32
DAFTAR ISI Halaman Judul Nama kelompok Lembar Pengesahan Daftar Isi Daftar Gambar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akibat - Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian 2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 2.3 Macam-Macam Klasifikasi 2.3.1 Klasifikasi Kennedy Klas 3 2.4 Direct Retainer dan Indirect Retainer 2.5 Gigi Tiruan Kerangka Logam

makalah kasus 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus

Citation preview

Page 1: makalah kasus 3

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Nama kelompok

Lembar Pengesahan

Daftar Isi

Daftar Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akibat - Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian

2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2.3 Macam-Macam Klasifikasi

2.3.1 Klasifikasi Kennedy Klas 3

2.4 Direct Retainer dan Indirect Retainer

2.5 Gigi Tiruan Kerangka Logam

2.6 Macam - Macam Bahan Basis

Page 2: makalah kasus 3

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Data Kasus

3.2 Anamnesa

3.3 Gambar Model Anatomis

3.4 Pemeriksaan Klinis

3.5 Diagnosis

3.6 Rencana Perawatan

3.6.1 Perawatan Pendahuluan

3.6.2 Perawatan Utama

3.6.3 Perawatan Alternatif

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: makalah kasus 3

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh:

KELOMPOK IV

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

Harley prabowo, drg, Sp.Prosto

Page 4: makalah kasus 3

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya gigi tiruan dibutuhkan oleh seseorang untuk menggantikan fungsi dari

gigi, beberapa gigi atau seluruh gigi yang hilang. Keadaan kehilangan gigi dapat karena

tanggal, dicabut atau tidak tumbuh. Tanggalnya gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor

antara lain : trauma kecelakaan, karies gigi yang parah, kelainan periapikal, kerusakan

jaringan periodonsium, kerusakan tulang alveol, gigi malposisi dan operasi rahang.

Gigi tiruan sebagian adalah suatu protesa yang menggunakan satu atau lebih, tetapi tidak

semua gigi asli dan jaringan pendukung. Tujuan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan antara

lain adalah untuk mempertahankan gigi yang tersisa beserta jaringan pendukungnya,

memperbaiki estetik dan fonetik, memperbaiki dan meningkatkan funsi mastikasi, serta

menimbulkan kenyaman dan kesehatan bagi pemakai (Freddy, 1995).

Klasifikasi Kennedy merupakan klasifikasi yang paling diterima pada saat ini (Freddy

Suryatenggara, 1995). Kennedy membagi semua bagian ruang tak bergigi dalam empat tipe

utama. Dalam klasifikasi ini, daerah tak bergigi yang tidak termasuk tipe utama disebut

vsebagai modifikasi. Pada kliasifikasi Kennedy kelas tiga terdapat daerah tak bergigi

unilateral dengan gigi asli terdapat di bagian posterior dan anterior (Freddy S., 1995).

1.2. Rumusan Masalah

Apakah rencana perawatan baik utama maupun alternatif yang dapat dilakukan untuk

penderita tersebut ?

Page 5: makalah kasus 3

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui rencana perawatan yang tepat pada penderita tersebut.

Page 6: makalah kasus 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akibat - Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian

Geligi bukan bagian terpenting dari tubuh, namun kehilangan satu atau beberapa gigi dapat

mengganggu proses pengunyahan seseorang. Tergangguanya proses pengunyahan tentunya

akan berakibat pada gangguan pencernaan. Selain itu terdapat beberapa akibat lain yang

berhubungan dengan kehilangan gigi-gigi, antara lain (Gunadi dkk, 1991):

Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya satu atau beberapa gigi pada lengkung gigi, dapat menyebabkan pergeseran,

miring atau berputarnya gigi. Saat mengunyah makanan, posisi gigi yang tidak normal akan

menyebabkan penerimaan beban tidak merata dan berakibat pada jaringan periodontal di

sekitarnya. Selain itu, gigi yang miring akan sulit dibersihkan, sehingga prevalensi karies

menjadi tinggi.

