41
TUGAS MATA AJAR SENSORI PERSEPSI KATARAK DISUSUN OLEH MAHASISWA PROGRAM B2 SEMESTER II AHMAD RIZAI RAHNI DIANSARI BUDI SAPUTRA TATI HARYATI ERNAWATI WAHID SRI WAHYUNI FITRIAH TRIYANI S IRA RAHMAWATI YUDI WAHYU WIDODO MISNANCHI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Makalah Kasus Askep Katarak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

description about askep katarak

Citation preview

Page 1: Makalah Kasus Askep Katarak

TUGAS MATA AJAR

SENSORI PERSEPSI

KATARAK

DISUSUN OLEH

MAHASISWA PROGRAM B2 SEMESTER II

AHMAD RIZAI RAHNI DIANSARI

BUDI SAPUTRA TATI HARYATI

ERNAWATI WAHID SRI WAHYUNI

FITRIAH TRIYANI S

IRA RAHMAWATI YUDI WAHYU WIDODO

MISNANCHI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 2: Makalah Kasus Askep Katarak

BAB I

TINJAUAN TEORI

KATARAK

A. DEFINISI

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Brunner &

Suddart,2001)

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening

menjadi keruh. (Sidarta Ilyas,2004)

Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul

lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari

65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak

mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

B. ETIOLOGI

Katarak dapat terjadi akibat :

1. Kelainan bawaan/ kongenital

2. Proses penuaan

Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun adalah sebanyak 50%,

prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.

3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan

distrofi miotonik.

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6. Bahan toksik : kimia dan fisik

7. Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan

retinitis pigmentosa

Page 3: Makalah Kasus Askep Katarak

8. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 – 0.5%, kortikosteroid ergot,

antikolinesterase topical

9. Kelainan kaca mata minus yang dalam

C. PERAWATAN YANG DITUJUKAN PADA KEMUNGKINAN PENYEBAB

1. Jaga kesehatan ibu saat hamil, jangan terjadi infeksi virus (rubella) dan

toksoplasma

2. Pada proses menua jaga kesehatan dengan baik

3. Penyakit diabetes dikontrol dengan baik

4. Hati-hati memakai obat yang dapat mempercepat timbulnya katarak

5. Jaga mata dan dapatkan perawatan yang baik pada penyakit mata yang ada

D. MANIFESTASI KLINIK

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subyektif. Biasanya pasien melaporkan

penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat

tertentu . temuan obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan

pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan ditransmisikan

dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan

kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan

susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan tampak

kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-

tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata) yang

sangat tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan.

E. PATOFISIOLOGI

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus, di

perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan

posterior. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein

yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan

protein pada lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat kekuningan.

Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.

Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna

nampak seperti kristal salju pada jendela.

Page 4: Makalah Kasus Askep Katarak

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah

lensa mengakibatkan penglihatan distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan pandangan berkabut.Salah satu

teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa

yang mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang sehingga mengganggu

transmisi sinar.

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam

melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan

bertambahnya usia.

Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara lain

kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.

F. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan Penyebabnya

1.1. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada

lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan

merupakan penyebab yang sering. Lensa menjadi putih segera setelah

masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan

humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.

1.2. Katarak toksika

Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik secara sistemik

maupun dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan kekeruhan

lensa. Obat-obat lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain :

phenotiazine, chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine

iodine.

1.3. Katarak komplikata

Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang

mempengaruhi fisiologis lensa. Katarak biasanya berawal dari daerah

subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.

Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara lain uveitis kronik atau

rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan ablation retinae. Katarak ini

biasanya unilateral. Katarak komplikata juga dapat disebabkan akibat

Page 5: Makalah Kasus Askep Katarak

gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis

atopic, hipoparatiroidisme, galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan

down.

2. Berdasarkan Usia

2.1. Katarak kongenital

Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun

2.2. Katarak juvenile

Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

2.3. Katarak senile

Katarak setelah usia 50 tahun (Ilyas,1999)

G. JENIS-JENIS KATARAK

1. Katarak kongenital

- Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan,

terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke delapan usia kehamilan.

