Upload
dessy-angghita
View
245
Download
28
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah ini merupakan tugas mata kuliah keperawatan komunitas .
Citation preview
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Usia Produktif Dengan Masalah Tuberculosis
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Community, Fammily and Geriatric Nursing
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
Apriani (SA10007)
Dessy Angghita (SA10017)
Samuel Kristian Minar (SA100
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya Makalah mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Usia
Produktif dengan Masalah Tuberculosis dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Roselina Tambunan, M.Kep., Sp.Kom selaku koordiantor dan
dosen mata kuliah Community Fammily and Geriatric Nursing yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.
2. Ibu Ns. Anni Sinaga M.Kep selaku dosen mata kuliah Community
Fammily adn Geriatric Nursing yang selalu memberikan arahan dan
bimbingan selama perkuliahan berlangsung.
3. Ibu Ns. Windy Asih, MNg selaku dosen mata kuliah Community Fammily
and Geriatric Nursingyang selalu memberikan arahan dan bimbingan
selama proses perkuliahan berlangsung.
4. Seluruh anggota kelompok 9 yang telah bekerjasama dengan baik dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tidak pernah
berhenti, karena itu kami menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Bandung, 3 April 2013
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3 Metode Penulisan......................................................................................3
BAB IIPEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1 Konsep Asuhan Keperawan Komunitas....................................................4
2.2 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga.............................11
2.3 Konsep Tuberculosis...............................................................................11
2.3.1 Definisi.............................................................................................11
2.3.2 Etiologi.............................................................................................12
2.3.3 Manifestasi Klinis............................................................................13
2.3.4 Klasifikasi Diagnostik Tubeculosis..................................................14
2.3.5 Penatalaksanaan...............................................................................15
2.3.6 Pencegahan Transmisi dalam Lingkungan Perawatan.....................17
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tuberculosis................18
2.4.1 Pengkajian........................................................................................18
2.4.2 Analisa Data.....................................................................................22
2.4.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................24
2.4.4 Penetapan prioritas masalah.............................................................24
2.4.5 Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................25
ii
BAB IIIPENUTUP................................................................................................36
3.1 Simpulan..................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Smeltzer&Bare (2001),tuberkulosisadalahpenyakit infeksiusyang
mengenaiparenkimparuyangdisebabkanolehbasil mycobakterium
tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis mengenai paru meskipun
dapat mengenai organ lainnya. Pengobatan tuberkulosisyang
efektifsudahtersediatapisampaisaatinituberkulosis
masihtetapmenjadimasalahutama kesehatandunia.Haltersebut
ditunjukkandaridata,kurang lebih1/3pendudukduniaterinfeksioleh
mycobacteriumtuberkulosisserta pada tahun1998ada 3.617.047kasus
tuberkulosisyangtercatat di seluruh dunia. (Zulkifl A &Asril B, 2006).
Kasus tuberkulosis sebagian besar terjadi di negara-negara
berkembang,dan98%terjadikematiandiantaramereka 75%berada pada usia
produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan
tingginyapravelensimakalebihdari65% kematianmunculdarikasus
tuberkulosis di Asia (Zulkifl A &AsrilB, 2006).
Semenjak tahun 2000, tuberkulosis telah dinyatakan oleh WHO sebagai
remerging disease, karena angka kejadian tuberkulosis yang
dinyatakanmenurunpada tahun1990-ankembalimeningkat.Meskipun
demikian, untuk kasusdiIndonesiaangkakejadian tuberkulosis tidak pernah
menurun.
Berdasarkan SurveiKesehatan RumahTangga (SKRT) 2001
estimasiprevalensiangka kesakitandiIndonesia sebesar 8per1000 penduduk
berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan laboratorium. Berdasarkanhasil
SurveiKesehatan RumahTangga(SKRT) tahun2001,
TBCmendudukirangking ketigasebagaipenyebabkematian(9,4%dari
totalkematian) setelahpenyakitsistemsirkulasidansistempernafasan. Hasil
survei prevalensituberkulosis diIndonesiatahun 2004 menunjukkan
1
bahwaangkaprevalensi tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA)positif
secaranasional 110 per100.000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Faktor yang memudahkan timbulnya TBC umumnya berhubungan dengan
keadaan ekonomi yangkurang, pemahaman kurang sehat dengan penghuni
terlalu padat, makanan kurang bergizi dan kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan lingkungan. Kurangnya pengetahuan tentang gejala dan
bahaya TBC serta ketidakmauan masyarakat untuk melaporkan adanya tanda
dan gejala membuat program pemberantasan mengalami hambatan dalam
pelaksanaannya. Khusunya bagi kelurga yang didalamnya ada salah satu
anggota keluarga menderita TBC enggan melakukan pemeriksaan dan
pengobatan karena malu.
