113
PENGELOLAAN KASUS PADA KLIEN BP. D DENGAN CA PARU DI RUANG LUKAS RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Nursing Practice 7.2 Disusun oleh: KELOMPOK 3 PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

Makalah kasus CA Paru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Citation preview

Page 1: Makalah kasus CA Paru

PENGELOLAAN KASUS PADA KLIEN BP. D DENGAN CA PARU DI

RUANG LUKAS RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Nursing Practice 7.2

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2013

Page 2: Makalah kasus CA Paru

KELOMPOK 3

1. Ahmad Jaelani

2. Al-baihaqi

3. Apriani

4. Dessy Angghita

5. Eka Putri Sulistia

6. Ghinawati Nurazizah

7. M. Ricky Fauzi Juliatna

Page 3: Makalah kasus CA Paru

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan makalah tentang penggolaan kasus pada Bp. D dengan CA Paru Di

Ruang Lukas Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Blacius Dedi, SKM., M.Kep

2. Saurmian Sinaga S.Kep., Ners., SST., M.MKes

3. Linda Hotmaida S.Kep., Ners

4. Pembimbing klinik Ruang Lukas Rumah Sakit Immanuel

Penulis menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah

berhenti, oleh karena itu Kelompok menerima semua saran dan kritik guna untuk

memperbaiki di masa mendatang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baik semua yang telah

membantu dalam proses penyusunan makalah ini, Amin.

Bandung, 2 Desember 2013

Kelompok 3

i

Page 4: Makalah kasus CA Paru

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.3 Metode Penulisan......................................................................................3

1.4 Manfaat......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................5

2.1 Konsep Peran Perawat...............................................................................5

2.2 Konsep Manajer Kasus............................................................................10

2.3 Konsep Ca Paru.......................................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................35

3.1 Asuhan Keperawatan...............................................................................35

3.2 Analisa Data............................................................................................42

3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................44

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan................................................................45

3.5 Implementasi Dan Evaluasi.....................................................................50

3.6 Discharge Planing....................................................................................69

3.7 Analisis Pembiayaan...............................................................................71

BAB IV PENUTUP...............................................................................................73

4.1 Simpulan..................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................74

ii

Page 5: Makalah kasus CA Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat

prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan

dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling

bergantung, saling mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu,

manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan

keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas masyarakat

sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Manajemen

merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan dalam suatu organisasi dimana dalam manajemen tersebut

mencangkup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2000).

Permasalahan Ca Paru atau batuk darah di Indonesia pada umumnya masih

terus menjadi masalah nasional. Dewasa ini, masalah kanker paru dirasakan

makin menonjol dibandingkan 20 tahun yang lalu, terutama di Indonesia.

Menurut Union Internationale Centre Le Cancer (IUCC), insidensi dan

mortalitas kanker paru meningkat di seluruh dunia, baik di negara maju

maupun negara-negara berkembang. Di negara-negara maju, kematian

akibat kanker menempati urutan pertama di antara 10 penyebab kematian

terbanyak di dunia. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, kanker

menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-penyakit infeksi saluran cerna,

infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular dan lain-lain. Di negara-

negara maju, kanker paru pada pria menempati urutan pertama sampai ke

tiga dari seluruh penderita kanker. Bagaimana keadaannya di Indonesia? Ini

1

Page 6: Makalah kasus CA Paru

masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Makin menonjolnya masalah

kanker paru di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Makin majunya ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran dengan

ditemukannya alat-alat diagnostik baru; makin banyak penderita kanker

paru didiagnosis.

2. Meningkatnya konsumsi rokok, di mana rokok mempunyai hubungan

erat dengan timbulnya kanker paru.

3. Meningkatnya polusi di udara, sebagai akibat bertambahnya kendaraan

bermotor dan berdirinya pabrik-pabrik baru.

4. Membaiknya pelayanan kesehatan, mengakibatkan bertambahnya

penduduk yang berusia lanjut.

Secara khusus di tempat penulis bekerja, tercatat 14 pasien datang berobat

dengan keluhan utama batuk bercampur darah selama periode tahun 2010.

10 dari pasien tersebut di rujuk ke Rumah Sakit atau Puskesmas untuk

mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut, tidak semua pasien

bersedia dirujuk karena berbagai alasan terutama ekonomi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu menjadi manajer kasus yang pekan akan biaya terhadap pasien

kelolaan di ruang Lukas RS.Immanuel

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengimplementasikan mengenai Asuhan

Keperawatan dengan CA Paru

2

Page 7: Makalah kasus CA Paru

2. Mahasiswa mampu mengimplementasikan mengenai Discharge

Planing pada pasien CA Paru

3. Mahasiswa mampu mengimplementasikan pembiayaan klien

dari masuk hingga keluar dari rumah sakit

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini

adalah pola deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan

kembali apa yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari

berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian

berdasarkan pemahaman kami, agar para masyarakat juga dapat mengerti

dan memahami tentang penyakit CA Paru. Adapun metode penulisan untuk

bahan sumber yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:

1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan

materi

2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan

3. Mencari ke internet, jurnal dan lain-lain.

4. Melakukan observasi ataupun wawancara terhadap klien maupun

keluarga klien.

3

Page 8: Makalah kasus CA Paru

1.4 Manfaat

1. Penulis

Penulis dapat lebih memahami apaarti dari peran perawat dan dapat

mengaplikasikannya di lapangan ketika nanti bekerja.

2. Pembaca

Mengetahui dan memahami apa itu peranperawat dan apasaja yang

harus perawat lakukan dalam perannya sebagai manajer kasus.

4

Page 9: Makalah kasus CA Paru

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Peran Perawat

2.1.1 Pengertian Perawat

a. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan

paling lama berinteraksi dengan klien. Sehingga perawat adalah

pihak yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan

klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien.

(Asmadi, 2010)

b. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang

perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau

memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit,

injury dan proses penuaan

2.1.2 Peran Perawat

Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan

ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan.

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989

terdiri dari :

1. Peran Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar

manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

Page 10: Makalah kasus CA Paru

sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai

dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan

keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

a. Faktor asuhan dalam keperawatan

1) Menunjukkan sistem nilai kemanusian dan alteruisme

2) Memberikan harapan dengan:

a) Mengembangkan sikap dalam membina hubungan

dengan klien

b) Memfalitasi untuk optimis

c) Percaya dan penuh harapan

3) Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.

4) Mengembangkan hubungan saling percaya :

komunikasi efektif, empati, dan hangat.

5) Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar

pendapat tentang perasaan.

6) Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif

7) Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses

belajar mengajar

8) Memeberi support, perlindungan, koreksi mental,

sosiokultural dan lingkungan spiritual

9) Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia

10) Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

b. Kekuatan dalam Asuhan :

1) Aspek Transformasi

Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya

dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.

2) Integrasi asuhan

Page 11: Makalah kasus CA Paru

Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.

3) Aspek pembelaan

4) Aspek penyembuhan

Membatu klien memilih support social, emosional,

spiritual.

5) Aspek partisipasi

Pemecahan masalah dengan metode ilmiah

2. Peran Sebagai Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada klien, juga dapat berperan mempertahankan

dan melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan

sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak

atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak

untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Peran Sebagai Edukator Dilakukan untuk:

a. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan

kemampuan klien mengatasi kesehatanya.

b. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan

perilaku klien

Page 12: Makalah kasus CA Paru

4. Peran Sebagai Koordinator / Manager Kasus

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan

serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta

sesuai dengan kebutuan klien.

Tujuan perawat sebagai coordinator adalah:

a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien

dan menguntungkan klien.

b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan

pada klien.

c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :

1) Merencanakan

2) Mengorganisasikan

3) Mengarahkan

4) Mengontrol

5. Peran Sebagai Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui

tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan

lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar

pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Peran Sebagai Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran Sebagai Panutan / Role Model

Page 13: Makalah kasus CA Paru

Perawat menunjukkan perilakunya sehari-hari dan dicontoh oleh

orang lain.

8. Peran Sebagai Penemu Kasus

Biasanya perawat komunitas, perawat berperan dalam

mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran

terjadinya penyakit.

