53
makalah kasus persalinan normal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia cukup banyak. Asuhan bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002). Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono P, 2003). Menurut Sarwono, 2002 kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologi antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, respirasi, sirkulasi, darah, metabolisme, taktus urinarus serta perubahan psikologis. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal namun kadang tidak sesuai yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung

makalah kasus 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sfdsfsef

Citation preview

makalah kasus persalinan normal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     LATAR BELAKANG

Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal

jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia cukup banyak. Asuhan

bersalin Normal (APN ) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu

maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2002).

Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau

9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono P, 2003).

Menurut Sarwono, 2002 kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologi antara lain

perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, respirasi, sirkulasi, darah, metabolisme, taktus

urinarus serta perubahan psikologis. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal

namun kadang tidak sesuai yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan

bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara penting

untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal.

Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah besar di negara

berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita

muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000

ribu ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin (Saiffudin,dkk;2002).

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal masih sangat tinggi.

Menurut survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2005) angka kematian kematian

perinatal adalah 307 /10.000 kelahiran hidup.

Lima benang merah dalam asuhan persalinan dasar adalah :

1.             Aspek pemecahan yang diperlukan untuk menentukan pengambilan keputusan klinik

(clinik decicion making),

2.             Aspek sayang ibu yang berarti sayang anak ,

3.             Aspek pencegahan infeksi,

4.             Aspek pencatatan,

5.             Aspek rujukan.

Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong mempunyai

pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih,

serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Saiffudin,dkk;2002).

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kepada ibu bersalin

normal.

1.2    TUJUAN PENULISAN KASUS

Tujuan umum:

   Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktikan pada ibu bersalin

dengan pendekatan 7 langkah Varney.

Tujuan khusus:                         

   Mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber yang

berhubungan dengan kondisi pasien.

   Mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan

klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-data yang telah

dikumpulkan.

   Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

   Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien.

   Merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk pasien berdasar masalah yang ada

dan langkah-langkah sebelumnya.

   Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada perencanaan

dan dilaksanakan secara efisien dan aman.

   Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan

diagnosa.

1.3     RUANG LINGKUP

Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak, Ruang Klinik Kebidanan dan

Kandungan, periode 15 Februari 2011 – 20 Februari 2011.

1.4     MANFAAT MEMBUAT LAPORAN

Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata yang berkaitan dengan

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.      PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat

hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar

Rustam.1998 : 91)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim

ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Agustini. 2002: 2)

Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat

hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan

lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluarmelalui jalan lahir.

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kontraksi sampai dikeluarkannya hasil

konsepsi (janin, plasenta, ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam waktu 18- 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin.

B.      SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN

                Teori keregangan

Otot mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah

melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan mulai berlangsung.

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskhemia

otot-otot uterus.

                Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi

penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu

sehingga produksi progesteron mengalami penurunan yang mengakibatkan otot rahim

lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah

progesteron mencapai tingkat penurunan tertentu.

                Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan keseimbangan

estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahi, sehingga sering terjadi

kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan

mengakibatkan oksitosin meningkat sehingga persalinan dimulai.

                Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua. Semakin tua umur kehamilan prostaglandin meningkat

sehingga dapat memicu terjadinya persalinan.

                Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal

Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan

karena tidak terbentuk hipotalamus. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

                Teori berkurangnya nutrisi

Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

                Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak di

belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

C.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu :

1.       Power

Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk

mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan

aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang

bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan

kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat

kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum

uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan

serviks. Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu

pengeluaran.

2.       Passage

Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :

          1. Bagian keras

Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os Coccygis), dan

Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu). Dari

tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada, maka bagian keras janin dapat dinamakan

Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu panggul (Pintu atas panggul, Ruang

tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara

inlet dan outlet), Sumbu panggul (merupakan garis yang menghubungkan titik-titik

tengah ruang panggul yang melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II,

Hodge III, den Hodge IV).

Jenis- jenis panggul menurut Caldwell & Moloy, 1993 adalah Ginegoid yang

bulat 45%, Android panggul pria 15%, Antroid Lonjong seperti telur 35%, Platipeloid

pica menyempit arah muka belakang 5 %.

2. Bagian lunak

Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri, dan

vagina. Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang menyokong alat-alat

urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.

3.       Passanger

Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap

janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian

janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan.

Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu

tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo),

letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian

janin apa yang paling bawah.

4.       Psikis Ibu

Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –otot yang

dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika seorang ibu

menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah

untuk ibu tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal

ini akan menghambat proses persalinan.

5.       Penolong

Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin mengejan

asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat membantunya mengenali tanda

gejala persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk

mengejan yang ibu lakukan tidak tepat.

D.      TAHAPAN PERSALINAN

Kala I

Kala I disebut juga kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 cm sampai

pembukaan lengkap (10cm). Proses ini berlangsung kurang lebih 18- 24 jam, yang terbagi

dalam 2 fase, yaitu:

a.       Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.

b.       Fase aktif (7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukan 10 cm.

   Fase akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4 dalam waktu 2 jam

   Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam

   Fase deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam.

Tanda dan gejala inpartu :

a.              Penipisan pembukaan serviks

b.             Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali

dalam 10 menit)

c.              Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.

Proses persalinan pada kala I :

1.             Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin

sering, makin nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah

haid).

2.             Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksaan dalam bibir

porsio tidak dapat diraba lagi) dan selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.

