berisi sedikit cairan jernih seperti getah bening. Pada ruangan ini terdapat

pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta

dipenuhi cairan serebrospinal.

2.1.3 Lapisan Dalam (Piameter)

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang

mensuplai darah ke otak dalam jumlah banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan

4

Page 5: Makalah Meningitis Fix

otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara 5rachnoid dan piameter disebut sub

5rachnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan

serebrospinalis dari otak sampai ke sumsum tulang belakang.

2.2 Definisi

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang

melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri

ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak (Black

& Hawk, 2005).

Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.

Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti sinusiotis, otitis

media, pnemonia, endokarditis, atau osteomielitis.Meningitis bakterial adalah inflamasi

arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,meningiotis juga bisa di sebut leptomeningitis

adalah infeksi selaput araknoid dan CSS di dalam ruangan subaraknoid (Lippincott Williams &

Wilkins, 2012).

5

Page 6: Makalah Meningitis Fix

2.3 Patofisiologi

INFEKSI SISTEMIK

Didapat dari infeksi di

organ tubuh lain yang akhirnya

menyebar secara hematogen

sampai keselaput otak,

misalnya otitis media kronis,

mastoiditis, pneumonia, TBC,

perikarditis, dan lainnya.

TRAUMA KEPALA

Bisanya terjadi pada

trauma kepala terbuka atau

pada fraktur basis cranii yang

memungkinkan terpaparnya

CSF dengan lingkungan luar

melalui othorrhea dan

rhinorhea

KELAINAN ANATOMIS

Terjadi pada pasien

seperti post operasi di

daerah mastoid, saluran

telinga tengah, operasi

cranium.

FAKTOR

MATERNAL

- Rupture

membran fetal

- Infeksi maternal

pada minggu

terakhir

kehamilan

F.

IMUNOGLOBULI

- Defisiensi

mekanisme imun

- Defisiensi

immunoglobulin

- Anak

mendapatkan

pengobatan

imunosupresi

F. PREDISPOSISI

Lelaki > wanita

FAKTOR

PENCETUS

- Otitis media

- Pneumonia

- Sinusitis

- Sicklecell anemia

- Fraktur cranial,

trauma otak

- Operasi spinal

BAKTERI

- Haemophillus

influenza

- Streptococcus grup

A

- Meningococcal

- Pnemococcal

VIRUS

- Toxoplasma

gondhi

- Rickatsia

- Spereticampak,

- Mumps,

- Herpes

JAMUR

- Cryptococcusne

ofatau mans

- Coccidioides

immitris

PROTOZOA

- Naegleria

fowleri

- Angiostrongylu

s cantonensus

NON INFEKSI

- Melalui

trauma tajam

- Prosedur

operasi,

- Abses otak

- Rinorrhea

6

Page 7: Makalah Meningitis Fix

- Escheria colli simplex

- Herpes zoster.

- otorrhea

Masuk melalui nasofaring, luka atau makanan yang tercemar

Masuk kedalam pemuluh darah

Membentuk koloni

Menembut blood brain barrier

Selaput otak (meningens)

Masuk ke ruang subarahnoid (karna banyak glukosa)

Pelepasan endotoksin ( bakteri gram -) / asam tekinoat

Memicu sel microgliya

Memicu sistem pertahanan endotel Memicu sistem makrofag

Merangsang IL1 + TNF alfa

Merangsang platelet activating factor

Merangsang

prostaglandin

Peningkatan

permiabilitas blood

bran barrier

Merangsang IL1

Kerusakan vaskuler

Membentuk trombus-trombus

Terjadi trombo emboli

Emboli lepas ke pembuluh darah

7

Page 8: Makalah Meningitis Fix

Reaksi peradangan di jaringan

cerebral

MENINGITIS

Metaolisme bakteri

Eksudat purulen menyebar

ke dasar otak dan medulla

spinalis

Mengubah metabolisme sel

otak dan produksi enzim

neuro transmitter

Kerusakan neorologis

(kernig +, burunzinki +)