Erupsi Berlebih

Bila gig tidak memiliki antagonis, maka akan terjadi erupsi yang berlebihan.erupsi

berlebihan dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila terjadi tanpa

pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur jaringan periodontal mengalami penurunan

sehingga ggi mulai ekstrusi. Namun, bila disertai pertumbuhan tulang alveolar yang

berlebihan, maka akan menimbulkan kesulitan jika akan dibuat geligi tiruan.

Penurunan Efisiensi Kunyah

Kehilangan banyak gigi, khususnya gigi posterior, akan menyebabkan penurunan efisiensi

kunyah. Bila hal ini terjadi pada penderita yang terbiasa diet dengan jenis lunak, hal ini

mungkin tidak menjadi permasalahan.

Gangguan Sendi Temporo-Mandibula

Hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada

struktur sendi rahang.

Beban Berlebih pada Jaringan Penyangga

Page 7: makalah kasus 3

Bila telah terjadi kehilangan beberapa gigi, maka gigi yang tersisa akan menerima beban

mastikasi yang lebih besar sehingga timbul tekanan yang berlebihan dan mengakibatkan

kerusakan ligamen periodontal. Bila hal ini terjadi terus menerus maka dapat menyebabkan

gigi menjadi goyang.

Kelainan Bicara

Kehilangan gigi anterior atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, karena

gigi anterior termasuk bagian organ fonetik.

Penampilan Memburuk

Biasanya hal ini terjadi bila kehilangan gigi anterior karena gigi-gigi pada bagian ini menjadi

daya tarik seseorang.

Kebersihan Rongga Mulut Terganggu

Migrasi dan rotasi gigi akan menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi tetangga.

Demikian pula dengan gigi yang kehilangan gigi antagonisnya. Adanya ruang

onterproksimal ini akan menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan. Sehingga kebersihan

rongga mulut akan terganggu dan mudah terjadi penumpukan plak. Selanjutnya

kemungkinan terjadinya karies akan meningkat.

Atrisi

Pada kasus-kasus tertentu jaringan penyangga gigi dapat menerima beban pengunyahan yang

berlebihan dan tidak mengalami kerusakan. Namun sebagai toleransinya terhadap beban

tersebut, makan akan terjadi atrisi pada gigi-gigi tersebut, sehingga dalam jangka waktu

panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat gigi dalam keadaan

oklusi eksentrik.

Jaringan Lunak Rongga Mulut Terganggu

Ruang tempat gigi-gigi yang hilang tersebut akan ditempati oleh jaringan lunak seperti pipi

dan lidah. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan sulitnya adabtasi

terhadap geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam kasus ini, pemakaian geligi tiruan akan

dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Page 8: makalah kasus 3

Gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan untuk pasien dengan bagian edentulous parsial

yang ingin mengganti gigi untuk alasan fungsional atau estetik yang tidak dapat menggunakan

bridge dengan berbagai alasan seperti kekurangan gigi penyangga untuk support bridge.

(seperti distal abutments) atau karena kesulitan finansial. Dinamakan gigi tiruan sebagian

lepasan karena pasien dapat melepas dan memasang kembali bila diperlukan tanpa bantuan

dokter gigi. Sedangkan untuk gigi tiruan tetap membutuhkan bantuan dokter gigi untuk

memasang dan melepas. Fungsi GTSL (Grant and Johnson, 1983):

Membantu penderita agar dapat mengunyah dengan baik

Membantu mengurangi beban pada gigi dengan kelainan periodontal

Mengatasi prothusive masticatory cycle (hanya tinggal gigi anterior) Mengatasi kehilangan

gigi anterior karena kecelakaan, kegagalan tumpatan atau karies dan penyakit periodontal

Mengatasi susunan gigi anterior yang protusi atau protusi dengan diastema

Indikasi GTSL (Grant and Johnson, 1983) :

Indikasi psikologis antara lain , penderita tidak mau giginya diasah dan penderita pernah

mengalami kegagalan gigi tiruan lengkap

Apabila sisa gigi yang tinggal tidak dapat menunjang konstruksi GTT

Penderita mengalami gigi hilang free end edentulous, khususnya yang panjang

Partial edentulous yang luas, gigi tinggal sedikit tetapi tetap dipertahankan sebagai abutment.

Pemakaian GTSL dengan desain yang baik disertai perawatan periodontal merupakan

perawatan jaringan periodontal yang menyeluruh.