3.             Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ± 7 jam.

4.             Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut : kontraksi segmen atas uterus

dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks.

Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin

menebal.

Perbedaan antara his sesungguhnya dengan his palsu :

Betul-betul Bersalin Belum Bersalin

-            Mules-mules teratur(1jam 5 kali)

-            Makin lama makin sering

-            Makin lama makin nyeri dan makin lama

-            Nyeri dimulai dari belakang menjalar ke

depan

-            Berjalan menambah nyeri

-            Berhubungan dengan pengerasan uterus

-            Keluar darah lendir

-            Serviks mendatar dan membuka

-            Bagian terbawah sudah turun

-            Kepala tidak dapat digerakkan

pada waktu mules

-            Sedativa tidak menghentikan

mules-mules

-            Tidak teratur

-            Tidak ada perubahan

-            Tidak ada perubahan

-            Nyeri terutama di depan

-            Tidak ada perubahan

-            Tidak ada hubungan

-            Tidak keluar apa-apa

-            Tidak ada perubahan

-            Belum turun

-            Kepala tetap bebas

-            Sedativa dapat

menghentikan mules-mules

Pada primigravida retraksi (regangan - penipisan) mendahului pembukaan

serviks, sedangkan pada multigravida berlangsung bersama-sama. Inilah yang

menentukan lamanya kala I, kecepatan pembukaan pada sepertiga pertama lambat, dan

pada dua per tiga kedua cepat hingga pembukaan lengkap 10 cm.

5.       His

Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan, 2-3 kali/10 menit pada

akhir kala I.

Lamanya: kurang lebih satu menit.

 Nyerinya: berasal dari regangan seviks yang membuka.

Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.

Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan. Kontraksi uterus

dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus.

Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari

plasenta ke janin. Apabila tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran

darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering

dapat menimbulkan gawat janin.

6.       Darah lendir

Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput

ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan serviks.

Kala II ( Pengeluaran )

Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2

jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan

teratur kurang lebih 2-3 menit sekali. Ibu mulai merasakan adanya tekanan pada anus

sehingga timbul perasaan ingin mengedan. Kemudian perineum mulai menonjol dan vulva

mulai membuka. Dengan kekuatan his dan mengedan yang maksimal maka bayi dapat

dilahirkan.

Tanda dan gejala kala II persalinan :

a.              Ibu merasakan ingin meneran bersamaan adanya kontraksi.

b.             Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.

c.              Perineum terlihat menonjol.

d.             Vulva, vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

e.              Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

f.              Selaput ketuban pecah.

Proses persalinan kala II :

1.             Dimulainya hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks

yang membuka lengkap (pembukaan lengkap 10 cm).

2.             Berakhir dengan lahirnya janin.

3.             Lamanya pada primigravida paling lama 2 jam, multipara paling lama 1 jam.

4.             Mengejan

Disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya

tekanan intra abdominal yang memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan apabila

serviks belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang

berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun

peranakan) di kemudian hari.

5.             Perineum yang menggembung.

Terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus vagina. Bertambah gembung

pada setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali bila

dilakukan episotomi.

6.             Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).

7.             Mekanisme persalinan :

a.              Turunnya kepala

Dibagi menjadi 2, yaitu masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dan

majunya kepala.

Pembagian ini terutama bagi primigravida :

   Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul

           Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah

terjadi bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru

terjadi pada permulaan persalinan.

           Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura

sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan.

           Masuknya sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat

diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam

“synclitismus” pada syclitismus os parietale depan dan belakang sama

tingginya.

           Jika sutura agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang

mendekati promotorium disebut asynclitismus.

   Asynclitismus posterior

Sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah

dari os parietale depan.

   Asynclitismus anterior

Sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih

rendah dari os parietale belakang.

Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang

ringan.

   Majunya kepala

Pada primigravida terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan

biasanya baru mulai pada kala II. Pada multigravida sebaliknya majunya kepala dan

masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.

Yang menyebabkan majunya kepala :

    Tekanan cairan intrauterin

    Tekanan langsung oleh fundus pada bokong

    Kekuatan mengejan

    Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim

b.             Fleksi

Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah

dari ubun-ubun besar keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang

lebih kecil melalui jalan lahir (diameter suboccipito bregmantika 9,5 cm menggantikan

diameter suboccipito frontalis 11,5 cm). Fleksi disebabkan karena anak didorong maju

dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding

panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini terjadinya fleksi karena moment

yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.

c.              Putaran paksi dalam

Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun

kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke bawah symphysis. Putaran

paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu

usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk

bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak tersendiri, tetapi

selalu kepala sampai hodge III, kadang-kadng baru setelah kepala sampai di dasar

panggul.

Sebab-sebab putaran paksi dalam :

    Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah ari kepala

    Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terapat sebelah

depan atas dimana terdapat haitus genitalis anatar muskulus levator ani kiri dan

kanan

    Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

d.             Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah

ekstesni atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada

pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan

ekstensi untuk melaluinya.

Kepala bekerja 2 kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawh dan satunya

disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultantenya ialah

kekuatan ke arah ke depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah

symphysis maka dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan

dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun

besar, dahi, hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakkan ekstensi. Subocciput

yang menjadi pusta pemutaran disebut hypomoclion.

e.              Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak

untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.

Gerakkan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang

kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum. Gerakkan yang terakhir ini adalah

putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan

diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul

f.       Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi

hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan anak akhir searah dengan paksi jalan lahir.