Akumulasi bakteri

Secret/cairan di serebral jernih

Meningitis serosa

Akumulasi secret

Secret/cairan di cerebral

Meningitis purulenta

Komponen darah di cerebral

Peningkatan komponen darah di cerebral

Peningkatan viskositas

Peningkatan permiabilitas kapiler

Bakteri masuk ke aliran balik vena

Keseluruh tubuh

Sepsis

MK : Resiko tinggi infeksi

Sel darah merah pindah

keintrasisial

Kebocoran cairan di

intravaskular

8

Page 9: Makalah Meningitis Fix

Muncul ruam dan merah pada kulit EDEMA CEREBRAL Ketidak seimbangan ion (kalium, natrium) dan asam

basa

Mencephalon

Perubahan pada

system RAS

Tidak dapat lepaskan

katekolamin

Penurunan tingkat

kesadaran

Penurunan reflex

batuk

Penumpukan secret di

jalan nafas

MK : Tidak bersihan

jalan nafas

Decemphalon

Menekan hipotalamus

Meningkatkan rangsangan

hipofise posterior

Demam MK : Hipertermi

Perforasi

Keringat berleihan

Biaporesis

MK : Kekurangan volume

cairan

Volume

tekanan otak

meningkat

Vasostasme

pemuluh darah

cerebral

Penurunan

perfusi jaringan

cerebral

MK :

Gangguan

perfusi jaringan

Komplikasi

1. cerebral

palsi

2. ganggren

meningens

3.

meningococus

Gangguan homeostasis

neuron

Kelainan depolarisasi neuron

Hiperaktivitas neuron

Kejang MK : Resiko

Cedera

Berkurang koordinasi

MK : Gangguan Mobilitas

fisik

Komplikasi :1. epilepsi

2. masalah koordinasi dan keseimbangan

3. masalah ingatan dan gangguan konsentrasi

4. masalah berbicara karna ada gangguan aktivitas

neuron

PENINGKATAN TIK

9

Page 10: Makalah Meningitis Fix

Nyeri kepala

hebat

MK : Nyeri

Merangsang saraf

simpatis

Mual muntah

Penurunan nafsu

makan

MK : Gangguan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

Menekan saraf

Rangsangan

otot leher

Otot leher

kontraksi

Otot leher

tegang

Kaku punduk

Penurunan aliran darah ke otak

Peningkatan tekanan darah sistemik

Penurunan aliran

balik vena ke

jantung

Pembengkakan

dan pemesaran

disfus optikus

Papil edema

Pemesaran retina

Photopobia

Penurunan

ketajaman

pengelihatan

MK : Gangguan

Persepsi sensori

Komplikasi :

Pengelihatan

hilang

parsial/total

Rangsangan

inhibisi ke

jantung

Bradikardi

Nafas menjadi

lambat

MK : Gangguan

pola nafas

10

Page 11: Makalah Meningitis Fix

2.4 Nursing Care Process

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan

diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Pada umumnya klien dengan meningitis keluhan yang paling utama adalah adanya

nyeri kepala atau penurunan kesadaran.

3. Data riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian ini meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan keluhan pada

saat dilakukan pengkajian, dan dikembangkan dengan menggunakan analisa

PQRST.

P: Problem

Apakah yang meyebabkan keluhan dan meringankan serta memberatkan keluhan.

Nyeri kepala pada pasien dengan penyakit meningitis biasanya disebabkan oleh

adanya iritasi meningen. Nyeri dirasakan bertambah bila beraktivitas dan akan

berkurang jika beristirahat.

Q : Quantity / Quality

Seberapa parah keluhan dan bagaimana rasa nyeri tersebut serta seberapa sering

keluhan itu muncul. Biasanya pada pasien meningitis nyeri kepala dirasakan

menetap dan sangat berat.

R: Region

11

Page 12: Makalah Meningitis Fix

Lokasi dimana keluhan dirasakan dan sejauh mana arah penyebaran keluhan.

S : Scale

Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang, dan berat. Nyeri

kepala pada klien meningitis yang sangat berat skalanya adalah 5, dikarenakan

adanya iritasi meningen yang disertai kaku kuduk.

T : Timing

Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang atau tidak,

dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Keluhan nyeri dirasakan menetap

atau terus menerus karena iritasi meningen.

b. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat komplikasi akibat TBC, OMSK, herpes simplex, herpes zooster,

campak, AIDs, dan bekas pembedahan pada otak. Apakah klien punya riwayat

trauma kepala atau tulang belakang.

c. Riwayat penyakit keluarga

Kaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita penyakit sama dengan klien.