Pada masa ini belum terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk

ke dalam jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.

- Penyebab katarak kongenital :

b. Mungkin herediter dengan atau tanpa penyakit mata atau penyakit sistemik

lain.

c. Infeksi teratogenik yang diderita ibu saat kehamilan seperti campak

jerman, cacar air, penyakit gondong, hepatitis dan poliomyelitis.

d. Infeksi maternal selama masa kehamilan seperti pada infeksi

toksoplasmosis

e. Ibu hamil penderita diabetes melitus

f. Kelainan genetik seperti Trisomi 21, galaktosemia dan sindrom Lowe

- Katarak kongenital digolongkan menjadi 2 macam katarak :

a. Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsuler

dan katarak Polaris

b. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai

korteks atau nucleus lensa.

Page 6: Makalah Kasus Askep Katarak

- Jenis-jenis katarak kongenital :

1. Katarak nuklear

2. Katarak zonular

3. Katarak bentuk kumparan

4. Katarak polar anterior dan posterior

5. Katarak piramidal

- Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan

strabismus

- Tindakan pengobatan adalah operasi, operasi dilakukan bila refleks fundus

tidak tampak, biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada

usia 2 bulan atau lebih muda. Tindakan bedah pada katarak kongenital yang

umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi linier, ekstraksi dengan aspirasi.

- Pengobatan katarak kongenital tergantung pada :

a. Katarak totak bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan

secepatnya segera setelah katarak terlihat.

b. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat

atau segera sebelum terjadiny juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi

ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera.

c. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk,

karena mudah sekali terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan

pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan

latihan beban mata.

d. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga

sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi

kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan

ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis

yang lebih baik.

2. Katarak Rubela

- Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.

Page 7: Makalah Kasus Askep Katarak

- Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih

seperti mutiara dan kekeruhan diluar nuclear yaitu korteks anterior dan

posterior atau total.

- Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubella dapat

dengan mudah menular melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau

terjepit di dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun

3. Katarak Juvenil

- Kekeruhannya halus dan bulat, umumnya timbul pada usia tigapuluhan

- Katarak ini perkembangannya lamban dan biasanya tidak mengganggu

penglihatan.

- Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang disebut

katarak koronaria, apabila tipis dan kebiru-biruan disebut katarak serulea.

- Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan

penyakit lainnya seperti katarak metabolik, distrofi miotonik, katarak

traumatic dan katarak komplikata.

4. Katarak Senil

- Biasanya timbul pada usia 50 tahun

- Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper

matur

- Pada stadium awal (katarak insipiens) mungkin ada celah-celah kekeruhan di

bagian perifer atau berbentuk baji (kuneiform). Keadaan ini bisa diperburuk

dengan adanya katarak nuklear yang merupakan lanjutan daripada sklerosis

nuclear fisiologis. Dengan berlanjutnya pertumbuhan katarak, tajam

penglihatan menjadi terganggu (katarak imatur). Katarak dikatakan matur bila

lensa sudah keruh seluruhnya sehingga fundus tidak dapat dilihat lagi. Di

antaranya ada stadium intemusen yaitu stadium membengkaknya lensa dan

edema lensa. Pada akhirnya katarak matur berubah menjadi stadium

hipermatur, yaitu korteksnya mencair sehingga intinya mengambang turun ke

dasar kantong kapsul. Pada stadium ini mungkin terjadi reaksi fakolitik dan

glaukoma. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang

tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu

Page 8: Makalah Kasus Askep Katarak

disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih

berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni

- Perbedaan katarak insipien, imatur , matur dan hipermatur

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(masuk)

Normal Berkurang

(air+masa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + glaukoma

- Katarak senile dibagi menjadi 2 jenis yakni

1. Katarak kortikal

Kekeruhan korteks lensa perifer berbentuk ruji roda yang dipisahkan

oleh celah-celah air. Meningkatnya cairan yang masuk ke dalam lensa

mengakibatkan terjadinya separasi lamellar dan akhirnya terjadi

kekeruhan korteks berwarna abu-abu putih yang tidak merata.