Kontraindikasi GTSL (Grant and Johnson, 1983) :

Penderita yang tidak kooperatif. Penderita yang memiliki sifat dan sikap tidak menghargai

“denture treatment”.

Mempertimbangkan kondisi penderita, misalkan usia lanjut sebaiknya dibuatkan GT

temporer

Page 9: makalah kasus 3

Bila penderita memiliki penyakit sistemik ,contohnya DM (diabetes mellitus) yang tidak

terkontrol, karena penderita dengan penyakit DM memiliki tulang alveolar yang mudah

resorbsi.

Penderita dengan oral hygiene yang buruk sebaiknya diarahkan ke full denture (GTL).

2.3 Macam-Macam Klasifikasi

Suatu klasifikasi seharusnya memenuhi beberapa kriteria, seperti dapat menunjukkan

dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi, memungkinkan perbedaan antara geligi

tiruan sebagian lepasan yang didukung gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi

(kombinasi), dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan, dan klasifikasi ini dapat

diterima secara luas. Klasifikasi Kennedy merupakan metode yang paling banyak digunakan

pada saat sekarang ini (Gunadi dkk, 1991).

Gambar 1: Klasifikasi Kennedy (Shotwell, 2008)

Klasifikasi-Klasifikasi Kennedy (Shotwell, 2008) :

Klas 1 ( Bilateral Posterior Edentulous Area)

Kehilangan sebagian gigi posterior pada kedua sisi rahang.

Klas 2 (Unilateral Posterior Edentulous Area)

Kehilangan sebagian gigi posterior pada salah satu sisi rahang.

Page 10: makalah kasus 3

Klas 3

Kehilangan sebagian gigi anterior atau posterior. Area gigi yang hiang bersebelahan dengan

gigi asli pada kedua sisinya. Kehilangan gigi pada klas ini dapat terjadi unilateral atau

bilateral.

Klas 4

Kehilangan gigi pada daerah anterior melewati garis tengah lengkung rahang.

2.3.1 Klasifikasi Kennedy Klas 3

Daerah edentulous unilateral dengan gigi asli anterior dan posterior. Hal ini

menunjukkan area edentulous tunggal yang tidak menyeberangi garis tengah dari lengkung,

dengan gigi hadir pada kedua sisi (anterior dan posterior). Secara klinis dapat dijumpai

(Mawar, 2009) :

Daerah tidak bergigi sudah panjang.

Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.

Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara

berlebihan.

Beban oklusal berlebihan.

Indikasi Klas III kennedy: Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain

bilateral. Pada klas III Kennedy daerah yang tidak bergigi didukung oleh gigi asli

disekitarnya serta struktur penyangga, sehingga tidak memerlukan indirect retainer, cast

clasps, dan bar type atau combination clasps dapat digunakan untuk menyangga gigi

pengganti (Carr, Alan, 2005).

2.4 Direct Retainer dan Indirect Retainer

Direct Retainer merupakan bagian dari cangkolan GTSL yang berguna untuk menahan

terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa klamer / cengkeram

dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan

Page 11: makalah kasus 3

tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal gigi dan merupakan

cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena

konstruksinya sederhana dan efektif. Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah

terlepasnya gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu bracing,

pengimbangan, retensi, stabilisasi, dan dukungan. Macam-macam cangkolan menurut Ney,

yaitu: Akers clasp, Roach clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action clasp, Reverse back

Action clasp, Ring clasp, T clasp, I clasp, dan Compound clasp / Embrasure clasp

(Applegate, 1960).

Indirect Retainer adalah bagian dari GTSL yang berguna untuk menahan terlepasnya

gigi tiruan secara tidak langsung. Indirect Retainer diperoleh dengan cara memberikan

retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat

berupa lingual bar atau lingual plate bar. Fungsi indirect retainer yaitu untuk menggeser

garis titik tumpu jauh dari titik penerapan gaya, sehingga melawan mengangkat dan

menstabilkan gigi tiruan, mencegah kekuatan horizontal dengan menyediakan dukungan dan

stabilitas protesa. Dukungan dan stabilitas diperoleh dari kontak dari pelat konektor kecil

proksimal dengan permukaan gigi aksial dapat bertindak sebagai rest tambahan untuk

mendukung konektor utama. Jika rest dan direct retainer gagal untuk mempertahankan clasp,

akan ada gerakan total gigi tiruan, tidak rotasi. Dalam kasus seperti itu, indirect retainer

tidak dapat membantu mempertahankan gigi tiruan. Dengan kata lain indirect retainer tidak

berguna jika direct retainer tidak berfungsi dengan baik (Nallaswamy, 2004).