Riwayat demam disertai kejang. Adanya penyakit mneular seperti TBC.

4. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,

interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan. Dan apakah klien rajin

dalam melakukan ibadah sehari-hari.

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital (TTV)

12

Page 13: Makalah Meningitis Fix

Pada klien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh 38-41° C, dimulai pada

fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, dan berkeringat. Keadaan ini

dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang mengganggu

pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-

tanda peningkatan TIK. Jika disertai dengan peningkatan frekuensi napas, sering

kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi

pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan darah (TD)

biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda

peningkatan TIK.

2. B1 (Breathing)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot

bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas yang sering didapatkan pada klien

meningitis disertai adanya gangguan sistem pernapasan. Auskultasi bunyi napas

tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan

penyebaran primer dari paru.

3. B2 (Mood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular dilakukan pada klien meningitis pada

tahap lanjut seperti jika klien sudah mengalami renjatan (syok). Infeksi fulminasi

terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-

tanda septikemia yaitu demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang

menyebar di sekitar wajah dan ekstremitas, syok dan tanda-tanda koagulasi

intravaskular diseminata (CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam

setelah serangan infeksi.

4. B3 (Brain)

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada

tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma

maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan

bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

13

Page 14: Makalah Meningitis Fix

5.B4(Bladder)

Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume

pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan

curah jantung ke ginjal.

6.B5 (Bowel)

Mual untah disebabkan peningkatan produksi asam lambung. Pementihan nutrisi

pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan kejang.

7. B6 (Bone)

Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan

pergetangan kaki). Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada

penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan

ekstremitas. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelernahan

fisik secara mum sehingga mengganggu ADL.Biasanya klien mengalami

penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit dimengerti,

kadang tidak bisa bicara dan hasil TTV : denyut nadi bervariasi dan tekanan darah

meningkat.

a. Pengkajian Fungsi Serebral.

Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi

wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya

status mental klien mengalami perubahan.

b. Pengkajian Saraf Kranial. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf I- XII.

Saraf I.

Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi

penciuman.

Saraf II.

Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papil

edema mungkin didapatkan pada meningitis supuratif disertai

14

Page 15: Makalah Meningitis Fix

abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya

peningkatan TIK .

Saraf III, IV, dan VI.

Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang

tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa adanya

kelainan. Pada tahap lanjut meningitis dapat mengganggu

kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akin

didapatkan mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan

terhadap cahaya.

Saraf V.

Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah

dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

Saraf VII.

Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

Saraf VIII.

Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X.

Kemampuan menelan baik.

Saraf XI.

Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Adanya usaha dari diri klien untuk melakukan fleksi leher dan

kaku kuduk (rigiditas nukal)

Saraf XII.

Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi. Indra pengecapan normal.

5. Pengkajian Sistem Motorik.

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan, dan koordinasi pada meningitis tahap

lanjut mengalami perubahan.

6. Pengkajian Refleks.

15

Page 16: Makalah Meningitis Fix

Pemeriksaan respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien

meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+)

7. Pengkajian Sistem Sensorik.

Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri, suhu

yang normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, sensasi propriosefsi,

dan diskriminarif normal.

8. Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang herhubungan dengan peningkatan TIK

(tekanan intrakranial). Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen

dan edema serebral terdiri atas: perubahan karakterisrik tanda-tanda vital (melebarnya

tekanan nadi dan bradikardia). Pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah, dan

penurunan tingkat kesadaran. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang mencolok

pada meningitis meningokokus (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua

klien dengan tipe meningitis mengembangkan lesi-lesi. lritasi meningen

mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada

semua ripe meningitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk, tanda Kernig (+), dan

adanya tanda Brudzinski.

Kaku Kuduk

Kaku kuduk merupakan tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala

mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan

menyebabkan nyeri berat.

Tanda Kernig Positif

Ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah

abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.