Sasaran utama asuhan keperawatan di komunitas adalah keluarga. Keluarga
merupakan unit pelayanan dalam kesehatan, karena masalah kesehatan saling
berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota keluarga sehingga
akan mempengaruhi pula sekitarnya atau masyarakat keseluruhan. Usaha
keperawatan memegang peranan penting dalam membantu proses
penyembuhan, mencegah terulangnya penyakit, menghindari penularan serta
mencegah komplikasi lebih lanjut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan megaplikasikan dalam
asuhan keperawatan keluarga di komunitas dengan masalah yang
terjadi pada usia prokduktif yaitu Tuberculosis serta mampu
merumuskan prinsip-prinsip pengelolaan asuhan keperawatan
komunitas pada keluarga yang mengalami tuberculosis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Pada akhir penyelesaian makalah ini di harapakan mahasiswa
mampu:
1. Memahami konsep asuhan keperawatan keluarga di komunitas.
2
2. Memahami konsep dasar tentang Tuberculosis
3. Melakukan pengkajian pada keluarga yang mengalami
tuberculosis.
4. Menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
masalah tuberculosis.
5. Membuat rencana tindakan berbasis keluarga dengan masalah
tuberculosis.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
pola deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali
apa yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai
sumber yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan hasil
pemikiran kelompok agar para mahasiswanya dapat mengerti dan memahami
tentang salah satu mata kuliah yang kami sajikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Asuhan Keperawan Komunitas
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan
penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima
tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu
dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
a) Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi dan kepadatan.
b) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
c) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah
tidak menimbulkan stress.
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
f) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
4
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
h) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa Keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Diagnosis keperwatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis
tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan di rumah sakit.
Diagnosis keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen, yaitu masalah,
etiologi serta tanda dan gejala. Etiologi untuk diagnosis keperawatan
keluarga adalah salah satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan
menyebabkan masalah keperawatan tersebut. Sebagai contoh, resiko
gangguan tumbuh kembang pada balita X berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang dalam
merawat anggota keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dapat bersifat potensial, resiko, atau
aktual. Diagnosis keperawatan keluarga yang bersifat potensial merupakan
diagnosis bahwa keluarga tersebut memiliki potensial yang memadai
untuk berkembang lebih baik. Jadi, diagnosis keperawatan keluarga yang
bersifat potensial merupakan suatu keadaan perkembangan keluarga
kearah sejahtera.
5
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang
perawat keluarga harus mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan. Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan
keluarga adalah sebagai berikut.
1. Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan. Yang termasuk ancaman kesehatan adalah sebagai
berikut.
a. Penyakit keturunan
b. Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
c. Keadaan yang menimbulkan stress
d. Kekurangan atau kelebihan gizi
e. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
2. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan memantapkan kesehatan
3. Situasi kritis adalah kondisi saat individu atau keluarga banyak dituntut
untuk menyesuaikan diri, termasuk juga dalam hal sumber daya
keluarga. Yang termasuk situasi kritis adalah perkawinan, kehamilan,
persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan anggota
keluarga, abortus anak masuk sekolah, kehilangan pekerjaan, kematian
anggota keluarga, dan pindah rumah. Macam-macam kondisi kritis
adalah sebagai berikut.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena
masalah-masalah berikut.
a) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c) Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut.
a) Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya
masalah
b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
6
c) Keluarga tidak sanggup memecahkan karena kurangnya
pengetahuan dan sumber daya keluarga
d) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
e) Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa
pilihan
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-
hal berikut.
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Tidak mengetahui tentang perkembangan penyakit yang
dibutuhkan
c) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan
e) Sikap negative terhadap anggota yang sakit
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anggota keluarga
karena hal-hal berikut.
a) Sumber dari keluarga tidak cukup
b) Kurang mampu memelihara keutungan dan manfaat dari
pemeliharaan lingkungan rumah
c) Konflik personal dalam keluarga
d) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
e) Sikap dan pandangan hidup
e. Ketidakmampuan meggunakan sumber di masyarakat untuk
memelihara kesehatan karena hal-hal sebagai berikut.