2. Katarak nuklear

Kekeruhan inti embrional dan inti dewasa yang berwarna kecoklatan.

Korteks anterior dan posterior relative jernih dan masih tipis. Bentuk

kekeruhan nuklear ini bisa menyebabkan terjadinya miopia berat yang

memungkinkan penderita membaca jarak dekat tanpa memakai kaca

mata koreksi seperti seharusnya (second sight)

5. Katarak Brunesen

- Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada

nukleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan

myopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan

Page 9: Makalah Kasus Askep Katarak

sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun

yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

6. Katarak diabetes

- Diakibatkan karena adanya penyakit diabetes mellitus.

- Terbagi dalam 3 bentuk :

Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada

lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.

Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan

hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali

Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi

katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow

flake atau bentuk piring subkapsular

Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara

histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

H. PEMERIKSAAN KATARAK

1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi

terbaik serta menggunakan pinhole

2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior

3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau

Schiotz

4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes

mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan

dengan slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan

visus pasien.

a. Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak

sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus masih mudah

diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.

b. Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 –

6/30, tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus

Page 10: Makalah Kasus Askep Katarak

masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti

katarak subkapsularis posterior.

c. Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30 –

3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang

berwarna keabu-abuan

d. Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus

berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai

e. Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek.

Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna kecoklatan

bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai

Brunescence cataract atau black cataract.

5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan

6. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada

mata selain katarak

7. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan

dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan

setelah operasi.

I. PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh

2. Katarak tidak dapat dibedah dengan sinar

3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat

mempergunakan matanya seperti sedia kala

4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)

dan Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK).

5. EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan

mudah diputus. Pada EKIK tidak akan terjasi katarak sekunder.kontraindikasi

EKIK adalah pada pasien < 40 tahun yang masih mepunyai ligament hialoidea

kapsuler. Penyulit yang sering terjadi: astigmat, glaucoma, uveitis,

endoftalmus dan perdarahan.EKIK sekarang jarang dilakukan karena

tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.

Page 11: Makalah Kasus Askep Katarak

6. EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.

Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan irigasi. Penyulit

yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katark

sekunder, yakni terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal,

paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.

7. Salah satu penemuan terbaru pada EKEK adalah Fakoemulsi. Cara ini

memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan

menggunakan alat ultrasound frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan

korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat

yang sama yang juga memberikan irigasi kontinu. Dengan teknik ini waktu

penyembuhan menjadi lebih pendek dan penurunan insiden astigmatisme

pasca operasi.

8. Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak, pasien akan

menggalami penglihatan yang tidak jelas dan perlu lensa pengganti dan mata

tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi. Karena itu pasien memerlukan

sebuah lensa pengganti / koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan metode :

kaca mata apakia, lensa kontak atau implant lensa intraokuler (IOL)

9. Kaca mata apakia

Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan, kaca

mata merupakan alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak terlalu

mahal.

Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu

tebal dan berat, benda akan terlihat melengkungg, terlihat benda lebih besar

30% dari ukuran sesungguhnya, pada waktu melihat harus selalu

menggerakkan kepala karena melihat dengan bagian tengah lensa, akibatnya

terjadi penyempitan lapang pandangan, serta terdapat bagian yang tidak

terlihat pada lapang pandangan 40-60%.

10. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran

5% - 10%, tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang

pandang dan tak ada kesalahan orientasi spasial.

Kelemahan tenik ini adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih dan

kalau bisa steril, pemakaian sukar pada usia lanjut dan diperlukannya

Page 12: Makalah Kasus Askep Katarak

ketrampilan pasien dalam hal memasang, melepaskan dan merawat lensa

kontak secara bersih.

11. IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam

mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal,

menghilangkan efekoptikal lensa afakia yang menjengkelkan dan

ketidakpraktisan lensa kontak .

