28

Click here to load reader

Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB IPENDAHULUAN

 

  Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan

yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat

pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan

kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kuriJkulum tidak bisa dilakukan

tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para

penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai

kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar

pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan

para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan

pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan

pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.

Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara

sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan

dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga

dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih

efektif dan efisien.

 

 

 

 

 

 

Page 2: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB IILANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

 

A. Pengertian Kurikulum

1. Kurikulum sebagai Rencana Belajar

“program belajar bagi siswa yang disusun secara sistimatis dan logis,

diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan”

(Sudjana, 2005:5).

2. Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran

“kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran,

melainkan sesuatu yang fungsional yang beroprasi dalam kelas, yang

memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang

berlangsung di dalam kelas”

(Sukmadinata, 2005: 4-6).

3. Kurikulum sebagai Rencana Pengalaman Belajar

“program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di

harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang

tersusun secara sistematis, di berikan kepada siswa di bawah tanggung

jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi

dan kompetensi sosial anak didik” (Sudjana, 2005:5).

4. Kurikulum dalam Arti Luas

“seluruh program dan kehidupan dalam sekolah”(wijaya, 1988 : 24).

5. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pelajaran, teknik penilaian, serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu” .

6. Pengertian secara Umum

“suatu rencana yang dirancang agar proses belajar mengajar dapat

berjalan secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan di bawah

bimbingan dan tanggung jawab sekolah beserta staf pengajar”(Windari,

2011: http://www.infodiknas.com).

Page 3: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

“suatu rencana atau aktifitas yang menyangkut semua kegiatan

yang dilakukan dan di alami peserta didik dalam proses pembelajaran

disekolah maupun lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditentukan”(Windari, 2011: http://www.infodiknas.com).

B. Hakikat Pengembangan Kurikulum

Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum

sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai

pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam

sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat mengahadapi masa depannya

dengan baik.

Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller dalam (Wina,

2008:33 ) menyangkut enam aspek, yaitu:

1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak

dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.

2. Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai organisme yang

aktif atau pasif.

3. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu

dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah

perilaku anak.

4. Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola

secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas

belajar.

5. Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperan sebagai

instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator

yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak didik untuk belajar.

6. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau

nontes.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses

penyesuaian rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari

serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan

mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa

bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menetukan isi atau muatan

Page 4: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingi dicapai;

sedangkan menetukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan system nilai

dan kebtuhan masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita

pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses

pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau

landasan pengembangan kurikulum (Wina, 2008:31-32).

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Menurut (Wina, 2008:39-42), ada beberapa prinsip umum dalam

pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Prinsip Relevansi

Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu

relevansi ke luar (eksternal) dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri

(internal). Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus

memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian

antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar

yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat

penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini

menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.

Ada 3 macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:

Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Kedua, relevan

dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan

datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi

yang sedang berkembang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia

pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu

memenuhi dunia kerja.

2. Prinsip Fleksibilitas

Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak

sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu

ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau

kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan

prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat

lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan

Page 5: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak

fleksibel akan sulit diterapkan.

Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama, fleksibel bagi guru,

yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk

mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang

ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan

berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat

siswa.

3. Prinsip Kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman

belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan

antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang

pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan

dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak

bersama-sama.

4. Prinsip Efisiensi

Betapa bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut

keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula

biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.

Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-

keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.

Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga harus praktis.

5. Prinsip Efektifitas

Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana, tetapi

keberhasilannya tetap harus diperhatikan, baik secara kuantitas maupun

kualitas.

D. Landasan Pengembangan Kurikulum

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah

pentingnya rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara

mendalam, analisis, logis, sistematis dalam merencanakan,

Page 6: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam

bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam

bentuk pelaksanaan di sekolah.

a.    Filsafat Pendidikan

Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang

dihadapai manusia,  termasuk masalah pendidikan. Pendidikan

sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai

penunjang, di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya

adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk

memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja

Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang

sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada

umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu :

filsafat idealisme, realisme dan filsafat fragmatisme.

b.    Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa

manusia itu? Kajian terhadap persoalan ini berupaya untuk

menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul beberapa asumsi

tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius,

makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari

beberapa telaahan tersebut filsafat mencoba menelaah tentang tiga

pokok persoalan, yaitu hakikat benar-salah (logika), hakikat baik-

buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Oleh karena itu

maka ketiga pandangan tersebut sangat dibutuhkan dalam

pendidikan. Terutama dalam menentukan arah dan tujuan

pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa, terlebih

dahulu harus ada kejelasan pandangan hidup manusia atau tentang

hidup dan eksistensinya.

Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan

dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan

membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu,

filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat

Page 7: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat

mempengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

c.    Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari

pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahn

pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa filsafat memiliki

manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam

memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan

pendidikan. Menurut Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa

manfaat filsafat pendidikan, yaitu:

1)   Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana

anak-anak melalui pendidikan di sekolah. Sekolah adalah suatu

lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang

dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara.

2)   Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat

yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang

harus dicapai.

3)   Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat

kepada segala usaha pendidikan.

4)   Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai

usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.

5)   Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi

kegiatan-lkegiatan pendidikan.

d.    Kurikulum dan Filsafat Pendidikan

Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai

tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh

filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja

kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan

falsafah/pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut oleh

karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum

pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya.

Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum

Page 8: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan

politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang,

maka orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuaikan dengan

kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari

Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan secara

bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah

dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun

disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.

Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat

dipengaruhi oleh filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti

bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerluka

pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan

dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang

senantiasa cepat berubah.

2. Landasan Psikologis

Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum,

tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan

dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari

segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari

unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

a.    Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum

Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-

keunikan, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau

gerakan-gerakan tertentu. Hal ini memberikan gambaran bahwa

sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk

berkembang. Bagi aliran yang sangat percaya dengan kondisi

tersebut sering menganggap anak sebagai orang dewasa dalam

bentuk kecil. J.J.Rousseau, seorang ahli pendidikan bangsa

Perancis, termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu. Dewasa

dalam bentuk kecil mengandung makna bahwa anak itu belum

sepenuhya memiliki potensi yang diperlukan bagi penyesuaian diri

terhadap lingkungannya, ia masih memerlukan bantuan untuk

Page 9: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

berkembang ke arah kedewasaan yang sempurna Rousseau memberi

tekanan kepada kebebasan berkembang secara mulus menjadi orang

dewasa yang diharapkan.

Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu

adalah hasil dari pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas

putih, di mana orang-orang di sekelilingnya dapat bebas menulis

kertas tersebut. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan di

atas, di mana justru aspek-aspek di luar anak/lingkungannya lebih

banyak mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang

dewasa. Pandangan ini sering disebut teori Tabularasa dengan

tokohnya yaitu John Locke.

Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan yang

menyebutkan bahwa perkembangan anak itu merupakan hasil

perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui

akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun

potensi ini akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat

pengaruh lingkungan. Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan

tokohnya yaitu William Stern. Pandangan yang terakhir ini

dikembangkan lagi oleh Havighurst dengan teorinya tentang tugas-

tugas perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas

perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang secara nyata harus

dipenuhi oleh setiap anak/individu sesuai dengan taraf/tingkat

perkembangan yang dituntut oleh lingkungannya. Apabila tugas-

tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya

anak/individu tersebut akan mengalami masalah.

b.    Psikologi Belajar dan Kurikulum

Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana

individu belajar. Belajar bisa diartikan sebagai perubahan perilaku

yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku baik

yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi

karena prosespengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku

belajar. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi secara insting

Page 10: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

atau terjadi karena kematangan, atau perilaku yang terjadi secara

kebetulan, tidak termasuk belajar. Mengetahui tentang

psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas

pokoknya yaitu pembelajaran anak.

Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada

dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori

Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme,

dan Organismik atau kognitif Gestalt Field.

3. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di

masyarakat. Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan selalu berubah-

ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kekuatan itu dapat berupa

kekuatan yang nyata maupun yang potensial, yang berpengaruh dalam

perkembangan kebudayaan seirama dengan dinamika masyarakat.

a. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam

pengembangan kurikulum dengan pertimbangan :

1)   Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita,

sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.

2)   Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan

refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-

kebiasaan.

3)   Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut

kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia

yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:

1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.

2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam

bermasyarakat.

3. Benda hasil karya manusia.

b. Masyarakat dan Kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang

diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok

Page 11: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah

masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang

terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang

berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap

masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan

demikian yang membedakan masyarakat yang satu dengan

masyarakat lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai

implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang,

reaksi terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan di

mana ia dibesarkan..

Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan

mengubah pula kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga

dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Adanya

perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya

sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang

menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain kebutuhan

masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-

individu sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu,

pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada

keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal.

Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada

pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan

lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya merupakan

sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi. Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting

memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses

pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang

sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan

rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya

memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.

Page 12: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

4. Landasan Lain

a. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik

(siswa) menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan

yang semakin pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-

ilmu lainnya untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu

dan teknologi tak dapat dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan

teknologi berkembang teramat pesat seiring lajunya perkembangan

masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan- kemampuan

tersebut, maka ada hal-hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:

1)   Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang

dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia,

pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan dan

penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang

dan jasa.

2)   Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas, yakni

untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.

3)   Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai

agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan

lingkungan hidup.

4)   Pembangunan IPTEK harus berpijak pada upaya peningkatan

produktivitas, efesiensi dan efektivitas penelitian dan

pengembangan yang lebih tinggi.

5)   Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya

yang memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan

masalah konkret dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni:

Page 13: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

1)   Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK

untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.

2)   Masyarakat, yang memanfaatkan IPTEK itu pengembangan

masyarakat dan mengembangakannya secara swadaya.

3)   Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi,

mengembangkan IPTEK untuk disumbangkan kepada

pembangunan.

4)   Pengusaha, untuk meningkatkan produktivitas

Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa

menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin

pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Landasan Historis

Landasan Historis berkaitan dengan formulasi program-

program sekolah pada waktu lampau yang masih hidup sampai

sekarang, atau yang pengaruhnya masih besar pada kurikulum saat

ini (Johnson, 1968). Oleh karena kurikulum selalu perlu

disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan

zaman, maka perkembangan kurikulum pada suatu saat tertentu

diadakan untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan pada waktu

tertentu.

Kurikulum yang dikembangkan pada saat ini, perlu

mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah

kita capai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula selanjutnya,

kita perlu mempertimbangkan kurikulum yang yang ada sekarang

waktu mengembangkan kurikulum di masa depan, karena apa yang

telah kita lakukan sekarang akan berpengaruh terhadap kurikulum

yang akan dikembangkan di masa depan.

c. Landasan Yuridis

Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang

ditetapkan melalui keputusan menteri Pendidikan Nasional RI.

Page 14: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

Sebagai pengejawantahan dari kebijakan pendidikan yang

ditetapkan oleh lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan

pada konstitusi/UUD. Dengan demikian landasan yuridis

pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945

(pembukaan alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan

perundangan seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20 Tahun

2003), UU Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri

Pendidikan, Surat Keputusan dari Dirjen Dikti, peraturan-peraturan

daerah dan sebagainya.

E. Pengembangan Kurikulum di Australia

Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri semenjak

awal 1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada

sekolah-sekolah. Tetapi kecepatannya sangat bervariasi. Pada beberapa

negara bagian, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah

dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal.

Pada negara bagian yang lain, pejabat-pejabat yang relevan di pusat

menyusun tujuan umum dan sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk

kurikulum yang rinci tetapi tetap berada dalam kerangka tujuan umum yang

telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar terjadi pada kurikulum

sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir; detail kurikulum disusun secara

terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua territories , the

Australian Capital Territory (ACT) dan the Northern Territory, sekolah

relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan

kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang ditentukan di tingkat sekolah.

Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum

secara umum biasa terjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam departemen

pendidikan. Pedoman kurikulum pada dasarnya disusun oleh komisi-komisi

kurikulum yang sudah ada untuk setiap bidang . Walaupun sekolah-sekolah

swasta memiliki otonomi yang cukup luas dalam hal kurikulum. Banyak hal

mereka mengikuti kurikulum yang sama yang dipakai di sekolah-sekolah

negeri dalam negara bagian atau teritorinya. Pusat Pengembangan Kurikulum

(Curriculum Development Centre, CDC) dibentuk oleh pemerintah

Page 15: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

Commonwealth dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi dan

mendiseminasikannya, serta menyiapkan materi kurikulum. Buku-buku

pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk seksi kurikulum,

departemen pendidikan, Dewan Penelitian Pendidikan Australia (ACER),

Pusat Pengembangan Kurikulum (CDC), penerbit buku-buku akademik yang

komersial, dan asosiasi guru-guru bidang studi.

Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinsipnya

terletak pada masing-masing guru dan sekolah. Pada umumnya format

pengajaran pada pendidikan dasar ialah seorang guru memegang satu kelas,

tetapi ada kecenderungan terjadinya variasi pengelompokan kelas. Sama

halnya di sekolah menengah, hampir semua siswa tetap berada dalam

kelompok-kelompok umur yang bersamaan, dan mereka diajar oleh guru-guru

bidang studi, dan ada pula kecenderungan untuk mengelompokkan siswa

tidak berdasarkan kesamaan umur (horizontal age grouping) tetapi beda umur

(vertical age grouping), diajar oleh tim guru (team teaching), dan siswa

dikelompokkan dalam format-format kecil.

Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia

tereletak terutama pada isi kurikulum (curriculum content), yaitu menentukan

isi kurikulum yang cocok untuk masyarakat. Hal ini timbul disebabkan oleh

perubahan yang terjadi dalam masyarakat Australia dan komposisi penduduk.

Lebih sulit memperoleh kesepakatan tentang isi kurikulum saat ini

dibandingkan dengan masa sebelumnya karena masyarakat Australia yang

semakin pluralistik dan sekaligus multikultural.

Sesudah tahun 1970, semua departemen pendidikan terlibat dalam

peninjauan kembali tujuan, struktur, dan kurikulum. Di antara upaya yang

dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan kurikulum inti. Di

sampung itu, pada tingkat pendidikan menengah, banyak sekolah yang

menawarkan mata kuliah alternatif di luar mata kuliah yang sudah ada,

dengan prioritas pada bidang keahlian kejuruan dan teknologi. Tetapi masih

banyak lagi tugas yang harus dilakukan. Curriculum Framework di Australia

disusun dalam rangka menyongsong datangnya Abad XXI, dengan semboyan

"Educating our Children to succeed in the 21th Century". Prof. Lesley Parker,

Page 16: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

Chair of the Curriculum Council, menyatakan rasa bangganya, karena "The

Curriculum Framework was developed through a unique cosultative process

that involved almost 10.000 teachers, parents, academics, curriculum officers,

students and other members of the community". Dengan kata lain,

pengembangan kurikulum di Australia telah melibatkan semua stakeholder

pendidikan.

Ada beberapa hal yang menarik dalam Curriculum Framework:

Pertama, ada 8 kondisi yang melatarbelakangi pengembangan kurikulum di

Australia, yaitu (1) cultural diversity, (2) changes in the family structure, (3)

rapid pace of technologival change, (4) global environmental issues, (5)

changing nature of social conditions, (6) change in the workplace, (7) inter-

dependence in the global economy, (8) uncertain standards of living. Kedua,

ada lima karakteristik nilai (values) yang akan dibangun melalui kurikulum

tersebut, yaitu: (1) pursuit of knowledge and commitment to achievement of

potential, (2) self acceptance and respect of self, (3) respect and concern for

others and their rights, (4) social and civic responsibility, dan (5)

environmental responsibility.

Apakah kurikulum di Australia telah menganut konsep kurikulum

yang berbasis kompetensi? Curriculum Framework tidak mengggunakan

istilah "berbasis kompetensi" atau "competency-based", namun menggunakan

istilah "student outcomes statement" atau dikenal dengan "overarching

statement learning outcomes", yang rumusannya pada hakikatnya sama

dengan rumusan kompetensi.

 

 

 

 

 

 

Page 17: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB IIIKESIMPULAN

 

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman

maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau

menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat

berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan

seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah

digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.

 

 

Page 18: Makalah Landasan Pengembangan Kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

ACARA . 2012. The Shape of the Australian Curriculum Version 3. Sydey: Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority.

Ansyar, Mohammad dan Nurtei. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti.

Fahatullah, dkk. Sistem Pendidikan Australia. Bandung: Universitas Islam Nusantara Bandung. 

Karyadi, Benny dan Ibrahim. 1996. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum Modul 1 – 6. Jakarta : Universitas Terbuka, Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru Algerindo.

Undang-Undang Republik Indonesia No.XX Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.

Windari, 201. Hakekat Pengembangan Kurikulum. http://www.infodiknas.com, diunduh 3 Oktober 2012.