Tanda Brudzinski

Tanda ini didapatkan jika pada klien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan

pinggul jika dilakukan fleksi pasif pada eksrremitas bawah pada salah satu

sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

2.4.3 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a. Pemeriksaan Kaku Kuduk

16

Page 17: Makalah Meningitis Fix

Pada pemeriksaan ini, pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif

berupa fleksi dan rotasi kepala. Jika didapatkan kekakuan dan tahanan pada

pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot ini menandakan kaku

kuduk positif (+). Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan

pada hiperekstensi dan rotasi kepala.

b. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien diperiksa dengan cara berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan

fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh

mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig dikatakan positif (+) bila kaki tidak dapat di

ekstensikan sempurna (ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°) disertai spasme

otot paha biasanya dengan rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)

17

Page 18: Makalah Meningitis Fix

Pasien berbaring terlentang lalu pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala

dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat

kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I dikatakan positif (+) bila pada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti

pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II dikatakan positif (+) bila pada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

2.4.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Lumbal Pungsi

18

Page 19: Makalah Meningitis Fix

A. Indikasi

- Diagnosis meningitis, ensefalitis dan inflamasi pada cairan spinal lainnya.

- Perdarahan sub arachnoid, intra serebral

- Meningeal karsinomatis

- Mengukur tekanan intra kranial

- Pemberian kemoterapi intrathecal

- Drainase/reduksi cairan likuor, seperti pada hidrosefalus commonican

- Mengetahui respon terapi meningitis

B. Kontraindikasi

- Diduga peninggian intra kranial oleh karena SOL Trantentorial herniasi

- Infeksi lokal decubitus

- Kadar trombosit < 40.000

- Protrombin time < 50%

- Penyakit/gangguan jantung, pernapasan yang berat

- Diduga ada lesi massa pada spinal cord, untuk ini perlu lumbal pungsi yang

diikuti myelografi

C. Komplikasi

- Sakit kepala (post lumbal puncture headache)

- Hematoma epidural/sub dural

- Infeksi

- Herniasi

D. Tahapan Pelaksanaan

- Pasien dibaringkan rata pada pinggir tempat tidur dengan posisi miring, leher

—badan—paha—lutut Fleksi

- Lokasi LP L4-L5 (setentang SIAS), boleh juga pada L2-L3

- Kulit dibersihkan dengan yodium bilas dengan alcohol, sebelumnya beri

anestesi lokal

19

Page 20: Makalah Meningitis Fix

- Dorong jarum pelan-pelan. Jarum akan masuk dengan mudah hingga

mencapai ligamen di antara prosesus spinalis vertebralis. Berikan tekanan

lebih kuat untuk menembus ligamen ini, sedikit tahanan akan dirasakan saat

duramater ditembus.

- Tarik kawatnya (stylet), dan tetesan CSS akan keluar. Jika tidak ada CSS yang

keluar, kawat dapat dimasukkan kembali dan jarum didorong ke depan pelan-

pelan.

- Bila selesai, tarik jarum dan kawat dan tekan tempat tusukan beberapa detik.

Tutup bekas tusukan dengan kasa steril.

2. EEG (Electroencephalography)

Ilmu yang mempelajari aktivitas listrik otak. Teknik melakukan rekaman dan

mengintrepretasikan suatu electroencephalogram (rekaman listrik otak yang direkam

oleh elektroda yang ditempatkan pada kulit kepala.)

Indikasi EEG : Diagnosis dan klasifikasi kejang, enselofati, ensefalitis, brain

death, pengukuran dan prognosis kejang, deteksi lesi otak structural tumor serebri,

trauma kapitis, gangguan metabolic, fisiologis di otak.

3. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah

(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,

pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.

c. Glukosa serum (yang dibandingkan dengan glukosa CSF)

d. Nitrogen urea darah (BUN) atau kreatinin dan profil hati

4. Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan

CT Scan.

20

Page 21: Makalah Meningitis Fix

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

5. Neuroimaging (CT kepala dan MRI otak)

Struktural / anatomis CT Scan, MRI, Myelografi

Fungsional EEG, EMG

Metabolisme PET, SPECT

Blood Vasculature Angiografi

6. Glass Test atau Tumbler Test

Glass test adalah menekan kulit yang terdapat banyak rash (bintik-bintik)

dengan gelas. Pada orang normal, rash tersebut akan berubah warna menjadi pudar,

namun bila rash tersebut warnanya tidak berubah, maka bisa menandakan meningitis

dengan komplikasi septicemia. (Sign, Symptoms, and Management in Bacterial

Meningitis, 2010)

2.5 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Gangguan perfusi jaringan otak yang

berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.