Ada beberapa bentuk IOL :

a. Lensa bilik mata yang ditempatkan di depan iris dengan kaki penyokongnya

bersandar pada sudut bilik mata

b. Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik mata

c. Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa normal di

belakang iris.

J. PEDOMAN DALAM PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan 6/12, yaitu

pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.

2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untuk

melakuklan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi

medis lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan operasi katarak.

3. Tatalaksana katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi

katarak berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi + IOL dengan

mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat

kemampuan ahli bedah.

4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan peralatan bedah

mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk implantasi IOL

5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran biometri

A-scan

6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL dapat

ditentukan berdasar anamnesis ukuran kacamata yang selama ini dipakai pasien.

IOL standar power +20.00 dioptri, jika pasien menggunakan kacamata, power

IOL standar dikurangi dengan ukuran kaca mata. Misalnya pasien menggunakan

kaca mata S -6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00 dioptri.

Page 13: Makalah Kasus Askep Katarak

7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara

berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan resiko pasca operasi

(endoftalmitis) yang bisa berdampak kebutaan.

K. PERAWATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN

1. Sebelum pembedahan :

Pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan kondisi kesehatan

umum pasien

Dilakukan pemeriksaan mata untuk mencegah penyulit pembedahan seperti

adanya infeksi, glaucoma serta penyakit mata lain yang dapat menimbulkan

penyulit sewaktu pembedahan

2. Sesudah pembedahan :

a. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan,

memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan, tidak melakukan pekerjaan

berat, tidak membungkuk terlalu dalam.

b. Hal yang tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam,

membaca berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar,

berbaring ke sisi mata yang baru dibedah dan menggosok gigi pada minggu

pertama.

L. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN

1. Luka yang tidak sempurna menutup

2. Edema kornea

3. Inflamasi dan uveitis

4. Atonik pupil

5. Papillary captured

6. Kekeruhan kapsul posterior

7. TASS (toxic anterior segment syndrome)

8. Ablasio retina

9. Endoftalmus

10. Sisa massa lensa

Page 14: Makalah Kasus Askep Katarak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat

a. Riwayat penyakit trauma : trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit

diabetes mellitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.

b. Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak.

c. Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,

berkendaraan.

2. Pengkajian umum

a. Usia.

b. Gejala penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipotiroid.

3. Pengkajian khusus mata

a. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada

lensa.

b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.

c. Penurunan tajam penglihatan (miopia).

d. Bilik mata depan menyempit.

e. Tanda glaucoma (akibat komplikasi).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post

operasi) adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam

penglihatan dan kejelasan penglihatan.

2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.

3. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),

perdarahan, kehilangan vitreous.

Page 15: Makalah Kasus Askep Katarak

4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.

5. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,

pembatasan aktivitas pasca operasi.

6. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan

kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.

Intervensi :

Rencana tindakan yang mungkin dapat diterapkan pada klien dengan katarak meliputi :

Dx. 1

Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam

penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien

melaporkan atau memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk

proses rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual.

Kriteria hasil Klien mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi

penglihatan.

Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternative untuk

meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.

Intervensi :

1. Kaji ketajaman penglihatan klien.

R/ Mengidentifikasi kemampuan visual klien.

2. Identifikasi alternative untuk optimalisasi sumber rangsangan.

R/ Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatanya.

3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih

sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakan alat di tempat yang tepat.

- Hindari cahaya menyilaukan.

- Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan yang dapat diterima:

auditorik, taktil.

R/ Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.

Page 16: Makalah Kasus Askep Katarak

Dx. 2

Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : - Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.

- Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi.

Intervensi :

1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap yang

harus dilakukan klien selama masa operasi.

R/ Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.

2. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.

R/ Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama.

3. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.

R/ Berbagi perasaan membantu menurunkan tegangan.

4. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi

bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.

R/ Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk mengantisipasi

depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil

operasi.

Dx. 3

Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),

perdarahan, kehilangan vitreous.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak

terjadi cedera mata pasca operasi.

Kriteria hasil : - Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko

cedera.

Intervensi :

1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.

R/ Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.

2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi

pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.