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Rasa takut akibat dari tindakan
d) Fasilitas yang diperlukan tidak terjangkau
e) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
7
3. Perencanaan (Intervensi) Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap
perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan
cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan
bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan
di wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
a) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
b) Melakukan pengkajian
c) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
d) Melatih kader
8
e) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya
perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
a) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
b) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
c) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
d) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
e) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Implementasi Keperawatan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang
gizi.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
d. Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu sebagai berikut :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara
umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh:
9
imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam
kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit,
Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak,
memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
10
2.2 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Setiadi(2008) mengatakandalampemberianasuhan keperawatan kesehatan
keluarga,adabeberapaperananyang dapatdilakukanoleh perawat antaralain
adalah:
1. Pengenal kesehatan (health monitor)
2. Perawatmembantukeluarga untukmengenalpenyimpangandari
keadaannormaltentangkesehatannyadenganmenganalisa datasecara
objektifserta membuatkeluargasadarakanakibatmasalahdalam
perkembangan keluarga.
3. Pemberianpelayananpadaanggotakeluargayang sakit,dengan memberikan
asuhan keperawatan kepada anggotakeluargayangsakit
4. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan
kesehatan keluarga, yaituberperandalammeng
5. koordinirpelayanankesehatan keluaragabaik secaraberkelompok maupun
individu.Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan
itu mudah dijangkauolehkeluarga danmembantumencarikanjalan
pemecahannya.
6. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
2.3 Konsep Tuberculosis
2.3.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam,
dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson,
1995:753).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim
paru (Bruner dan Suddart. 2002 : 584).
11
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini
disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J.
Corwn, 2001 : 414).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI
2001;472).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimmpulkan tuberkulosis adalah
suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat
patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.
2.3.2 Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa
mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um,
ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam
sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini
memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini
merupakan predilaksi penyakit tuberkulosis.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth
J powh 2001: 414)
1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu
dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
12
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat
5. Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan
gizi, by pass gatrektomi.
6. Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika
Latin Karibia)
7. Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8. Individu yang tinggal di daerah kumuh
9. Petugas kesehatan
2.3.3 Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-
macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak
adalah (Suparna, dkk IPD jilid II, 1991) :
a. Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat
sembuh kembali, begitu seterusnya hilang timbul, sehingga pederita
malas tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan ini
sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada
brinnchus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang. Sifat batuk mulai dari yang kering, kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa
batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-pembuluh darah
yang pecah.
c. Sesak Nafas
13
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas,
sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
inflasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering
ditemukan, anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.
2.3.4 Klasifikasi Diagnostik Tubeculosis
1. TB Paru
a. TBA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto
thorax menyokong TB, dan gejala klinis sesuai TB.
b. TBA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan
rontgen klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada
pengobatan awal anti TB (initial therapy).
2. TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan
BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskois
langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan
belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru.
Pengobatan anti TB harus dimulai.
3.Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa
pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil
pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.
14
2.3.5 Penatalaksanaan
1. Medik
Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah
terjangkit infeksi.
Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum
dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap
obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah ioniazid (hidradzid asam
isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin (RIF). Dosis lazim
INH untuk orang biasanya 5 – 10 mg/kg berat badan atau sekitar
300/mg/hari, EMB, 25mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg,
RIF, 600 mg sekali sehati. Efek samping Etambutol adalah neuritis
retrobular disertai penurunan ketajaman penglihatan, uji ketajaman
penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat
diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi, komplikasi
yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada
penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada
mereka yang berusia 50 tahun keatas. Disfungsi hati ringan, seperti
terbukti dengan peningkatan aktivitas serum amino transferase,
ditemukan pada 10 – 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu minimal
terapi kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi
negatif. Sesudah itu msih harus dianjurkan terapi dengan INH saja
selama satu tahun
Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS)
mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka
pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru
yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama pengobatan 6 atau
9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF
(tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada
15
pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien tanpa
penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker.
Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen
harian yang terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-
kurangnya 2 bulan, obat-obat ini dapat juga ditambah dengan
streptomisin atau EMB bila diduga terdapat resistensi terhadap INH.
Pada fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari dua kali seminggu
dalam 4 bulan.
Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari
selama 1 atau 2 bulan, diikuti pemberian INH dan RIF tiap hari atau
dua kali seminggu selama 9 bulan. Seperti rejimen 6 bulan,
streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan bila diduga
ada resistensi terhadap INH.
Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg
INH dan 600 mg RIF. Setelah fase permulaan dengan komoterapi
yang berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan, dokter dapat memberikan
pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali seminggu adalah 15
mg/kg berat badan, sedangkan dosis RIF tetap 600 mg.
Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk
anak-anak, tetapi data-data pemakaian RIF pada anak-anak masih
sangat terbatas. Pengurangan dosis INH sampai 10 mg/kg dan RIF
sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hepatotoksik.
2. Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang
indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi
relatif.
a. Indikasi mutlak pembedahan
- Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat sputum tetap (+)
16
- Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
- Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
b. Indikasi relatif pembedahan
- Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
- Kerusakan 1 paru atau lubus dengan keluhan
- Sisa kavitas menetap
c. Prinsip Perawatan TBC Secara Umum
- Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah
kecuali jika sudah terjadi komplikasi seperti tuberkulosis milier,
meningitis tuberkulosis, pleuritis, dan sebagainya.
- Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan
dalam pemberian obat, perlu juga memperbaiki keadaan
umumnya dengan memberikan makanan yang cukup bergizi.
- Klien harus cukup istirahat / bedrest
- Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah
harus cakup agar pertukaran udara berjalan dengan baik. Lebih
baik jika sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah, karena
akan membantu membasmi kuman. Perlengkapan tempat tidur
sebaiknya seminggu sekali dijemur dan alat tenunnya dicuci.
2.3.6 Pencegahan Transmisi dalam Lingkungan Perawatan
1. Indentifikasi dan pengobatan dini individu dengan tuberculosis aktif
(TB)
a. Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk
mengidentifikasi kasus dengan cepat
b. Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti TB
berdasarkan pada data klinis dan surveilensi obat.
2. Pencegahan penyebaran nuklei droplet infeksius dengan metoda
mengontrol sumber dan mengurangi kontaminasi mikroba diudara
dalam ruangan.
17
a. Lakukan tindakan isolasi basil than asam (BTA) harus
menggunakan respiratoir partikulat disponsibel yang menempel
dengan sangat pas diwajah.
b. Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti
klinis penurunan infeksius.
c. Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus
menggunakan respirator partikulat disponsibel yang menempel
dengan sangat pas diwajah
d. Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti
klinis penurunan infeksius yaitu batuk berkurang secara
substansial dan jumlah organisme pada smear sputum berikut
berkurang. Jika diduga dinyatakan adanya resistensi obat,
lanjutkan tindak kewaspadaan isolasi sampai smear sputum
menunjukkan negatif terhadap BTA.
e. Gunakan tindakan pencegahan khusus selama prosedur yang
merangsang batuk.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tuberculosis
2.4.1 Pengkajian
a. Identifikasi data
1. Data Keluarga
Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta
alamat tinggal keluarga. Apabila ada yang tinggal dalam satu rumah
dengan penderita TBC maka orang tersebut berisiko tertular dua kali
lebih besar daripada orang yang tidak tinggal serumah dengan
penderita.
2. Komposisi Keluarga
Deilakukan pengidentifikasian penyakit TB di mulai dari anggota
keluarga yang ssudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan
urutan usia dari yang tertua di karnakan penyakit TB mudah menular
pada anggora keluarga.
18
a) Umur penderita seringkali berasal dari usia produktif (15-50
tahun). Angka tertinggi pada wanita ditemukan 40-50 tahun
(doengoes, 1999)
b) Jenis kelamin, insiden tertinggi pada laki-laki kulit putih. Pada
wanita prevalensinya masih rendah dan meningkat juga lebih
sedikit dibandingkan laki-laki.
3. Tipe Keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada
yang menderita penyakit TB.
4. Latar Belakang Budaya
Status kesehatan yang buruk (alkoholisme, perokok), tinggal di
lingkungan yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan makan
sepiring berdua, penggunaan tempat pelayanan kesehatan secara
berkala.
5. Pola Spiritual
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan yang aktif diikuti.
6. Status Kelas Sosial
a) Penghasilan keluarga
Keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga yang
tidak mampu bekerja lagi, pendapatannya menurun dan akan
mempengaruhi dalam pemenuhan gizi keluarga, akibatnya daya
tahan tubuh anggota keluarga rendah sehingga kemungkinan
terserang TB sangat besar. Faktor yang mempengaruhi
kemungkinan seseorang menjadi penderita Tb adalah daya tahan
tubuh yang rendah.
b) Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah
pendidikan, ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi
masalah yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan
tentang masalah TB membuat keluarga tidak mampu merawat
19
penderita baik yang mengakibatkan kondisi penyakit bertambah
buruk dan timbuk komplikasi.
7. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga, frekuensi
aktivitas anggota keluarga dan penggunaan waktu senggang secara
bersama-sama.
b. Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan setiap angggota keluarga dari usia bayi sampai
usia lanjut.
2. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah keluarga yang pernah
menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang
sifatnya herediter misalnya diabetes, hipertensi, hepatitis serta
bagaimana perawatan dari keluarga dan pengobatan medis yang telah
diberikan.
c. Data Lingkungan
1. Krakterisitik Rumah
Lingkungan rumah yang kumuh, berdebu, kurang ventilasi,
penerangan yang kurang, keadaan kamar tidur yang pengap karena
sinar matahari tidak masuk, kasur yang tidak pernah di jemur
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kuman tuberculosis
mudah menyebar dan menular.
2. Macam lingkungan tempat tinggal
Tinggal di tempat yang padat penduduk dan kumuh.
3. Karakteristik hubungan dengan tetangga
Biasaynya penderita TB cenderung merasa rendah diri dalam
pergaulan.
4. Mobilitas geografis keluarga
Statusrumah yang di huni keluarga apakah rumah sendiri atau
menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah
dari daerah mana.
20
5. Interaksi keluarga denganmasyarakat
a) Fasilitas sosial dan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau
menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita
TB.
b) Fasilitas transportrasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat
diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan
penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan
sehingga memperburuk keadaan.
6. Sistem pendukung dalam keluarga
Dalam keberhasilan pengobatan TB diharapkan dari keluarga ada
yang menjadi pengawas minum obat.
d. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Menjelaskan cara berkomunikasi antar angggota keluarga, sistem
komnunikasi yang digunakan, efektif atau tidaknya komunikasi
dalam keluarga.
2. Struktur peran
Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam
keluarga dengan baik sesuai dengan fungisnya. Seorang penderita
TB akan mengalami perubahan kapasitas fisik dalam melaksanakan
peran.
3. Struktur kekuatan keluarga
Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat
dalam masalah mengatasi TB yang ada di keluarga.
4. Nilai dan norma keluarga
Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi di
keluarga dalam hal ini penyakit TB.
21
e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi perawatan kesehatan
a) Keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
c) Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga
yang sakit
d) Keluarga mampu memodifikasi dan memelihara lingkungan
untuk menunjang kesehatan.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
yang ada.
2. Koping keluarga
a) Stresor yang sering muncul dalam keluarga
b) Respon keluarga terhadap stresor
c) Koping yang digunakan dalam menghadapai stresor
2.4.2 Analisa Data
Menurut data yang sering didapatkan di masyaratat, masalah kesehatan
yang muncul pada keluarga dengan tuberculosis yaitu ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan ada
5 yaitu:
1.Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah yang disebabkan
oleh:
a. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang TBC
b. Rasa takut terhadap akibatnya bila masalah diketahui
c. Sikap dan falsafah hidupnya yang sulit di hindari seperti
kebiasaan merokok, minum minuman keras atau yang
mengandung alkohol berlebihan.
2.Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta dalam
melakukan tindakan yang tepat tentang TBC berhubungan dengan:
a. Tidak memahami tentang beratnya sifat masalah seperti akibat
lanjut yang bisa ditimbulkan.
22
b. Ketidakmampuan keluarga dalam memecahkan masalah karena
kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga seperti latar
belakang pendidikan dan keuangan keluarga.
c. Kurangnya kepercayaan terhadap petugas kesehatan dan
kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan terhadap
masalah TBC.
d. Ketidakmampuan keluarga memilih tindakan diantara beberapa
alternatif perawatan dan pengobatan terhadap penyakit TBC
3.Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan:
a. Tidak mengetahui keadaan penyakit TBC misalnya tentang sifat
penyakit TBC, penyebab dan penyebaran penyakit TBC, tanda
dan gekjala yang menyertai penyakit TBC
b. Rasa takut terhadap akibat dari tindakan yang berkaitan dengan
sumber yang ada pada keluarga misalnya: keuangan dan keluarga
yang bertanggung jawab.
c. Kekurangan pengetahuan tentang prosedur perawatan penyakit
TBC
4.Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang
dapat mempengaruhi TBC berhubungan dengan:
a. Kurangnya pengetahuan akan manfaat dan kuntungan dari
pemeliharaan lingkunga rumah
b. Kurangnya sumber daya keluarga misalnya, keuangan keadaan
fisik rumah yang kurang memenuhi syarat.
c. Kurangnya pengetahuanakan usaha pencegahan penyakit TBC
5.Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
untuk pengobatan dan konsultasi tentang TBC berhubungan dengan:
a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada misalnya: posyandu,
puskesmas, dan rumah sakit.
b. Tidak memahami keuntungan memanfaatkan fasilitas yang ada
c. Rasa asing dan tidak ada dukungan dari keluarga
23
2.4.3 Diagnosa Keperawatan
Beberapa Diagnosa keperawatan yang dapat diambil dalam keluarga
dengan kasus tuberculosis diantaranya:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan
2. Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan
3. Risiko perubahan nutrsisi kurang dari kebutuhan pada pendierita di
keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit TB.