2.5 Gigi Tiruan Kerangka Logam

Gigi tiruan ini terdiri dari basis gigi tiruan dari logam, namun gigi buatannya dari

akrilik atau porselen. Karena bahan logam cukup kuat, basis gigi tiruan kerangka logam

dapat dibuat lebih tipis dan lebih kecil sehingga pemakai akan lebih nyaman. Kontak lidah

dengan langit-langit tidak terlalu terganggu. Logam yang dipergunakan merupakan

campuran logam khusus yang memerlukan manipulasi lebih rumit, sehingga gigi tiruan ini

lebih mahal dari gigi tiruan akrilik. Apabila patah pada bagian logam, tidak dapat disambung

seperti akrilik, tetapi harus dibuat ulang. Akan tetapi apabila patah hanya gigi akriliknya saja

bisa disambung/diganti akriliknya saja. Karena landasan logam harus dicoba dulu

ketepatannya sebelum dipasang gigi-giginya, maka kunjungan pasien ke dokter gigi lebih

banyak dari pemasangan gigi akrilik. Karena kekuatan logam, landasan gigi tiruan tidak

Page 12: makalah kasus 3

terlalu terganggu oleh keadaan cairan/makanan di dalam rongga mulut, yang terpengaruh

hanya bagian anasir giginya (Poschelle, 1990).

Faktor - Faktor penting dalam pembuatan gigi tiruan kerangka logam (Yamamoto, 1985) :

a. Keutuhan gigi penyangga.

b. Panjang diastema (berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh gigi penyangga

dan jaringan periodontium dalam pembuatan gigi tiruan).

c. Jumlah diastema (berpengaruh terhadap penyebaran tekanan kunyah)

d. Resorbsi prosesus alveolaris (selain penggantian gigi juga perlu diadakan penambahan

prosesus alveolaris yang hanya bisa dilakukan dengan suatu gigi tiruan kerangka logam

atau gigitiruan jembatan yang bisa di lepas).

e. Kondisi gigi yang tersisa terutama jika gigi ini berfungsi sebagai penyangga.

Keuntungan gigi tiruan kerangka logam (Walter, 1990) :

a. Dapat dibuat tipis

b. Kuat dan kaku

c. Mudah menghantarkan panas dan dingin

d. Tidak mudah berubah bentuk

Kerugian gigi tiruan kerangka logam (Walter, 1990) :

a. Titik lebur logam tinggi

b. Logam mudah patah

c. Biaya yang lebih mahal dari gigi tiruan akrilik

Page 13: makalah kasus 3

2.6 Macam - Macam Bahan Basis

1. Metal

Keuntungan-Keuntungan basis Metal (Gunadi dkk, 1991):

Metal termasuk penghantar panas yang baik, setiap perubahan suhu yang terjadi akan

langsung disaurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsangan seperti ini akan menstimulasi dan

mempertahankan kesehatan jaringan. Mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi

perubahan selama pemakaian dalam rongga mulut. Hal ini disebabkan tidak terjadinya

internal strain selama proses pembuatannya, sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan

volume. Alloy merupakan bahan yang tahan abrasi serta tidak menyerap cairan di dalam

rongga mulut, oleh karena itu permukaannya dapat tetap licin. Sifat ini menyebabkan deposit

makanan sulit melekat. Walaupun terdapat kalkulus dapat dibersihkan secara mekanik. Basis

logam dapat dibuat lebih tipis dari resin, tapi cukup kuat dan tegar, sehingga ruang gerak

bagi lidah menjadi relatif lebih luas. Dibanding resin, basis dari alloy lebih tipis tetapi lebih

berat. Dalam hal tertentu, ketebalan basis akan memberikan keuntungan. Contoh: basis

digunakan untuk mengembalikan kontur wajah yang banyak berubah karena terjadi resorpsi

berlebih.