Page 17: Makalah Kasus Askep Katarak

R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska

operasi atau satu malam jika ada komplikasi.

3. Bantu aktifitas selama fase istirahat.

R/ Mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.

4. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.

R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata

paska operasi:

- Mengejan (valsalva maneuver)

- Menggerakan kepala mendadak

- Membungkuk terlalu lama

- Batuk

5. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak

setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.

R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak,

hyperemia serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila

pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan

ablasio retina.

Dx. 4

Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri

berkurang, hilang dan terkontrol.

Kriteria hasil : - Klien mendemonstrasikan tehnik penurunan nyeri.

- Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

1. Kaji derajat nyeri setiap hari.

R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan

berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari paska

operasi.Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO massif.

2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi

peningkatan nyeri mendadak.

R/ Meningkatkan kolaborasi ; memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan

psikologis.

Page 18: Makalah Kasus Askep Katarak

3. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovokasi

nyeri.

R/ Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba,

membungkuk, mengucek mata, batuk, mengejan.

4. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

R/ Menurunkan ketegangan, mengurangi nyeri.

5. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau sistemik.

R/ Mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri.

Dx. 5

Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan

aktivitas pasca operasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan

perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil : - Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan

diri.

- Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :

1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase paska

operasi.

R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama paska operasi

atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.

2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

R/ Memenuhi kebutuhan perawatan diri.

3. Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.

R/ Upaya melibatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap

dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan

menyebabkan cedera mata. Kontrol klinis dilakukan dengan menggunakan indicator

nyeri mata pada saat melakukan aktivitas.Umumnya 24 jam paska operasi, individu

boleh melakukan aktivitas perawatan diri.

Dx. 6

Page 19: Makalah Kasus Askep Katarak

Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan

kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan

rumah berjalan efektif.

Kriteria hasil : - Klien mampu mengidentifikasi kegiatan keperawatan rumah

(lanjutan) yang diperlukan.

- Keluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam

melakukan perawatan.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan paska hospitalisasi.

R/ Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan di

rumah.

2. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari (minimal untuk 1 minggu)

untuk mencegah komplikasi post operasi.

R/ Aktivitas yang diperbolehkan :

- Menonton televise, membaca tetapi jangan terlalu lama.

- Mengerjakan aktivitas biasa (ringan dan sedang).

- Mandi waslap, selanjutnya dengan bak mandi atau pancuran (dengan bantuan).

- Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala

sedikit kebelakang saat mencuci rambut.

- Tidur dengan perisai atau pelindung mata logam pada malam hari, mengenakan

kacamata pada siang hari.

- Aktivitas dengan duduk.

- Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan.

- Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai.

R/ Aktivitas yang dihindari :

- Tidur pada sisi yang sakit.

- Menggosok mata, menekan kelopak mata.

- Mengejan saat defekasi.

- Memakai sabun mendekati mata.

- Mengangkat benda lebih dari 7 kg.

- Melakukan hubungan seks.

- Mengendarai kendaraan.

Page 20: Makalah Kasus Askep Katarak

- Batuk, bersin, muntah.

- Menundukan kepala sampai bawah pinggang.

3. Terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan.

R/ Kondisi yang harus segera dilaporkan :

- Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap.

- Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri.

- Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan cairan dari

mata.

- Nyeri dahi mendadak.

- Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang

penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, kalau di sekitar

sumber cahaya.

4. Terangkan cara penggunaan obat-obatan.

R/ Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep(topical).

5. Berikan kesempatan bertanya.

R/ Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplorasi pemahaman serta hal-

hal yang mungkin belum dipahami.

6. Tanyakan kesiapan klien paska hospitalisasi.

R/ Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan hospitalisasi.

7. Identifikasi kesiapan keluarga dala perawatan diri klien paska hospitalisasi.

R/ Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan,

pembagian peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.