3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada meningitis.

4. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pada meninge.

5. Resiko tinggi defisit volume cairan yang berhubungan dengan mual,muntah dan demam.

6. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

asupan nutrisi tidak adekuat.

2.6 Intervensi

21

Page 22: Makalah Meningitis Fix

Diagnosa Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan inflamasi

dan edema pada otak dan meningen

Data penunjang : Malaise, pusing, nausea, muntah, iritabilitas, kejang, kesadaran

menurun bingung, delirium. Perubahan refleks-refleks, tanda-tanda

neurologis, fokal pada meningitis, tanda-tanda peningkatan tekanan

intrakranial (bradikardi, tekanan darah meningkat), nyeri kepala hebat.

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan

otak meningkat.

Kriteria hasil : Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, disorientasi negatif, konsentrasi

baik, perfusi jaringan dan oksigenasi baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal, dan syok dapat dihindari.

Intervensi Rasional

Monitor klien dengan ketat terutama setelah

dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi.

Anjurkan klien berbaring minimal 4-6 jam

setelah lumbal pungsi.

Posisi dapat mempengaruhi tekanan

intrakranial.

Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan

intrakranial selama perjalanan penyakit (nadi

lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran

menurun, kelemahan).

Peningkatan tekanan intrakranial

menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.

Monitor tanda-tanda vital tiap 5-30 menit dan

hati-hati pada hipertensi sistolik.

Pada keadaan normal autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan darah

sistemik berubah secara fluktuasi.kegagalan

autoreguler menyebabkan kerusakan

kerusakan vaskuler cerebral yang

dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik

dan penurunan diastolik. Sedangkan

peningkatan suhu menggambarkan adanya

22

Page 23: Makalah Meningitis Fix

perjalanan infeksi.

Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerak-

gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring.

Posisi dapat mempengaruhi tekanan

intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial

menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.

Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-

hati, cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak

perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi

leher.

Posisi kepala dapat mempengaruhi tekanan

intrakranial.

Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan

klien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan

enema). Anjurkan klien untuk

menghembuskan napas dalam bila miring

dan bergerak di tempat tidur. Cegah posisi

fleksi pada lutut.

Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau

merubah posisi dapat melindungi diri dari

efek valsava.

Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan

diatur tepat waktu dengan periode relaksasi;

hindari rangsangan lingkungan yang tidak

perlu.

Pada periode relaksasi dapat mencegah

eksitasi yang merangsang otak yang sudah

iritasi dan dapat menimbulkan kejang.

Monitor persepsi sensorik klien. Beri

penjelasan keadaan lingkungan pada klien.

Deteksi dini gangguan persepsi sensorik

klien.

Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap

gangguan motorik, sensorik, dan intelektual.

Evaluasi menentukan rehabilitasi yang akan

diberikan.

Kolaborasi pemberian steroid osmotik.

Penggunaan kortikosteroid (biasanya,

deksametason, 0.15 mg / kg setiap 6 jam

selama 2-4 hari).

Terapi steroid osmotik dapat menurunkan

permeabilitas kapiler, menurunkan edema

serebri, menurunkan metabolik sel dan

kejang.

Kortikosteroid pengobatan tambahan untuk

meningitis bakteri meningkatkan hasil

dengan pelemahan efek merugikan dari

pertahanan host (misalnya, respon inflamasi

terhadap produk bakteri dan produk-produk

23

Page 24: Makalah Meningitis Fix

aktivasi neutrofil).

Anjurkan untuk melaksanakan program

pengobatan sesuai dengan arahan sampai

dengan tuntas.

Pengobatan yang tidak tuntas menyebabkan

terapi yang gagal dan resisten terhadap

antibiotic yang diberikan.

Anjurkan untuk memberikan pelaporan

khusus apabila terjadi demam kambuhan,

perubahan tekanan fontanel, dan kerusakan

neurologis pasca meningitis.

