Upload
dewi-setyowati-w
View
60
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah KPMS
Citation preview
MO – KPMS
PRIA DENGAN KELUHAN BERCAK-BERCAK PUTIH PADA KULIT
KELOMPOK 4
03008056 Bena Miralda Pustikanya
03008057 Benediktus Dhewa
03008058 Bernadeta Rosa
03008071 Citra Anggaeny
03008072 Cynthia Karamina Elvia
03008073 Dedeh Asliah
03008074 Dessy Esa Sriyani
03008076 Dewi Setyowati W
03008291 Noor Azlyza binti Ahmad Moin
03008292 Noor Fatehah binti Hamdan
03008293 Noor Ubudiah binti Seti
03008294 Noor Farah Izzati binti Md Azman
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 18 MEI 2010
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelainan pigmen (melanosis) adalah kelainan warna kulit akibat berkurang atau
bertambahnya pembentukan pigmen melanin pada kulit.
Hipomelanosis bila produksi pigmen melanin berkurang. Dapat karena berkurangnya atau
tidak adanya sel melanosit atau jumlah pigmen melanin berkurang.
Hal ini disebabkan gangguan pada sel melanosit berupa kegagalan atau tidak dapat
memproduksi melanin akibat menurunnya tirosin yaitu asam amino yang diperlukan sel
melanosit untuk membentuk melanin.
Beberapa penyakit dengan hipomelanosis dapat ditemukan pada vitiligo dan pitiriasis
versikolor.
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik dapat di tandai dengan adanya makula putih yang
dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit misalnya
rambut dan mata.
2
1.2 Kasus
Pak Kumis seorang pejabat Departemen Pertambangan berusia 45tahun mempunyai hobi
olahraga golf, tetapi di kulit tubuh Pak Kumis saat ini terlihat bercak-bercak putih yang tidak
terasa gatal tapi makin lama makin luas. Bercak tampak dilengan atas kiri dan kanan, juga
pundak dan bahu serta dada terutama bagian atas. Selain itu di jari manis dan kelingking tangan
tampak bercak putih yang nyata. Bercak ini sudah ada bertahun-tahun meskipun perlahan
bercak-bercak tersebut terlihat semakin meluas. Istri Pak Kumis, 37 tahun tidak mempunyai
keluhan di kulitnya, tetapi anak perempuan Pak Kumis berusia 19 tahun, mengalami kondisi
kulit yang hampir sama dengan Pak Kumis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan
memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan karoten. Adanya Hb beroksigen dalam
dasar kapiler dari dermis memberinya warna kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai
kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang bervariasi
Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di bawah atau
di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Asal embriologi dari melanosit berasal
dari sel krista neural. Melanosit memiliki bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang-
cabang panjang yang ireguler dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada di antara sel-sel
stratum basalis dan stratum spinosum.
Pembentukan Pigmen Melamin
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting
dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi
3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian
dikonversi, setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase
dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit
4
diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan
pada pembentukan granul melanin yang matang.
Tahap 1 : Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari
aktivitas enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul halus; pada
bagian perifernya. Untaian-untaian padat elektron memiliki suatu susunan
molekul tirosinase yang rapi pada sebuah matrik protein.
Tahap 2 : Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam
filamen-filamen dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang dengan jarak
sama. Melanin disimpan dalam matriks protein.
Tahap 3 : Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat.
Tahap 4 : Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin
secara sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul
yang matang berbentuk elips, dengan panjang 1 μm dan diameter 0,4 μm..
VITILIGO
PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu telah dikenal beberapa istilah untuk vitiligo antara lain shwetakustha, suitra,
behak, dan beras.
DEFINISI
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik dapat di tandai dengan adanya makula putih yang dapat
meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit misalnya rambut
dan mata.
EPIDEMIOLOGI
Insidens yang dilaporkan bervariasi antara 0,1-8,8%. Dapat mengenai semua ras dan kelamin.
Awitan terbanyak sebelum umur 20 tahun. Ada pengaruh faktor genetik. Pada penderita vitiligo,
5
5% persen akan mempunyai anak dengan vitiligo. Riwayat keluarga vitiligo dapat bervariasi
antara 20-40%.
