24
JURNAL PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK LINGKARAN BESAR LINGKARAN KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (SEJARAH) DI SMP NEGERI 1 PALEMBANG Disusun Oleh: Feralia Eka Putri 201212030 Dosen Pengampu: Dr. Effendi Nawani, M. Si. Dr. Riswan Jaenudin, M. Pd.

Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Contoh karya tulis yang diambil dari judul skripsi penulis semasa S1

Citation preview

Page 1: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

JURNAL

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK LINGKARAN BESAR LINGKARAN

KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (SEJARAH)

DI SMP NEGERI 1 PALEMBANG

Disusun Oleh: Feralia Eka Putri 201212030

Dosen Pengampu: Dr. Effendi Nawani, M. Si. Dr. Riswan Jaenudin, M. Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA2012/2013

Page 2: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK LINGKARAN BESAR LINGKARAN KECIL TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (SEJARAH)

DI SMP NEGERI 1 PALEMBANG

FERALIA EKA PUTRI

Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan

model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang.

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar siswa. Metodologi dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Palembang yang berjumlah 311 orang siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII. 5 yang berjumlah 40 orang siswa

sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran besar lingkaran kecil dan kelas VIII. 4 yang tidak menggunakan model

tersebut. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi dan teknik tes. Teknik analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji-t dengan taraf

signifikan (α = 0. 05). Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada kelas VIII. 5

didapat t hitung = 4, 112 sedangkan t tabel = 1, 994 atau t hitung > t tabel. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil

dan hasil belajar siswa

Page 3: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Abstract: Problems in this research is whether application of the model the influence

circle of cooperative learning techniques of inside outside circle of student learning

outcomes in integrated social studies (history) in SMP Negeri 1 Palembang. The

purpose of this study to determine the effect of the application of learning models of

student learning outcomes. The methodology in this study using experimental

research methods. The population in this study were all students in grade VIII SMP

Negeri 1 Palembang, amounting to 311 students. The sample in this study is the class

VIII. 5, amounting to 40 students as a classroom experiment that uses a model of

cooperative learning techniques and a large circle small circle of class VIII. 4 are not

using that model. Determination of experimental classes and control classes using

purposive sampling techniques. Data collection techniques used in this study is the

technique of observation and testing techniques. Data analysis techniques used in this

study is the normality test data, test the homogeneity of data, and the t-test with

significant level (α = 0. 05). Based on the data analysis conducted in class VIII. 5

obtained t count = 4, 112 while the t table = 1, 994 or t count > t table. It can be

concluded that there is influence of the application of models of cooperative learning

techniques inside outside circle of student learning outcomes in integrated social

studies (history) in SMP Negeri 1 Palembang.

Key words: models of cooperative learning techniques and inside outside circle of

student learning outcomes

Pendahuluan

Page 4: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Proses pendidikan adalah sesuatu interaksi yang bernilai pendidikan, di

dalamnya terjadi interaksi edukatif antara para siswa dan guru. Guru sebagai

perancang proses pembelajaran berperan mengelola keseluruahan proses tersebut

dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar yang sedemikian rupa sehingga setiap

siswa dapat belajar secara efektif dan efisien (Hamalik, 2003: 79).

Peranan guru sangat besar dalam proses pembelajaran, selain harus mampu

menciptakan suasana belajar yang kondusif juga harus mampu mengembangkan

kemampuan siswa yang dididiknya, namun demikian pendidikan tetap merupakan

suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut

saling berkaitan dan berpengaruh timbal balik. Oleh karena itu keberhasilan suatu

proses pembelajaran tidak dapat hanya dibebankan hanya pada salah satu komponen

saja, misalnya guru. Akan tetapi sebagai pengajar dan pendidik, guru harus maksimal

dalam melaksanakan proses pembelajaran, salah satunya ialah dengan menggunakan

metode mengajar yang sesuai dengan kondisi kelas dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