Deteksi dini kekambuhan dapat mencegah

timbulnya komplikasi.

2.7 Pencegahan

Vaksinasi

Di Indonesia, terdapat dua jenis vaksin meningitis, yaitu vaksin meningokokus polysakarida dan

vaksin meningokokus konjugat. Vaksin meningokokus polysakarida bisa diberikan untuk usia

berapa pun dan mampu memberi perlindungan sebesar 90-95 persen. Untuk anak di bawah usia 5

tahun, vaksin ini bisa bertahan 1-3 tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi selama 3-5

tahun. Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 11-55 tahun. BPOM

menyarankan agar individu usia 11-55 tahun melakukan program vaksinasi meningitis konjugat

ini.

Cara terbaik untuk mencegah meningitis adalah dengan menerima vaksinasi yang tersedia.

Tetapi karena penyakit ini bisa dibilang jarang, vaksinasi meningitis belum termasuk dalam

jadwal vaksin wajib di Indonesia

Meningitis adalah hasil dari infeksi yang menjalar. Bakteri atau virus yang menyebabkan

meningitis bisa tersebar melalui batuk, bersin, ciuman, atau berbagi peralatan. Beberapa langkah

awal untuk mencegah terjangkit meningitis adalah:

Mencuci tangan

Berlatih hidup higienis

24

Page 25: Makalah Meningitis Fix

Pola hidup sehat

Menutup mulut saat bersin atau batuk

Jika sedang hamil, berhati-hati dalam memilih makanan

Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam vaksin.

Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru atau tidak.

Vaksin yang sudah tersedia antara lain:

Vaksin MMR (campak, gondongan dan campak Jerman): Dapat diberikan pada umur 12

bulan, vaksin ulangan umur 5-7 tahun

Vaksin pneumokokus (PCV): Usia di bawah 1 tahun diberikan setiap dua bulan sekali, di

atas dua tahun cukup diberikan sekali

Vaksinasi DTaP/IPV/Hib: Perlindungan pada bakteri Hib, difteri, batuk, tetanus dan virus

polio

Vaksin meningitis  belum termasuk jadwal imunisasi anak tetapi dapat didapatkan di Indonesia.

Konsultasikanlah dengan dokter Anda jika menginginkan vaksin tersebut.

25

Page 26: Makalah Meningitis Fix

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahsan mengenai meningitis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Meningitis adalah salah satu penyakit radang dari selaput otak ( arachnoid dan piameter)2. Meningitis dapat disebabkan oleh dua hal utama yaitu bakteri dan virus. Namun tidak

hanya disebabkan oleh bakteri dan virus saja, ada juga beberapa faktor predisposisi yang juga cukup berperan dalam terjadinya meningitis seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsung tulang belakang.

3. Berdasarkan penyababnya meningitis dibagi menjadi dua yaitu meningitis serosa dan menigitis purulen.

3.2 Saran

Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka penderita meningitis di Indonesia, perlu

diberdayakan deteksi dini meningitis. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan mengenai penyakit

meningitis mencakup penyebab, faktor risiko, gejala, dan cara pencegahannya.

26

Page 27: Makalah Meningitis Fix

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php .2006 (Diambil tanggal 22 September

2014)

http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview . Ramachandran TS. Tuberculous

Meningitis (Diambil tanggal 22 September 2014)

http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-nofareni.pdf. Nofareni. Status imunisasi bcg dan

faktor lain yang mempengaruhi terjadinya meningitis tuberkulosa

http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-edit Pradhana D. Referat

Meningitis. (Diambil tanggal 22 September 2014)

http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview#showall (Diambil tanggal 22

September 2014)

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/meningitis/basics/prevention/con-20019713

(Diambil tanggal 22 September 2014)

Universitas Sumatera Utara . Asuhan keperawatan pada pasien meningitis Chapter II (2011)

Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1999

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Penerbit: Media Aesculapius, Jakarta, 1999

Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta, 2000

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC 1999

http://www.ichrc.org/a14-pungsi-lumbal-lumbal-puncture-lp

27

Page 28: Makalah Meningitis Fix

Blewitt J, Donovan, September 2010, ‘’Signs, symptoms and management of bacterial

meningitis’’

http://search.proquest.com/docview/807482938/fulltextPDF/DBD3D828F24D413BP

Q/39?accountid=48290, 22 September 2014.