Kala III ( Pelepasan Uri )

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Fisiologi Persalinan Kala Tiga

Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perleketan placenta. Karena tempat perleketan menjadi semakin

kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta akan terlipat, menebal dan

kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, placenta akan turun bagian bawah uterus

atau kedalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya placenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini:

                Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium

mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah

pusat. Setelah uterus berkontraksi dan placenta terdorong kebawah, uterus berbentuk

segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali

mengarah kesisi kanan).

                Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihar menjulur keluar melalui vulva (tanda

Ahveld).

                Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang placenta

akan membantu mendorong placenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan darah (retroplacenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan

permukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersumbur

keluar dari tepi placenta yang terlepas.

Manajemen Aktif Kala Tiga

Keuntungan-keuntungan manjemen aktif kala tiga :

                Persalinan kala tiga yang lebih singkat

                Mengurangi jumlah kehilangan darah

                Mengurangi kejadian retensio palcenta

                Menghasilkan kontraksi uterus yang lebih baik

Manajemen Aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:

                Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

                Melakukan penegangan tali pusat terkendali

                Masase fundus uteri

Pemberian Suntikan Oksitoksin

1.             Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI

2.             Letakkan kain bersih diatas perut ibu

3.             Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain.

4.             Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikan

5.             Segera(dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitoksin 10 unit IM pada

1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).

Jika oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau

menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan

oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan/patograf kesehatan memungkinkan, dapat diberikan

misoprostol 600 mcg (oral/sublingual).sebagai pengganti oksitoksin.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

1.             Berdiri disamping ibu

2.             Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat

sekitar 5-20 cm dari vulva.

3.             Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simfisis

pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat

melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan

tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan

uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara hati-hati untuk

mencegah terjadi inversio uteri.

4.             Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau

tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.

5.             Saat mulai kontraksi (uteus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat

ke arah bawah, lakukan tekanan dorso kranial hingga tali pusat makin menjulur dan

korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas dan dapat

dilahirkan.

6.             Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimanan mestinya dan placenta tidak

turun setelah 30-40 detik di mulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda

yang menunjukkan lepasnya placenta, jangan teruskan tali pusat.

a.            Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi

berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali

pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan placenta.

b.           Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali

dan tekanan dorso kranial pada korpus uteri secara serntak. Ikuti langkah-langkah

tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding uterus.

7.             Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar

melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai

(mengikuti poros jalan lahir).

8.             Pada saat placenta terlihar di introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengankat tali

pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam

wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang placenta dengan

kedua tangan dan secara lembut putas placenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi

satu.

9.             Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput

ketuban.

10.         Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan placenta,

dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan

anda atau klem DTT atau steril atau forcep untuk keluarkan selaput ketuban yang

teraba.

Jika placenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitoksin 10 menit IM

dosisi kedua. Periksa kandung kemih jika penuh gunakan teknik aseptik untuk

memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan

kandung kemih. Ulangi kembali penengangan tali pusat dan tekanan dorso kranial

seperti yang di uraikan di atas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan

jika placenta belum lahir setelah waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi

melahirkan placenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya

jika placenta tetap tidak lahir rujuk segera. Ingat apabila placenta tidak lahir setelah 30

menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan rujukan.

Masase fundus uteri

Segera stelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :

1.             Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.

2.             Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman

karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk enarik nafas dalam dan perlahan

serta rileks.

3.             Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri

supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik,

lakukan penatalaksaaan atonia uteri.

4.             Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :

a.              Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk

memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)

b.             Pasangkan bagian-bagian plassenta yang robek atau terpisah untuk memastikan

tidak ada bagian yang hilang

c.              Pasangkan bagian-bagian sisi foetal (yang menghadap bayi) untuk memastikan

tidak ada bagian yang hilang

d.             Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya

5.             Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi.

Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan

keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui

jika uterus tidak berkontraksi baik.

6.             Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang

harus dilakukan pada kala ini adalah tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus

dan perdarahan. 

Setelah plasenta lahir :

1.             Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik

dan kuat.

2.             Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat

sebagai patokan. Umumnya tinggi fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah

pusat.

3.             Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

4.             Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) pada

perineum.

5.             Evaluasi keadaan umum ibu.

6.             Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian

belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

Memperkirakan Kehilangan Darah

   Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang

terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua darah

tersebut. Jika darah bias mengisi dua botol, ibu telah kehilangan 1 liter darah. Jika darah bisa

mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah

hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur

jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila

perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah

sistolik turun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan

lebih dari 500ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah

50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml).

Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah

ibu selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.

Memeriksa Perdarahan dari Perineum

          Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan

vagina. Nilai perluasan laserasi perineum.

      Derajat I

-                 Mukosa vagina

-                 Komisura posterior

-                 Kulit perineum

-                 Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik

      Derajat II

-                 Mukosa vagina

-                 Komisura posterior

-                 Kulit perineum

-                 Otot perineum

-                 Perlu dijahit

      Derajat III

-                 Mukosa vagina

-                 Komisura posterior

-                 Kulit perineum

-                 Otot perineum

-                 Otot sfingter ani

-                 Segera rujuk ke fasilitas rujukan

      Derajat IV

-                 Mukosa vagina

-                 Komisura posterior

-                 Kulit perineum

-                 Otot perineum

-                 Otot sfingter ani

-                 Dinding depan rectum

-                 Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

Pencegahan Infeksi

          Setelah persalinan, dekontaminasi alat plastic, tempat tidur dan matras dengan larutan

klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih

keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring diatas matras yang basah.

Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam larutanklorin 0,5% dan

kemudian cuci segera dengan air dan deterjen.

Pemantauan Keadaan Umum Ibu

          Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan

pasca persalinan terjadi selama 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini

sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-

tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca

persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan.

Selama 2 jam pertama pasca persalinan :

                Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan darah yang keluar

setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala

empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian

kondisi ibu.

                Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama 1

jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang

tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.

                Pantau temperature tubuh setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. Jika

meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.

                Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 1 jam pertama

dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala empat.

                Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah

yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

                Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk

mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman,

duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi tetap diselimuti

dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan

untuk dipeluk dan diberi ASI.

          Jangan gunakan kain pembebat perut selama 2 jam pertama pasca persalinan atau

hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai

kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan

kandung kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu

bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu

tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiram air bersih dan hangat ke perineumnya.

Berikan privasi atau masukan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan

berkemih secara spontan.

          Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tidak dapat berkemih secara spontan, mungkin

perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik

aseptic saat memasukkan kateter nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung

kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar uterus

berkontraksi dengan baik.

          Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya

mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada

mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :

                Demam

                Perdarahan aktif

                Keluar banyak bekuan darah

                Bau busuk dari vagina

                Pusing

                Lemas luar biasa

                Penyulit dalam menyusukan bayinya

                Nyeri pinggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. Reg                       : 245113

Nama Pengkaji            : Nani Nurizka

Hari / Tanggal             : Kamis / 17 Februari 2011

Waktu Pengkajian       : 20.15  WIB

Tempat Pengkajian      : Ruang Bersalin RSMC Jak-Sel

1.             PENGKAJIAN

1.             Data Subjektif

a. Identitas

Nama                        : Ny. DS

Umur             : 25 tahun

Suku/bangsa  : Sunda/Indonesia

Agama          : Islam

Pendidikan    : SMA

Pekerjaan      : Ibu rumah tangga

Alamat          :Jln. padjajaran

Alamat

Kantor           : -

No. Telp        : 021-99600700

Nama               : Tn. Z

Umur               : 28 tahun

Suku/bangsa    : Sunda/Indonesia

Agama             : Islam

Pendidikan      : S1 TI

Pekerjaan         : Pegawai swasta

Alamat                        : Jln. padjajaran

Alamat

Kantor             : Cikeas, Gn putri bogor

No. Telp          : 08131000200

Anamnesa pada tanggal : 17 Februari 2011                Pukul : 20.15 WIB      Oleh : Rizka

b.       Keluhan Utama Saat Masuk

          Ibu mengatakan perutnya terasa  kenceng- kenceng sejak pukul 17.15 dan sudah

ada lendir darah keluar dari jalan lahir.

c.       Tanda-tanda persalinan

Mules                               : ada    Sejak tanggal   :17-02-2011    Pukul   : 17.15

WIB

Frekuensi                          : 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 menit

Pengeluaran pervaginam

Darah lender                    : Ada

Air ketuban                      : jumlah : -                   warna :            -                      bau

: -

Darah                               : Tidak ada

d.      Riwayat kehamilan sekarang

HPHT                               : 01 mei 2010

ANC                                : 4 kali             tempat : BPS Citra                  oleh :

Bidan

Kelainan/gangguan          : Tidak ada

e.       Riwayat imunisasi            : Lengkap

f.       Riwayat kehamilan, persalinan, Nifas yang lalu

No. Tgl/

Thn

Lahir

anak

Usia

Kehamilan

Jenis

persalinan

Tempat

Persalinan/

penolong

Penyulit JK BB/

PB

Keadaan

anak

Nifas

1. 2008 39 minggu spontan bidan Tidak

ada

♀ 3500gr

/49cm

baik normal

2. Hamil

ini

g.       Pergerakan janin dalam 24 jam                : lebih dari 10x dalam 24 jam

h.       Makan dan minum terakhir                      : 2 jam yang lalu

i.        BAB / BAK terakhir                                : BAK : 1 jam yang lalu

                                                                             BAB : belum

j.        Istirahat / tidur                                         : Tidur siang selama 2 jam.

II.        Data Objektif

a.         Keadaan Umum                    : Baik

-                  Kesadaran                   : Compos mentis

-                  Keadaan Emosional    : Stabil

-                 Tanda Vital

Tekanan Darah                        : 110/70           mmHg

Nadi                             : 80                  kali/menit

Pernafasan                   : 20                  kal/menit

Suhu                            : 36,5               °C

b.        Pemeriksaan Fisik

1.              Kepala

Muka   Oedema           : Tidak ada

Mata    Konjungtiva    : Tidak anemis

Sklera                           : Tidak ikhterik

2.              Abdomen

Bekas luka operasi       : Tidak ada

HIS                              : 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik

TFU                             : 32 cm           

Palpasi   Leopold I      : TFU 3 jari di bawah px (32), terba lunak,

tidak   

melenting (bokong janin).

Leopold II       : Bagian kanan teraba tahanan memanjang

seperti papan (punggung janin) puka.

Bagian kiri teraba bagian kecil janin

(ekstrimitas) puki.

Leopold III      : Bagian terbawah teraba bulat, keras bisa

digoyangkan, presentasi kepala.