Pada kenyataannya masih banyak proses pembelajaran yang dianggap siswa

sangat membosankan. Pembelajaran pengetahuan sosial khususnya sejarah sering

dianggap kurang menarik oleh para siswa. Hal tersebut dikarenakan penyajian materi

masih menggunakan metode ceramah tradisional dimana peran guru masih sangat

dominan, proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru, sementara siswa

sangat pasif. Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi siswa

sebagai pendengar dan pencatat, bahkan guru kesulitan mengukur sejauh mana siswa

telah memahami uraiannya (Sudjana, 1992: 100). Akibatnya siswa kurang

termotivasi dalam belajar sejarah, dan hal tersebut akan mempengaruh hasil belajar

siswa itu sendiri. Pada saat penulis melakukan observasi dengan menanyakan

langsung pada sampel penelitian, fakta yang didapat bahwa para siswa merasakan

kurang tantangan dalam belajar sejarah jika penyajian materi pelajaran hanya

mencatat dan mendengar saja.

Guru sebagai salah satu unsur terpenting dalam proses pembelajaran

diharapkan dapat berperan serta secara aktif sebagai tenaga edukatif yang

professional, sebagai tuntutan profesinya untuk meningkatkan aktivitas dan

Page 5: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong para

pendidik untuk mengubah bentuk kegiatan pembelajarannya. Menurut Lie (2002: 5)

pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan

beberapa pokok pikiran yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk dan

dikembangkan siswa, (2) siswa membangun secara aktif, (3) pengajar perlu berusaha

mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa dan (4) pendidikan adalah

interaksi pribadi antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

Dengan perubahan bentuk kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mata pelajaran IPS Terpadu (Sejarah)

secara umum tujuannya adalah siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat, aagar memiliki kemampuan berpikir logis dan kritis,

dan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru mata

pelajaran IPS Terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang pada saat studi

pendahuluan, diketahui bahwa pembelajaran masih menggunakan metide ceramah.

Kelemahan metode ceramah, guru mendominasi kegiatan pembelajaran, dan siswa

bertindak sebagai pendengar dan pencatat dan seperti disinggung di sebelumnya

bahwa para siswa merasakan kurangnya tantangan belajar sejarah yang akibatnya

menjadi membosankan. Dengan melihat kondisi SMP Negeri 1 Palembang sebagai

sekolah yang siswanya memiliki kemampuan yang heterogen, yakni setiap siswa

mempunyai kemampuan interaksi yang berbeda satu sama lainnya, maka salah satu

model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa dan meningkatkan

keaktifan siswa baik secara individu maupun berkelompok adalah model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model ini dapat dilakukan secara

kelompok kecil dan heterogen yang bertujuan meningkatkan hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap individu lain, dan pengembangan keterampilan sosial. Selain itu

dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih memahami konsep, kemampuan

bekerjasama, kemampuan berpikir kritis dan toleransi terhadap siswa lain (Ibrahim,

2001: 6). Model pembelajaran kooperatif yang menginginkan siswa sering

berinteraksi untuk berbagi materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan

Page 6: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

kemampuan komunikasi siswa sehingga pemahaman siswa terhadap materi

meningkat dan siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar sejarah yang pada

akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Model pembelajaran ini belum pernah diterapkan di SMP Negeri 1

Palembang. Mengingat kondisi dan fasilitas sekolah yang mendukung maka hal

tersebut juga menjadi alasan mengapa model pembelajaran ini dilaksanakan. Peneliti

juga sebelumnya telah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP

Negeri 1 Palembang sehingga telah mengetahu beberapa hambatan selama proses

pembelajarannya, terutama siswa yang jarang sekali terlibat komunikasi atau

kerjasama dalam berbagi informasi materi pelajaran.

Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran dimana siswa dalam berkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa

belajar dan bekerja secara kolaboratif, dengan struktur kelompok yang heterogen.

Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam hal ini guru bertindak sebagai

fasilitator.

Ibrahim  (2000) mengemukakan bahwa ada 4 ciri dari pembelajaran

kooperatif, yaitu : (a) siswa bekerja dalam kelompok secara  kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bila mungkin, anggota kelompok berasal

dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, (d) penghargaan lebih

berorientasi terhadap kelompok daripada individu.