Kekurangan-Kekurangan Basis Metal (Gunadi dkk, 1991):

a. Warna basis metal kurang memenuhi estetik bila dibandingan dengan warna jaringan di

sekitarnya.

b. Relatif lebih berat, terutama alloy emas untuk rahang atas.

c. Perluasan basis metal sampai bukal maupun pengembalian kontur pipi dan bibir sulit

dilakukan dengan basis metal.

d. Teknik pembuatan lebih rumit dan mahal.

Indikasi Pemakaian Basis Metal (Gunadi dkk, 1991):

a. Penderita yang hipersensitif terhadap resin.

b. Penderita yang memiliki ruang intermaksilar yang kecil.

Page 14: makalah kasus 3

c. Pertimbangan khusus, contoh karena permintaan penderita, kebiasaan menyikat gigi

secara berlebihan.

2. Resin

Keuntungan - Keuntungan Basis Resin (Gunadi dkk, 1991):

a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik.

b. Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah.

c. Relatif lebih ringan.

d. Teknik pembuatan dan pemolesan lebih mudah.

e. Harga lebih murah.

Kekurangan-Kekurangan Basis Resin (Gunadi dkk, 1991):

a. Penghantar termis yang buruk.

b. Dimensi tidak stabil baik saat pembuatan, pemakaian maupun reparasi.

c. Mudah terjadi abrasi saat pembershan maupun pemakaian.

d. Resin dapat menyerap cairan dalam rongga mulut walaupun dalam derajat yang kecil.

e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin.

2.7 Gigi Tiruan Tetap (Fixed Bride)

Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah suatu protesa dimana gigi penyulih atau pontik

disangga dengan teguh pada kedua sisinya baik oleh satu atau lebih gigi penyangga (abutment

teeth) secara permanen. GTT ini digunakan bila daerah yang kehilangan gigi pada kedua

sisinya memiliki gigi penyangga yang mampu menopang fungsi dari gigi yang hilang. GTT

merupakan restorasi yang kuat dan retentif sehingga tidak akan terlepas dan dapat bertahan

lama di rongga mulut karena terbuat dari logam, porcelain atau porcelain fused to metal.

Namun salah satu kekurangan GTT adalah dibutuhkannya preparasi dari gigi penyangga

sehingga bila preparasi gigi yang dilakukan berlebihan maka dapat melemahkan gigi

penyangga dan membahayakan jaringan pulpa (Barclay, 2001).

Page 15: makalah kasus 3

Gambar 2: GTT Porcelain Fused to Metal (Barclay, 2001).

Berdasarkan jenis penghubungnya (retainer), GTT dikelompokkan menjadi (Barclay,

2001):

1. GTT tegar (fixed-fixed bridge) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada kedua sisi gigi

penyulihnya. Jenis GTT ini dapat digunakan pada anterior maupun posterior.

Keuntungan dari GTT tegar adalah beban dapat disebarkan secara merata, kemudian

retensi dan kekuatan lebih maksimal sehingga gigi dapat bertahan lebih lama didalam

rongga mulut. Namun dalam pembuatan GTT jenis ini, pengasahan gigi penyangga

relatif lebih banyak dan harus sejajar selain itu penyemenannya harus bersamaan.

2. GTT Lekat sebelah (cantilever bridge) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada satu

sisi gigi penyulihnya, dapat dengan satu atau lebih pemaut. Biasanya GTT jenis ini

digunakan untuk mengantikan satu gigi anterior atau mengganti satu gigi posterior

dengan syarat tanpa adanya kebiasaan buruk. Karena dalam prosesnya hanya

membutuhkan pengasahan pada satu gigi, maka tahapan preparasi akan lebih singkat.

3. GTT setengah tegar (fixed-movabel bridge ) yaitu GTT dengan penghubung tegar pada

satu sisi dan sisi lainnya tidak tegar, sehingga memungkinkan gerakan terbatas pada satu

sisi. GTT ini memiliki dua pemaut, yaitu pemaut Mayor yang melekat langsung dengan

pontik dan pemaut Minor yang masuk kedalam dovetail slot. GTT ini digunakan bila

kemiringan calon gigi penyangga berbeda atau salah satu calon gigi penyangga sudah

terdapat restorasi.