Leopold IV      : Tangan divergen, Kepala sudah masuk panggul

2/5 bagian.

TBJ                              : ( 32-12 )x155= 3100 gram

Auskultasi DJJ             : 142  kali/menit, teratur

Punctum maksimum: Punctum maximum Sebelah kanan bawah pusat.

3.              Ekstrimitas

Varices                         : Tidak ada varices

Reflek Patella              : +/+

Oedema                       : Tidak ada

c.         Pemeriksaan Genitalia

1.              Pemeriksaan Genitalia Eksternal

Vulva               : Varices : Tidak varices          Oedema : Tidak oedema

Vagina             : Pengeluaran : lendir bercampur darah

Anus                : Tidak haemoroid

2.              Genitalia Interna

Pemeriksaan dalam

Dinding Vagina           : Tidak ada penyempitan

Portio                           : Tebal lunak

Pembukaan                  : 3 cm

Selaput Ketuban          : Utuh

Presentasi                     : Kepala

Penurunan                    : Hodge II

Posisi                           : UUK kanan depan

Moulage                       : Tidak ada

d.        Pemeriksaan Penunjang

1.              Laboratorium              : Tidah dilakukan pemeriksaan

2.              USG                            : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.              NST/CTG                    : Tidak dilakukan pemeriksaaan

III. ANALISA

     G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten

     Janin tunggal hidup intra uterin, presentasi kepala

IV. PENATALAKSANAAN ( RENCANA, TINDAKAN, EVALUASI )

1.             Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan janin dalam keadaan

baik dan pembukaannya sudah 3 cm

          E : ibu mengerti dan tampak senang akan hasil pemeriksaannya

2.             Memberitahu ibu bahwa ibu dapat melahirkan secara normal

          E : ibu tampak senang dan mengerti akan proses persalinannya nanti

3.             Menganjurkan ibu untuk berdo’a agar proses persalinan dapat berjalan dengan

baik

          E : ibu bersedia untuk berdo’a

4.             Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum kepada ibu agar

ada tenaga untuk mengedan

          E : ibu sudah makan 3 buah biscuit dan 2 gelas air putih

5.             Menganjurkan ibu untuk mobilisasi atau berjalan-jalan di sekitar ruangan agar

proses penurunan kepala cepat

          E : ibu berjalan-jalan disekitar ruangan

6.             Mengajarkan ibu cara relaksasi yang baik dan benar, dengan cara menarik nafas

panjang dari hidung lalu mengeluarkannya dari mulut

          E : ibu dapat melakukan relaksasi dengan baik

7.             Menyiapkan partus set, hecting set, dan obat-obatan esensial

          E : peralatan sudah tersedia

8.             Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat kepada ibu

          E : keluarga mengerti dan mau mengikuti anjuran

9.             Mengobservasi TTV, DJJ, nadi, dan his setiap 30 menit sekali

          E : observasi telah dilakukan.

KALA II

Pukul : 03.15 WIB

Subjektif                    : Ibu mengatakan perutnya mules-mules semakin kuat dan seperti ingin

BAB serta ada dorongan untuk mengedan

Objektif                      : Kesadaran Umum     : Baik

Tekanan Darah          : 110/80           mmHg

Nadi                          : 82                  x/menit

Pernafasan                 : 22                  x/menit

Suhu                          : 36,5               ºc

His                             : 4 kali/10 menit lamanya 45 detik

DJJ                            : 145 x/menit

Tanda Persalinan       : dorongan kuat untuk meneran, tekanan kuat

pada anus dan vagina, perineum menonjol, vulva

membuka.

Pemeriksaan Dalam   : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak

teraba, pembukaan lengkap (10cm), selaput

ketuban (-), warna ketuban jernih, bau ketuban

khas air ketuban, presentasi kepala, penurunan

Hodge III+, posisi UUK depan, moulage tidak

ada.

Assesment

G2P1A0  inpartu kala II

Janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala

Planning

1.             Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaannya sudah lengkap dan

ibu boleh meneran

          E : ibu mengerti

2.             Membantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman

          E : ibu sudah menemukan posisi yang nyaman, yaitu posisi setengah duduk

3.             Mengajarkan ibu cara meneran yang benar yaitu ketika ada kontraksi ibu merangkul

kedua paha, mata melihat ke perut, gigi dirapatkan dan mata terbuka

           E : ibu dapat meneran dengan baik dan benar

4.             Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu pada saat meneran

          E : dukungan dan semangat telah diberikan kepada ibu

5.             Mendekatkan partus set dan memakai alat perlindungan diri

          E : partus set telah di dekatkan dan alat perlindungan diri telah dipakai

6.             Memimpin persalinan sesuai dengan APN

          E : Bayi lahir spontan tanggal 18 Febuari 2011 pukul 03.15 WIB hidup, jenis kelamin

laki-laki, segera menangis kuat, warna  kulit merah jambu, bergerak aktif, dan tonus

otot baik,  BB 3600 gram, PB 49 cm, LD 32, LK 33 cm, anus (+) Cacat (-), keainan

kongenital (-), APGAR SCORE 9/10, Tali pusat segar.