Menurut Ibrahim (2000) langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari

enam fase. Adapun keenam fase tersebut disajikan dalam Tabel 2 berikut :

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Page 7: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

 Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

Fase -2

Menyajikan InformasiGuru menyampaikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Ibrahim, 2000).

Teknik Pembelajaran Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

            Lie (2008) berpendapat bahwa teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran

besar memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi dengan

pada saat bersamaan. Teknik pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berbagi

dengan kelompok yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, terjadi kerja

sama antar siswa dalam suasana gotong royong dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi yang menimbulkan keadaan aktif. Teknik pembelajaran lingkaran

Page 8: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

kecil lingkaran besar terdiri dari kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok ini

dilakukan sebelum proses pembelajaran dimana kelompok akan membentuk

kelompok lingkaran kecil dan sebagian lagi akan membentuk kelompok lingkaran

besar.

            Ilustrasi teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar dapat dilihat

pada gambar berikut:

            Kelompok siswa yang berada di lingkaran terluar adalah kelompok lingkaran

besar, sedangkan kelompok siswa yang berada di lingkaran dalam adalah kelompok

lingkaran kecil.

            Menurut Lie ( 2008 ) pembelajaran kooperatif teknik Lingkaran Kecil

Lingkaran Besar memiliki beberapa langkah. Adapun langkahnya adalah sebagai

berikut :

Separuh kelas ( atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak )  membentuk

lingkaran menghadap keluar. Kelompok ini disebut kelompok lingkaran kecil.

Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil

disebut kelompok lingkaran besar. Mereka menghadap kedalam dan berpasangan

dengan kelompok liingkaran kecil.

Page 9: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Dua kelompok yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi

informasi.  Siswa yang berada dilingkaran kecil yang memulai.          Pertukaran

informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu    yang bersamaan.

Kemudian, siswa yang berada di lingkaran besar diam ditempat, sementara siswa

yang berada dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam. Dengan cara ini,

masing-masing kelompok mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.

Sekarang giliran kelompok yang berada dilingkaran besar yang membagikan

informasi.  Demikian seterusnya. 

            Perpindahan yang dilakukan pada proses pembelajaran ini bertujuan agar

masing-masing kelompok dapat berbagi informasi dengan kelompok lain dan melatih

keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Perpindahan dilakukan setelah siswa

mampu menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan. Perpindahan pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh kelompok

lingkaran besar untuk menghemat waktu serta mempermudah proses pergeseran.

            Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dirancang kelompok-

kelompok kecil. Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang.

Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik yang terdiri dari

siswa pandai, sedang dan kurang.

            Berdasarkan teori yang dikemukakan Lie diatas, maka pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil dan lingkaran besar yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan kelas adalah :

1. Separuh kelas membentuk lingkaran menghadap keluar lingkaran, disebut

kelompok lingkaran kecil.

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil,

disebut kelompok lingkaran besar. Mereka menghadap ke dalam dan berpapasan

dengan kelompok lingkaran kecil.

3. Dua kelompok yang berpasangan dari kelompok lingkaran besar dan lingkaran

kecil berdiskusi untuk membahas lembar kerja siswa (LKS).

4. Diskusi ini dilakukan oleh pasangan dalam waktu yang bersamaan.

5. Kemudian, kelompok yang berada dilingkaran besar diam ditempat, sementara

itu, kelompok yang berada dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam.

Page 10: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Dengan cara ini, masing-masing kelompok mendapat pasangan yang baru untuk

berbagi. Demikian seterusnya, kelompok dilingkaran kecil terus berpindah sampai

mereka kembali kekelompok semula. Pada posisi ini, setiap kelompok berdiskusi

kembali untuk mengambil keputusan akhir dari jawaban LKS.