28

Page 29: Makalah Meningitis Fix

LAMPIRAN

1. Antibiotik yang direkomendasikan untuk klien yang dicurigai Meningitis Bacterial,

Berdasarkan umur dan Faktor Predisposisi

Umur atau Faktor Predisposisi Antibiotics

0-4 minggu Ampicillin plus either cefotaxime atau an aminoglycoside

1 bulan-50 tahun Vancomycin plus cefotaxime atau ceftriaxone*

> 50 tahun Vancomycin plus ampicillin plus ceftriaxone atau

cefotaxime plus vancomycin*

Gangguan yang berhubungan dengan

sel imunitas

Vancomycin plus ampicillin plus either cefepime atau

meropenem

Meningitis berulang Vancomycin plus cefotaxime atau ceftriaxone

Basilar skull fracture Vancomycin plus cefotaxime atau ceftriaxone

Trauma kepala, operasi saraf, atau

shunt CSF

Vancomycin plus ceftazidime, cefepime, atau meropenem

CSF = cerebrospinal fluid.

*Add ampicillin if Listeria monocytogenes is a suspected pathogen.

2. Spesifik Antibiotik dan Durasi Terapi untuk Meningitis Bakterial Akut

Bakteri Kerentanan terhadap Antibiotic(s) Durasi

(hari)

Streptococcus

pneumoniae

Penicillin MIC ≤0.06

μg/mL

Disarankan: Penicillin G atau

ampicillin

10-14

29

Page 30: Makalah Meningitis Fix

Alternatif: Cefotaxime,

ceftriaxone, chlatau amphenicol

Penicillin MIC ≥0.12

μg/mL

Cefotaxime atau

ceftriaxone MIC ≥0.12

μg/mL

Disarankan: Cefotaxime atau

ceftriaxone

Alternatif: Cefepime, meropenem

Cefotaxime atau

ceftriaxone MIC ≥1.0

μg/mL

Disarankan: Vancomycin plus

cefotaxime atau ceftriaxone

Alternatif: Vancomycin plus

moxifloxacin

Haemophilus

influenzae

Beta-lactamase−negative Disarankan: Ampicillin 7

30

Page 31: Makalah Meningitis Fix

Alternatif: Cefotaxime,

ceftriaxone, cefepime, chlatau

amphenicol, aztreonam, a fluatau

oquinolone

Beta-lactamase−positive Disarankan: Cefotaxime atau

ceftriaxone

Alternatif: Cefepime, chlatau

amphenicol, aztreonam, a fluatau

oquinolone

Beta-lactamase−negative,

ampicillin-resistant

Disarankan: Meropenem

Alternatif: Cefepime, chlatau

amphenicol, aztreonam, a fluatau

oquinolone

Neisseria

meningitidis

Penicillin MIC < 0.1

μg/mL

Disarankan: Penicillin G atau

ampicillin

7

31

Page 32: Makalah Meningitis Fix

Alternatif: Cefotaxime,

ceftriaxone, chlatau amphenicol

Penicillin MIC ≥0.1 μg/mL Disarankan: Cefotaxime atau

ceftriaxone

Alternatif: Cefepime, chlatau

amphenicol, a fluatau oquinolone,

meropenem

Listeria

monocytogenes

... Disarankan: Ampicillin atau

penicillin G

Alternatif: TMP-SMX

14-21

Streptococcus

agalactiae

... Disarankan: Ampicillin atau

penicillin G

Alternatif: Cefotaxime,

14-21

32

Page 33: Makalah Meningitis Fix

ceftriaxone, vancomycin

Enterobacteriaceae ... Disarankan: Cefotaxime atau

ceftriaxone

Alternatif: Aztreonam, a fluatau

oquinolone, TMP-SMX,

meropenem, ampicillin

21

Pseudomonas

aeruginosa

... Disarankan: Ceftazidime atau

cefepime

Alternatif: Aztreonam,

meropenem, ciprofloxacin

21

Staphylococcus

epidermidis

Disarankan: Vancomycin

Alternatif: Linezolid

33

Page 34: Makalah Meningitis Fix

Consider addition of rifampin

MIC= minimal inhibitatau y concentration; TMP-SMX = trimethoprim-sulfamethoxazole

3. Quiz

1. Sebutkan 3 lapisan meningen (selaput otak )

Jawab :

1. Lapisan Luar (Durameter)

2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)

3. Lapisan Dalam (Piameter)

2. Apa definisi meningitis?

Jawab :

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput

yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti

virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah

kedalam cairan otak.

