22
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “ ASMA ” Disusun Oleh : 1. Adi Purnomo (121440124040001) 2. Afriyanti Retno Sari (121440124050002) 3. Agasira Wisang K (121440124060003) 4. Agustin Setyaningsih (121440124070004) 5. Aji Setyo Oetomo (121440124080005) 6. Amanatul Kudsiyah (121440124130010) 7. Aniatun Rokhimah (121440124150012) 8. Ayih Puspita Sari (121440124190016)

Makalah Kgd Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asmaaa

Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMA

Disusun Oleh :1. Adi Purnomo(121440124040001)2. Afriyanti Retno Sari(121440124050002)3. Agasira Wisang K(121440124060003)4. Agustin Setyaningsih(121440124070004)5. Aji Setyo Oetomo(121440124080005)6. Amanatul Kudsiyah(121440124130010)7. Aniatun Rokhimah(121440124150012)8. Ayih Puspita Sari(121440124190016)

PRODI DIII KEPERAWATAN 3ASEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSAPURWOKERTO2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Nursing ini yang berjudul ASMA tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Clinical Nursing I STIKes Harapan Bangsa Purwokerto dengan dosen pengampu Ibu Tri Sumarni, S. Kep., Ns.Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing yang dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca sebagai kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan sebagai acuan bagi para pembaca dalam membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Purwokerto, 23 Februari 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit asma merupakan salah satu penyakit yang populer di Indonesia Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh pengelolaan asma yang tidak terkontrol dan ditambah dengan sikap pasien dan dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998).Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala (Sundaru, 2008). Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, tapi gejalanya dapat dikontrol. Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, menghindari stres dan olahraga. Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat.

B. Tujuana. Tujuan KhususTujuan khusus makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Clinical Nursing I dengan dosen pengampu Ibu Tri Sumarni, S. Kep., Ns.b. Tujuan UmumTujuan umum makalah ini adalah :1. Mengetahui definisi asma.2. Mengetahui etiologi asma.3. Mengetahui manifestasi klinis asma.4. Mengetahui Pemeriksaan penunjang asma.5. Mengetahui Penatalaksanaan medis asma.6. Mengetahui Penatalaksanaan keperawatan asma7. Mengetahui Asuhan Keperawatan asmaBAB IIISIA. ASMAa. Definisi asmaAsma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitive terhadap factor khusus (pemicu) yangh menyebabkan jalan udara menyempit hingga udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengik.Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodic sepasmo otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial( spasme bronkus) spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi. Terdapat dua tipe utama asma yaitu asma ekstrinsik dan instrinsik.ASMA EKSTRINSIKASMA INTRINSIK

Juga disebut asma alergik atau atipik

Aktivasi sel mast, infiltrasi eosinofil

Dicetuskan oleh antigen dari lingkungan.

Terjadi reaksi antigen-antibodi IgE spesifik.

Mediator inflamatori termasuk histamine, brakidin, leukotrienes, factor pengaktif trombosit, prostaglandin tromboksan A2, dan factor kimia untuk eosinofik, trombosit, netrofil, dan limfosit T.

Spasme bronkus terjadi dalam hitumgan menit kemudian memulih;reaksi lambat terjadi 4-8 jam kemudian.Penyebab alergi tidak diketahui

Serangan terjadi pada masa dewasa dan dapat sangat parah.

Factor-factor pencetus termasuk infeksi traktus resporatorius, obat-obatan, iritan dari lingkungan, udara dingin, udara kering, olahraga dan stress emosional.

Kemungkinan penyebab spasme bronkus terjadi akibat ketidakseimbangan antara system saraf otonom divisi simpatis dan parasimpatis.

Mediator kimia menyebabkan inflamasi dan konstriksi bronkus.

b. EtiologiFaktor-faktor yang dapat menimbulkan asma :1. AlergenAlergen adalah zat-zat tertentu yang bila di hisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah, spora jamur, bulu kucing, bulu binatang, dan beberapa makanan laut dan sebagainya.2. Infeksi saluran pernafasanInfeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan salah satu factor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan.3. Tekanan jiwaTekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi menjadi penderita asma. Factor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.4. Olahraga atau kegiatan jasmani yang beratSebagian penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul setelah beberapa jam setelah olahraga.5. Obat-obatanBeberapa klien dengan asma sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, betabloker, kodein, dan sebagainya.6. Polusi udaraKlien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan,asap rokok,asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.7. Lingkungan kerjaLingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2 sampai 15 % klien denagan asma.