ETIOLOGI
Penyebab belum diketahui, berbagai faktor pencetus sering dilaporkan, misalnya krisis emosi
dan trauma fisis.
PATOGENESIS
1. Hipotesis autoimun
Adanya hubungan antara vitiligo dengan tiroiditis hashimoto, anemia permisiosa, dan
hipoparatiroid melanosit dijumpai pada serum 80% penderita vitiligo.
2. Hipotesis neurohumoral
Karena melanosit terbentuk dari neuralcrest, maka diduga faktor neural berpengaruh.
Tirosin adalah substrat untuk pembentukan melanin dan katekol. Kemungkinan adanya
produk intermediet yang terbentuk selama sintesis katekol yang mempunyai efek yang
merusak melanosit. Pada beberapa lesi ada gangguan keringat dan pembuluh darah
terhadap respons transmitter syaraf, misalnya asetil kolin.
3. Autositotoksik
Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan DOPA ke
dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi berbagai indol da radikal bebas.
Melanosit pada lesi vetiligo dirusak oleh penumpukan prekursor melanin. Secara in vitro
dibuktikan tirosin, dopa, dan dopakrom merupakan sitotoksik terhadap melanosit.
4. Pajanan terhadap bahan kimiawi
Depigmentasi kulit dapat terjadi karena pajanan Mono Benzil Eter Hidrokinon dalam
sarung tangan atau detergen yang mengandung fenol.
6
GEJALA KLINIS
Makula berwarna putih dengan diameter beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas,tanpa perubahan epidermis yang lain.
Kadang-kadang terlihat makula hipermelanotik selain makula apigmentasi.
Di dalam makula vitiligo dapat ditemukan makula dengan pigmentasi normalatau
hiperpigmentasi disebut repigmentasi perifolikular. Kadang-kadang ditemukan tepi lesi
yang meninggi, eritema, dan gatal, disebut inflamatoar.
Daerah yang sering terkena adalah bagian ekstensor tulang terutama di atas jari,
periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibials anterior, dan pergelangan tangan
bagian fleksor. Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Pada area yang terkena trauma
dapat timbul vitiligo. Mukosa jarang terkena, kadang-kadang mengenai genital eksterna,
puting susu,bibir, dan ginggiva.
KLASIFIKASI
Ada dua bentuk vitiligo:
1. Lokalisata yang dapat dibagi lagi :
a. Fokal : satu atau lebih makula pada satu area tetapi tidak segmental
b. Segmental : satu atau lebih makula padasatu area dengan distribusi menurut
dermatom misalnya satu tungkai
c. Mukosal : hanya terdapat pada membran mukosa
Jarang penderita vitiligo lokalisata yang berubah menjadi generalisata.
2. Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris. Vitiligo generalisata
dapat dibagi lagi menjadi:
7
a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas dan muka,
merupakan stadium mula vitiligo yang generalisata.
b. Vulgaris : makula tanpa pola tertentu di banyak tempat.
c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh.
Merupakan vitiligo total.
DIAGNOSIS
1. Evaluasi Klinis
Diagnosis vitiligo didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis. Ditanyakan pada
penderita :
a. Awitan penyakit
b. Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini.
c. Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus, dan
anemia pernisiosa.
d. Kemungkinan faktor pencetus, misalnya emosi, stres, terbakar surya, dan
pajanan bahan kimiawi.
e. Riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam kulit sebelum bercak putih
2. Pemeriksaan Histopatologi
Dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) tampaknya normal, kecuali tidak ditemukan
melanosit, kadang-kadang ditemukan limfosit pada tepi makula. Reaksi dopa untuk
melanosit negatif pada daerah apigmentasi, tetapi meningkat pada tepi yang
hiperpigmentasi.
8
3. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa menunjukkan tidak
adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit normal.
Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding ialah piebaldisme, sindorm wardenburg, dan sindrom wolf.
Vitiligo segmental harus dibedakan dengan nevus depigmentosus, tuberosklerosis, dan
hipomelanositosis. Lesi tunggal atau sedikit harus dibedakan dengan tinea versikolor, pitriasis
alba, hipomelanosis gutata, dan hipopigmentasi pasca inflamasi.
Pengobatan
Pengobatan vitiligo kurang memuaskan. Dianjurkan pada penderita untuk menggunakan
kamuflase agar kelainan tersebut tertutup dengan cover mask. Pengobatan sistemik adalah
dengan trimetilpsoralene atau metoksipsoralene dengan gabungan sinar matahari atau sumber
sinar yang mengandung ultraviolet gelombang panjang (UV A). Dosis psoralene adalah 0,6
mg/kg bb 2 jam sebelum penyinaran selama 6 bulan sampai setahun. Pengobatan dengan
psoralene topikal yang dioleskan 5 menit sebelum penyinaran sering menimbulkan dermatitis
kontak iritan. Pada beberapa penderita kortikosteroid potensi tinggi, misalnya
betametasonvalerat 0,1 % atau klobetasol propionat 0,05 % efektif untuk menimbulkan pigmen.
Penatalaksanaan dibagian kami ialah demikian. Pada usia dibawah 18 tahun hanya
diobati dengan topikal saja dengan losio metoksalen 1% yang diencerkan 1:10 dengan spiritu
dilutus. Cairan tersebut dioleskan pada lesi. Setelah didiamkan selama 15 menit lalu dijemur
10menit. Waktu penjemuran kian diperlama. Yang dikehendaki ialah timbul eritema tetapi
jangan sampai timbul erosi, vesikel, atau bula.
Pada usia diatas 18tahun, jika kelainan kulitnya generalisata, pengobatan digabung
dengan kapsul metoksalen (10 mg). Obat tersebut dimakan 2 kapsul (20 mg) 2 jam sebelum
dijemur, seminggu 3 kali. Bila lesi lokalisata hanya diberikan pengobatan topikal. Kalau setelah
6 bulan tidak ada perbaikan pengobatan dihentikan dan dianggap gagal.
9
MBEH (monobnzylether of hydroquinon) 20 % dapat dipakai untuk pengobatan vitiligo
yang luasnya lebih dari 50% permukaan kulit dan tidak berhasil dengan pengobatan psoralen.
Bila tidak ada dermatitis kontak pengobatan dilanjutkan sampai 4 minggu untuk daerah yang
normal. Depigmentasi dapat terjadi setelah 2-3 bulan dan sempurna setelah 1 tahun.
Kemungkinan timbul kembali pigmentasi yang normal pada daerah yang terpajan sinar matahari
dan pada penderita berkulit gelap sehingga harus dicegah dengan tabir surya.
Cara lain adalah tindakan pembedahan dengan tandur kulit, baik pada seluruh epidermis
dan dermis maupun hanya kultur sel melanosit.
Daerah ujung jari, bibir, siku, dan lutut umumnya memberi hasil pengobatan yang buruk.
Dicoba dilakukan repigmentasi dengan cara tato dengan bahan ferum oksida dalam gliserol/
alkohol.
PITIRIASIS VERSIKOLOR
DEFINISI
Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malsezia furfur Robin ( BAILLON 1889) adalah
penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif,berupa
bercak berskuama halus yang bewarna putih samapi coklat hitam, terutama meliputi badan dan
kadang – kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas. Leher , muka dan
kulit kepala yang berambut.
SINONIM
Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis
versikolor flava dan panau.
EPIDEMIOLOGI
Ptriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan didaerah tropis.
PATOGENESIS
10
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya ptriasis versikolor
ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk
oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya,
misalnya suhu, media dan kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor presdiposisi menjadi
patogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi
imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara dan keringat.
GEJALA KLINIS
Kelaianan kulit ptriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak – bercak bewarna – warni, bentuk tidak teratur sampai
teratur, batas jelas dan difus. Bercak – bercak tesebut berfluoresensi bila di lihat dengan lampu
Wood.Bentuk papulo – vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik
sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
Kadang – kadeang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan
berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemugkinan pengaruh toksis
jamur terhadap pembentukan pigmen,sering dikeluhan penderita.
Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walupun anak –anak dan orang dewasa tua tidak
luput dari infeksi, menuruk BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi,
yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan
malnutrisi.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan flouresensi, lesi kulit
dengan lampu Wood, dan sedian langsung
11
Gambaran klinis dapat dilihat pada judul “gejala klinis’,flourosensi lesi kulit pada
pemeriksaan lampu wood bewarna kiuning keemasan dan pada sedian langsung kerokan kulit
dengan larutan KOH 20 % terlihat campuranhifa pendek dan spora – spora bulat yang dapat
berkelompok.
12
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrsma, sifilis II, achromia
parasitik dari Pardo – Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, ptriasis alba serta vitiligo.
PENGOBATAN
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.Obat – obatan yang didapat
dipakai misalnya : suspensi selenium sulfide 9 selsun dapat dipakai sebagai sampo 2 -3 kali
seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 5 – 30 menit,sebelum mandi.
Obat – obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah : salisilat spiritus 10% ; derivat
derivat azol, misalnya mikonazol,klotrimazol, isokonazol dan ekonazol ; sulfur prespiatum
dalam bedak kocok 4 – 20 % ; toksilat ; tolnaftat dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan
ketokonazol dapat dipertimbangjan dengan dosis 1 x 200 mg sehari dalam 10 hari.
PROGNOSIS
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten . Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah flurosensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan
sedian langsung negatif.
13
BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
STATUS PENDERITA
Identitas
Nama : Kumis
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : pria
Status perkawinan : menikah, 1 anak perempuan
Agama : islam
Suku : jawa
Alamat : jl. Tawakal
Pekerjaan : pejabat Departemen Pertambangan
Anamnesis
1) Keluhan utama : bercak-bercak putih pada kulit yang tidak terasa gatal tapi
makin lama makin luas
2) Riwayat penyakit sekarang : bercak putih sudah bertahun-tahun dan perlahan makin
meluas
3) Riwayat penyakit keluarga : Anak perempuan Pak Kumis yang berumur 19 tahun
14
memiliki kondisi kulit yang hampir sama
PEMERIKSAAN
Status Generalis :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Frekuensi Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 370C
Status Dermatologis :
Makula hipomelanotik pada lengan atas kanan dan kiri, pundak, bahu, dan dada terutama
bagian atas.
Makula apigmentasi pada jari manis dan kelingking tangan.
Tambahan Skenario untuk memperkuat diagnosis vitiligo
Setelah dilakukan anamnesis tambahan, ternyata Pak Kumis sudah menderita kelainan ini sejak
berusia 18 tahun namun tidak pernah memperdulikannya. Setelah melakukan check up pada
umur 37 tahun, didapatkan bahwa gula darah Pak Kumis sangat tinggi dan didiagnosis menderita
Diabetes Mellitus. Ia juga sedang dalam kondisi yang sangat stress dikarenakan pekerjaannya.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksan Histopatologi
Pemeriksaan biokimia
Diagnosis : Vitiligo
Diagnosis banding : Pitriasis Versikolor
15
Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan Umum (Non Medikamentosa)
Dianjurkan penggunaan kamuflase agar kelainan tersebut tertutup cover mask
Pengendalian stress
Memberitahu bahwa kebanyakan pengobatan dari vitiligo kurang memuaskan
2. Penatalaksanaan Khusus (Medikamentosa)
Trimetilpsoralen 0,6 mg/kg bb 2 jam sebelum penyinaran selama 6 bulan sampai
setahun
Kapsul metoksalen (10 mg)
Fotokemoterapi
Prognosis
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia
Tambahan Skenario untuk memperkuat diagnosis Pitiriasis Versicolor
Pak Kumis mengeluhkan bercak putih yang melebar dan menyatu. Serta pada perabaan terasa
bersisik dan apabila digarukkan terdapat butiran putih, terasa gatal dan pseudoakromial.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan dengan sinar wood
hasil fluoresensi kuning keemasan
Pemeriksaan biakan kerokan kulit dengan larutan KOH 20% akan tampak campuran hifa
pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.
Diagnosis : Pitriasis Versikolor
Diagnosis banding : Vitiligo
16
Penatalaksanaan :
1. KIE ( Konsultasi , Edukasi dan Informasi )
Mandi rutin dan bersih
Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
Pola hidup sehat, maka kemungkinan untuk menderita penyakit ini sangat kecil. Hal-
hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara yang panas, lembab,
kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-
obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan penyakit
endokrin (diabetes mellitus).
Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka kita harus rajin
menyeka keringat yang menempel di badan. Baju yang dikenakan juga sebaiknya
yang menyerap keringat. Bila terpaksa harus mengenakan baju yang tidak menyerap
keringat, kita harus sesering mungkin mengganti baju tersebut.
Selain itu, setelah terkena air, maka sebaiknya segera mengeringkannya, karena jamur
senang dengan tempat yang lembab. Dianjurkan pula untuk menggunakan pakaian,
ataupun handuk secara terpisah antar keluarga. Sebab bila salah satu keluarga sudah
terkena panu atau penyakit jamur lainnya, maka bila memakai handuk atau baju secara
bergantian, jamur akan menular dari satu anggota keluarga ke anggota lainnya.
Akibatnya nanti seluruh keluarga akan menderita panu.
Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada orang yang
mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak mengeluarkan keringat.
Bila tidak rajin menyeka keringat ataupun menggunakan baju yang menyerap
keringat, maka kemungkinan sangat besar ia akan menderita panu.
Bila berenang di kolam renang umum, kebersihan air kolam belum tentu terjaga.
Untuk mencegah terkena penyakit panu yang dapat ditularkan, maka sebaiknya
17
sesudah berenang, segera mandi dengan sabun antiseptik seperti yang banyak dijual di
pasaran dan segera mengeringkan seluruh tubuh bila sudah selesai mandi.
2. Medikamentosa
Obat topikal
Krim mikonazole nitrat 2% pagi sore untuk lesi di muka
dan lesi di badan yang tidak luas.
Solusio Natrium thiosulfat 25% pagi sore.
Salep Whitfield (= salep AAV I) pagi-sore berisi
asidum salisilikum 3% dan asidum benzoikum 6%.
Salep 2-4, pagi-sore, berisi asidum salisilikum 2%
dan sulfur presipitatum 4%.
Lama pengobatan sampai beberapa minggu (3-4 minggu)
atau sampai 2 minggu sesudah pemeriksaan KOH negatif,
untuk mencegah kekambuhan.
Bila lesi luas sebaiknya obat dioleskan ke seluruh badan.
Prognosis
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia
18
BAB 4
KESIMPULAN
Bercak-bercak putih pada kulit (adanya hipopigmentasi) dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal. Di antaranya dapat disebabkan oleh penyakit kelainan pigmen contohnya Vitiligo
dan dapat juga disebabkan oleh penyakit karena jamur (contohnya mikosis superficialis) jenis
nondermatofitosis salah satunya Pitiriasis Versikolor (Tinea Versikolor).
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik dapat di tandai dengan adanya makula putih yang
dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit misalnya
rambut dan mata. Penyebab belum diketahui, berbagai faktor pencetus sering dilaporkan,
misalnya krisis emosi dan trauma fisis.
Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malsezia furfur Robin ( BAILLON 1889) adalah
penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif,berupa
bercak berskuama halus yang bewarna putih samapi coklat hitam, terutama meliputi badan dan
kadang – kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas. Leher , muka dan
kulit kepala yang berambut.
Untuk pengobatan pada vitiligo, Belum ada pengobatan yang memuaskan.
Bercak yang kecil bisa disamarkan dengan kosmetika. Pengobatan sistemik adalah dengan
trimetilpsoralene atau metoksipsoralene dengan gabungan sinar matahari atau sumber sinar yang
mengandung ultraviolet gelombang panjang (UV A).
Pada Pitiriasis versikolor, Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan
konsisten.Obat – obatan yang didapat dipakai misalnya : suspensi selenium sulfide 9 selsun dapat
dipakai sebagai sampo 2 -3 kali seminggu. Obat – obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit
ini adalah : salisilat spiritus 10% ; derivat derivat azol, misalnya mikonazol,klotrimazol,
isokonazol dan ekonazol ; sulfur prespiatum dalam bedak kocok 4 – 20 % ; toksilat ; tolnaftat
dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI ;2007. P 100-101. P 296-298
2. http://medicastore.com/penyakit/359/Vitiligo.html
3. http://www.medicinenet.com/vitiligo/page7.htm
4. Price, Sylvia.A. Patofisiologi volume 2. Jakarta : Buku kedokteran EGC ; 2006.
5. Achyar RY. Kelainan-kelainan hipopigmentasi dan vitiligo. Dalani Sugito TL
dick. (eds.) : Kelainan pigmentasi kulit dan penanggulangannya (Sim posium).
Jakarta, PADVI Jaya. 1988 : 46-60.
20