6. Guru menunjuk salah satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil kerjanya didepan kelas

7. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajarinya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi

Experimental Research). Penelitian eksperimen semu menggunakan kelas

eksperimen sebagai kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran, dan kelas

kontrol yang tidak diberikan perlakuan serupa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1

Palembang. Sampel yang dipakai telah diberikan tes terlebih dahulu dan didapat

kelas VIII.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol. Hal

tersebut dilakukan karena kedua kelas tersebut dianggap cukup representative yang

mampu mewakili karakteritik dari populasi penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes prestasi

(achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian sesorang

dalam mempelajari sesuatu. Tes tersebut menggunakan soal-soal berbentuk pilihan

ganda. Sebelum memberi perlakuan peneliti memberikan tes awal. Kemudian tes

akhir diberikan pada pertemua akhir sebagai pengujian kepada siswa untuk

mendapatkan hasil dari penerapan model pembelajaran tersebut.

Teknik observasi juga digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama

mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan tersebut meliputi keaktifan visual, verbal,

menulis, dan bekerjasama dalam kelompok (Arikunto, 2002: 166).

Selanjutnya hasil tes penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas data,

uji homogenitas, serta dilakukan analisis data obeservasi dan kemudian menguji

hipotesis dengan menggunakan uji t.

Page 11: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Hasil penelitian

Data tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ditujukan

kepada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

perbandingan antara dua kelas, yaitu kelas VII.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas

VII.4 sebagai kelas kontrol. Data tes berjumlah 20 soal sesuai materi pokok yang

diterapkan peneliti dan diberikan soal yang sama untuk kedua kelas tersebut. Berikut

disajikan data nilai hasil tes yang dianalisis:

Tabel 1Data Nilai Tes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

No Kelas Nilai Tertinggi Nilai Sedang Nilai Terkecil Nilai Rata-Rata

1. eksperimen 100 70 60 79,1

2. kontrol 95 70 50 70,32

Dalam penelitian ini selain menggunakan instrument tes, penelitian juga

menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk

mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran

yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Data yang

diperoleh dari lembar observasi dianalisa dengan empat langkah, yaitu: (1)

pemberian tanda cek pada tiap deskriptor yang tampak di lembar observasi, (2)

pemberian skor, (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh menjadi nilai

keaktifan, dan (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori sangat

aktif, aktif, cukup, kurang aktif, dan sangat tidak aktif. Dalam pelaksanaannya untuk

mengobservasi dibantu oleh Hj. Yusdiana Yusuf, S.Pd. yang merupakan guru mata

pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1 Palembang. Berikut ini adalah

data hasil observasi mengenai keaktifan siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen:

Tabel 2Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen

No Indikator Pertemuan 1 2 3

1 Keaktifan visual 150 161 1752 Keaktifan lisan 114 160 1703 Keaktifan mendengar 181 170 1834 Keaktifan menulis 129 179 175

Page 12: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

5 Keaktifan kerjasama dalam kelompok 113 158 161Total skor 687 828 864Nilai keaktifan 68,7 % 82,8 86,4 Kategori Cukup

AktifAktif Sangat

Aktif

Sedangkan untuk kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran

kooperatif, diperoleh data mengenai keaktifan siswa sebagai berikut:

Tabel 3Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen

No Indikator Pertemuan 1 2 3

1 Keaktifan visual 135 129 1272 Keaktifan lisan 84 96 923 Keaktifan mendengar 113 113 1414 Keaktifan menulis 93 102 965 Keaktifan kerjasama dalam kelompok 80 77 74

Total skor 505 514 530Nilai keaktifan 50,5% 51,4% 50% Kategori Kurang

AktifKurang Aktif

Kurang Aktif

Pembahasan

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa

instrument tes dan lembar observasi. Setelah mendapatkan data hasil tes siswa, maka

peneliti melakukan analisa data tes tersebut. Analisa data dilakukan dengan

menggunakan rumus Uji-t yang terdiri dari uji normalitas data dan uji homogenitas

data. Uji normalitas data dilakukan peneliti untuk mengetahui normal atau tidaknya

penyebaran data, kemudian uji homogenitas data diperlukan untuk membuktikan

persamaan variasi kelompok yang membentuk sampel. Maka berdasarkan

perhitungan yang didapat untuk kelas eksperimen, uji normalitas data yang diperoleh

K= 0,19 dan harga tersebut terletak antara (-1) dan (1) sehingga dapat dikatakan

bahwa data kelas kelas eksperimen terdistribusi normal. Kemudian hasil perhitungan

untuk uji homogenitas data diperoleh X hitung= 1, 05 dan Xtabel= 3,48 dan

diketahui syarat homogeny adalah X hitung < X tabel dan didapat 1, 05 < 3,48.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang sama. Jadi,

Page 13: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

data penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengikuti distribusi

normal dan homogen.