3. Sebutkan 3 klasifikasi meningitis berdasarkan etiologi.

Jawab :

1. Bakteri

2. Virus

3. Jamur

4. Sebutkan 3 bakteri yang menyebabkan meningitis

Jawab :

34

Page 35: Makalah Meningitis Fix

1. Haemophillus influenza

2. Satreptococcus grup A

3. Meningococcal

4. Pnemococc

5. Sebutkan 3 penyakit yang dapat menyebabkan meningitis

Jawab :

1. TBC

2. OMSK

3. HIV Aids

6. Sebutkan 3 diagnosa keperawatan pada penykit meningitis

Jawab :

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan inflamasi dan edema pada

otak dan meningen

2. ketidak efektifan bersihan jalanan napas berhubungan dengan akumulasi sekret

3. nyeri berhubungan dengan inflamasi

4. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada meninge

5. resiko tinggi defisit cairan

6. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan nutrisi kurang adekuat

7. sebutkan 4 pemeriksaan penunjang pada meningitis

Jawab :

1.Lumbal fungsi

2. EEG

35

Page 36: Makalah Meningitis Fix

3. Pemeriksaan darah

4. Pemeriksaan Radiologis

5. neuroimaging (CT kepala dan MRI otak)

6. Glas test / tumbler test

8. sebutkan 3 manisfestasi umum yang sering terajadi pada meningitis

Jawab :

1. kaku kuduk

2. nyeri kepala

3.demam

4. mual muntah

5. fotopobia

6. Tanda kernig dan bruzinski (+)

9. Sebutkan minimal 3 pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menetukan bahwa pasien

menderita meningitis!

Jawab : Pemeriksaan kaku kuduk, tanda kernig, brudzinski, lumbal pungsi, LED (Laju

Endap Darah), Radiologis (CT Scan)

10. Sebutkan 3 intervensi yang harus dilakukan perawat pada diagnosa utama pasien dengan

meningitis! Sertakan rasionalnya!

Jawab :

Intervensi Rasional

Monitor klien dengan ketat terutama setelah

lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring

Untuk mencegah nyeri kepala yang

menyertai perubahan tekanan intrakranial.

36

Page 37: Makalah Meningitis Fix

minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi.

Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan

intrakranial selama perjalanan penyakit (nadi

lambat, tekanna darah meningkat, kesadaran

menurun, kelemahan).

Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang

harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi

awal.

Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap

5-30 menit. Catat dan laporkan segera

perubahan-perubahan tekanan intrakranial ke

dokter.

Perubahan-perubahan ini menandakan ada

perubahan tekanan intrakranial dan penting

untuk intervensi awal.

Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerak-

gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring.

Untuk mencegah peningkatan tekanan

intrakranial

Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-

hati, cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak

perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi

leher.

Untuk mengurangi tekanan intrakranial.

Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan

klien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan

enema). Anjurkan klien untuk

menghembuskan napas dalam bila miring

dan bergerak di tempat tidur. Cegah posisi

fleksi pada lutut.

Untuk mencegah keregangan otot yang dapat

menimbulkan peningkatan tekanan

intrakranial.

Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan

diatur tepat waktu dengan periode relaksasi;

hindari rangsangan lingkungan yang tidak

perlu.

Untuk mencegah eksitasi yang merangsang

otak yang sudah iritasi dan dapat

menimbulkan kejang.

Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan

pada klien.

Untuk mengurangi disorientasi dan untuk

klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu.

Evalluasi selama masa penyembuhan

terhadap gangguan motorik, sensorik, dan

intelektual.

Untuk merujuk ke rehabilitasi.

Kolaborasi pemberian steroid osmotik. Untuk menurunkan tekanan intrakranial.

37

Page 38: Makalah Meningitis Fix

38