9. Peran Sebagai Peneliti / Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Selain peran perawat berdasarkan konsirsium ilmu kesehatan,

terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya

keperawatan tahun 1983, yang membagi empat peran perawat:

a. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung

kepada klien sebagai individu, keluarga, dan masyarakat,

dengan metoda pendekatan pemecahan masalah yang

disebut proses keperawatan.

b. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga

kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran

ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk

desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.

c. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan

Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung

jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan

keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam

kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola,

perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas

Page 14: Makalah kasus CA Paru

asuhan atau pelayanan keperawatan serta

mengorganisasikan dan mengendalikan sistem pelayanan

keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang

fungsi, posisi, lingkup kewenangan, dan tanggung jawab

sebagai pelaksana belum maksimal.

d. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan

Keperawatan

Sebagai peneliti dan pengembangan di bidang keperawatan,

perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah

penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta

memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu

asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Penelitian di dalam bidang keperawatan berperan dalam

mengurangi kesenjangan penguasaan teknologi di bidang

kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan

terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,

selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan

dan memajukan profesi keperawatan.

2.2 Konsep Manajer Kasus

2.3.1 Pengertian Manajer Kasus

Manajer kasus adalah seorang perawat dengan kriteria tertentu baik

yang masih aktif maupun yang sudah memasuki masa pensiun.

Mereka bisa berasal dari Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Petugas

Kesehatan Swasta dan lain-lain. Seorang Koordinator Kasus dapat

mengkoordinir 10-20 orang pelaksana perawatan yang bekerja baik

secara suka rela maupun yang menerima imbalan dari Lembaga

Swadaya Masyarakat atau masyarakat (depkes,2003). Sedangkan

masih menurut (depkes,2003) manajemen kasus adalah proses

kolaborasi dari pengkajian, perencanaan, implementasi, koordinasi,

Page 15: Makalah kasus CA Paru

monitor dan evaluasi terhadap kesehatan individu yang

mementingkan keefektifan perawatan dan biaya dalam perawatan.

Sebagai manajer kasus, perawat mengoordinasi aktivitas anggota tim

kesehatan lain. Misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika

mengatur kelompok yang memberikan keperawatan pada klien.

Selain itu juga perawat mengatur waktu kerja dan sumber yang

tersedia. Ditempat kerjanya, berkembangnya model praktik

memberikan perawat kesempatan untuk memilih. Jalur karier yang

ingin ditempuhnya. Adanya berbagai tempat kerja. Perawat dapat

memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau

sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer

(Manthey, 1990). Sebagai manajer perawat mendelegasi dan

mengkoordinasi tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga

kesehatan lainnya. Case manajer dalam keperawatan menjamin agar

klien memperoleh pertolongan dan perawatan yang di butuuhkan

secara lintas fungsi.

2.3.2 Tugas Manajer Kasus (Asmuji, 2012)

Berikut ini merupakan uraian dari manajer kasus yaitu:

a. Memonitor permasalahan yang potensial terjadi

b. Mengevaluasi permasalahan dan mengusulkan solusi

c. Mengkomunikasikan solusi dan alternatif pemecahan masalah

pelayanan

d. Melakukan tindakan emergensi jika diperlukam

e. Mengkoordinir pelaksanaan program

f. Penghubung klien/keluarga dengan tim kesehatan lain

g. Penghubung antar dokter spesialis

h. Pertolongan gawat darurat

i. Pelayanan kepada klien sesuai standar

Page 16: Makalah kasus CA Paru

j. Meningkatkan kepuasan klien

k. Mengkoordinasikan pemberian pelayanan yang berkualitas

l. Mengokumunikasikan, memonitor, dan mengevaluasi

pelayanan klien sejak masuk sampai keluar rumah sakit.

Seorang manajer kasus bertanggung jawab atas pelaksanaan program

pemeriksaan penunjang dan pelaksanaan terapi yang telah di

tentukan, agar pelayanan kepeda klien diberikan dengan baik sesuai

standar sehingga kepuasan klien meningkat. Seorang manajer kasus

juga perlu memastikan agar pelayanan kesehatan yang baik itu dapat

di berikan dengan berkesinambungan dan kualitas prima. Dalam

menjalankan tugasnya, seorang manajer kasus memiliki wewenang

untuk menghubungi dokter utama dan menjadwalkan peryemuan tim

dokter dan bidang lain di rumah sakit.

2.3.3 Fungsi Manajer Kasus, Bambang Rustanto (2009)

a. Identifikasi klien dan orientasi (Client Identification and

Orientation). Dalam hal ini manajer kasus terlibat identifikasi

secara langsung dan menyeleksi orang-orang yang menjadi

tujuan pelayanan yang ingin dicapai, kualitas hidup, atau berapa

biaya untuk suatu perawatan dan pelayanan yang dapat

dipengaruhi dengan positif oleh manajemen kasus

b. Asesmen klien (Client Assessment). Fungsi ini mengacu pada

pengumpulan informasi dan perumusan suatu as esmen dari

kebutuhan-kebutuhan komprehensif klien, situasi kehidupan,

dan sumber-sumber. Dalam hal ini termasuk jua melakukan

penggalian atas potensi klien, baik kekuatan dan kelemahannya,

mana yang memerlukan pelayanan dan mana yang tidak.

1) Menyadari kebutuhan komprehensif kliennya, termasuk

kekuatan dan kelemahannya.

Page 17: Makalah kasus CA Paru

2) Memahami hasil kontak dan pengkajian awal, walaupun

belum tentu harus terlibat secara langsung.

3) Selalu dekat dengan tenaga pelayanan langsung untuk

meyakinkan bahwa informasi mereka menyeluruh

(komprehensif) dan terkini (aktual).

4) Selalu kontak secara teratur dengan klien sehingga dapat

memahami perubahan kemampuan dan kebutuhannya.

c. Rencana Intervensi/Pelayanan. Pekerja sosial sebagai

manajer kasus mengidentifikasi pelayanan-pelayanan atau

sumber yang bervariasi yang dapat dijangkau untuk

membantu penanganan masalah klien.

1) Memiliki daftar lengkap tentang lembaga/organisasi

pelayanan di dalam masyarakat serta memahami pelayanan

yang diberikan masing-masing lembaga/organisasi,

termasuk kebijakan dan prosedurnya.

2) Memberikan informasi yang dimilikinya kepada

perencanaan kasus tentang sumber-sumber yang tersedia.

3) Menginterprestasikan tujuan dan fungsi rencana kasus

kepada pemberi pelayanan.

d. Koordinasi hubungan dan pelayanan.

Seorang manajemen kasus harus menghubungkan klien dengan

sumber-sumber yang sesuai. Selain itu juga harus menekankan

adanya koordinasi diantara sumber-sumber yang digunakan oleh

klien dengan menjadi sebuah saluran serta poin utama dari

komunikasi yang teriintegrasi.

Page 18: Makalah kasus CA Paru

2.3.4 Karakter Manajer Kasus (Nursalam, 2008)

Dengan tugas dan tanggung jawab yang telah diuraikan sebelumnya,

maka seorang manajer kasus harus memiliki karakter sebagai

berikut:

a. Komunikatif, sabar, ramah dan dapat bekerjasama

b. Memiliki jiwa pemimpin, managerian skill, berwawasan luas

dan memahami visi misi profesi keperawatan

c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik

d. Costumer oriented

e. Minimal perawat senior

f. Mampu berkomunikasi dan diterima baik oleh klien

g. Pengalaman dalam pelayanan minimal 5 tahun

h. Memahami sistem pelayanan

i. Memahami marketing rumah sakit

2.3.5 Hak dan Kewajiban Manajer Kasus (Nursalam, 2008)

1. Hak dari seorang manajer kasus yaitu:

a. Berhak mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan perjanjian

kerja,

b. Memperoleh perlakuan yang layak sesuai norma yang

berlaku,

c. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan perubahan

pelayanan, perubahan pembiakan pelayanan dan

kemungkinan dihentikannya perjanjian kerja,

d. Berhak mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan

peningkatan mutu pelayanan serta perlindungan terhadap

Pramusila maupun klien,

Page 19: Makalah kasus CA Paru

e. Mendapat perlindungan hukum atas tindakan yang

dirasakan merugikan,

f. Memperoleh dukungan dari Pengelola, Pramusila dan klien

serta keluarganya dalam melaksanakan tugasnya.