KALA III

Pukul 03.55 WIB

Subjektif                    : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan ibu masih merasa

mules

Objektif                      : Kesadaran Umum                             : Baik

            Tekanan Darah                                  : 110/70           mmHg

            Nadi                                                  : 83                 x/menit

            Pernafasan                                         : 21                 x/menit           

            Suhu                                                  : 37                 ºc

            Kontraksi                                           : Baik

           TFU                                                    : 1 jari bawah pusat

           Kandung Kemih                                : Kosong

           Perdarahan                                         : ± 100 cc

 Tanda-tanda pelepasan plasenta          : uterus globular, tali pusat

memanjang, adanya semburan

darah mendadak dan singkat

Analisa          

P1A0 partus kala III

Planning        

1.             Melakukan manajemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitosin 10 unit

E : ibu telah disuntikan oksitosin 10 unit

2.             Melakukan penegangan tali pusat terkendali

E : terlihat uterus globular, tali pusat memanjang, adanya semburan darah yang

               mendadak dan singkat

3.             Melahirkan plasenta

E : plasenta lahir pukul 03.55 WIB

4.             Memeriksa kelengkapan plasenta

E : selaput ketuban lengkap dan utuh, jumlah kotiledon 20 buah, panjang tali pusat 45

                cm, tebal 3cm, diameter 20cm, insersi sentralis

5.             Melakukan pemantauan kala III

E : pemantauan kala III telah dilakukan mulai dari menilai perdarahan, kontraksi uterus,

     laserasi, TTV, dan personal hygiene

KALA IV

Pukul  04.10 WIB

Subjektif                    : Ibu mengatakan senang, merasa lelah dan sdikit mules

Objektif                      : Kesadaran umum      : Baik

  Tekanan darah           : 110/70 mmHg          

Nadi                          : 80      x/menit

  Pernafasan                 : 20      x/menit

Suhu                          : 37      °c

  Kontraksi                   : baik

  TFU                           : 2 jari bawah pusat

  Kandung Kemih        : kosong

  Perdarahan                 : ± 80 cc

  Luka jalan lahir          : tidak ada

Analisa          

P1A0 partus kala IV

Planning        

1.       Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik

E : Ibu sudah mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan

2.       Membersihkan ibu dengan air DTT dari sisa air ketuban, lendir dan darah. Serta

membantu ibu untuk memakai pakaian bersih dan kering.

E : Ibu sudah di bersihkan dari sisa cairan, lendir dan darah, dan sudah memakai

pakaian yang bersih dan kering.

3.       Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

E : Ibu/keluarga sudah mengerti.

4.       Memberi nutrisi dan hidrasi kepada ibu

E : Ibu mau makan nasi dan sup, dan 2 gelas air putih.

5.       Memberikan ibu tablet vitamin A 200.000 Unit.

E : Ibu sudah minum vitamin A.

6.       Memeriksa tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan

15 menit kemudian pukul 04.10 WIB.

E : TD: 110/70 mmHg ; nadi: 80 kali/menit; TFU: 2 jari bawah pusat; kontraksi: baik;

kandung kemih: kosong ; perdarahan: tidak ada.

7.       Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dan BAK dikamar mandi.

E : Ibu sudah mengerti dan mulai melakukan mobilisasi.

8.       Membersihkan alat-alat habis pakai dan di kontaminasikan dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit, lalu di cuci dan di bilas.

E : Alat-alat sudah di dekontaminasikan dan dibersihkan.

9.       Memindahkan ibu keruang perawatan setelah 2 jam post partum.

E : Ibu sudah di pindahkan ke ruang perawatan setelah 2 jam post partum.

BAB IV

PEMBAHASAN

PERBANDINGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK LAPANGAN

Pada tanggal 17 Febuari 2011 pukul 20.15 WIB, Ny. Ds datang ke rumah sakit marinir

cilandak (RSMC) ruang bersalin, dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 17 Febuari 2011

pukul 17.15 WIB, dan mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show).

KALA I

1.       Pembukaan Servik

a.       Practice

Pembukaan servik saat pasien pertama kali memasuki ruang persalinan Ø 3 cm

s/d 10 cm berlangsung selama 8 jam (20.15-04.15 WIB).

b.       Theory

Kecepatan pembukaan servik pada fase laten sekitar 8 jam (0-4 cm) dan sekitar 1

cm per jam Selama persalinan fase aktif (dilatasi servik berlangsung atau ada di

sebelah kiri garis waspada).

Antara practice dan theory tidak terdapat penyimpangan, sehingga dilatasi servik

pada kala I persalinan ibu dinyatakan normal.

2.         Kontraksi

a.       Prcatice

Kontraksi persalinan ibu mengalami peningkat frekuensi dan durasi dimulai dari

pukul 20.15 WIB dengan pembukaan 3 cm, kontraksi 3x dalam 10 menit lamanya 40

detik, kemudian pada pukul 03.15 WIB  kontraksi mulai mengalami peningkatan

frekuensi dan durasi menjadi 4x dalam 10 menit, lamanya 45 detik..

b.       Theory

          Frekuensi dinilai menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I

bila kontraksi terjadi secara teratur dan progresif dengan peningkatan frekuensi dan

durasi.

Antara practice dan theory tidak terdapat penyimpangan, sehingga kontraksi pada fase

aktif kala I bisa dinyatakan normal.

3.       Air Ketuban

a.       Practice

Sudah dilakukan pemeriksaan pada pukul 20.15 WIB dengan pembukaan 3 cm

diketahui ketuban masih utuh, kemudian pukul 03.15 WIB ketuban pecah spontan

warna air ketuban jernih (J).

b.       Theory

Pecahnya selaput ketuban pada akhir kala I sampi pembukaan lengkap adalah hal yang

normal . Warna air ketuban normal adalah jernih tidak terdapat mekonium atau darah.

