Upload
yeni-purwati
View
1.470
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
KARAKTER MANDIRI
1. PENGERTIAN MANDIRI
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, tidak tergantung
kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:625) kemandirian adalah
"keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain". Kemandirian yang diwujudkan
melalui tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk (2007:
27) menyatakan "Autonomous learning is the seed of scientific research". Kemandirian belajar
merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu Hermann Holstein (1987:6) mengartikan
"Mandiri sebagai bekerja sendiri (berswakarsa)". Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108)
mengemukakan "Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang
lain". Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan sesuatu secara
langsung, bebas dari rasa takut.
Kemandirian seseorang tidak ditandai dengan usia, tetapi salah satunya ditengarai
oleh perilakunya. Dengan begitu, mungkin saja terjadi anak yang berusia lebih muda
dapat lebih mandiri (untuk ukuran seusianya), sementara yang lebih tua belum tentu
memiliki hal yang sama.
Beberapa perilaku mandiri dapat diidentifikasi seperti :
1. menemukan diri atau identitas diri,
2. memiliki kemampuan inisiatif,
3. membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak,
4. mencukupi kebutuhan sendiri,
5. bertanggung jawab atas tindakannya,
6. mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu,
7. dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih (Suyata,
1982),
8. tekun,
9. percaya diri,
10. berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
lain,
11. puas terhadap hasil usahanya sendiri.
Selain tersebut dapat terwujud dalam diri seseorang, manakala dalam seluruh
aktivitasnya pengaruh dan arahan sikap orang lain lebih kecil dibanding dengan
dorongan yang berasal dari dalam dirinya. Meski juga disadari, bahwa dalam
aktivitasnya seseorang tidak akan pernah bebas secara total dari ketergantungan orang
lain, mengingat sejak lahir manusia hidup dalam masyraakat yang mempunyai norma
sosial yang mengatur, dan membatasi kehidupan seseorang.
2. PENGERTIAN BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau
motif untuk menguasai suatu kompetensi guna untuk menyelesaikan suatu masalah, hal
tersebut dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan
waktu belajar, tempat belajar, sumber belajar maupun evaluasi hasil belajar dilakukan
oleh pembelajaran mandiri.
Beberapa ciri-ciri lain yang menandai belajar mandiri, yaitu:
1. Pyramid Tujuan
Di dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan belajar yang berbentuk pyramid. Besar
dan bentuk pyramid sangat bervariasi diantara para pembelajar. Semakin kuat motivasi
belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, semakin tersedia sumber belajar, akan semakin
besar pyramid tujuan belajarnya. Jadi semakin tinggi kualitas kegiatan belajar, akan
semakin banyak kompetensi yang diperoleh.
2. Sumber dan Media Belajar
Sumber belajar dalam pembelajaran mandiri, antara lain: guru, tutor, kawan, pakar,
praktisi, dan siapapun yang memiliki informasi dan keterampilan yang diperlukan
pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Sedangkan media belajar dalam
pembelajaran mandiri antara lain: paket-paket belajar yang berisi self instructional
material, buku teks, hingga teknologi informasi lanjut.
3. Tempat Belajar
Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet, dan
dimanapun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar.
4. Waktu Belajar
Belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki pembelajar.
5. Tempo dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh pembelajar, sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.
6. Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini tergantung dari
masing-masing tipe pembelajar, apakah dia termasuk auditif, visual, kinestetik, atau
tipe campuran.
7. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan
membandingkan antara tujuan dan hasil yang akan dicapainya.
8. Refleksi
Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Dari
hasil refleksi, pembelajar dapat menentukan langkah kedepan, guna mencapai
keberhasilan dan menghindari kegagalan.
9. Konteks Sistem Pembelajaran
Kegiatan belajar dalam pembelajaran mandiri dapat berupa sistem pendidikan
tradisional ataupun sistem lain yang lebih progresif. Belajar mandiri juga dapat
dijalankan dalam system pendidikan formal, nonformal, ataupun bentuk-bentuk
belajar campuran.
10. Status Konsep Belajar Mandiri
Status kegiatan belajar mandiri adalah kegiatan yang dijalankan dalam sistem
pendidikan formal-tradisional sebagai upaya pelatihan atau pembekalan keterampilan
belajar mandiri bagi para siswanya.
Batasan-batasan pada pembelajaran mandiri yaitu :
1. Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan
pembelajar, konsisten, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
2. Motif atau niat untuk menguasai suatu kompetensi adalah kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, konsisten, terarah dan kreatif.
3. Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
4. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki, pembelajar mengolah informasi yang diperoleh
dari sumber belajar sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang
dibutuhkannya.
5. Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar sehingga
mereka sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajar.
Seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai dan
ditentukan oleh yang mendorongnya belajar. Bukan oleh kemampuan fisik kegiatan
belajarnya. Pembelajar dapat belajar sendirian, belajar kelompok atau dalam kegiatan belajar
di kelas. Apabila motif yang mendorong kegiatan belajar adalah motif untuk menguasai suatu
kompetensi yang diinginkan maka pembelajar sedang menjalankan belajar mandiri. Belajar
mandiri jenis ini disebut sebagai Self-motivated Learning.
Belajar mandiri lebih ditentukan oleh motif belajar yang timbul di dalam diri
pembelajar, maka pendidik dalam menyelenggarakan pembelajarannya dituntut untuk dapat
menumbuhkan niat atau motif belajar dalam diri pembelajar. Oleh karena itu pendidik harus
sungguh-sungguh menguasai bidang studinya. Selain itu mereka harus menguasai berbagai
tehnik mengajar untuk menarik pembelajar terhadap materi pelajarannya dan selanjutnya
tertarik untuk mempelajarinya sendiri lebih jauh. Berbagai tehnik belajar juga perlu dikuasai
oleh pendidik untuk diajarkan atau dilatihkan kepada pembelajar agar mampu melakukan
kegiatan belajar lebih jauh tanpa bantuan sepenuhnya oleh pendidik.
3. CARA MENINGKATKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA
1. Pengembangan Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri dan merupakan
prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi belajar tersebut merupakan kekuatan
pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong dalam arti pemberi kekuatan yang
memungkinkan kegiatan belajar dijalankan. Pengarah dalam arti pemberi tuntunan kepada
perbuatan belajar ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai suatu kompetensi
guna mengatasi masalah. Motivasi intrinsik ada dalam kegiatan-kegiatan tanpa paksaan atau
tanpa 'iming-iming'. Faktor pendorong motivasi intrinsik yang utama adalah emosi, rasa senang, dan
minat. Motivasi intrinsik juga menyebabkan perbuatan lebih konsisten, lebih serius, lebih kreatif,
dan 'time on task' lebih lama, sehingga lebih besar kemungkinan diperoleh hasil perbuatan belajar
yang lebih baik.
b. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai suatu kompetensi
guna mengatasi masalah. Jadi seseorang melakukan suatu tindakan karena termotivasi oleh
suatu hal di luar dirinya. Misalnya, seseorang menyelesaikan studi untuk mendapatkan ijazah,
seseorang bekerja untuk memperoleh penghasilan, atau seorang anak mengerjakan PR agar
tidak dimarahi gurunya.
Salah satu metode untuk mengembangkan motivasi belajar adalah model 'time
continuum'. Menurut model ini ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar, yaitu:
1. Sikap (attitude): merupakan kecenderungan untuk merespon kebutuhan belajar, yang
didasarkan pada pemahaman pembelajar tentang untung-rugi melakukan perbuatan yang
sedang dipertimbangkan untuk dilakukan.
2. Kebutuhan (need): kekuatan dari dalam diri yang mendorong pembelajar untuk
berbuat menuju ke arah tujuan yang ditetapkan.
3. Rangsangan (stimulation): perasaan bahwa kemampuan yang diperolehnya dari
belajar mulai dirasakan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menguasai
lingkungan, merangsang untuk terus belajar.
4. Emosi (affect): perasaan yang timbul sewaktu menjalankan kegiatan belajar.
5. Kompetensi (competence): kemampuan tertentu untuk menguasai lingkungan.
6. Penguatan (reinforcement): hasil belajar yang baik merupakan penguatan untuk
melakukan kegiatan belajar yang lebih lanjut.
Menurut model 'time continuum', setiap perbuatan belajar selalu terdiri dari 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap Awal: Akan Masuk Proses Belajar
a. Menumbuhkan sikap positif terhadap kegiatan belajar dengan cara
menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu, menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik bermanfaat dan memberikan umpang balik untuk
menunjukkan kemampuan yang telah dicapainya.
b. Menyelenggarakan pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan peserta
didik.
2. Tahap Tengah: Terlibat Dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang variatif, baik dalam hal metode
yang digunakan atau bahan yang diajarkan, sehingga memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk terus belajar.
b. Menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa senang peserta
didik kepada apa yang dipelajari.
3. Tahap Akhir: Proses Pembelajaran Selesai
a. Memberikan umpan balik kepada peserta didik sehingga mereka tahu sejauh
mana telah mencapai kompetensi yang dicarinya.
b. Memberikan penguatan atau reinforcement kepada peserta didik atas semua hasil
belajar yang telah dicapainya.
2. Menerapkan Sistem Belajar Aktif
Belajar aktif merupakan komponen kedua konsep belajar mandiri. Belajar aktif
atau Active Learning dianggap pula sebagai strategi untuk mencapai tujuan belajar mandiri, tetapi
sekaligus juga sebagai model pembelajaran guna menumbuhkan motivasi belajar. Kegiatan
belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan belajar untuk mendapatkan kompetensi-
kompetensi yang secara akumulatif menjadi kompetensi yang lebih besar yang hendak dicapai
dengan belajar mandiri. Model belajar aktif yang diperkirakan dapat melatih kemampuan
menyusun strategi belajar sekaligus menumbuhkan motivasi belajar yaitu :
Model Problem-based Learning (PBL)
Model pembelajaran ini merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah,
memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan
jawaban terhadap masalah. Model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah
melalui langkah-langkah sistematis.
Menurut John Dewey (1916, 1938), proses belajar hanya akan terjadi jika peserta didik
dihadapkan pada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas dan
menjawab masalah, peserta didik harus terlibat langsung dalam kegiatan nyata, misalnya :
mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya.
Prinsip keaktifan peserta didik dalam belajar untuk mendapatkan hasil belajar optimal
dinyatakan pula oleh Piaget (1973). Menurut Piaget to understand is to discover. Peserta didik mendapatkan
pengetahuan dan dianggapnya benar, hingga dalam proses pembelajaran selanjutkan ia
menemukan bahwa itu salah. Maka pengertian pada dasarnya dibangun secara bertahap melalui
partisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
4. TEKNIK PENILAIAN KARAKTER MANDIRI
a. Penilaian Sikap melalui Observasi Perilaku
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan melakukan observasi perilaku peserta
didik dengan menggunakan beberapa cara diantaranya:
• Penggunaan skala penilaian (rating scale)
Cara ini memungkinkan penilai memberi skor/nilai terhadap sikap/perilaku
tertentu secara cermat.
• Penggunaan buku harian catatan khusus siswa
Observasi perilaku disekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku harian
catatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan peserta didik
salama disekolah. Dalam lembaran buku catatan khusus siswa ini harus
mencakup semua sikap positif dan negative yang dilakukan oleh peserta didik.
• Penggunaan Angket
• Anecdotal record
Anecdotal record adalah catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku
yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan. Penilaian ini dilakukan secara
terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Selain itu guru
dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau hal yang
menuntut peserta didik mengemukakan posisi dirinya atau
kesesuaian/ketidaksesuaian sikap dirinya terhadap persoalan tersebut.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru
dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau
bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut:
BT = Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda- tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT = Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
MK = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara konsisten)
1. Berikut contoh penggunaan penilaian skala
No Jenis Standard Pencapaian Strategi Penilaian
Aspek /Sikap
Deskripsi Skor
1 Sikap mandiri Mampu mengerjakan
ulangan harian tanpa
mengharapkan bantuan
teman lainnya
Observasi aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar
mengajar disekolah
Selalu 5Sering 4Kadang-kadang 3Jarang 2Sangat jarang 1
2. Contoh isi buku catatan harian
No Hari/Tanggal Nama Peserta
Didik
Kejadian Tanda Tangan Peserta
Didik
3. Contoh Format Angket Penilaian Karakter Mandiri:
No
(n) Aspek sikap/
ranah non –
instruksional /
(attitude)
Skor Perolehan
Believe (B)
(preferensi oleh peserta didik
yang bersangkutan)
Evaluation (E)
(oleh guru/mentor)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Kemandirian
Nilai attitude (Nat) =
Keterangan :
n max = banyaknya aspek sikap
s max = skor maksimum , 10 atau 100 sesuai kesepakatan tertentu
Bn dan En = skor B dan E pada aspek nilai ke n
Peserta didik dapat mengisi skor diri sendiri terlebih dahulu. Kemudian diserahkan
kepada guru/mentor untuk diisi dan diolah Nat (www. m-edukasi.web.id)
Deskripsi Penetapan Skor Sikap (Attitude)
No Komponen Deskripsi Skor Perolehan
5 4 3 2 1
1 Kemandirian Dapat
belajar
sendiri tanpa
pengawasan
guru
Dapat
belajar
sendiri
dengan
pengawasan
guru
Kadang-
kadang
dapat
belajar
mandiri
Kadang-
kadang
mandiri jika
diawasi
Kurang
mampu
belajar
mandiri
Tambahan:
Berikut ini contoh instrument untuk menilai kemandirian anak di rumah dan disekolah
Berilah tanda cek (√) pada pernyataan dibawah ini, sesuai perilaku mandiri yang telah
anda lakukan dalam hidup sehari-hari!
No Perilaku Mandiri Ya TidakI Di rumah:
1. Bangun tidur tanpa dibangunkan.2. Menata/membersihkan kamar tidur sendiri
3. Makan tanpa dilayani4. Mencuci piring sendiri sesudah makan5. Mencuci pakaian sendiri
6. Menyeterika baju sendiri
7. Menyiapkan pakaian serangam sendiri 8. Menyemir/membersihkan sepatu sendiri 9. Menyiapkan buku-buku pelajaran sendiri 10. Belajar tanpa disuruh
II Di Sekolah:1. Berangkat/pulang sekolah sendiri2. Melakukan piket kelas sesuai jadwal tanpa ditegur
guru/teman3. Selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah 4. Mengerjakan sendiri setiap ulangan5. Melengkapi keperluan belajar(alat tulis dll) tanpa pinjam
orang lain
5. MANFAAT BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi,
afeksi dan psikomotor siswa, yaitu:
1. Memupuk tanggung jaawab.
2. Meningkatkan ketrampilan.
3. Memecahkan masalah.
4. Mengambil keputusan.
5. Berfikir kreatif, banyak ide.
6. Berfikir kritis,
7. Percaya diri yang kuat.
8. Menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Manfaat belajar mandiri akan semakin terasa bila siswa aktif membaca buku
sumber, melakukan pengamatan, penelitian, analisa dan memecahkan masalah.
Pengalaman yang mereka peroleh semakin menambah wawasan, dan semakin kaya
dengan ilmu pengetahuan. Apalagi bila mereka belajar mandiri dalam kelompok, disini
mereka akan belajar kerja sama, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan. Belajar
mandiri akan menjadikan siswa untuk berani memilih sendiri apa yang dilakukan dengan
penuh tanggung jawab. Kemandirian adalah memerlukan tanggung jawab, berinisiatif,
memiliki keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu menjadi guru bagi
dirinya sendiri, dengan demikian pada akhirnya siswa akan menikmati arti hidup
sebenarnya dari pada terbelenggu dan selalu diatur oleh orang lain.
6. INDIKATOR KEBERHASILAN SEKOLAH DAN KELAS DALAM
MENGEMBANGKAN KARAKTER MANDIRI ANAK
Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran
yang mengembangkan budaya dan karakter bangsa terutama karakter mandiri siswa,
maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti di bawah ini:
Indikator Sekolah
NILAI DESKRIPSIINDIKATOR
SEKOLAH
INDIKATOR
KELASMandiri• Kemampuan melakukan pekerjaan
sendiri dengan kemampuan yang
telah dimilikinya
• Memberdayakan
potensi sekolah
• Membangun fasilitas
sekolah dengan
kemampuan yang
dimiliki sekolah.
• Percaya diri
• Mampu
mengerjakan tugas
dan
menyelesaikannya
secara individual
Indikator Kelas ( Bagi Guru untuk Menciptakan Budaya Karakter Mandiri)
ASPEK INDIKATOR KEGIATAN
Fasilitas Kelas Merawat fasilitas kelas Menjaga fasilitas kelas, misalnya mengembalikan
peralatan belajar mengajar pada tempatnya,
merapihkan peralatan setelah digunakan.Suasana Kelas Menghargai perbedaan
dan kemajemukan
Mengelola pembelajaran tanpa membedakan SARA,
sosial, ekonomi, kemampuan akademis.Interaksi Kelas Mengimplementasikan
model-model
pembelajaran yang
dialogis
Mengelola pembelajaran di kelas dengan
menggunakan berbagai alternatif metode
pembelajaran tanpa ’pemaksaan’, seperti kerja dalam
kelompok, diskusi fokus, bermain peran, curah
pendapat, diskusi terbuka, dsb.Ruang Kelas Membuat jadwal
piket, struktur
organisasi kelas.
Menyusun jadwal piket secara demokratis
Menyusun struktur organisasi kelas secara
demokratis.
Beberapa SKL di SMK yang mengacu pada pengembangan karakter mandiri
siswa diantaranya adalah:
• Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi
tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan
kejuruannya
• Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mencapai tingkat kualifikasi unggul
(pelajaran Bahasa Indonesia)
• Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efisien dan efektif, baik lisan
maupun tertulis (pelajaran Bahasa Indonesia)
• Meningkatkan kemampuan memanfaatkan berbahasa Indonesia untuk bekerja
(pelajaran Bahasa Indonesia)
• Mengerjakan tugas inividu tidak tergantung pada orang lain
• Melakukan kegiatan tepat waktu sesuai yang telah ditentukan
7. PENELITIAN TERKAIT KARAKTER MANDIRI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Izzati, dkk diperoleh simpulan
bahwa modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan dapat memberikan
pengaruh terhadap peningkatan karakter siswa secara positif, terutama pada karakter peduli lingkungan,
rasa ingin tahu, percaya diri, komunikatif, mandiri, dan gemar membaca.
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani dengan judul “Meningkatkan
Kemandirian Siswa dalam Belajar dengan Memanfaatkan Moodle” diperoleh kesimpulan
bahwa Moodle sangat membantu siswa didalam mencari kemandirian diri didalam belajar, karena dengan
menggunakan moodle siswa dapat melakukan pembelajaran dimana saja tidak terbatas ruang dan waktu.
8. APLIKASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN
CONTOH ALTERNATIF LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN KARAKTER
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
dan
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Contoh alternatif :
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:
disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir
karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. KEGIATAN INTI
Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni:
a. Eksplorasi (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru
dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis,
kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras).
b. Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih
luas dan dalam.)
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-
tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai
yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri,
kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan jujur,
bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau
keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan
kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
I. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku
dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
II. membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
III. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
IV. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu); dan
V. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
2. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui
kelebihan dan kekurangan);
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan
lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik
difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari
pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya
untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik
kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan
oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai
karya orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan
kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.
Faktor lain yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir
pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilai-nilai
karakter yang hendak ditanamkannya.
2. Guru harus memberikan reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang
dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan
karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa
ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau
catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik
bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
3. Hindari mengolok-olok siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan
dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan
diucapkan ungkapan Hoo ... oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang
terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan
tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati,
kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
4. Guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari
aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau
sikap siswa.
5. Guru menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ' hati'. Dengan cara ini
sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan
sebagainya akan tumbuh subur.
9. DAFTAR PUSTAKA
Izzati,N; Hindarto, N; dan Pamelasari, S. D., 2013, Pengembangan Modul
Tematik dan Inovatif Berkarakter pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk
Siswa Kelas VII SMP, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia(JPII) (2), 2013: 183-188
www. m-edukasi.web.id