2. Kewajiban dari seorang manajer kasus yaitu:

a. Mentaati peraturan dan disiplin kerja yang telah ditetapkan

oleh Pengelola,

b. Memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu

sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan serta kode

etik profesi,

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya berkaitan

dengan keadaan klien kecuali untuk kepentingan

klien/hukum,

d. Melaksanakan tugas sebagai koordinator yaitu diantaranya

mengkoordinir, memberikan bimbingan teknis,

mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap pekerjaan

Pramusila,

e. Bekerja sama dan saling mendukung dengan pelaksana

pelayanan lainnya dalam tim pelayanan demi keberhasilan

pelayanan,

f. Menghargai hak-hak Pramusila dan klien,

g. Membuat laporan rutin kepada Pengelola

2.3.6 Proses Manajer Kasus (Nursalam, 2008)

Dalam pelaksanaannya, perawat sebagai manajerial kasus melalui

beberapa proses, yaitu:

1. Seleksi Kasus

2. Penilaian

3. Pengembangan dan Koordinasi Rencana

Page 20: Makalah kasus CA Paru

4. Implementasi Rencana

5. Evaluasi dan Follow up

6. Monitoring, penilaian ulang, evaluasi ulang secara terus-

menerus.

2.3.7 Kendala Penerapan Manajer Kasus (Asmuji, 2012)

Ada beberapa kenadala yang sering dihadapi diantaranya komite

medik, SMF, Kepala Rumah Sakit, dan lainnya. Kendala juga dapat

berasal dari dokter spesialis yang merasa terganggu atau dikurangi

haknya dengan adanya case manager. Seringkali kepala rumah sakit

memiliki persepsi yang salah dengam merasa tersaingi oleh case

manajer. Maka dari itu perlu dilakukan intervensi untuk

memperbaiki mutu pelayanan keperawatan dengan cara:

1. Mind set: fokus pada pelanggan

2. Ubah penampilan, sikap, perilaku, citra individu pemberi

pelayanan: pengembangan sikap kepribadian, tata busana,

perbaikan penampila fisik, komunikasi dan perilaku asertif.

3. Adanya mekanisme untuk mengelola pengalaman klien,

4. Perubahan pada sistem mikro dalam pelayanan organisasi

5. Perubahan pada sistem organisasi.

6. Perubahan pada lingkungan organisasi (melalui informasi,

soialisasi, advokasi, negoisasi)

2.3 Konsep Ca Paru

2.3.1 Pengertian Ca Paru

Ca paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price,

patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-

sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi,

Page 21: Makalah kasus CA Paru

2000). Ca paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat

terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh

sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu

Penyakit Dalam, 2001).

Ca paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan

pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas dan merusak sel-

sel atau jaringan yang normal. Pertumbuhan sel-sel kanker akan

menyebabkan jaringan menjadi besar yang disebut tumor ganas.

Tumor dibagi atas dua bagian yaitu tumor jinak dan tumor ganas.

Terjadinya sel kanker ini didahului oleh masa prakanker dimana

terjadi perubahan sel-sel jaringan tersebut menjadi bentuk sel yang

tidak normal akibat bermacam-macam pengaruh dari luar tubuh

seperti inhalasi gas-gas karsinogenik dan asap bahan kimia hasil

industri. Bila berlangsung terus menerus untuk waktu yang lama

ditambah dengan adanya zat karsinogenik (zat penyebab kanker)

maka sel-sel kanker akan tumbuh lebih cepat dan menyebar ke

jaringan sekitarnya melalui pembuluh darah dan getah bening.

Titik tumbuh karsinoma paru berada di percabangan segmen atau

subsegmen bronkus. Pada tempat pertumbuhan tumor tampak

berupa nodul kecil kemudian tumbuh menjadi gumpalan dan

meluas ke arah sentral atau sentripetal dan ke arah pleura. Paru

merupakan tempat paling umum untuk metastatis kanker dari

berbagai tempat. Penyebaran limfatik (karsinomatosa limfangitis)

menyebabkan suatu perselubungan linier pada paru, biasanya

disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus.

Page 22: Makalah kasus CA Paru

2.3.2 Etiologi

1. Rokok

Rokok merupakan penyebab 85 – 90% kasus kanker paru,

dimana resiko kanker paru pada perokok 30 kali lebih besar

dari yang bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2 kali

lipat untuk menjadi kanker paru, sedangkan perokok aktif 20

kali lipat untuk mengalami kanker paru. Resiko untuk

terjadinya kanker paru berhubungan dengan dosis kumulatif

yang pada rokok digunakan isitilah ”Pack-year” atau pak per

tahun dan untuk pencatatan biasanya dipakai batang per hari.

Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar meningkat pada

perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak

berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita Ini karena

tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia,

dimana 50 di antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang

berarti agen penyebab kanker) yang dapat menyebabkan

kerusakan pada sel-sel paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak

dapat menjadi kanker dalam jangka waktu tertentu.

2. Paparan dengan gas radon

Faktor risiko kedua untuk kanker paru-paru adalah paparan gas

radon. Radon adalah gas radioaktif yang terjadi secara alami di

tanah di daerah tertentu, yang dapat menyebabkan kanker

paru-paru jika merembes ke dalam rumah Anda.

3. Skrining kanker paru-paru

Page 23: Makalah kasus CA Paru

Skrining berarti pengetesan untuk tahap awal penyakit sebelum

ada gejala. Sebelum skrining untuk semua jenis kanker.

Pengujian harus handal dalam menangani kanker yang ada di

sana. Dan tidak boleh memberikan hasil positif palsu pada

orang yang tidak memiliki kanker.

Kanker paru seringkali ditangani dengan sinar-X dada. Namun

jika didiagnosis dengan cara ini, umumnya cukup lama.

Peneliti sedang mencoba untuk menemukan tes skrining yang

dapat membantu untuk mendiagnosa kanker paru-paru lebih

cepat. Mereka melirik pada alat scan yang disebut CT Scan

untuk orang-orang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.

4. Polusi udara

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah

dengan tingkat oksida nitrogen tinggi (umumnya dari mobil

dan kendaraan lainnya) memiliki peningkatan risiko kanker

paru-paru sebesar 30%.

2.3.3 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi

pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen

maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi

perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia

menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti

invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya

sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi

ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat

Page 24: Makalah kasus CA Paru

berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing

unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,

penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –

struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,

pericardium, otak, tulang rangka.

Dalam istilah medis penyebaran kanker disebabkan oleh bagian

tubuh lain sebagai penderita kanker. Dalam virus yang menginfeksi

awal kanker paru-paru, dapat terjadi karena pasien sering merokok

atau penderita lain bisa menyebabkan infeksi dari virus kanker.

Pada saat tumor ganas mulai di tempat dan penyebaran mereka

sangat terbatas hanya di bagian-bagian tubuh tertentu. Pertama

dimulai di paru-paru yang sel-sel kanker ganas sangat rentan di

paru-paru, tetapi juga di organ lain mulai menyebar, sementara

kerusakan jaringan ini juga dikenal sebagai tumor primer, tumor ini

cenderung jaringan paru-paru, di mana ia tumbuh dan berkembang.

Tidak peduli apa yang telah meningkatkan angka kelangsungan

hidup untuk kanker paru-paru dibandingkan dengan kanker lainnya.

Sebuah kanker paru-paru adalah salah satu bentuk kanker paling

berbahaya di dunia saat ini, yang dikenal dan bertanggung jawab

atas lebih dari 100.000 kematian per tahun. Meskipun statistik ini

mengkhawatirkan, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa

merokok tembakau, atau bahkan alasan utama untuk kasus kanker

paru-paru. Di sisi lain, juga dikenal sebagai perokok pasif merokok

berbahaya terutama yang berkaitan dengan Tahap 1 kanker paru-

paru.

Page 25: Makalah kasus CA Paru

2.3.4 Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru –

paru (1977):

1. Karsinoma Bronkogenik.

2. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan

epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok

jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.

Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki

besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter

dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening

hilus, dinding dada dan mediastinum.

3. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama

bronki.Tumor ini timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen

normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan

inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini

ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula

dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

4. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan

dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian

perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan

dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis

Page 26: Makalah kasus CA Paru

interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh

darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak

menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang

jauh.