2.4.4 Penetapan prioritas masalah
Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu dianosis
keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas
terhadap diagnossis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala
prioriras asuhan keperawatan keluarga. Prioritas masalah adalah penentuan
prioritas urutan masalah dalam merencanakan penyelesaian masalah keperawatan
melalui perhitungan skor.
24
2.4.5 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Dx. Kep.
keluarga
Tujuan Standar evaluasi Intervensi
Umum Khusus kriteria standar
1. Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n keluarga
merawat,
memodifikasi
lingkungan dan
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
Setelah
dilakukan 6x
pertemuan
dengan keluarga
diharapkan
keluarga mampu
merawat
memodifikasi
lingkungan dan
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
Setelah 6x30 m3nit,
keluarga dapat mencapai
5 tugas kesehatan
keluarga terkait dengan
masalah TB:
1. Setelah 2x30 menit
keluarga mampu
menganl masalah
TB dengan:
a. Menyebutkan
pengertian TB
Verbal/
kognitif
Tuberculosis adalah
penyakit infeksisus,
yang terutama
menyerang parenkim
paru (smeltzer,2001)
1.a.1 kaji pengetahuan keluarga tentang
TB.
1.a.2 Diskusikan dengan keluarga tentang
pengertian TB menggunakan lembar
balik.
1.a.3 Beri kesempatan kepada keluarga
untuk betanya hal-hal yang belum
jelas.
1.a.4 Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah disampaikan.
1.a.5 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang benar.
b. Me
nyebutkan tanda
dan gejala TBC
Verbal/
kognitif
Tanda dan gejala TB
yaitu:
1. Batuk terus
1.b.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang
tanda dan gejala TB.
1.b.2 Diskusikan dengan keluarga tentang
25
menerus dan
berdahak selama
3 minggu atau
lebih
2. Sesak nafas dan
nyeri dada
3. Berkeringat
dingin waktu
malam
4. Demam lebih dari
1 bulan
5. Nafsu makan
menurun
6. Batuk darah
tanda dan gejala TB dengan
menggunakan lembar balik.
1.b.3 Beri kesempatan kepada keluarga
untuk betanya tentang hal-hal yang
belum jelas.
1.b.4 Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah disampaikan.
1.b.5 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang benar
c. Menyebutkan
penyebab TB
Verbal/
kognitif
Tuberculosis
disebabkan oleh
mycobacterium
tuberkulosis, suatu
basil aerobik tahan
1.c.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang
penyebab TB
1.c.2 Diskusikan dengan keluarga
penyebab TB denganmenggunakan
lembar balik.
26
asam yang ditulakan
melalui udara.
1.c.3 Beri kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya hal yang belum jelas.
1.c.4 Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah disampaikan.
2. Setelah 2x30 menit
pertemuan,
keluarga dapat
melakukan
tindakan yang
tepat dengan:
a. Menyebutkan
akibat lanjut dari
TB
Verbal/
kognitif
Akibat lanjut dari TB
adalah dapet menyebar
ke anggota tubuh lain
dan menyebabkan
batuk berdarah.
2.a.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang
akibat lanjut dari TB
2.a.2 Diskusikan dengan keluarga tentang
akibat lanjut dari TB.
2.a.3 Beri kesempatan kepada keluarga
untuk hal-hal yang belum jelas.
2.a.4 Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah disampaikan.
2.a.5 Beri reinforment positif atas jawaban
yang benar.
b. Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
untuk merawat
Afektif/
sikap
Pencegahan dan
penularan TB:
a. Anjurkan
penderita untuk
menutup mulut
2.b.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang
pencegahan dan penularan TB.