Selanjutnya setelah pengujian normalitas data dan homogenitas data

dilakukan, data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian

bersifat homogen, maka tahapan berikutnya yang dilakukan adalah pengujian

hipotesis dengan menggunakan statistik parameteris yaitu rumus Uji-t dengan

kriteria pengujian terima Ha jika t hitung > t tabel dan tolah Ho jika t hitung > t tabel.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa hasil tes akhir untuk kelas eksperimen

diperoleh t hitung = 4, 112dan t tabel =1,994 dengan demikian ternyata t hitung > t

tabel maka hipotesis tentang ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa dapat diterima.

Dalam penelitian ini selain menggunakan instrument tes, penelitian juga

menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk

mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran

yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Data yang

diperoleh dari lembar observasi dianalisa dengan empat langkah, yaitu: (1)

pemberian tanda cek pada tiap deskriptor yang tampak di lembar observasi, (2)

pemberian skor, (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh menjadi nilai

keaktifan, dan (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori sangat

aktif, aktif, cukup, kurang aktif, dan sangat tidak aktif. Data hasil observasi

ditunjukkan dengan tabel data.

Berdasarkan data hasil tes dan hasil observasi siswa kelas eksperimen

diketahui bahwa siswa telah mampu memahami konsep materi yang dianggap sulit.

Daya pikir siswa lebih kritis dalam memahami konsep. Hal tersebut sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Ibrahim (2001: 7) bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Penerapan model ini menunjukkan

struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Dapat dikatakan juga bahwa model pembelajaran teknik lingkaran besar

lingkaran kecil memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berinteraksi

siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan

Page 14: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

kemampuan berkomunikasi siswa. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil data

observasi siswa kelas eksperimen yang menunjukkan peningkatan nilai dari tiap

pertemuan.

Selama penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar

lingkaran kecil sebagian besar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam

model pembelajaran kooperatif ini siswa tidak hanya mendengar dan mencatat materi

yang dijelaskan oleh guru tetapi juga harus mampu menemukan materi tersebut

dalam bentuk kerjasama berkelompok, dan kemudian menyampaikannya kepada

siswa lain. Selain itu siswa juga dituntut untuk menuliskan informasi materi yang

diketahui dan diperoleh dari siswa lain. Seperti yang dikatakan oleh Lie (2002: 64)

bahwa pengajaran rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada

pengajaran oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif ini bukan hanya guru

yang memberikan informasi tetapi juga siswa juga berusaha menemukan konsep

bersama-sama dengna anggota kelompoknya dan guru memberikan bimbingan.

Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasal maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang. Hal ini diketahui dari perolehan

hasil uji hipotesis yaitu t hitung = 4, 122 dan t tabel = 1, 994 maka t hitung > t

tabel.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil

dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang didapat dari data hasil

observasi, sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan:

Page 15: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

1. Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil dapat

dijadikan alternative dalam memilih model pembelajaran guna meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa.

2. Penelitian ini hanya meneliti hasil belajar siswa secara kognitif maka disarankan

pada penelitian selanjutnya untuk menilai pada pelaksanaan proses pembelajaran

dari aspek lain seperti afektif siswa.

3. Penelitian ini menemukan beberapa hambatan seperti ada beberapa siswa yang

cenderung tidak dapat diajak bekerjasama, maka disarankan pada penelitian

selanjutnya agar guru lebih berupaya untuk melakukan pendekatan-pendekatan.

Page 16: Makalah Karya Tulis Ilmiah - Matrikulasi Teknologi Pendidikan

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Poerwadarminta. 1998. Faktor-Faktor Pendukung Pencapaian Prestasi. Bandung: Sinar Baru.

Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Rineka Rosdakarya.

Roestiyah. 2001. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.