5. Karsinoma sel besar.

Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti

bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul

pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

2.3.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis baik tanda maupun gejala kanker paru sangat

bervariasi. Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar

getah bening di berbagai lokasi, dan keterlibatan berbagai organ

jauh dapat mempengaruhi manifestasi klinis kanker paru.

Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi

1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)

Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa

produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan

suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar (bronchoalveolar

cel carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala

pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan

bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang

lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau

mediastinum. Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat

badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru.

Page 27: Makalah kasus CA Paru

Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin

terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi

unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor

bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah

terlibat.

2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal

Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi/ekstensi kanker

paru ke struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada

bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi

pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial

dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus

atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau

menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal.

Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu

sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah

sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-

vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan cabang

simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner,

melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada

leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor

di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus

rekurensyang berjalan di atas arcus aorta dan menyebabkan

suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung

atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan

kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.

3. Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis

Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma

paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh

Page 28: Makalah kasus CA Paru

tumor, melainkan karena zat hormon/peptida yang dihasilkan

oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala

seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion, atau

gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea).

Produksi hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil

dan beberapa sel menunjukkan karakteristik neuro-endokrin.

Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone

(ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin

dan hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini

tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya sekitar

5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh

(clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary osteo-

arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis

dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi

seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan

dengan kanker paru.

4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis

Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya

(bulan sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis.

Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan

penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga

bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit.

Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local.

Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun

cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan

tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan

terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan

kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supraklavikular

dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan

Page 29: Makalah kasus CA Paru

sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien

kanker paru.

2.3.6 Patologi

1. Kanker paru tipe sel kecil

Kanker paru tipe sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC)

meliputi15% dari seluruh kanker paru. SCLC ini terdiri dari

beberapa subtipehistologi yaitu sel oat, sel poligonal, limfositik

dan sel spindel. Lokasi yang paling sering adalah pada daerah

sentral atau hilus (95%) sedangkan sisanya di daerah perifer

(5%). Pasien dengan SCLC biasanya telah menunjukkan

berbagai gejala dan tanda penyakit pada saat SCLC di

diagnosis. Penurunan kondisi klinis yang cepat pada seseorang

yang terdapat massa di daerah thorax ini dapat

mengindikasikan adanya SCLC. Metastase SCLC biasanya

melalui jalur peredaran darah ke otak, sumsum tulang dan hati.

Effusi pleura sering terjadi pada SCLC. Sering kambuh pada

tempat yang baru setelah radioterapi atau kemoterapi. SCLC

dihubungkan dengan sindrom paraneoplastik seperti SIADH,

Hiperkoagulasi, sindrom ACTH ektopik, sindrom myastenia

danhiperkalsemia.

2. Kanker paru tipe bukan sel kecil

Kanker paru tipe bukan sel kecil atau non-small cell lung

cancer (NSCLC)dibagi atas tiga variant yaitu karsinoma sel

skuamosa, adenokarsinoma dan kanker sel besar yang

dikelompokkan menjadi satu karena memiliki persamaan

dalam presentasi tumor, terapi dan perjalanan alamiahnya.

Karsinoma sel skuamosa merupakan 30% dari kanker paru

lebih sering terjadi di perifer dan secara klinis biasanya

Page 30: Makalah kasus CA Paru

terlokalisasi pada tempatnya dan kekambuhan setelah operasi

maupun radiasi atau kemoterapi biasanya pada tempat yang

sama. Karsinoma sel skuamosa ini dihubungkan

dengansindrom paraneoplastik seperti hiperkalsemia dan

hiperkoagulasi.

2.3.7 Stadium Ca Paru

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi dua, yaitu

perkembangan SCLC dan perkembangan NSCLC.

1. Perkembangan SCLC

a. Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada

satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan

disekitarnya.

b. Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada

jaringan dada di luar paru-paru tempat asalnya. Atau

kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.

2. Perkembangan NSCLC

a. Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel

kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air

saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di

paru-paru.

b. Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker

hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat

invasif.

c. Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya

ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke

kelenjar getah bening sekitarnya.

d. Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan

pada paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.

Page 31: Makalah kasus CA Paru

e. Stadium III merupakan tahap kanker yang telah

menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti dinding dada,

diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di

sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor

tersebut.

f. Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan

lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-

paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke

organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar

adrenalin, hati, dan tulang.

2.3.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto dada secara postero-anterior

Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di

daerah hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi,

kolaps didaerah peripleura dan pembesaran mediastinum

2. Pemeriksaan CT-scan dan MRI

Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan

fotodada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm.

MRI dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke tulang

belakang

3. Pemeriksaan Bone scaning

Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui adanya

metastasis tumor ke tulang. Zat radioaktif yang dialirkan pada

pembuluh darah yang melayani tulang yang dicurigai telah

mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang

kemudiandi scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari

sel normalsekitarnya.

Page 32: Makalah kasus CA Paru

4. Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi

sputumterutama pada kasus tumor paru yang menginvasi

saluran nafasdengan gejala batuk. Dalam pemeriksaan

mikroskopis akanditemukan gambaran sel-sel kanker dalam

sputum. Pemeriksaan initidak invasif

5. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku

penegakandiagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya

dapat melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi,

mediastinoskopi dantorakotomi. Hasil pemeriksaan dapat

mengklasifikasikan tipekanker. SCLC ditandai dengan

gambaran yang khas dari sel kecilmirip gandum dengan

sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarangatau kelompok

tanpa organisasi skuamosa atau glandular. PadaSCC ditandai

dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratinyang

berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan

beberapa fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai

dengansel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi

musin dandikelilingi dengan jaringan desmoplastik di

sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan

gambaran histologi yanganeh dan tidak khas selain ketiga jenis

lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan

diferrensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel

berbentuk kumparan di dalamnya.

Page 33: Makalah kasus CA Paru

6. Pemeriksaan Serologi

Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai

penunjangdiagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic

antigen), NSE(neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-

1(Cytokeratin fragment19).

7. Bronkoskopi

Dilakukan dengan memasukkan alat bronkoskof ke dalam

bronkusuntuk melihat secara langsung tumor atau kanker pada

salurannafas dan juga dapat digunakan untuk mengambil

bahan biopsy Jika kanker terdapat pada saluran nafas maka

akan tampak jaringan kanker yang mengisi ruang saluran nafas

di antara sel normal.

8. Thorakosintesis

Dilakukan apabila kanker yang mengenai jaringan paru telah

menimbulkan efusi pleura atau suatu ruang dalam paru yang

terisicairan eksudat atau transudat akibat invasi sel-sel kanker.

9. Pemeriksaan Laboratorium lainnya

Pada pemeriksaan darah lengkap dan serum penderita kanker

parudapat ditemukan adanya tanda-tanda yang terkait dengan

paraneoplastik sindrom dan adanya metastasis seperti:

anemia,trombosis, granulositosis, sitopenia dan

leukoeritroblastosis (pada pemeriksaan sumsum tulang),

hiperkalsemia, hipofosfatemia, hiponatremia dan hypokalemia

Page 34: Makalah kasus CA Paru

2.3.9 Penatalaksanaan

1. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka

harapan hidup klien.

2. Paliatif

a. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

b. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

c. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik

pada pasien maupun keluarga.

3. Supotif

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia

pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat

anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan

Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

4. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit

paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit

sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-

paru yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi diagnosa

tersangka penyakit paru atau toraks khususnya

karsinoma, untuk melakukan biopsy.

Page 35: Makalah kasus CA Paru

b. Pneumonektomi: Karsinoma bronkogenik bilaman

dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma

bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis

bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur;

tumor jinak tuberkulois.

d. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau

lebih segmen paru.

e. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor

metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir.

Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru

berbentuk baji (potongan es).

f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan-bahan

fibrin dari pleura viscelaris).

5. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai

pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/

paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi

efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

6. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan

tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil

atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau

terapi radiasi. Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan

kelemahan-kelemahan yang apabila diberikan kemoterapi

dapat terjadi untolerable side efek, sebelum memberikan

kemoterapi harus dipertimbangkan:

Page 36: Makalah kasus CA Paru

a. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology

Group (ECOG) yaitu status penampilan < 2.

b. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.

c. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.

d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb

lebih dari 10 gr%.

e. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).

f. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam

batas normal.

g. Elektrolit dalam batasnormal.

h. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan

diatas umur 70 tahun.