2.b.2 Diskusikan dengan keluarga tentang
pencegahan dan penularan TB
2.b.3 Beri kesempatan keluarga untuk
27
anggota
keluarga yang
menderita TB
patu
saat batuk dan
bersin.
b. Membuang ludah
atau dahak pada
tempat tertutup.
c. Memeriksakan
anggota keluarga
yang lain apakah
terkena juga.
d. Makan makanan
yang bergizi
e. Memisahkan alat
makan, handuk
penderita.
menanyakan hal yang belum jelas.
2.b.4 Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah disampaikan.
2.b.5 Beri reinforment positif untuk
jawaban yang benar.
3. Setelah 3x30 menit
pertemuan
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
psikomotor Perawatan TB:
a. mengawasi anggota
keluarga yang sakit TB
untuk minum obat
secara teratur.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
cara perawatan.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
cara perawatan TB.
3. Beri kesempatan kepada keluarga
28
TB b. mengetahui adanya
efek samping obat dan
merujuk bila
diperlukan.
c. memberi makanan
bergizi.
d. memberikan waktu
istirahat yang cukup.
Mengingatkan anggota
keluarga yang sakit
untuk memeriksakan
ulang dahak.
untuk menanyakan hal yang belum
jelas.
4. Motivasi keluarga untuk mengulangi
apa yang telah dijelaskan.
5. Beri reinforcement atas jawaban yang
benar.
4. Setelah 3x30 menit
keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan untuk
penderita TB
Verbal/
kognitif
Lingkungan untuk
penderita TB:
a. Ventilasi cukup
b. Pencahayaan
sinar matahari
cukup
c. Tidak lembab
1. Anjurkan keluarga untuk sering
membuka jendela pada pagi hari agar
sirkulasi udara dapat di ganti dan sinar
matahari dapat masuk ke dalam
rumah.
2. Anjurkan keluarga untuk menjemur
tempat tidur 2 minggu sekali.
5. Setelah 3x30 menit Verbal/ Menjelaskan manfaat 5.a.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang
29
pertemuan
keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
a. Menyebutkan
manfaat fasilitas
kesehatan
kognitif fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan
untuk mendapatkan
pengobatan TB.
manfaat fasilitas kesehatan.
5.a.2 Diskusikan dengan keluarga
tentang pelayanan kesehatan.
5.a.3 Anjurkan keluarga untuk periksa ke
pelayanan kesehatan.
b. Memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
psikomotor Kunjungan keluarga ke
fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan
pengobatan.
5.b.1 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mengunjungi fasilitas kesehatan.
5.b.2 Motivasi keluarga memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
kunjungan selanjutnya.
2. Risiko tinggi
penyebaran
infeksi
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n keluarga
Setelah
dilakukan 6x
pertemuan
dengan
keluarga,
diharapkan
keluarga mampu
1. setelah 3x30 menit
pertemuan keluarga
dapat memenuhi
makanan yang bergizi
yang dibutukan oleh
tubuh terutama tinggi
kalori tinggi protein.
verbal a. Dapat
menyebutkan
pengertian
makanan
bergizi.
b. Dapat
menyebutkan
1. kaji pengetahuan keluarga tentang
makanan bergizi.
2. jelaskan kepada keluarga mengenai
makanan bergizi.
3. beri kesempatan kepada keluarga untuk
menyakan hal yang belum jelas
30
dalam merawat
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan.
memelihara
lingkungan yang
sehat.
makanan yang
tinngi protein
tinggi kalori
c. Dapat
mnyebutkan
manfaat
makanan bergizi
2. setelah 2x30 menit
pertemuan keluarga
mampu menyebutkan
beberapa syarat rumah
sehat
verbal Keluarga mampu
menyebutkan tiga
syarat rumah sehat,
1. Jelaskan kepada keluarga tentang rumah
yang sehat
2. motivasi keluarga untuk mengulangi hal
yang telah dijelaskan.
3. setelah 2x30 menit
pertemuan keluarga
mampu menyebutkan
dampat dari lingkungan
rumah yang tidak sehat.
verbal Keluarga mampu
menyebutkan 3
manfaat rumah yang
bersih
1. Jelaskan kepada keluarga tentang hal-hal
yang dapat terjadi akibat rumah yang kurang
sehat.
2. beri kesempatan kepada keluarga untuk
menanyakan hal yang belum jelas.
3. motivasi keluarga untuk mengulangi hal
yang telah dijelaskan.
4. setelah 2x30 menit afektif Keluarga mampu 1. Jelaskan dan demonstrasikan kepada
31
pertemuan keluarga
mampu menjga
kebersihan rumah
dengan cara membuang
sputum dengan benar.
menjelaskan cara
membuang sputum
yang benar serta
membuat cairan
desinfektan sederhana.
keluarga cara membuang sputum dengan
benar.