Page 21: Makalah Kasus Askep Katarak

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Skenario

Seorang laki-laki umur 65 tahun masih aktif bekerja pada salah satu perusahaan

swasta di karawang. Telah lama mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihat

kabut.Akhir-akhir ini batuk terasa semakin berat dan mengganggu aktivitas kerjanya

sehari-hari. Saat ia memeriksakan diri ke rumah sakit X dinyatakan katarak dan

dianjurkan untuk dilakukan operasi pada mata kiri nya. Pada pengkajian yang

dilakukan perawat A didapatkan data “ mengeluh seperti melihat kabut, silau, dan

penglihatan tidak jelas “.Pada pemeriksaan fisik didapatkan leokokorea pada lensa

mata kiri.Tidak didapatkan riwayat diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.Saat ini

operasi telah dilakukan pada mata kiri 2 hari yang lalu.Mengeluhkan nyeri semakin

meningkat.Peningkatan nyeri pertama kali dirasakan saat berdiri dari sujud pada sholat

subuh.Ia juga mengalami batuk dan bersin pada waktu bangun pagi.

B. Data Fokus

1. Data subjektif :

- Klien mengatakan nyeri meningkat

- Klien mengatakan peningkatan nyeri pertama kali dirasakan pada saat berdiri

dari sujud pada sholat subuh

2. Data objektif :

- Pada pemeriksaan fisik didapatkan lekokorea pada lensa mata kiri

- Tidak didapatkan riw.diabetes, hipertensi dan penyakit jantung

- Klien mengalami batuk dan bersin pada waktu bangun pagi

- Klien Post Operasi katarak 2 hari yang lalu

Page 22: Makalah Kasus Askep Katarak

C. Analisa Data

NO DATA PENUNJANG PROBLEM ETIOLOGI

1. DS :

- Klien mengatakan nyeri

meningkat

- Klien mengatakan

peningkatan nyeri pertama kali

dirasakan pada saat berdiri

dari sujud pada sholat subuh

DO :

- Klien Post Operasi

katarak 2 hari yang lalu

- Pada pemeriksaan fisik

didapatkan lekokorea pada

lensa mata kiri

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

Peningkatan TIO

2. DS :

- Klien mengatakan nyeri

meningkat

- Klien mengatakan

peningkatan nyeri pertama kali

dirasakan pada saat berdiri

dari sujud pada sholat subuh

DO :

- Pada pemeriksaan fisik

didapatkan lekokorea pada

lensa mata kiri

- Tidak didapatkan

riw.diabetes, hipertensi dan

penyakit jantung

- Klien mengalami batuk

dan bersin pada waktu bangun

pagi

Resiko cidera Peningkatan TIO,

perdarahan

intaokuler,

kehilangan vitreus

Page 23: Makalah Kasus Askep Katarak

- Klien Post Operasi

katarak 2 hari yang lalu

D. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO

2. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreus

E. Rencana Keperawatan

1. Ganguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nyeri dapat berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

- Klien terlihat rileks

- Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

- Skala nyeri 0-1

Intervensi :

a. Kaji derajat nyeri setiap hari.

b. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat

terjadi peningkatan nyeri mendadak.

c. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat

memprovokasi nyeri.

d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

e. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang dapat mengurangi

bertambahnya nyeri akibat meningkatnya TIO seperti tidak membungkuk terlalu

dalam (anjurkan pasien melakukan ibadah salat dalam posisi duduk) dan tidur

berbaring ke arah mata yang sehat.

f. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau sistemik.

2. Resiko cidera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi cidera

Kriteria hasil :

Page 24: Makalah Kasus Askep Katarak

- Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera.

Intervensi :

a. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.

b. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi

pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.

c. Bantu aktifitas selama fase istirahat.

d. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.

e. Berikan pendidikan kesehatan mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh

dilakukan pasca pembedahan. Hal yang dianjurkan : memakai dan meneteskan

obat seperti yang dianjurkan, memakai penutup mata seperti yang dinasehatkan,

tidak melakukan pekerjaan berat, tidak membungkuk terlalu dalam. Hal yang

tidak boleh dilakukan : menggosok mata, bungkuk terlalu dalam, membaca

berlebihan dari biasanya, mengejan keras sewaktu buang air besar, berbaring ke

sisi mata yang baru dibedah

f. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri

mendadak setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.