Antara practice dan theory tidak terdapat penyimpangan karena cairan ketuban jernih

dan tidak terdapat mekonium seperti yang dijelaskan theory dan sejak ketuban pecah

hingga bayi lahir tidak lebih dari 6 jam.

4.       Penurunan Kepala

a.       Practice

Pada pukul 20.15 WIB dilakukan pemeriksanaan dalam (pembukaan 3 cm)

penurunan kepala di Hodge II. Diketahui pada pukul 03.15 WIB pembukaan lengkap

(10cm), penurunan kepala di Hodge III.

b. Theory

Persalinan normal, kemajuan, pembukaan servik umumnya diikuti dengan

turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadang kala turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan servik 7 cm.

Antara practice dan theory tidak terdapat penyimpangan, karena penurunan

kepala terjadi bersamaan dengan kemajuan kala I. sehingga penurunan kepala pada

persalinan ini dikatergorikan normal.

5.       DJJ

a.       Practice

Pada pukul 20.15 WIB dilakukan pemeriksaan DJJ yaitu 142 x/ menit teratur

(doopler). Dilakukan pemeriksaan setiap 30 menit sampai bayi lahir dan menunjukkan

interval yang tidak jauh berbeda.

 b.      Theory

Denyut jantung janin dinyatakan normal bila tidak kurang dari 100 x/menit dan

tidak lebih dari 180 x/menit

Antara practice dan theory tidak terdapat penyimpangan. DJJ ≥100 x/menit dan ≤

180 x/menit sehingga DJJ dalam persalinan ini dikatakan normal.

6.       TTV

a.       Practice

Diperiksa setiap 4 jam tekanan darah, tiap 2 jam suhu badan nadi setiap 30 menit.

Pada pukul 20.15 WIB diperiksa tekanan darah 110/70 mmHg nadi 80 x/menit,

respirasi 20 x/menit, suhu 36,5°C.

b.       Theory

Batasan TTV normal :

    Tekanan darah = sistolik tidak boleh lebih dari 140 mmHg. Diastolik tidak

boleh >90 mmHg. Atau terjadi kenaikan > 30 mmHg pada sistole, dan > 15

mmHg pada diastole jika dibandingkan dengan keadaan sebelum hamil.

Bila didapat lebih dari parameter diatas dapat dicurigai adanya PE atau

hipertensi.

    Nadi Normal =70 s/d 90 x/menit. Bila kurang dari 70 dicurigai adanya

barikardi . Bila lebih dari > 90 x/menit dicurigai adanya syok.

    Suhu = 36 s/d 37°C. bila kurang dicuriagai adanya hipotermi, bila lebih

dicurigai adanya infeksi.

    Pernafasan = 18 s/d 30 x/menit.

Pemantauan TTV pada fase aktif kala I persalinan :

    TD setiap 4 jam

    Suhu badan setiap 2 jam

    Nadi setiap 30 menit.

Antara Parctice dan theory tidak terdapat penyimpangan, karena untuk

pemantauan TTV sesuai dengan theory serta TTV dalam batas normal.

Kesimpulan Kala I

Proses persalinan Kala I pada Ny DS bejalan baik serta kemajuan persalinan pada

ibu dalam batas normal, tidak ada kelainan ataupun komplikasi. Penanganan pasien

dilakukan secara terencana, sesuai dengan asuhan persalinan normal, tetap menunjung

hak hak pasien serta prinsip asuhan sayang ibu.

KALA II

A. Data Subjektif

    Ibu mengatakan Ingin mengejan.

    Ibu merasakan kenceng kenceng yang semakin sering.

B. Data Objektif

    Tekanan pada anus

    Perineum menonjol, vulva membuka

    Meningkatnya pengeluaran lendir darah

    Periksa dalam portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban pecah tanggal 18 Febuari

2011 pukul 03.15 WIB  warna jernih, penurunan kepala hodge III+, UUK pukul 12,

penyusupan kepala O.

C. Penanganan Kala II Persalinan.

a.       Practice pada ibu

Penanganan kala II berjalan dengan baik rencana sesuai dengan implementasi mengacu

padaAsuhan Persalinan Normal (APN).

b.       Theory pada ibu

Keterampilan yang diajarkan dalam Asuhan Persalinan Normal harus merupakan dasar

dalam melakukan asuhan kepada ibu selama proses persalinan dan setelah bayi lahir, yang

harus mampu dilakukan oleh penolong persalinan dimanapun peristiwa tersebut terjadi.

Asuhan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari ibu dan bayi baru lahir,

maupun dengan lingkungan dimana asuhan tersebut digunakan.

a.       Practice pada bayi

Bayi lahir spontan tanggal 18 Febuari 2011 pukul 03.15 WIB hidup, jenis kelamin laki-

laki, segera menangis kuat, warna  kulit merah jambu, bergerak aktif, dan tonus otot baik,

BB 3600 gram, PB 49 cm, LD 32, LK 33 cm, anus (+) Cacat (-), keainan kongenital(-),

APGAR SCORE 9/10, Tali pusat segar.

Langkah-langkah asuhan :

    Pencegahan infeksi

    Penilaian awal

    Pencegahan kehilangan panas

    Rangsangan taktil

    Asuhan tali pusat

    Memulai pemberian ASI

b.       Theory pada bayi baru lahir.