4. GTT penghubung panjang (spring cantilever bridge) yaitu jenis GTT yang gigi penyulih

dan pemautnya tidak bersebelahan. GTT ini biasa digunakan untuk gigi anterior rahang

atas yang memiliki diastema. Kerugian dari GTT jenis ini adalah rasa tidak nyaman yang

ditimbulkan oleh lengan penghubung palatal dan kesukaran untuk membersihkan bagian

bawah lengan penghubung.

Page 16: makalah kasus 3

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Data Kasus

- Kelamin : Wanita

- Umur : 54 tahun

- Pekerjaan : Ibu rumah tangga

1.2 Anamnesa

- Keluhan / keinginan : ingin dibuatkan gigi tiruan, karena saat ini pasien merasa sulit

mengunyah makanan.

- Riwayat geligi : gigi banyak berlubang, tidak dirawat dan kemudian dilakukan

pencabutan. Pencabutan terakhir 6 bulan yang lalu pada regio

kiri atas belakang.

- Pengalaman dengan GT : Pernah menggunakan gigi tiruan Rahang Atas kira-kira 3 tahun

lalu tetapi banyak gigi yang dicabut sehingga gigi tiruan tidak

dapat dipakai lagi.

- Pembiayaan : 100% penderita.

- Lain-lain : tidak ada alergi, tidak ada penyakit sistemik.

3.3 Gambar Model Anatomis

Gambar 3.1. Model Anatomis Tampak Depan.

Page 17: makalah kasus 3

Gambar 3.2. Model Anatomis Tampak Oklusal.

Gambar 3.3. Model Anatomis Tampak Samping Kiri.

Gambar 3.4. Model Anatomis Tampak Samping Kanan.

Page 18: makalah kasus 3

3.4 Pemeriksaan Klinis :

Intra Oral :

a. Status umum : gigi hilang, gigi atrisi, gigi agenesi.

b. Jaringan lunak : t.a.k.

c. Status lokalis :

a. Oklusi : ada

1. Oklusi statik

Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge)

Sisi kanan : -

Sisi kiri : -

Hubungan gigi posterior (cusp to fossa)

Sisi kanan : 14 dan 44, 15 dan 45, 17 dan 47

Sisi kiri : 26 dan 36, 27 dan 37

Hubungan gigi anterior (dalam mm)

Overjet : 0 mm

Overbite : 0 mm

Page 19: makalah kasus 3

2. Oklusi dinamik

a. Sistem oklusi : unilateral balance occlusion (UBO)

b. Vestibulum: dalam

c. Bentuk insisif pertama rahang atas : ovoid

d. Frenulum : rendah

e. Bentuk ridge : RA : ovoid

RB : ovoid

f. Relasi ridge / relasi gigi :

g. Bentuk dalam palatum : ovoid

h. Torus palatines : flat

i. Torus mandibularis : flat

j. Tuber maxilae : kanan kiri kecil

k. Exostosis : tidak ada

l. Retromylohyoid : kanan kiri dalam

3.5 Diagnosis

Gigi hilang : 12, 22, 24, 25, 34, 46

Gigi agenesi : 13, 23

Gigi atrisi : 17, 16, 15, 14, 26, 27, 47, 45, 44, 43, 33, 35, 36, 37

3.6 Rencana Perawatan

a. Rencana perawatan pendahuluan :

Preparasi oklusal rest seat pada gigi 14, 26

Preparasi gigi penyangga untuk GTJ rahang bawah pada gigi 45 dan 47

b. Macam gigi tiruan :

RA : Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)

Page 20: makalah kasus 3

RB : Gigi tiruan jembatan (GTJ)

c. Rancangan gigi tiruan:

Perawatan Utama :

Page 21: makalah kasus 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus 3 model rahang atas menunjukkan klasifikasi kennedy klas 3 modifikasi I.