Status penampilan penderita ini mengambil indikator

kemampuan pasien, dimana penyakit kanker semakin berat

pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga

menjadi faktor prognostik dan faktor yang menetukan

pilihan terapi yang tepat pada pasien sesuia dengan status

penampilannya.

Skala status penampilan menurut ECOG ialah:

a. Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan

untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari.

b. Grade 1: hambatan pada pekerjaan berat, namun masih

mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang

ringan.

c. Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 %

waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus

perawata dirinya sendiri, tidak dapat melakukan

pekerjaan lain.

Page 37: Makalah kasus CA Paru

d. Grade 3: hanya mampu melakukan perawatan diri

tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.

e. Grade 4: sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas

apapun, hanya dikursi atau tiduran terus.

Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain

keadaan umum baik, skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati,

ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial

dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah:

HB >10 gr%, leukosit > 4000/dl, trombosit > 100000/dl.

a. Kemoterapi Ajuvan

Kemoterapi ialah segolongan obat-obatan yang dapat

menghambat pertumbuhan kanker dan bahkan membunuh

sel kanker. Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan

sebagai terapi tunggal (active single agent), tetapi

sebagian besar berupa kombinasi karena dapat lebih

meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker.

Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat

mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosis obat

sitostatik dapat dikurangi sehingga efek samping

menurun.

b. Platinum Based

Kemoterapi merupakan pilihan terapi lini pertama pada

hampir 70 sampai 80% pasien Non-small cell Lung

Carcinoma (NSCLC) yang luas (stadium III) atau yang

sudah bermetastase (stadium IV), yang merupakan 80 %-

85% dari kasus kanker paru. Standar lini pertama

kemoterapi pada pasien dengan performance status baik

Page 38: Makalah kasus CA Paru

(0/1) ialah platinum-based (Cisplatin atau Carboplatin)

yang dikombinasikan dengan generasi ketiga sitotoksik

agen (gemcitabine, vinorelbine, paclitaxel, atau docetaxel).

Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa regimen

yang terdiri dari lebih satu obat anti kanker dan

diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya.

Kemoterapi untuk SCLC (small cell lung cancer) diberikan

sampai enam siklus dengan Cisplatin based regimen, yang

diberikan ialah Cisplatin dengan Etoposide, Cisplatin

dengan Irinotecan dimana pada keadaan tertentu Cisplatin

dapat digantikan dengan Karboplatin dan Irinotecan

digantikan dengan Docetaxel.

Page 39: Makalah kasus CA Paru

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

3.A.1 Biodata

1) Identitas Klien

Nama : Bp. D

Tanggal Lahir/Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk : 25-11-2013

No. RM : 01043568

Diagnose Medis : CA Paru

DPJP : dr. Teguh

Alamat :Cisondari Kp. RT : 02 ,

RW: 03 Kec. Cisondari .

Kota Bandung

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama Penanggung Jawab : Ny. A

Hubungan dengan klien : Istri

Alamat : Cisondari Kp. RT : 02 ,

RW: 03 Kec. Cisondari .

Kota Bandung

Page 40: Makalah kasus CA Paru

3.A.2 Data Umum

Amamnesa : Hetero dari Istri

Tanggal Pengkajian : 26-11-13

Diagnose masuk : Ca Paru

Pasien Masuk dengan : Blankar

Alat Bantu : Tidak Ada

3.A.3 Riwayat Penyakit Dan Kesehatan

1. Keadaan Umum : Sedang

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keluhan Utama : Batuk

4. Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien mengatakan sejak 7 hari mengeluh batuk, berdarah batuk

disertai sesak, batuk sering timbul terutama pada malam hari.

5. Riwayat Penyakit Dahulu :

Keluarga klien mengatakan klien sebelumnya pernah dirawat

dengan penyakit yang sama

6. Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai

penyakit serupa dengan klien.

7. Riwayat Alergi :

Klien tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan ataupun obat-

obatan.

Page 41: Makalah kasus CA Paru

3.A.4 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Sedang

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda Vital :

a. Tekanan Darah: 110/80 mmHg,

b. Suhu : 36 ◦C ,

c. Napas : 20 x/menit,

d. Nadi : 84 x/menit,

e. Tinggi Badan : 165 cm,

f. Berat Badan

Sebelum sakit : 60 kg

Sesudah sakit :51 Kg

4. ROS : ( Review of System )

4.1 Pernafasan

1) Pola Napas

Irama Napas : Teratur

Jenis Napas : Normal

Suara Napas : Vesikuler

2) Pergerakan dinding dada : Simetris

3) Penggunaan otot pernapasan tambahan : Tidak ada

4) Perkusi : Redup

5) Saturasi Oksigen : 98 %

6) Alat Bantu Pernapasan : Tidak

4.2 Cardio Vaskuler

Cyanosis : Tidak ada

Akral : Hangat

Clumbing : Tidak ada

Bunyi Jantung : Normal

Nadi : Reguler

Tekanan Vena Jugularis : Tidak ada

Page 42: Makalah kasus CA Paru

CRT : < 3 detik

Alat Bantu : infuse RA 1500 cc/24 jam

4.3 Hematolgi

Konjungtiva : Tidak anemis

4.4 Persyarafan dan Pengindraan

GCS : 15 (E=4, V=5 , M=6)

Orientasi : Orang, tempat dan waktu

Reflek Patologis : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

Pupil : Isokor

Besar Pupil Kanan : Kanan : 2mm, Kiri : 2mm

Reflex Mengedip : Ka : + Ki : +

Reaksi terhadap cahaya : Ka : + Ki : +

Wajah : Simetris

Gangguan Pendengaran : Tidak Ada

Gangguan Penciuman : Tidak Ada

Gangguan Pengecapan : Tidak Ada

4.5 Genitor – Urinarius

Kebersihan : Bersih

Kandung Kemih

Membesar : Tidak

Nyeri Tekan : Tidak

Nyeri Ketuk : Tidak

Alat Bantu : Tidak

4.6 Pencernaan

Icterus : Tidak Ada

Mulut : Bersih

Page 43: Makalah kasus CA Paru

Mukosa : Kering

Gigi : Normal

Gusi : Normal

Abdomen : Kembung

Bunyi usus : 12 x/menit , kuat

Nyeri Tekan : Tidak

Nyeri Lapas : Tidak

Rectal : Normal

Anus : Normal

Alat Bantu : Tidak

4.7 Endrokrin

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada

Keringat banyak : Tidak

Nafas bau keton : Tidak

4.8 Musculoskeletal

Kemampuan Pergerakan Sendi : Bebas

Kekuatan Otot : 5 5

5 5

4.9 Integumen

Warna Kulit : Kemerahan

Turgor : Cepat kembali (<3 detik)

Edema : Tidak ada

Page 44: Makalah kasus CA Paru

3.A.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Tanggal Pemeriksaan: 25 Nov 2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Batas Normal

Hematologi A

Hemoglobin

Hematokrit

Jumlah Leukosit

Jumlah Trombosit

Eritrosit

L 12,2

L 36,9

L 10,98

381

4,4

g/dL

%

10^3/mm^3

10^3/mm^3

Juta/mm^3

12,1 – 17,6

45 - 52

4,00 - 10,00

150 - 450

4,1 - 5,1

Nilai- Nilai MC

MCV

MCH

MCHC

84

28

33

fL

pg/mL

g/dL

80 - 100

26 - 34

32 – 36

Kimia Klinik

Natrium (Na)

Kalium (K)

Kreatinin

eGFR

Ureum

Glukosa darah

sewaktu

143

4,4

1,2

66,1

35

85

mEq/L

mEq/L

mEq/dL

mL/min/1,73 m2

mEq/L

mEq/L

135-147

3,5-5,5

0,7-1,4

10-50

60-100

Page 45: Makalah kasus CA Paru

3.A.6 Therapy

No Tanggal Nama Obat Dosis Cara Pemberian

1 26-11-2013 Vit K

Lipofood

OBH Syr

Diegnone

Become

I Tab

1 Tab

+- ct

2 Amp

1 Tab

Oral

Oral

Oral

Selang IV

Oral

2 27-11-2013 Lancid

Zypras 0,5

Codipront

Kalmex

Vit K

I Tab

1 Tab

1 Tab

1 Tab

1 Tab

Oral

Oral

Oral

Oral

Oral

3 28-11-2013 Lancid

Kalnex 500

mg

Vit K

1 Tab

1 Tab

1 Tab

Oral

Oral

Oral

Page 46: Makalah kasus CA Paru

3.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS :

- Klien mengatakan

sputum dapat

dikeluarkan tapi

sedikit-sedikit

DO :

- TTV :

TD : 110/80

RR : 20

x/menit

S : 36 C

Nadi : 84

x/menit

- Batuk

berdahak

bercampur

darah

perokok pasif, pajanan okupasi

Adeno karsinoma

Perubahan Epitel bronkus

Bronkus mengandung mukus

Stesol

Sputum kental

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Bersihan Jalan

Nafas tidak

efektif

2. DS :

- klien mengeluh

nyeri dada pada

saat batuk dan

juga terasa

pusing

Do :

- Klien tampak

gelisah, pucat

perokok pasif, pajanan okupasi

Adeno karsinoma

Perubahan Epitel bronkus

Bronkus mengandung mukus

Nyeri

Page 47: Makalah kasus CA Paru

- TD : 110/80

RR : 20

x/menit

S : 36 C

Nadi : 84

x/menit

- Otot tegang

- Klien tampak

sering

memegang

kepalanya

setelah batuk

- Skala nyeri 3

Timbul bagian perifer segmen bronkus

Fibrasi intersisial

Lesi dan melebarnya pembuluh darah

Nyeri

3. Ds :

Klien mengatakan

tidak ada nafsu makan

Do :

- Klien hanya

mengahabiska

n makanan ¼

porsi yang di

sediakan

rumah sakit

- Berat badan

menurun

(BB=51 Kg)

perokok pasif, pajanan okupasi

adeno karsinoma

penimbunan toksin

peningkatan jumlah sekret

Anoreksia

Gangguan pemenuhan nutrisi

Gangguan

Pemenuhan

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

Page 48: Makalah kasus CA Paru

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang

kental/ darah

2. Nyeri berhubungan dengan pelebaran pembuluh darah

3. Gangguan Pemenuahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Anoreksia

Page 49: Makalah kasus CA Paru

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

NODIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

berhubungan

dengan sekresi

yang kental atau

darah.

DS :

- Klien

mengatakan sputum

dapat dikeluarkan

tapi sedikit-sedikit

DO :

- TTV :

Tupan :

Dalam waktu 3x24

jam diharapkan

bersihan jalan nafas

klien kembali

efektif.

Tupen :

Dalam waktu 1x24

jam klien respirasi

normal.

Kriteria Hasil :

- Mencari posisi

yang

1. Jelaskan pada klien tentang

kegunaan batuk yang efektif

dan terdapat penumpukan

sekret di saluran pernafasan.

2. Ajarkan kx tentang metode

yang tepat pengontrolan

batuk.

3. Anjurkan klien nafas dalam

dan perlahan saat duduk

setegak mungkin.

4. Anjurkan klien melakukan

pernafasan diafragma

5. Auskultasi paru sebelum

dan sesudah klien batuk.

1. Pengetahuan yang diharapkan akan

membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana

teraupetik.

2. Agar batuk terkontrol dan tidak

menyebabkan kelelahan.

3. Memungkinkan ekspansi paru

lebih luas.

4. Untuk menurunkan frekwensi

nafas.

5. Membantu mengevaluasi

Page 50: Makalah kasus CA Paru

TD : 110/80

RR : 20 x/menit

S : 36 C

Nadi : 84 x/menit

-Batuk berdahak

bercampur darah

memudahkan

peningkatan

udara

- Memberikan

pendidikan

kesehatan

mengenai batuk

efektif.

- Mendemostrasi

kan batuk

efektif

- Menyatakan

strategi untuk

menurunkan

kekentalan

sekresi.

6. Kolaborasi dengan tim

dokter dalam pemberian

keefektifan upaya batuk klien.

6. Menentukan pemberian terapi yang

tepat pada klien..

2. Gangguan Rasa

Nyaman : Nyeri

Tupan :

Setelah dilakukan

1. Kaji skala nyeri pada klein. 1. Nyeri merupakan respon

subjektif yang dapat dikaji

Page 51: Makalah kasus CA Paru

berhubungan

dengan lesi yang

menyebar sehingga

menyebabkan

infeksi

DS :

- klien

mengeluh nyeri

dada pada saat

batuk dan juga

terasa pusing

Do :

- Klien

tampak gelisah,

pucat

- TD : 110/80

RR : 20 x/menit

tindakan 3 x 24 jam

klien dapat

melakukan aktifitas

sehari-hari tanpa

keluhan

Tupen :

Setelah dilakukan

tindakan 1 x 24 jam

nyeri yang

dirasakan klien

berkurang

kriteria hasil :

1. Skala nyeri 0

2. Wajah klien

tampak berseri

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Anjurkan teknik relaksasi

setiap kali nyeri seperti tarik

nafas dalam dan panjang

4. Anjurkan banyak istirahat

dengan mengurangi

aktivitas

5. Bantu klien dalam

mengindentifikasi faktor

pencetus nyeri.

6. Ajarkan klien teknik

relaksasi yang dapat

mengurangi nyeri.

7. Berikan posisi yang nyaman

pada klien.

dengan menggunakan skala

nyeri.

2. Respon autonemik meliputi

perubahan pada tekanan darah,

nadi dan pernafasan yang

berhubungan dengan keluhan/

penghilang nyeri.

3. Membantu mensuplai 02 ke

daerah lesi dan melancarkan

aliran darah sehingga otot-otot

tidak tegang dan nyeri

berkurang

4. Dengan mengurangi aktivitas,

produksi lesi berkurang

5. Nyeri dipengaruhi oleh

kecemasan, ketegangan, suhu

Page 52: Makalah kasus CA Paru

S : 36 C

Nadi : 84 x/menit

-Otot tegang

-Klien tampak

sering memegang

kepalanya setelah

batuk

-Skala nyeri 3

3. Otot abdomen

tidak tegang

4. Tidak ada nyeri

tekan

dan berbaring.

6. Relaksasi dapat melancarkan

peredaran darah sehingga

kebutuhan oksigen pada

jaringan terpenuhi dan

mengurangi nyeri.

7. Istirahat merelaksasi semua

jaringan sehingga akan

meningkatkan kenyamanan.

3. Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan anoreksia

Ds :

Klien mengatakan

tidak ada nafsu

makan

Tupan :

Dalam waktu 4x24

jam klien dapat

kembali

meningkatkan

asupan nutrisi.

Tupen :

Dalam waktu 1x24

1. Lakukan

pendekatan pada pasien.

2. Jelaskan

pentingnya nutrisi bagi tubuh.

3. Berikan posisi

tidur dengan kepala lebih

tinggi dari badan saat makan.

4. Berikan makan

1. Diharapkan pasien

dan keluarga kooperatif terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

2. Meningkatkan

pengetahuan pasien tentang

pentingnya nutrisi.

3. Mencegah

timbulnya regurgitasi.

Page 53: Makalah kasus CA Paru

Do :

- Klien hanya

mengahabiskan

makanan ¼ porsi

yang di sediakan

rumah sakit

- Berat badan

menurun (BB=51

Kg)

jam klien dapat

menghabiskan

makanan yang

sediakan.

Kriteria Hasil :

- Nafsu makan

meningkat.

- Klien dapat

menghabiskan

1 porsi.

- Intake sesuai

dengan porsi

yang diberikan.

sedikit tapi sering.

5. Pantau intake

dan output nutrisi klien.

6. Kolaborasi

dengan tim gizi dalam

pemberian nutrisi

4. Untuk

meningkatkan nafsu makan

klien.

5. Untuk mengetahui

perkembangan nutrisi klien.