c. Manifestasi Klinis Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak nafas dan mengi (wheezing) dan pada sebagian penderita disertai rasa nyeri di dada. Pada waktu serangan penderita bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja keras. Gejala-gejala tersebut tidak selalu terdapat bersama-sama, sehingga kita mengetahui beberapa tingkatan penderita asma sebagai berikut :a) Tingkat Pertama, yaitu penderita asma yang secara klinis normal, tanpa kelainan pemeriksaan fisis maupun kelainan pemeriksaan fungsi parunya. Pada penderita ini timbul gejala asma bila ada faktor pencetus.b) Tingkat kedua, yaitu penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisisnya, tetapi fungsi paru-parunya menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.c) Tingkat ketiga, adalah penderita asma tanpa keluhan tetapi pada pemeriksaan fisis maupun pemeriksaan fungsi paru menunjukkan tanda obstruksi jalan nafas. penderita ini sudah sembuh dari serangan asmanya, tetapi bila tidak meneruskan pengobatannya akan mudah mendapat serangan asma kembali.d) Tingkat keempat, adalah penderita yang mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas berbunyi. Pada pemeriksaan fisis maupun pemeriksaan spirometri dan ditemukan tanda-tanda obstruksi jalan nafas. penderita tingkat ini terbagi atas beberapa tingkat atau derajat.

e) Tingkat kelima, adalah status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma acut yang berat bersifat refrakter sementara, terhadap pengobatan yang diberikan/lasim dipakai. Obstruksi jalan nafas harus diperhatikan dengan serius.

d. PatofisiologiSuatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE).IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil.Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain.

e. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan Laboratorium1. Pemeriksaan sputum, dilakukan untuk melihat adanya : Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal2. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menendakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan factor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.3. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.2. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada emfisema paru yaitu :a) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.b) Terdapatnya tanda-tanda hipertopi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle Branch Block).c) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segman ST negative.4. Scanning ParuDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.5. SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergic.

f. Penatalaksanaan medisPengobatan Nonfarmakologi1. Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari factor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi dengan ahli kesehatan.2. Menghindari factor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asmayang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup baik bagi klien.3. Fisioterapi. Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

Pengobatan farmakologi1. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.2. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.3. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4x semprot tiap hari.4. Kromolin dan Iputropin bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari.

g. Penatalaksanaan keperawatan1. Auskultasi bunyi nafas2. Kaji/pantau frekuensi nafas3. Catat adanya/derajat dispnea4. Beri posisi yang nyaman5. Pertahankan polusi lingkungan minimum6. Observasi karakteristik batuk7. Pertahankan masukan cairan sesuai indikasi8. Berikan obat sesuai indikasi

h. Fokus pengkejianA. Pengkajian Primer1. Airway- Krekels, ronkhi, batuk keras, kering/produktif- Penggunaan otot otot aksesoris pernapasan ( retraksi interkosta)2. Breathing- Perpanjangan ekspirasi , mengi, perpendekan periode inspirasi, sesak napfas, hipoksia3. Circulation - Hipotensi, diaforesis, sianosis, pulsus paradoxus > 10 mm

B. Pengkajian Sekunder - Riwayat Penyakit Sebelumnya : Alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas - Riwayat perawatan keluarga : Adakah riwayat penyakit asma pada keluarga - Riwayat Sosial Ekonomi : jenis pekerjaan dan waktu luang, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen, hewan piaraan, lingkungan tempat tinggal dan stressor emosih. Diagnosa Keperawatan-Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mucus- Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru - Gangguan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. - Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

i. Fokus Rencana Intervensi1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.Kriteria hasil: Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baikIntervensi : Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk. Berikan air hangat. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi).2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan : Pola nafas kembali efektif.Kriteria hasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.Intervensi: Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk. Berikan oksigen tambahan Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer3. Gangguan Nutrisi Kurang Dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuatTujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil : Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.Intervensi: Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva). Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Timbang berat badan dan tinggi badan. Anjurkan klien minum air hangat saat makan. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi. Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin B squrb 21. Antiemetik rantis 214. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.Kriteria hasil : KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedangIntervensi:- Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.- Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.- Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur..- Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanAsma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitive terhadap factor khusus (pemicu) yangh menyebabkan jalan udara menyempit hingga udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengik.Faktor-faktor yang dapat menimbulkan asma :1. Alergen2. Infeksi saluran pernafasan3. Tekanan jiwa4. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat5. Obat-obatan6. Polusi udara7. Lingkungan kerja

DAFTAR PUSTAKAhttp://makalahperawat.blogspot.com/2011/02/pneumonia.html (diakses tanggal 15 September 2013)http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-pneumonia.html (diakses tanggal 15 September 2013)http://sheikka.blogspot.com/2013/04/makalah-asma-bronchial.html (diakses tanggal 15 September 2013)http://vitakusuma9.blogspot.com/ (diakses tanggal 15 September 2013)

5