Perawatan pendahuluan dilakukan dengan preparasi oklusal rest seat pada gigi 26. Karena gigi

yang agenisi adalah gigi 12 dan 22 dan gigi hilang adalah gigi 13, 24, 25 maka gigi yang

diganti adalah gigi 13, 23, 24, 25. Akrilik dipilih sebagai basis, karena itu basis dibuat seluas

mungkin sesuai sehingga beban yang diterima per unit area semakin kecil. Basis dibuat

sampai distal molar kedua (17 dan 27). Dalam desain ini dipilih menggunakan klamer 2 jari

pada sisi mesial gigi 26 yang berfungsi sebagai retensi. Pada bagian distal gigi 26 diberikan

rest oklusal yang berfungsi menyalurkan beban yang diterima oleh denture saat menggigit ke

gigi penyangga (tooth borne) selain itu rest juga dimaksudkan sebagai penyeimbang agar gigi

26 tidak terungkit saat menggigit. Pada gigi 16 digunakan klamer half-jackson sebagai retensi,

selain itu karena klamer ini bersifat tooth-borne, klamer ini dapat menyalurkan beban ke gigi

penyangga. Peninggian akrilik pada gigi 11 dan 21 berfungsi menyalurkan beban ke gigi

penyangga. Diberikan peninggian basis akrilik sampai kontur terbesar gigi 14 sebagai retensi,

dalam hal ini tidak dipilih menggunakan klamer karena letaknya di anterior yang dapat

mengganggu estetik. Penggunaan sayap labial pada anasir gigi diberikan sebagai retensi

tambahan pada undercut ridge dan untuk menutup defek.

Pada rahang bawah menunjukan klasifikasi kennedy kelas 3. perawatan yang dipilh

adalah pembuatan mahkota jembatan (bridge) dengan pengubung tegar kedua sisinya, karena

gigi yang hilang hanya 1. Pasien merasa kurang nyaman kalau harus mencopot-copot

unilateral denture. Karena gigi yang akan digunakan sebagai penyangga mengalami atrisi,

maka digunakan GTT porselin taut logam. GTT ini dipilih karena bahan logam membtuhkan

sedikit preparasi, dan porselin dipilih karena kuat jika digunakan untuk mengunyah makanan

dan estetiknya baik. Sebagai perawatan pendahuluan dilakukan adalah preparasi gigi 45 dan

47 untuk menjadi gigi penyangga gigi tiruan tetap.

Page 22: makalah kasus 3

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus 3 ini digunakan GTLS dengan basis akrilik pada rahang atas dengan

klasifikasi kennedy kelas 3 modifikasi 1. Sedangkan pada rahang bawah digunakan GTT

porselen fused to metal dengan penghubung kedua sisi tegar.

Page 23: makalah kasus 3

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B.

Saunders Co. Philadelphia.

Barclay, CW. 2001. Fixed and Removable Prostodontics. Cruchchill Livingstone: London.

Carr, Alan. 2005. Removable Partial Orthodontics Eleventh Edition. Elsevier. New York.

Davis Henderson, Victor L. Steffel, 1973,McCRACKEN's Removable partial

prosthodontics, 1973. 4th Ed.

Grant AA & Johnson W : An Introduction to removable denture Prosthetics, 1st .ed., 1983, p

116, 118.

Gunadi, Haryanto et al. 1991. Buku Ajar: Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.

Hipokrates. Jakarta. h. 31-33, 218-20

Mawar Putri. 2009. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. http://mawarputrijulica.wordpress.com.

Diakses pada: Accessed on : October 23, 2010.

Nallaswamy. 2004. Textbook of Prosthodontics. Jaypee Brothers Publishers. h. 372-74.

Poschelle KK. The partial denture over a fixed guide bar appliance : a technique for restoring

partially edentulous quadrant . Aust dent J 1990 : 35 p. 409-12.

Shotwell, Jeff. 2008. Classification an Components of Removeable Partial Denture. Avaiable

at: http://deepblue.lib.umich.edu. Accessed on : October 23, 2010

Page 24: makalah kasus 3

Walter JD : Removable Partial Denture Design, 2nd, ed., London, British Dent.Journ., 1990,

p.21, 22.

Yamamoto M. Metal Ceramic : Principles and Methods of Makoto Yamamoto. Chicago :

Quintessence publishing co. inc 1985. p. 19.