6. Untuk menentukan

diit yang tepat

Page 54: Makalah kasus CA Paru

3.5 Implementasi Dan Evaluasi

1. Tanggal : 26 November 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 26-11-2013/

pkl: 08:00-09:00

WIB

1. Memberikan posisi yang

nyaman sesuai dengan indikasi

dari dokter

2. Observasi TTV

TD : 110/80

RR : 20 x/menit

S : 36 C

N : 84 x/menit

3. Membantu bantu klien untuk

control diri dengan pernafasan

lambat dan dalam.

4. Mengajarkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

5. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

6. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

26-11-2013

pkl:14.00 WIB

S:

1. Klien mengeluh

batuk masih

ada

2. Klien mengeluh

batuk

O :

TTV

TD : 120/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 1,

DP 2 belum

teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

Page 55: Makalah kasus CA Paru

2. 26-11-2013/

10.15-11:30

WIB

1. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

2. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

3. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

26-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

1. Klien tampak

meringis

kesakitan

2. Klien tampak

lemas

3. Skala nyeri 3

A : DP 1 belum

tertasi

P :

Lanjutkan

Intervensi

3. 26-11-2013/

10.30WIB

1. menganjurkan klien makan

sedikit tapi sering

2. memberi klien motivasi terus

untuk makan

3. Penyuluhan tentang penting

26-11-2013

pkl:14.00 WIB

Page 56: Makalah kasus CA Paru

nya makan. S :

Klien mengeluh

tidak nafsu makan

O :

1. Porsi makan

yang disajikan

habis ¼ porsi

2. Klien tampak

lemah

A: Masalah

DP 3 teratasi

sebagian

P :

Intevensi

dilanjutkan

2. Tanggal : 27 November 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 27-11-2013/

08.00-08:30

WIB

1. memberikan posisi yang

nyaman sesuai dengan indikasi

dari dokter

27-11-2013

pkl:14.00 WIB

Page 57: Makalah kasus CA Paru

2. Observasi TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,5 C

3. Pertahankan perilaku tenang,

membantu klien untuk control

diri dengan pernafasan lambat

dan dalam.

4. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

5. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

6. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

S:

1. Klien mengeluh

batuk masih ada

2. Klien mengeluh

batuk

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

2. 27-11-2013/

10.15-11:00

WIB

1. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

2. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

3. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

27-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

Page 58: Makalah kasus CA Paru

O :

1. Klien tampak

meringis

kesakitan

2. Klien tampak

lemas

3. Skala nyeri 3

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P :

Lanjutkan

Intervensi

3. 27-11-2013/

11.30-12:00

WIB

1. menganjurkan klien makan

sedikit tapi sering

2. memberi motivasi terus untuk

makan

3. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

27-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengeluh

tidak nafsu makan

O :

1. Porsi makan

yang disajikan

Page 59: Makalah kasus CA Paru

habis ¼ porsi

2. Klien tampak

lemah

A: Masalah DP 3

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan anoreksia

P :

Intevensi

dilanjutkan

3. Tanggal : 28 November 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 28-11-2013/

80.00-09:00

WIB

1. memberikan posisi yang

nyaman sesuai dengan indikasi

dari dokter

2. Observasi TTV

3. Pertahankan perilaku tenang,

bantu klien untuk control diri

dengan pernafasan lambat dan

dalam.

4. Menganjurkan teknik relaksasi

28-11-2013

pkl:14.00 WIB

S:

1. Klien mengeluh

batuk masih ada

Page 60: Makalah kasus CA Paru

seperti tarik nafas dalam

5. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

6. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 1

belum teratasi

P : Lanjutkan

intervensi

2. 28-11-2013/

10.15-11:30

WIB

1. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

2. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

3. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

28-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

1. Klien tampak

meringis

kesakitan

2. Klien tampak

Page 61: Makalah kasus CA Paru

lemas

3. Skala nyeri 3

A : Masalah DP 2

belum tertasi

P :

Lanjutkan

Intervensi

3. 28-11-2013/

10.30WIB

1. menganjurkan klien makan

sedikit tapi sering

2. memberi motivasi terus untuk

makan

3. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

4. Menyajikan makanan selagi

hangat

28-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengeluh

tidak nafsu makan

O :

1. Porsi makan

yang disajikan

habis ¼ porsi

2. Klien tampak

lemah

A: masalah DP 3

belum tertasi

P :

Page 62: Makalah kasus CA Paru

Intevensi

dilanjutkan

4. Tanggal : 29 November 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 29-11-2013/

15.00-

17:15WIB

1. Berikan posisi yang nyaman

sesuai dengan indikasi dari

dokter

2. Observasi TTV

3. Pertahankan perilaku tenang,

bantu klien untuk control diri

dengan pernafasan lambat dan

dalam.

4. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

5. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

6. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

29-11-2013

pkl:21.00 WIB

S:

1. Klien

mengeluh

batuk masih

ada

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 1

belum tertasi

Page 63: Makalah kasus CA Paru

P : Lanjutkan

intervensi

2. 29-11-2013/

15.15 WIB

1. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

2. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

3. Memberikan buli-buli panas

pada daerah epigastrium

4. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

29-11-2013

pkl:21.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

1. Klien tampak

meringis

kesakitan

2. Klien tampak

lemas

3. Skala nyeri 2

A : Masalah DP 2

belum tertasi

P :

Lanjutkan

Intervensi

Page 64: Makalah kasus CA Paru

3. 29-11-2013/

19:30-20:15

WIB

1. Anjurkan klien makan sedikit

tapi sering

2. Beri motivasi terus untuk

makan

3. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

4. Menyajikan makanan selagi

hangat

29-11-2013

pkl:21.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nafsu makan

bertambah

O :

1. Porsi makan

yang disajikan

habis 1/2 porsi

2. Klien tampak

lemah

A: Masalah DP 3

belum teratasi

P :

Intevensi

dilanjutkan

Page 65: Makalah kasus CA Paru

5. Tanggal : 30 November 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 30-11-2013/

80.00-08:30

WIB

7. Berikan posisi yang nyaman

sesuai dengan indikasi dari

dokter

8. Observasi TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,5 C

9. Pertahankan perilaku tenang,

bantu klien untuk control diri

dengan pernafasan lambat dan

dalam.

10. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

11. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

12. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

30-11-2013

pkl:14.00 WIB

S:

3. Klien mengeluh

batuk masih ada

4. Klien mengeluh

batuk

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 1

teratasi sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

Page 66: Makalah kasus CA Paru

2. 30-11-2013/

10.15-11:00

WIB

4. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

5. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

6. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

30-11-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

4. Klien tampak

meringis

kesakitan

5. Klien tampak

lemas

6. Skala nyeri 3

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P :

Lanjutkan

Intervensi

3. 30-11-2013/

11.30-12:00

WIB

4. Anjurkan klien makan sedikit

tapi sering

5. Beri motivasi terus untuk

makan

30-11-2013

pkl:14.00 WIB

Page 67: Makalah kasus CA Paru

6. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

7. Menyajikan makanan selagi

hangat

S :

Klien mengeluh

tidak nafsu makan

O :

4. Porsi makan

yang disajikan

habis ¼ porsi

5. Klien tampak

lemah

A: Masalah DP 3

teratasi sebagian

P :

Intevensi

dilanjutkan

6. Tanggal 2 Desember 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 02-12-2013/

80.00-08:30

WIB

13. Berikan posisi yang nyaman

sesuai dengan indikasi dari

dokter

14. Observasi TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

02-12-2013

pkl:14.00 WIB

S:

5. Klien mengeluh

Page 68: Makalah kasus CA Paru

R : 20 x/menit

S : 36,5 C

15. Pertahankan perilaku tenang,

bantu klien untuk control diri

dengan pernafasan lambat dan

dalam.

16. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

17. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

18. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

batuk masih ada

6. Klien mengeluh

batuk

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

2. 02-12-2013/

10.15-11:00

WIB

7. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

8. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

9. Memberikan buli-buli panas

pada daerah epigastrium

10. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

02-12-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

7. Klien tampak

meringis

Page 69: Makalah kasus CA Paru

kesakitan

8. Klien tampak

lemas

9. Skala nyeri 3

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P :

Lanjutkan

Intervensi

3. 02-12-2013/

11.30-12:00

WIB

8. Anjurkan klien makan sedikit

tapi sering

9. Beri motivasi terus untuk

makan

10. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

11. Menyajikan makanan selagi

hangat

02-12-2013

pkl:14.00 WIB

S :

Klien mengeluh

tidak nafsu makan

O :

7. Porsi makan

yang disajikan

habis ¼ porsi

8. Klien tampak

lemah

Page 70: Makalah kasus CA Paru

A: Masalah DP 3

teratasi sebagian

P :

Intevensi

dilanjutkan

7 Tanggal 3 Desember 2013

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 03-12-2013/

15.00-

17:15WIB

7. Berikan posisi yang nyaman

sesuai dengan indikasi dari

dokter

8. Observasi TTV

9. Pertahankan perilaku tenang,

bantu klien untuk control diri

dengan pernafasan lambat dan

dalam.

10. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam

11. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

12. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

03-12-2013

pkl:21.00 WIB

S:

2. Klien

mengeluh

batuk masih

ada

O :

TTV

TD : 130/80

mmHg

N : 80 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,2 C

A : Masalah DP 1

Page 71: Makalah kasus CA Paru

teratasi sebagian

P : Lanjutkan

intervensi

2. 03-12-2013/

15.15 WIB

5. Menganjurkan teknik relaksasi

seperti tarik nafas dalam dan

panjang setiap kali nyeri

6. Menganjurkan pasien untuk

banyak istirahat dan

mengurangi aktivitas

7. Memberikan buli-buli panas

pada daerah epigastrium

8. Memberikan obat-obatan yang

diresepkan oleh dokter

03-12-2013

pkl:21.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nyeri pada saat

batuk

O :

4. Klien tampak

meringis

kesakitan

5. Klien tampak

lemas

6. Skala nyeri 2

A : Masalah DP 2

teratasi sebagian

P :

Page 72: Makalah kasus CA Paru

Lanjutkan

Intervensi

3. 03-12-2013/

19:30-20:15

WIB

5. Anjurkan klien makan sedikit

tapi sering

6. Beri motivasi terus untuk

makan

7. Penyuluhan tentang penting

nya makan.

8. Menyajikan makanan selagi

hangat

03-12-2013

pkl:21.00 WIB

S :

Klien mengatakan

nafsu makan

bertambah

O :

3. Porsi makan

yang disajikan

habis 1/2 porsi

4. Klien tampak

lemah

A: Masalah DP 3

teratasi sebagian

P :

Intevensi

dilanjutkan

Page 73: Makalah kasus CA Paru

3.6 Discharge Planing

1. Pengkajian

a. Bp. D masuk pada tanggal 25 November 2013, dengan Keluhan

Batuk

b. Bp. D berumur 58 Tahun.

c. Bp. D dirawat di Ruang Lukas

d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan (dokter,perawat,ahli

gizi,farmasi) untuk kesehatan klien.

e. Anjurkan klien untuk beristirahat yang cukup,jangan terlalu sering

terlambat pada saat makan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang

kental/ darah

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan lesi yang

meluas sehingga terjadi infeksi

c. Gangguan Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Anoreksia

Semua diagnosa pada saat klien pulang dapat teratasi

3. Perencanaan

a. Kaji keluarga dan pasien untuk mampu mengulang/ menyebutkan

kembali penatalaksanaan/ pengobatan yang akan dilakukan

dirumah pada saat Bp. D pulang. Dan mengetahui obat yang harus

dilanjutkan setelah Bp. D pulang.

Page 74: Makalah kasus CA Paru

b. Anjurkan kepada keluarga pasien bila penyakit kambuh lagi (nanti

semakin parah) agar langsung membawa Bp. D ke petugas

kesehatan terdekat, dan mentaati diet seperti tidak mengkonsumsi

makanan yang mengandung alkohol, kafein, serta anjurkan untuk

minum obat secara teratur.

c. Terapi yang diberikan pada klien ketika klien pulang ke rumah

adalah menciptakan lingkungan yang nyaman. Anjurkan klien

untuk tidak terlambat pada saat makan. Berikan air hangat/teh

hangat ketika dirumah.

d. Jaga privasi klien ketika klien bersiap-siap untuk pulang. Periksa

seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien

agar tidak tertinggal. Obat yang dibawa pulang , pastikan klien

meminum obat yang dibawa pulang

e. Bantu pasien menuju kursi roda , dampingi klien sampe keluar

ruangan menuju alat transportasi ke rumah klien. Bantu Bp. D

pindah ke mobil.

4. Implementasi

Klien dan keluarga klien menjelaskan tentang penyakit, obat-

obatan, waktu kontrol dan rencana tindak lanjut yang akan

dilakukan yang harus diperhatikan saat Bp. D pulang ke rumah.

5. Evaluasi

a. Bp. D dan keluarga mampu menjelaskan tentang penyakit Ca Paru

yang di derita Bp. D.

b. Keluarga dan Bp. D memahami pengobatan yang harus di lakukan

di rumah. Seperti minum obat dan pemberian air hangat

Page 75: Makalah kasus CA Paru

3.7 Analisis Pembiayaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga Bp. D, Bp. D bekerja sebagai

Pensiunan Pegawai Swasta. Penghasilan rata-rata sekitar Rp. 1.000.000,-/

bulan. Dalam keluarga inti tidak ada alokasi dana sehat berbenturan untuk

kebutuhan sehari-hari, tetapi keluarga besar terkadang bergotong royong

untuk membantu pembiayaan kesehatan jika salah satu keluarga yang sakit.

Bp. D tidak memakai Asuransi Kesehatan baik dari pemerintah maupun

swasta

Dibawah ini merupakan rincian biaya terhitung mulai dari tanggal 25-30

November 2013

No. Jasa Pelayanan Jumlah Biaya Total

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

R. Lukas

Honor dokter

Farmasi

Farmasi

Infus, Pasang

Suntik Via Slang/x

EKG

Suntik Via Slang/ x

Laboraturium

4

4

1

1

1

1

1

9

1

Rp. 350.000,-

Rp. 60.000,-

Rp. 2.167.038,-

Rp. 312.555,-

Rp. 55.500,-

Rp. 14.000,-

Rp. 48.500,-

Rp. 7.000,-

Rp. 295.900,-

Rp. 1.400.000,-

Rp. 240.000,-

Rp. 2.167.038,-

Rp. 312.555,-

Rp. 55.000,-

Rp. 14.000,-

Rp. 48.500,-

Rp. 63.000,-

Rp. 295.900,-

Page 76: Makalah kasus CA Paru

9. Laboraturium 1 Rp 330.000,- Rp. 330.000,-

Total Biaya Sementra Rp. 4.925.993,-

Page 77: Makalah kasus CA Paru

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali

dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen

lingkungan terutama asap rokok. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus

mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta

dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif,

promotor, kuratif dan rehabilitatif. Manajer kasus berkoordinasi dan

berkolaborasi dengan perawat pelaksana yang bertugas sebagai menerima

klien baru sesuai prosedur rumah sakit, menciptakan hubungan kerjasama

yang baik dengan klien dan keluarga, mengkaji kebutuhan dan masalah

kesehatan klien sesuai batas kemampuannya termasuk mengamati keadaan

klien dan melaksanakan anamnesa, menyusun rencana keperawatan sesuai

kemampuannya, melaksanakan tindakan keperawatan kepada klien sesuai

kebutuhan antaralain: melaksanakan tindakan pengobatan, memberikan

penyuluhan kesehatan, Memantau dan memelihara kondisi klien, selanjutnya

melakukan tindakan, menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang

baik dengan tim kesehatan, berperan serata dengan tim kesehatan membahas

kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Dalam kasus CA

Paru seorang manajer kasus harus dapat menentukan tindakan apa yang akan

dilakukan pada klien agar klien bisa mendapatkan asuhan keperawatan secara

komprehensif.

Page 78: Makalah kasus CA Paru

DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta:Ar-

ruzz Media

Aziz Alimul. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Salemba medika: Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiogi. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam prektik

Keperawatan Profesional Edisi 2: Salemba  Medika. Jakarta

Siti Zena. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Paru.

http://sitizenabkarbela.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-

pasien-Ca Paru.html?m=1 diakses pada tanggal 26 November 2013,

pukul 16.00 WIB

Weebly. (2011). Asuhan Keperawatan Ca Paru

http://healthyroom.weebly.com/2/post/2011/02/asuhan-keperawatan-Ca

Paru.html diakses pada tanggal 27 November 2013, pukul 15.00 WIB