2. motivasi keluarga untuk memakukan ulang
yang sudag di demonstrasikan.
5. setelah 2x30 menit
pertemuan keluarga
mampu membersihkan
lingkungan rumah
secara teratur.
psikomotor a. Membersihkan
rumah setiap hari
b. Membersihkan
kmar mandi
secara teratur.
1. diskusikan dengan keluarga tentang
pembagian tugas dalam menjaga kebersihan
rumah.
2. anjurkan kepada keluarga untuk membuka
jendela, tidak mengantung baju yang kotor.
3. Risiko
perubahan
nutrsisi kurang
dari kebutuhan
pada pendierita
di keluarga
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n keluarga
Setelah
dilakukan 6x
pertemuan
keluarga mampu
memahami
tentang
perubahan
nutrisi pada
penderita TB
serta diitnya
1. setelah 2x30 menit
pertemuan keluarga
mampu mengenal
masalah yang berkaittan
dengan nutrisi:
a. mengenal kebutuhan
nutrisi yang diperlukan
tubuh dan menjelaskan
tujuan pemenuhan
nutrisi bagi tubuh.
Verbal/
kognitif
Nutrisi kurang dari
kebutuhan adalah
keadaan dimana
individu mengalami
atau mempunyai risiko
penurunan berat
badan. Oleh sebab itu
nutrisi harus tetap
terpenuhi sehingga
tidak terjadi penurunan
3.a.1 kaji pengetahuan keluarga tentang
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.
3.a.2 diskusikan dengan keluarga
mengenai nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh.
3.a.3 Beri reinforcement positif atas
usaha keluarga
32
merawat
anggota
keluarga yang
menderita
penyakit TB.
berat badan.
2. setelah 2x30
pertemuan keluarga
mampu mengambil
keputusan yang tepat
untuk mengatasi
kekurangn nurisi
dengan:
Mau memberikan menu
yang seimbang dalam
pemenuhan nutrisi
penderita
Kognitif Pada penderita TB
cenderung mengalami
berkeurangnya nafsu
makan oleh sebab itu
nutrisi harus tetap
terpenuhi agar tidak
terjadi perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan.
1. Kaji kemampuan keluarga dalam
memberikan nutrsi yang tepat.
2. Diskusikan cara pemberian menu
seimbang.
3. Motivasi keluarga untuk memberikan
makanan dengan menu seimbang.
4. Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
3. setelah 2x30 menit
pertemuan keluarga
dapat merawat anggota
keluarga yang sakit
dalam pemenuhan
kognitif Keluarga mampu
memberikan menu diit
bagi penderita TB
dengan porsi penuh.
1. Kaji pengetahuan keluarga dalam
pemberian nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
2. Diskusiaka mengenai diit yang harus
33
kebutuhan nutrisinya. disajikan.
3. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan cara menyajikan
diit dengan benar.
4. Berikan reinforcement positif atas
usaha yang telah dilakukan oleh
keluarga.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keluarga merupakan unit pelayanan dalam kesehatan, karena masalah
kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota
keluarga sehingga akan mempengaruhi pula sekitarnya atau masyarakat
keseluruhan. Usaha keperawatan memegang peranan penting dalam
membantu proses penyembuhan, mencegah terulangnya penyakit,
menghindari penularan serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Dlam
pelaksanaan asuhan keperawatan terutama mengenai kasus tuberculosis di
harapkan keluarga mampu mengal masalah yang terjadi di dalam keluarga
dan diharapakan keluarg mampu melakukan tindakan promotif dan preventif,
Keluarga juga harus berperan aktif dalam pelaksaan asuhan keperawatan yang
meliputi 5 tugas keluarga, yaitu: mengenal masalah kesehatan keluarga,
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, dapat merawat
anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan bagi kesehatan dan
dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu juga dalam
memberikan perawatan kesehatan keluarga hendaknya memperhatikan aspek
sosial, ekonomi, pendidikan dan pengetahuan tentang tujuam yang
direncanakan akan tercapai sesuatu dengan tingkat aspek yang dimiliki
keluarga melalui diskusi bersama.
35
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasioanl Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2
Niluh gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2011. Strategi Penanggulangan Pengendalian TB di Indonesia
2010-2014
Murwani. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep dan Aplikasi Kasus:
Yogyakarta: Mitra Cendikia
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawan Keluarga, Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu
36