Page 25: Makalah Kasus Askep Katarak

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

The eye is likely to feel itchy or mildly uncomfortable for some days following surgery, and patients may be provided with a plastic eye shield to be worn at night to prevent accidental rubbing. Lifting heavy items or prolonged bending should be avoided for several weeks, as these activities may increase the pressure in the eye (Thom and Sanderson 2006). The patient will be advised to look out for any signs of infection, such as redness, pain or discharge, and report these promptly (Watkinson 2005).

Mata akan cenderung merasa gatal atau tidak nyaman untuk beberapa hari setelah operasi, dan pasien diberikan pelindung/penutup mata plastik untuk dikenakan pada malam hari untuk mencegah mata disentuh/ digosok baik secara sadar maupun tak sadar. Mengangkat barang berat dalam waktu berkepanjangan harus dihindari untuk beberapa minggu, karena kegiatan ini dapat meningkatkan tekanan dalam mata (IOP/ intra ocular pressure) (Thom dan Sanderson 2006). Pasien disarankan untuk memperhatikan tanda-tanda infeksi yang muncul, seperti kemerahan, rasa sakit atau seperti terlepas, dan melaporkan dengan segera (Watkinson 2005).

The nurse should advise instilling the drop into the pocket created by pulling down gently on the lower eyelid, as the eye is less sensitive here than it is closer to the iris and pupil. The tip of the bottle should not be allowed to touch the eye or eyelids to minimize the risk of corneal damage and cross-infection (Russell 2008).

Perawat juga harus memberikan pendidikan untuk meneteskan obat tetes mata ke dalam celah/lekukan yang dibuat dengan cara menarik sedikit kearah bawah kelopak mata bagian bawah, ini merupakan bagian mata yang kurang sensitive dan merupakan bagian yang terdekat dengan iris dan pupil. Ujung dari botol tetes mata dilarang untuk bersentuhan degan mata atau kelopak mata untuk meminimalkan risiko kerusakan kornea dan terjadinya infeksi. (Russell 2008).

The main risks and complications of cataract surgery are (James et al 2007):

1. Endophthalmitis – although rare, occurring in less than 0.3% of patients (James et al 2007),this is an infection of the eye that has the potential to lead to blindness. Symptoms include pain and worsening vision and usually occur four to five days after

Page 26: Makalah Kasus Askep Katarak

surgery (Olver and Cassidy 2005). Urgent treatment with topical, systemic and intraocular antibiotics is required.

2. Increased intraocular pressure – this may occur in the days following surgery. It can be treated with topical, oral or intravenous medication. The patient may experience severe headache, eye pain, nausea and vomiting, which should be reported promptly.

Risiko dan komplikasi utama pada operasi katarak adalah (James et al 2007):

1. Endophthalmitis – walaupun jarang, kejadian < 0.3% pasien, ini adalah infeksi pada mata yang memiliki potensial untuk terjadi kebutaan. Gejala yang timbul diantaranya : rasa nyeri pada mata, penurunan penglihatan dan biasanya terjadi dalam 4 – 5 hari sesudah operasi (Olver dan Cassidy 2005). Pengobatan dengan segera dibutuhkan menggunakan antibiotik topical, sistemik maupun intraokular.

2. Peningkatan tekanan intra ocular – ini terjadi pada hari operasi. Hal ini dapat ditangani dengan obat-obatan topical, oral atauoun intravena. Pasien mengalami sakit kepala yang berat, nyeri pada mata, mual dan muntah, yang harus dengan segera dilaporkan.

Page 27: Makalah Kasus Askep Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan et al. 2009. Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC

Ilyas Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta. CV.Sagung Seto

Brunner et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta. EGC

Hollwich Fritz. 1993. Opthalmology. Jakarta. Binarupa Aksara

NS522 Hardy J (2009) Supporting patients undergoing cataract extraction surgery.

Nursing Standard. 24, 14, 51-56. Date of acceptance: September 11 2009.

Page 28: Makalah Kasus Askep Katarak