    Pencegahan infeksi

    Penilaian awal

    Pencegahan kehilangan panas

    Rangsangan taktil

    Asuhan tali pusat

    Memulai pemberian ASI

    Pemberian profilaksis tergadap gangguan pada mata

Kesimpulan : Proses persalinan kala II berjalan baik sesuai dengang Asuhan Persalinan

Normal.

KALA III

A. Data Subyektif

Ibu inpartu kala III

Dasar: ibu mengatakan bahagia bayinya telah lahir dan perutnya masih mules.

B. Data Objektif

    Terdapatnya tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu:

    Kontraksi uterus keras, bentuk rahim membulat.

    Palpasi tidak teraba janin kedua

    Placenta belum lahir

C. Penanganan

Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama yaitu :

    Pemberian suntikan oksitosin

    Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan lahirkan plasenta

    Memijatan fundus uteri ( masase)

D. Hasil

    Plasenta lahir spontan tanggal 18 Febuari 2011 pukul 03.55 WIB, kotiledon lengkap (20

buah), selaput ketuban utuh, bentuk cakram, berat 500 gram, , panjang tali pusat 50 cm,

insersi tali pusat di sentral.

    Perdarahan kala III ±100 cc

    Kontraksi uterus keras.

Kesimpulan persalinan kala III pada Ny.DS berjalan lancar, Penanganan pasien

dilakukan terncana dan sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal.

KALA IV

A. Data Subjektif

Ibu Inpartu kala IV

Dasar : Ibu mengatakan merasa sedikit mules dan lelah.

B. Data Objektif

    Plasenta sudah lahir pukul 03.55 WIB

    TFU 1 Jari di bawah pusat

    Kontraksi uterus baik

    Uterus teraba keras

C. Penanganan

    Melakukan masase uterus untuk merangsang uterus berkontraksi

    Mengevaluasi tinggi fundus uteri ) 1 jari bawah pusat.

    Menilai kehilangan darah selama 2 jam pertama 80 cc

    Mengevaluasi kondisi umum ibu, antara lain :

    Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase bila rahim tersa lembek.

    Meminta anggota keluarga untuk memeluk bayi, membersihkan ibu, mengatur ibu agar

nyaman.

    Membantu ibu untuk menyususi bayinya

Kesimpulan: Proses persalinan kala IV pada Ny.DS berlangsung dengan baik, tidak ada

tanda tanda kegawatan sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal, serta prinsip asuhan sayang

ibu. Ibu dan bayi dalam kondisi sehat, tidak ada kelainan.

BAB IV

PENUTUP

1.  KESIMPULAN

Kesimpulan umum

Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi yaang sedang dalam proses

memperjuangkan penerimaan profesi yang madiri oleh masyarakat membutuhkan upaya

aktualisasi dalam meberikan pelayanan profesional. Semua ini dapat dicapai bila bidan

mampu menunjukkan kemmpuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja yang

dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat meningkatkan

kesinambungan perawatan pasien, dan menguatkan akuntabilitas dan tanggung jawab bidan

dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan serta membantu

institusi untuk memenuhi syarat akreditasi dan hukum.

Kesimpulan Khusus

    Penulis memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif melalui pendekatan

manajemen kebidanan pada ibu bersalin.

    Persalinan kala I fase laten dan aktif pada Ny.DS berjalan lancar serta kemajuan

persalinan pada ibu dan janin dalam batas normal, tidak ada kelainan ataupun

komplikasi. Penanganan pasien dilakukan dengan terencana, sesuai dengan asuhan

persalinan normal, tetap menjunjung hak-hak pasien serta berdasarkan sistem sayang

ibu.

    Persalinan kala II pada Ny.DS berjalan lancar sesuai dangan asuhan persalinan normal.

Bayi lahir spontan tanggal 18 Febuari 2011 pukul 03.15 WIB hidup, jenis kelamin laki-

laki, segera menangis kuat, warna  kulit merah jambu, bergerak aktif, dan tonus otot

baik,  BB 3600 gram, PB 49 cm, LD 32, LK 33 cm, anus (+) Cacat (-), keainan

kongenital(-), APGAR SCORE 9/10, Tali pusat segar.

    Persalinan kala III pada Ny.DS berjalan lancar,placenta lahir lengkap spontan.

Penanganan: pasien dilakukan terencana dan sesuai APN.

    Persalinan kala IV pada Ny. DS berlangsung dengan baik tidak ada tanda tanda

kegawatan, sesuai dengan APN serta prinsip sayang ibu. Ibu dan bayi dalam kondisi

baik, tidak ada kelainan ataupun komplikasi.

2.       SARAN

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:

                Untuk pasien :

    ANC yang teratur dapat membantu mendeteksi setiap hal sehingga

memudahkan dalam proses persalinan.

    Segera periksa ke tenaga kesehatan apabila mengalami gangguan dalam

kehamilan.

                Untuk mahasiswa :

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

    Mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

normal.

    Referensi terbaru dalam penulisan makalah ini sangat diperlukan guna

mendukung

    perkembangan ilmu pengetahuan.

                Untuk lahan :

    Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan

kepada mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan

pendidikan.

                Untuk institusi :

    Semoga dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan klarifikasi

antara teori dikampus dengan di lahan.

sumber:  Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.

Asuhan Persalinan Normal (APN), Edisi 2008.

Fitramaya. 2008. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta