39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah telah memberikan kedudukan kepada Nabi Muhammad sebagai Rasulullah dan menjadi uswatun hasanah dan rahmat bagi sekalian alam. Patokan dari pemahaman tersebut, maka untuk mengetahui hal- hal yang harus diteladani dari diri Nabi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hadis Nabi selalu berkaitan dengan ajaran Islam. Selanjutnya menurut sejarah, seluruh hadis tidak ditulis pada zaman Nabi, hadis yang tertulis secara resmi, contohnya berupa surat-surat Nabi kepada para penguasa non muslim dalam rangka dakwah. Adapun yang tidak resmi berupa catatan-catatan yang dibuat oleh para sahabat tertentu atas inisiatif mereka sendiri dan jumlahnya itu tidak banyak. Hal ini beralasan oleh karena, hadis Nabi pernah mengalami pemalsuan- pemalsuan namun pada zaman Nabi, pemalsuan hadis tersebut belum pernah terjadi. Dalam sejarah, hal-hal yang berkenaan dengan hadis tersebut merupakan sebagian dari faktor-faktor yang melatarbelakangi pentingnya penelitian hadis. Dilakukannya kegiatan kritik matan, maka dapat diketahui apakah sesuatu yang dinyatakan sebagai 1

Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

BAB I

PENDAHULUAN

           A. Latar Belakang

Allah telah memberikan kedudukan kepada Nabi Muhammad sebagai

Rasulullah dan menjadi uswatun hasanah dan rahmat bagi sekalian alam.

Patokan dari pemahaman tersebut, maka untuk mengetahui hal- hal yang harus

diteladani dari diri Nabi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hadis Nabi

selalu berkaitan dengan ajaran Islam.

Selanjutnya menurut sejarah, seluruh hadis tidak ditulis pada zaman

Nabi, hadis yang tertulis secara resmi, contohnya berupa surat-surat Nabi

kepada para penguasa non muslim dalam rangka dakwah. Adapun yang tidak

resmi berupa catatan-catatan yang dibuat oleh para sahabat tertentu atas

inisiatif mereka sendiri dan jumlahnya itu tidak banyak. Hal ini beralasan oleh

karena, hadis Nabi pernah mengalami pemalsuan-pemalsuan namun pada

zaman Nabi, pemalsuan hadis tersebut belum pernah terjadi.

Dalam sejarah, hal-hal yang berkenaan dengan hadis tersebut

merupakan sebagian dari faktor-faktor yang melatarbelakangi pentingnya

penelitian hadis. Dilakukannya kegiatan kritik matan, maka dapat diketahui

apakah sesuatu yang dinyatakan sebagai hadis Nabi memang benar-benar

berasal dari Nabi, karena itu sanad dan matan sama-sama harus diteliti.

Berdasarkan pandangan tersebut, krtik matan hadis sangat penting

dilakukan, karena menyangkut dengan salah satu fungsi hadis sebagai dasar

hukum. Kritik matan dimaksudkan untuk mencari kebenaran isi hadis, apa

memang benar berasal dari Nabi atau tidak.

1

Page 2: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

B.     Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1.      Bagaimana pengertian dan sejarah kritik matan hadis?

2.      Bagaimana metodologi kritik matan hadis?

3.      Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan kritik matan hadis?

                

2

Page 3: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian dan Sejarah Kritik Matan

Pegertian kata kritik sudah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan kata

matan secara etimologi adalah punggung jalan atau muka jalan, tanah yang

tinggi dan keras.1 Secara terminology kata matan (matnul hadis) berarti materi

berita yang berupa sabda, perbuatan atau taqrir Nabi SAW yang terletak

setelah sanad yang terakhir.2 Secara umum, matan dapat diartikan selain

sesuatu pembicaraan yang berasal/ tentang Nabi, juga berasal/ tentang sahabat

atau Tabi’in.3

Kritik matan hadis termasuk kajian yang jarang dilakukan oleh

muhadditsin, jika dibandingkan dengan kegiatan mereka terhadap kritik sanad

hadis. Tindakan tersebut bukan tanpa ulasan. Menurut mereka bagaimana

mungkin dapat dikatakan hadis Nabi kalau tidak ada silsilah yang

menghubungkan kita sampai kepada sumber hadis (Nabi Muhammad saw).

Kalimat yang baik susunan katanya dan kandungannya sejalan dengan ajaran

Islam, belum dapat dikatakan sebagai hadis, apabila tidak ditemukan rangkaian

perawi sampai kepada Rasulullah. Sebaliknya, tidaklah bernilai sabda hadis

yang baik, apabila matannya tidak dapat dipertanggung jawabkan

keabsahannya.4

Ilmu kritik hadis, walaupun belakangan menjadi disiplin ilmu tersendiri

dalam wilayah ilmu hadis. Cikal bakal atau praktiknya sebenarnya telah

1W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 178.

2Ahmad Wirson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Unit PBIK PP Al-Munawwir, 1984), h. 28.

3M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu hadis,  (Bandung: Angkasa, 1991), h. 21.

4M. Isa H. A. Salam Bustamin, Metodologi Kritik  Matan,  (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 59-60.

3

Page 4: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

tumbuh sejak masa rasulullah. Umar bin khattab umpamanya, ketika ia

menerima kabar dari seseorang yang datang kerumahnya, bahwa Rasulullah

telah menceraikan istri-istrinya, langsung menkonfirmasikan berita tersebut

kepada Rasulullah, Rasulullah menjawab, “tidak”. Umarnya akhirnya

mengetahui bahwa Rasul hanya bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-

istrinya sebulan.5

Pada masa Nabi, seperti sangat mudah, karena keputusan tentang

otentitas sebuah hadis berada di tangan Nabi sendiri. Lain halnya sesudah Nabi

wafat, kritik hadis tidak dapat dilakukan dengan menanyakan kembali kepada

Nabi, melainkan menanyakan kepada orang ikut mendengar atau melihat hadis

itu dari nabi, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar As-Siddiq.

Kritik matan juga tampak jelas pada periode sahabat, Aisyah binti Abu

Bakar RA, misalnya pernah mengkritik hadis Abu Hurairah (w.57 H) dengan

matan yang berbunyi: (sesungguhnya mayat diazab disebabkan ratapan

keluarganya). Aisyah mengatakan bahwa periwayat keliru dalam

menyampaikan hadis tersbut sambil menjelaskan matan yang sesungguhnya.

Suatu ketika Rasulullah SAW lewat pada suatu kuburan orang Yahudi dan

beliau melihat keluarga si mayat sedang meratap diatasnya.6

Rasusulullah juga bersabda: (mereka sedang meratapi si mayat,

sementara si mayat sendiri sedang diazab dalam kuburnya). Lebih lanjut

Aisyah berkata cukuplah Al-Qur’an bukti ketidakbenaran matan hadis yang

datang dari Abu Hurairah RA maknanya bertentangan dengan Al-Qur’an.

Dengan mengutip surah Al-An’am (6) ayat 264 artinya:”....dan seorang yang

berdosa tidak akan memikul dosa orang lain....” beberapa sahabat juga

5Ibid.

6Sukron Kamil, Naqd Al-Hadis, terj. Metode Kritik Sanad dan Matan Hadis, (Jakarta: Pusat Penelitian Islam Al-Huda, 2000), h . 34

4

Page 5: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

melakukan hal yang sama, seperti Umar bin Al-Khattab, Ali bin Abi Thalib,

Absullah bin Mas;ud, dan Abdullah bin Abbas demikian pula Abdullah bin

Umar, mereka tergolong kritikus hadis, penilaian hadis yang mereka lakukan

terfokus pada matan hadis.7

Pada masa sahabat juga telah dilakukan upaya meneliti materi hadis

dengan cara mencocokkannya kembali apa yang pernah didengar sendiri dari

Nabi, kemudian membandingkannya dengan Al-Qur’an.

Pada masa tabi’in setidaknya ada tiga bentuk upaya yang dilakukan

dalam menjaga otentitas hadis. Pertama, dilakukannya kodifikasi hadis oleh

al-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul al-‘Aziz. Kedua, lahirnya ilmu kritik

hadis dalam arti sesugguhnya. Ini berdasarkan pada pendapat Ibn Rajab yang

mengatakan bahwa Ibn Sirin karena keluasan ilmunya, merupakan pelopor

dalam kritik rawi. Ketiga, diawali oleh beberapa orang sahabat, semisal jabir,

pada periode ini terdapat semangat pelacakan hadis yang sungguh luar biasa.

Untuk meneliti satu hadis saja, mereka sampai keluar daerahnya.8

Masa atba’ al-tabi’in (periode ketiga sebagai periode penyempurnaan/

masa keemasan) merupakan masa yang paling berkembang. Sejak masa  itu,

dimulailah era mempelajari hadis dari beberapa, bahkan konon mencapai

ratusan ribu syekh di seluruh dunia Islam akibatnya, kritik hadis tak lagi

terbatas pada ulama setempat, melainkan diseluruh tempat. Dalam melakukan

kritik matan, mereka merasa lebih ditakuti atau dibenci orang dikritik dari

pada disesali Nabi di akhirat nanti.

Di penghujung abad ke-2 H dimulailah penelitian kritik hadis

mengambil bentuk sebagai ilmu hadis teoritis dan praktis. Imam Syafi’i yang

pertama mewariskan teori-teori ilmu hadisnya secara tertulis sebagaimana

7Ibid. h. 35

8M. Isa H. A. Salam Bustamin, op. cit., h. 61.

5

Page 6: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

terulis dalam karya monumentalnya ar-Risalah (kitab ushul fikih) dan al-umm

(kitab fikih).

B.  Metodologi Kritik Matan Hadis

Metodologi kritik matan bersandar pada kriteria hadis yang diterima

(maqbul, yakni yang shahih dan hasan), atau matan tidak jangkal (syadz) dan

tidak memiliki cacat (illat). Untuk itu metodologi yang digunakan atau

dikembangkan untuk kritik matan adalah metode perbandingan dengan

menggunakan pendekatan rasional. Metode tersebut, terutama perbandigannya,

telah berkembang sejak masa sahabat. Dalam menentukan otentitas hadis,

mereka melakukan studi perbandingan dengan al-Qur’an, sebagai sumber yang

lebih tinggi, perbandingan dengan hadis yang lain mahfuzh, juga dengan

kenyataan sejarah. Bila terjadi pertentangan, maka hadis yang bersangkutan

dicoba untuk di-takwil atau di-takhsish, sesuai sifat dan tingkat pertentangan,

sehingga dikompromikan satu dengan yang lain. Tetapi jika tetap tidak bisa

maka dilakukan tarjih dengan mengamalkan yang lebih kuat.9

Menurut Shalahuddin al-Dhabi, urgensi obyek studi kritik matan

tampak dari beberapa segi, di antaranya :

1. Menghindari sikap kekeliruan (tasahhul) dan berlebihan (tasyaddud) dalam

meriwayatkan suatu hadis karena adanya ukuran-ukuran tertentu dalam

metodologi kritik matan.

2. Menghadapi kemungkinan adanya kesalahan pada diri periwayat.

3.  Menghadapi musuh-musuh Islam yang memalsukan hadis dengan

menggunakan sanad hadis yang shahih, tetapi matan-nya tidak shahih

9M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 24.

6

Page 7: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

4.  Menghadapi kemungkinan terjadinya kontradiksi antara beberapa

periwayat.10

Selanjutnya, masih menurutnya, ada beberapa kesulitan dalam

melakukan penelitian terhadap obyek studi kritik matan, yaitu :

1. Minimnya pembicaraan mengenai kritik matan dan metodenya.

2.   Terpencar-pencarnya pembahasan mengenai kritik matan

3.  Kekhawatiran terbuangnya sebuah hadis.11

Jika melihat kembali sosio-historis perkembangan hadis, maka akan

ditemukan banyak problem di seputarnya. Di antaranya, banyak upaya

pemalsuan hadis dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di

antaranya adalah kesenjangan, baik itu untuk menyerang dan menghancurkan

Islam, maupun untuk pembelaan terhadap kepentingan kelompok atau

golongan, atau ketidak-sengajaan, seperti kekeliruan pada diri periwayat, dan

lain-lain.

Ulama ahli hadis sepakat bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh

suatu anmat hadis yang berkualitas shalih ada dua macam, yaitu terhindar dari

syuzuz ( kejanggalan) dan terhindar dari illat (cacat). Apabila mengacu pada

pengertian hadis sahih  yang dikemukakan oleh ulama, sebagaimana  telah

disebutkan terdahulu, maka dapat dinyatakan bahwa kaidah mayor bagi

kesahihan matan hadis adalah 1). terhindar dari syuzuz dan 2). terhindar dari

‘illat.  Syuzuz dan ‘illat selain terjadi pada sanad  juga terjadi pada matan

hadis.12

10Shalahuddin Ahmad al-Dhabi, Manhaj Naqd al-Matn ‘inda Ulama al-Hadis al-nabawi. Terj.  M. Qodirun Nur dan Ahamad Musyafiq, Kritik Metodologi Hadits, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), h. 12.

11Sukron Kamil, op. cit., h. 45.

12Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), h. 26.

7

Page 8: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

Dari keberagaman tolok ukur yang ada, terdapat unsur-unsur yang oleh

Syuhudi Ismail merumuskan dan mengistilahkannya dengan kaedah minor

bagi matan yang terhindar dari syuzuz dan ‘illat.13 Adapun kaedah minor bagi

matan yang terhindar dari syuzuz adalah; Pertama. Matan bersangkutan tidak

menyendiri, kedua. Matan hadis tidak  bertentangan dengan  hadis yang lebih

kuat.Ketiga, Matan hadis itu tidak bertentangan  dengan Al-Qur’an. Keempat,

matan hadis itu bertentangan dengan akal sehat, indera dan sejarah.14

Sedangkan kaedah minor yang tidak mengandung ‘illat adalah : 

Pertama, matan hadis tidak mengandung idraj (sisipan). Kedua, matan hadis

tidak mengandung ziyadah (tambahan) ketiga, matan hadis tidak mengandung

maqlub (pergantian lafaz atau kalimat) Keempat, matan Tidak terjadi idhthirab

(pertentangan yang tidak dapat dikompromikan). Kelima, tidak terjadi

kerancuan lafaz dan penyimpangan makna yang jauh dari matan hadis itu.15

13M. Syhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabawi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h. 64.

14Ibid.

15Ibid.

8

Page 9: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

C.  Langkah-Langkah Dalam Melakukan Kritik Matan Hadis

              Bustamin mengemukakan, lima langkah yang harus ditempuh dalam

rangka mengkritik sebuah matan hadis.16 yaitu :

1.  Menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama.

Yang dimaksud dengan hadis yang terjalin dalam tema yang sama

adalah Pertama, hadis-hadis yang mempunyai sumber sanad dan matan yang

sama, baik riwayat bi al-lafzh maupun melalui riwayat riwayat bi al-ma’na.

Kedua, hadis-hadis mengandung makna yang sama, baik sejalan maupun

bertolak belakang, Ketiga, hadis-hadis yang memiliki tema yang sama, seperti

tema aqidah, ibadah, dan lainnya. Hadis yang pantas dibandingkan adalah

hadis yang sederajat kualitas sanad dan matannya. Perbedaan lafad pada

matan hadis yang semakna ialah karena dalam periwayatan secara makna (al-

riwayah bi al-ma’na). Menurut muhadditsin, perbedaan lafazh yang tidak

mengakibatkan perbedaan makna, dapat ditoleransi asalkan sanad dan

matannya sama-sama sahih.17

2.   Kesahihan Penelitian matan hadis dengan pendekatan hadis

Sekiranya kandungan suatu matan hadis bertentangan dengan matan

hadis lainnya, menurut Muhadditsin perlu diadakan pengecekan secara cermat.

Sebab, Nabi Muhammad SAW tidak mungkin melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan perkataan yang lain, demikian pula dengan al-Qur’an.

Pada dasarnya, kandungan matan hadis tidak ada yang bertentangan, baik

dengan hadis maupun dengan al-Qur’an.

Hadis yang pada akhirnya bertentangan dapat diselesaikan melalui

pendekatan ilmu mukhtalifu al-hadis. Imam Syafi’i mengemukakan empat

jalan keluar: pertama, mengandung makna universal (mujmal) dan lainnya

16M. Isa H. A. Salam Bustamin, op. cit., h. 62-27.

17Ibid.

9

Page 10: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

terperinci (mufassar), kedua, mengandung makna umum (am) dan lainnya

khusus, ketiga, mengandung makna penghapus (al-naikh) dan lainnya dihapus

(mansukh), keempat, kedua-duanya mungkin dapat diamalkan. 18

Untuk menyatukan suatu hadis yang bertentangan dengan hadis

lainnya, diperlukan pengkajian yang mendalam guna menyeleksi hadis yang

bermakna universal dari yang khusus, hadis yang naskh dari yang mansukh.

3.   Penelitian matan hadis dengan pendekatan al-Qur’an

Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa al-Qur’an

adalah sebagai sumber pertama atau utama dalam Islam untuk melaksanakan

berbagai ajaran, baik yang ushul maupun yang furu’, maka al-Qur’an haruslah

berfungsi sebagai penentu hadis yang dapat diterima dan bukan sebaliknya.

Hadis yang tidak sejalan dengan al-Qur’an haruslah ditinggalkan sekalipun

sanadnya sahih.

Cara yang ditempuh mereka untuk meloloskan matan hadis yang

kelihatannya bertentangan dengan teks al-Qur’an adalah dengan menta’wil

atau menerapkan ilmu mukhtalif al-hadis. Oleh karena itu, kita akan kesulitan

menemukan hadis yang dipertentangkan dengan al-Qur’an dalam buku-buku

hadis atau hadis sahih dari segi sanad dan matannya dibatalkab karena

bertentangan dengan al-Qur’an.19

4.  Penelitian matan hadis dengan pendekatan bahasa

Pendekatan bahasa dalam upaya mengetahui kualitas hadis tertuju pada

beberapa obyek: Pertama, struktur bahasa, artinya apakah susunan kata dalam

matan hadis yang menjadi obyek penelitian sesuai dengan kaedah bahasa

Arab. Kedua, kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, apakah

18Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 28.

19Syuhudi M. Ismali, Hadits Nabi Menurut Pembela, Penignkar dan Pemalsunya, Cet.I; (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 49.

10

Page 11: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

menggunakan kata-kata yang lumrah dipergunakan bangsa Arab pada masa

Nabi Muhammad atau menggunakan kata-kata baru, yang muncul dan

dipergunakan dalam literatur Arab Modern ?. Ketiga, matan hadis tersebut

menggambarkan bahasa kenabian. Keempat, menelusuri makna kata-kata yang

terdapat dalam matan hadis, dan apakah makna kata tersebut ketika diucapkan

oleh nabi Muhammad sama makna dengan yang dipahami oleh pembaca atau

peneliti.20

5.   Penelitian matan dengan pendekatan sejarah

Salah satu langkah yang ditempuh para muhadditsin untuk penelitian

matan hadis adalah mengetahui peristiwa yang melatarbelakangi munculnya

suatu hadis (asbab al-wurud haditsi). Langkah ini mempermudah memahami

kandungan hadis. Fungsi azhab al-wurud hadits ada tiga. Pertama,

menjelaskan makna hadis. Kedua, mengetahui kedudukan Rasulullah pada saat

kemunculan hadis apakah sebagai rasul, sebagai pemimpin masyarakat, atau

sebagai manusia biasa. Ketiga, mengetahui situasi dan kondisi masyarakat saat

hadis itu disampaikan.21

Salah satu contoh matan hadis yang dianggap oleh sebagian ulama

bertentangan dengan fakta adalah, hadis yang terdapat dalam sahih Bukhari

yang berbunyi :

“......Orang Islam tidak dibunuh karena membunuh orang kafir.”

Dikalangan ulama ada yang tidak mengamalkan hadis ini. Diantaranya

adalah Abu Hanifah. Ia menolak hadis ini bukan karena sanadnya lemah,

tetapi ia menolaknya karena hadis ini dianggap bertentangan dengan sejarah.

Di dalam sejarah disebutkan bahwa apabila kaum kafir memerangi kaum

20M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 21.

21Ibid.

11

Page 12: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

muslimin, maka kaum muslimin diperintahkan memeranginya. Jika ia

terbunuh, tidak ada hukum apapun atas pembunuhan itu. Berbeda dengan ahlu

al-zimmi (orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin). Apabila

seseorang membunuhnya, maka ia dijatuhi hukum qishahs.22

Hadis yang diteliti tidak memenuhi kriteria kesahihan hadis, baik dari

segi sanad maupun dari segi matan. Dari segi sanad  hadis diatas bersifat

mauquf  tidak mencapai derajat marfu’ ( tidak disandarkan kepada Nabi, hanya

sampai sahabat ) dan dari segi matan dengan pendekatan sejarah, hadis

tersebut tidak menggambarkan praktik hukum dari Rasulullah SAW.

           

22Ibid

12

Page 13: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

KESIMPULAN

       Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1.   Kritik matan hadis adalah kegiatan yang mempunyai cara-cara sistimatis

dalam mengkaji dan menelusuri kebenaran suatu hadis, sehingga

ditemukan status hadis sahih dan tidak sahih dari segi matannya, ini juga

dimaksudkan sebagai pengecekan kembali kebenaran sumber hadis yang

disandarkan kepada Nabi tersebut memang berasal dari nabi atau tidak dan

kegitan kritk matan memang sudah ada sejak zaman Nabi masih hidup

2.  Metodologi kritik matan hadis (kaidah mayor dan kaidah minor) adalah:

a.   Kaidah mayor bagi kesahihan matan hadis adalah 1). Terhindar dari

syuzuz dan 2). Terhindar dari ‘illat.  Syuzuz dan ‘illat selain terjadi pada

sanad  juga terjadi pada matan hadis.

b.   Adapun kaedah minor bagi matan yang terhindar dari syuzuz adalah :

1). Matan hadis bersangkutan tidak menyendiri, 2). Matan hadis itu

tidak bertentangan dengan  hadis yang lebih kuat, 3). Matan hadis itu

tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, 4). Matan hadis itu tidak

bertentangan dengan akal sehat, indera dan sejarah

c.  Adapun kaedah minor yang tidak mengandung ‘illat adalah :

1). Matan hadis tidak mengandung idraj (sisipan), 2). Matan hadis

tidak mengandung ziyadah (tambahan), 3). Matan hadis tidak

mengandung maqlub (pergantian lafaz atau kalimat), 4). Tidak terjadi

idhthirab (pertentangan yang tidak dapat dikompromikan), 5). Tidak

terjadi kerancuan lafaz dan penyimpangan makna yang jauh dari matan

hadis itu.

13

Page 14: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

3.   Langkah-langkah dalam melakukan kritik matan hadis adalah:

a.  Menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama

b. Penelitian matan hadis dengan pendekatan hadis sahih

c. Penelitian matan hadis dengan pendekatan al-Qur’an

d.  Penelitian matan hadis dengan pendekatan bahasa

e.   Penelitian matan dengan pendekatan sejarah

  

14

Page 15: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Arifuddin, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, Jakarta: Renaisan, 2005.

al-Dhabi, Shalahuddin Ahmad, Manhaj Naqd al-Matn ‘inda Ulama al-Hadis al-nabawi. Terj.  M. Qodirun Nur dan Ahamad Musyafiq, Kritik Metodologi Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004.

Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik  Matan,  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Ismail, M. Syhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabawi, Jakarta: Bulan Bintang, 2007.

-------, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

-------, Pengantar Ilmu hadis,  Bandung: Angkasa, 1991.

-------, Hadits Nabi Menurut Pembela, Penignkar dan Pemalsunya, Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 49.

Kamil, Sukron, Naqd Al-Hadis, terj. Metode Kritik Sanad dan Matan Hadis, Jakarta: Pusat Penelitian Islam Al-Huda, 2000.

Munawwir, Ahmad Wirson, Kamus Al-munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Unit PBIK PP Al-Munawwir, 1984.

Poerwadarminta, W.J.S.,  Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Zuhri, Muh., Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.

15

Page 16: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

16

Page 17: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

17

Page 18: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

18

Page 19: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

19

Page 20: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

20

Page 21: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

21

Page 22: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

22

Page 23: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

23

Page 24: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

 METODE KRITIK MATAN HADIST IMPLEMENTASI DAN PROBLEMATIKANYAPENDAHULUAN    Hadits mengenal istilah shohih, hasan, bahkan ada mardud dan dhoif  yang  berarti kita harus memperlakukan berbeda hadis satu dan yang lain , sedangkan dalam al-Qur’an tidak mengenal hal tersebut, karena al-Qur’an dari segi periwayatannya adalah mutawatir yang tidak lagi diragukan isinya, tetapi dalam kaitan hadits kita harus cermat, siapa yang meriwayatkan, bagaimana isinya dan bagaimana kualitasnya, kualitasnya dari hadis ini juga akan berpengaruh pada pengambilan hadits dalam pijakan hukum Islam.Atas dasar itulah, para ulama khususnya yang menekuni hadis telah berusaha merumuskan kaidah dan atau metode dalam studi hadis. Buah dari pemikiran mereka telah menghasilkan kaidah dan berbagai metode yang sangat bagus dalam studi hadis, terutama untuk meneliti para periwayat yang menjadi mata rantai dalam periwayatan hadis (sanad). Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk studi sanad ini, secara metodologis sudah relatif mapan yang ditunjang dengan perangkat pendukungnya. Apalagi pada zaman sekarang, dengan memanfaatkan teknologi komputer, studi sanad hadis dapat dilakukan secara sangat efisien dan lebih akurat dengan kemampuan mengakses referensi yang jauh lebih banyak.Sementara itu, untuk studi matan atau teks hadis yang di dalamnya memuat informasi-informasi dari atau tentang Nabi Muhammad saw., secara metodologis masih jauh tertinggal. Karena itulah, hendaknya terus dilakukan upaya untuk megembangkan atau merumuskan kaidah dan metode untuk studi matan hadisBerdasarkan pandangan tersebut, krtik matan hadis sangat penting dilakukan, karena menyangkut dengan salah satu fungsi hadis sebagai dasar hukum. Kritik matan dimaksudkan untuk mencari kebenaran isi hadis, apa memang benar berasal dari Nabi atau tidak.   

A. Pengertian Kritik MatanYang disebut dengan matan hadits ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh beberapa sanad, baik pembicaraan itu berasal dari sabda Rasulullah saw., sahabat, ataupun tabi'in; baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi. Secara etimologi matan berarti “punggung jalan”, tanah yang tinggi dan keras yang menonjol keatas.  Adapun matan menurut ilmu hadits adalah penghujung sanad, yakni sabda nabi Muhammad Saw yang disebut sesudah habis disebutkan sanad. Matan hadits adalah isi hadits. Matan hadits terbagi tiga, yaitu ucapan,perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad saw    Adapun pengertian kritik matan hadits adalah mengkaji, menganailsa maupun mengevaluasi hadits yang memiliki kerancuan dalam matan karena memiliki unsur-unsur pertentangan dengan Alquran maupun hadits-hadits nabi yang lainnya, sehingga membutuhkan penjelasan-penjelasan dengan metode-metode yang sudah ditentukan.B. Sejarah Singkat Kritik Matan Hadits

24

Page 25: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

1. Pada Masa SahabatSecara historis, sesungguhnya kritik atau seleksi (matan) hadis dalam arti upaya untuk membedakan antara yang benar dan yang salah telah ada dan dimulai pada masa Nabi masih hidup meskipun dalam bentuk yang sederhana. Praktik penyelidikan atau pembuktian untuk meneliti hadis Nabi pada masa itu tercermin dari kegiatan para sahabat pergi menemui atau merujuk kepada Nabi untuk membuktikan apakah sesuatu benar-benar telah dikatakan oleh beliau. Praktik tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, ‘Abdullah bin ‘Amr, ‘Umar bin Khattab, Zainab istri Ibn Mas’ud dan lain-lain.  Tradisi kritik Matan di lingkungan sahabat selain menerapkan kaidahmuqaranah  berlaku juga metode Mu'aradhah , namun pengunaan metodeMu'aradhah pada periode sahabat belum sepesat periode Tabi'in. Langkah pencocokan dalam metode Mu'aradhah dengan petunjuk eksplisit dari al-Quran (Zhahir al-Quran), pengetahuan kesejarahan (sirah Nabawiah) dan dengan penalaran akal sehat.2. Periode Tabi'inPada periode pasca sahabat, mulai ditandai dengan penyebaran hadis yang semakin banyak dan meluas, dan banyak bermunculan (matan-matan)} hadis palsu (maudu’). Menanggapi keadaan seperti itu, bangkitlah para ulama untuk melakukan kritik atau seleksi guna menentukan hadis-hadis yang benar-benar berasal dari Nabi.s Integritas keagamaan pembawa berita hadits mulai diteliti sejak terjadi fitnah, yakni peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan yang berlanjut dengan kejadian-kejadianlain sesudahnya. Fitnah tersebut melahirkan berbagai pertentangan yang tajam di antara umat Islam, sehingga keutuhan umat islam menjadi terpecah. Pemuka aliran sekterian itu memanfaatkan institusi hadits sebagai propaganda dan upaya membentuk umat dengan cara membuat hadits-hadits palsu. Ulama hadits yang menekuni keahlian bahasa mencermati dan memperbandingkan bahasa (gaya bahasa) teks matan hadits yang bersifat Qauliydengan ukuran bahasa tutur Nabi Saw dalam komunikasi sehari-hari yang dikenal sanggat fasih. Ulama Hadits denga spesialisasi pendalaman konsep doktrinal memperbandingkanya dengan konsep kandungan sesama hadits (sunah) dan dengan al-Quran. Kritik oleh muhadits yang membidangi akidah dan mutakalimin terfokus pada hadits-hadits bermateri sifat-sifat Allah dan materi alam gaib dengan kaedah menyikapi gejala kemuskilan.C. Latar Belakang Perlunya Kritik Matan Hadist    Mengingat begitu pentingnya peran hadis sebagai penjelas, maka tidak serta merta semua hadis dapat dijadikan sebagai landasan penjelas Al-Qur’an. Dengan demikian maka perlu dipertanyakan keshohihan sebuah hadis yang akan dijadikan sebagai landasan.    Untuk menguji keshahihan sebuah hadis, dalam ilmu Hadis berkembang teori tentang Ilmu Riwayah Hadis (ilmu yang dipakai untuk meneliti sanad suatu hadis) dan Ilmu Dirayah Hadis (ilmu yang dipakai untuk meneliti matan suatu hadis). Penerapan kedua ilmu ini dalam pengujian ribuan bahkan jutaan hadis sangatlah menyita waktu, sehingga pada perkembangan selanjutnya, ahli hadis lebih memfokuskan diri pada ilmu riwayah hadis (kritik sanad), sedang ilmu diroyah hadis (kritik matan), pada umumnya, lebih dikembangkan oleh para ulama fiqh.

25

Page 26: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

    Selama ini, keshahihan hadis pada umumnya masih baru teruji dari segi sanadnya saja.  Padahal asumsi yang berkembang di kalangan ulama hadis sendiri mengatakan bahwa yang disebut hadis shohih tentulah hadis shahih dari segi sanad maupun matannya. Akibatnya, kritik matan terhadap hadis-hadis shahih (dari segi sanad) tersebut, dianggap tidak perlu.    Berbagai pihak menuduh bahwa seleksiotentitas berita yang bersumber dari  Nabi Saw. Sepanjang dilakukan oleh para Muhadisin selalu terbatas pada penilitian sanad. Tercatat nama Ibn Khuldun (w.808 h)pernah menyatakan demikian. Menyusul kemudian kaum orientalis yang menilai pusat perhatian kaum Mnuhaddisin hanya terpusat pada penelitian sanad (kritik eksternal hadits). Tuduhan serupa dinyatakan oleh Ahmad Amin (w.1373 h), Abd Al- Mun’im Al-Bahiy dan muhammad Al Ghazali.     Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa jika sanad sebuah hadis sehat atau shahih maka demikian juga dengan redaksi matannya. Banyak lagi yang harus dikaji lebih mendalam terkait dengan redaksi matan hadis.     Kemudian berikut beberapa hal yang melatarbelakangi  pentingnya kritik matan hadis:1.    Motivasi Agama Jaminan keterpeliharaan Al-Qur’an perlu diikuti dengan keaaslian (otentisitas) dan kebanran ( validitas) hadis atau sunah selaku sumber penjelasnya.2.    Motivasi KesejarahanBeban tangungjawab moral pada keseluruhan misi rasul dalam wujud ikhtiar menyelamatkan warisan khazanah hadis (sunah) merupakan amanah yang tak bisa ditawar.3.    Keterbatasan Hadis Mutawatir4.    Tehnik Pengeditan HadisBanyak Ulama yang berbeda dalam tehnik pembukuan hadis.5.    Kesahihan sanad Tidak Berkolerasi dengan Kesahihan Matan    D. Problematika Kritik Matan HadisAdapun masalah yang sering dihadapi dalam kegiatan kritik matan adalah masalah metodologis dalam penerapan tolak ukur kaidah kritik matan terhadap matan yang sedang diteliti.  Hal itu disebabkan oleh butir-butir tolak ukur yang memiliki banyak segi yang dilihat. Kesalahan penerapan tolak ukur dapat berakibat terjadinya kesalahan penelitian. dalam hal ini peneliti harus memiliki pengetahuan yang luas, khususnya berkenaan dengan ajaran Islam, metode ijtihad, liku-liku kapasitas Nabi dalam menyampaikan hadits, dan kearifan Nabi dalam menghadapi audiens dan masyarakat.Sering pula penelitin menghadapi matan-matan hadits yang ditelitinya tampak bertentangan. Dalam hal ini, harus diteliti ulang dengan lebih cermat semua sanad hadits yang bersangkutan. Bila ada yang shahih dan ada yang dhaif, maka yang dhaif dinyatakan sebagai mardud (ditolak sebagai hujjah). Tak diragukan lagi, salahsatu disiplin ilmu hadis yang paling rumit adalah kritik, terutama kritik matan bagi kalangan yang bijak dan tidak berlaku sembrono. Para ulama hadis banyak berbicara tentang kritik, akan tetapi ketika ditanya tentang kritik matan, mereka memberikan jawaban yang membuat pananya hanya bisa menerima ucapan mereka tanpa memahami tehnik mereka. Ini membuktikan

26

Page 27: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

kerumitan tema ini bagi para sarjana hadis, sekaligus dalil betapa sulitnya menjabarkan tema ini dan metodenya.Problem lain yang menghadang adalah bahwa uraian tentang kritik matan tidak termaktub dalam sebuah bab atau beberapa bab tertentu dalam kitab hadis, seperti pembahasan tentang hadis mursal ataupun hadis hasan. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa kajian ini adalah kajian perbandingan yang bercabang cabang, membutuhkan waktu yang panjang. E. Beberapa Metodelogi dalam Kritik Matan Hadis    Metodologi yang diterapkan oleh masing-masing ulama berbeda menurut situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Diantaranya sebagai berikut:1. Metode Apresiatif Untuk mendeteksi Matan HaditsDilihat dari objek kritiknya, model kritik teks/matan hadis Nabi dapat dibagi menjadi dua macam :    a. kritik matan pra kodifikasi “semua” hadis, dalam kitab-kitab hadis. Dan    b. kritik matan pasca kodifikasi “semua” hadis.Untuk kritik matan hadis model pertama pernah dilakukan oleh sejumlah sahabat Nabi dan sejumlah ulama kritikus hadis. Karena perbedaan keadaannya, tentu saja model pertama ini tidak dapat sepenuhnya dilakukan oleh para kritikus hadis pasca kodifikasi, termasuk zaman sekarang, apalagi rentang waktunya sudah sangat jauh. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan sebagian metode atau teknik yang pernah diterapkan dalam kritik teks/matan hadis pra kodifikasi hadis, dapat diaplikasikan untuk kritik matan pasca kodifikasi hadis.Pengklasifikasian ini diperlukan karena memiliki implikasi terhadap metode atau teknik kritik matan hadis. Berikut ini akan diuraikan metode kritik matan-matan hadis pra kodifikasi dan pasca kodifikasi.a. Metode Kritik Matan Hadits prakodifikasi.Dari berbagai teknik dalam kritik matan hadis periode ini secara umum dapat dikategorikan memakai metode perbandingan (comparative). Di antara teknik-teknik perbandingan yang tercatat pernah dipraktikkan adalah dengan teknik sebagai berikut:    1. Membandingkan matan hadis dengan ayat al-Qur’an yang berkaitan.Teknik ini kerap kali dilakukan oleh sejumlah sahabat Nabi. Umar bin Khattab misalnya, ia pernah mempertanyakan dan kemudian menolak hadis yang diriwayatkan oleh Fatimah bin Qais yang menyatakan bahwa wanita yang dicerai tidak berhak menerima uang nafkah (dari mantan suaminya). Menurut Umar (matan) hadis tersebut, bila dibandingkan tidak sejalan dengan bunyi ayat al-Qur'an.      2. Membandingkan (matan-matan) hadis dalam dokumen tertulis denganhadis-hadis yang disampaikan dari hafalan.  Imam Bukhari (w. 256 H=870 M) pernah melakukan teknik ini pada saat menghadapi matan hadis tentang mengangkat tangan ketika akan ruku dalam shalat, yang diriwayatkan oleh Sufyan melalui Ibnu Mas’ud. Setelah membandingkannya, Bukhari memutuskan untuk memilih hadis yang diriwayatkan oleh Yahya bin Adam yang teleh mengeceknya dari kitab ‘Abdullah bin Idris (dalam versi tulisan), dan pada matan tersebut tidak memuat redaksi yang mengundang perselisihan.

27

Page 28: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

    3. Perbandingan antara pernyataan dari seorang periwayat yang disampaikan pada waktu yang berlainan.Teknik perbandingan ini pernah dipraktikkan oleh ‘Aisyah salah seorang istri nabi. Aisyah pernah meminta keponakannya, yaitu ‘Urwah bin Zubair untuk menanyakan sebuah hadis, yaitu tentang ilmu dan dihilangkannya ilmu dari dunia, kepada Abdullah bin ‘Amr bin al-‘As (w. 65 H=685 M) yang tengah menunaikan ibadah haji. ‘Abdullah pun menyampaikan hadis yang ditanyakan itu. Karena Aisyah merasa tidak puas, tahun berikutnya, ia meminta Urwah kembali menemui Abdullah yang naik haji lagi dan menanyakan hadis yang telah ditanyakannya setahun yang lalu. Ternyata lafal hadis yang disampaikan oleh Abdullah sama persis dengan lafal yang disampaikannya setahun yang lalu.      4. Membandingkan hadis-hadis dari beberapa murid yang mereka terima dari satu guru.Teknik ini misalnya dipraktikkan oleh (Yahya) Ibnu Ma’in (w.233 H=848 M) salah seorang ulama kritikus hadis terkemuka. Ia pernah membandingkan karya Hammad bin Salamah (w. 167 H=784 M) seorang kritikus terkenal dari Basrah, dengan cara menemui dan mencermati tulisan delapan belas orang murid Hammad. Dari hasil perbandingan tersebut ternyata Ibnu Ma’in menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Hammad maupun murid-muridnya.    5. Melakukan rujuk silang antara satu periwayat dengan periwayat lainnya.Teknik ini pernah dilakukan oleh Marwan bin Hakam. Peristiwanya bermula tatkala Marwan menerima hadis yang disampaikan oleh ‘Abd ar-Rahman bin al-Mugirah bin Hisyam bin al-Mugirah yang bersumber dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. Ketika waktu fajar (salat Subuh) beliau dalam keadaan berhadas besar (karena pada malam harinya bersenggama dengan istri beliau). Kemudian beliau mandi dan tetap berpuasa (pada hari itu). Mendengar hadis tersebut, Marwan segera menyuruh ‘Abd ar-Rahman menemui Abu Hurairah, karena Abu Hurairah pernah meriwayatkan hadis yang menyatakan bahwa apabila sesorang pada waktu Subuh masih dalam keadaan berhadas besar karena pada malam harinya bersenggama dengan istrinya, maka Nabi menyuruh orang tersebut membuka puasanya. ‘Abd ar-Rahman menemui Abu Hurairah di Zulhulaifah, dan menyampaikan kepadanya hadis yang diriwayatkan melalui Aisyah dan Ummu Salah (tersebut di atas). Pada saat itu Abu Hurairah menjelaskan bahwa ia menerima hadis tersebut tidak langsung dari Nabi, melainkan dari al-Fadl bin ‘Abbas, sehingga menurut Abu Hurairah Fadl lah yang lebih mengetahui hadis tersebut.aab. Metode kritik matan hadis pasca kodifikasi.Seperti halnya kritik matan hadis pra kodifikasi, untuk kritik matan pasca kodifikasi pun metode perbandingan tetap masih dominan dan relevan, hanya saja teknik-tekniknya perlu disesuaikan sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Secara rinci, dapat diuraikan bahwa teknik kritik matan pada fase ini, termasuk zaman sekarang, dapat dilakukan antara lain dengan teknik sebagai berikut:      1. Membandingkan matan-matan hadis dengan ayat al-Qur’an yang terkait atau memiliki kedekatan susunan redaksi.Dalam teknik ini sesungguhnya tidak lagi sekedar kritik perbandingan teks, tetapi perlu melibatkan aspek pemahaman atau pemaknaan teks. Membandingkan teks

28

Page 29: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

atau matan-matan hadis dengan ayat-ayat al-Qur'an dari susunan redaksi adalah kurang proposional, karena redaksi atau lafal-lafal al-Qur'an diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan matan-matan hadis hampir seluruhnya diriwayatkan menurut maknanya saja (riwayah bi al-ma’na). Namun demikian, perbandingan teks ini bukanlah hal yang mustahil dilakuan, dan analisis perbandingan matan-matan hadis dengan al-Qur'an tetap membantu proses kritik, misalnya ketika terjadi perbandingan matan-matan hadis yang semakna dengan redaksi yang berbeda, sementara terdapat ayat al-Qur'an yang memiliki kemiripan (susunan redaksinya). Dalam konteks ini jelaslah bahwa keakuratan dalam penujukan ayat yang menjadi pembandingnya merupakan prasyarat untuk dapat melakukan kritik matan hadis melalui ayat al-Qur'an.      2. Membandingkan antara matan-matan hadis.Agar dapat melakukan kritik matan hadis dengan teknik ini, hendaknya didahului dengan langkah pertama yaitu menghimpun matan-matan hadis. Untuk itulah penelusuran hadis-hadis (secara lengkap sanad dan matannya) kepada sumber-sumber aslinya yang dikenal dengan istilah takhrij al-hadis, dalam tahap ini sangatlah diperlukan.Teknik-teknik perbandingan atau yang lainnya untuk melakukan kritik matan, dapat terus dikembangkan. Dan hal ini bisa dilakukan dengan terus melakukan latihan atau praktik.F. Contoh HadisSebuah hadis menyebutkan.

داود أبي 211ص / 12ج – سنن ن� ب �د� ال خ� �ي �ن ح�د�ث ق�ال� �ز�يد� ي ن� ب �و ر� ث �ا �ن ح�د�ث � �م ل م�س ن� ب �يد� و�ل ال �ا �ن د�ث ح� ��ل ب ن ح� ن� ب ح م�د�

� أ �ا �ن ح�د�ث�اض� ب ع�ر ال �ا ن �ي ت

� أ ق�اال� �ح�ج ر ن� ب و�ح�ج ر� �م�ي, ل الس, ع�م ر�و ن� ب ح م�ن� الر� د� ع�ب �ي �ن ح�د�ث ق�ال� م�ع د�ان�ف�يه� ل� �ز� ن م�م�ن و�ه�و� �ة� ار�ي س� ن� م�ا ( ب ج�د�

� أ ال� ق�ل ت� �ه�م �ح م�ل �ت ل �و ك� ت� أ م�ا �ذ�ا إ �ذ�ين� ال ع�ل�ى و�ال�

ه� �ي ع�ل �م �ك ح م�ل� ص�ل�ى )أ �اض� ب ع�ر ال ف�ق�ال� ين� �س� �ب و�م�ق ت �د�ين� و�ع�ائ �ر�ين� ائ ز� �اك� ن �ي ت

� أ �ا ن و�ق�ل �ا �م ن ل ف�س� Cيغ�ة� �ل ب Cع�ظ�ة م�و �ا ف�و�ع�ظ�ن �ا ن �ي ع�ل �ل� ق ب

� أ �م� ث � �و م ي ذ�ات� �م� ل و�س� ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ا �ن بم�و ع�ظ�ة� ه�ذ�ه� ن�

� �أ ك �ه� الل س�ول� ر� �ا ي Kل� ق�ائ ف�ق�ال� ق�ل�وب� ال ه�ا م�ن و�و�ج�ل�ت �ون� ع�ي ال ه�ا م�ن ف�ت ذ�ر�Mا ي �ش� ح�ب دCا ع�ب �ن و�إ و�الط�اع�ة� م ع� و�الس� �ه� الل �ق و�ى �ت ب �م وص�يك

� أ ف�ق�ال� �ا ن �ي �ل إ �ع ه�د� ت ف�م�اذ�ا �م�و�دSع�ف�اء� ل خ� ال �ة� ن و�س� �ي �ت ن �س� ب �م ك �ي ف�ع�ل ا Cير� �ث ك فCا �ال� ت اخ ى �ر� ي ف�س� �ع د�ي ب �م ك م�ن �ع�ش ي م�ن �ه� �ن ف�إ

�ل� ك �ن� ف�إ م�ور�� األ �ات� و�م�ح د�ث �م �اك �ي و�إ �و�اج�ذ� �الن ه�اب �ي و�ع�ض,واع�ل �ه�ا ب �وا ك �م�س� ت د�ين� اش� الر� Sين� م�ه د�ي ال

Kة� ل ض�ال� ��د ع�ة ب �ل� و�ك Kع�ة �د ب ��ة م�ح د�ث    Hadis ini sangat populer sekarang, tetapi tidak populer dimasa Awal. Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari 4 kitab hadis ini hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat, bernama Irbadh. Hadis ini masuk dalam kitab-kitab hadis melalui jalur Ahmad bin Hambal. Itu artinya, hadis ini menyendiri. Karena melalui jalur Ahmad hadis ini nilainya hasan, maka ditulis dalam kitab hadis manapun nilainya paling tinggi juga hasan. Ia berisi nasehat bahwa suatu saat sepeninggal rasulullah terjadi perselisihan umat supaya berpegang kepada sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafa al-Rasyidun al-Mahdiyyun. Persoalannya, siapa yang dimaksud dengan Khulafa al-Rasyidun itu? Apakah Khalifah empat itu? Dalam fakta sejarah, Khulafa al-Rasyidun adalah empat orang itu. Kalau ini yang dimaksud Rasulullah, apakah ketika Rasulullah menyampaikan sabdanya, para mukhattab memahami bahwa yang dimaksud adalah empat orang itu? Apakah Umar, Usman, Ali, mendengar hadis itu sudah memperkirakan bahwa mereka masing-masing merasa

29

Page 30: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

akan menjadi Khalifah? Jawabnya ”tidak”. Kalau begitu, kata Khulafa al-Rasyidun dalam hadis itu tidak dapat dipahami oleh para sahabat sebagai mukhattab andainya mereka mendengarkan hadis itu. Mengucapkan sesuatu yang yang tidak dapat dipahami oleh sahabat adalah hal yang mustahil. Dengan demikian ada peluang untuk mengatakan bahwa periwayatan hadis memiliki tendensi politik dalam meriwayatkan hadis ini dan diperkirakan orang yang tidak senang terhadap dinasti pasca Khulafa al-Rasyidun yang dikenal dalam sejarah. Bila hendak membela asumsi bahwa hadis ini otentik dari Rasulullah, kita kembali pada riwayat bil makna. Kita dapat berkata bahwa agaknya redaksi persis hadis bukan Khulafa al-Rasyidun tetapi ungkapan lain yang ide pokoknya orang-orang yang berpikiran cemerlang dan amat setia kepada Rasulullah. Menurut bahasa, arti Khulafa al-Rasyidun orang-orang sepeninggal Rasulullah yang kurang lebihnya cerdas dan setia seperti itu.    Tetapi boleh jadi juga, hadis itu redaksinya menggunakan kata Khulafa al-Rasyidun yang tidak dimaksudkan untuk dimaknai khalifah yang empat orang, sepeninggal Rasulullah. Maknanya, orang berfikiran cemerlang dan setia sepeninggal beliau. Kalau itu maknanya, maka Khulafa al-Rasyidun masih ada sampai sekarang, sepanjang mereka tulus dan cemerlang berfikir, tidak harus menjabat sebagai kepala negara.

G. Kesimpulankritik matan hadits adalah mengkaji, menganailsa maupun mengevaluasi hadits yang memiliki kerancuan dalam matan karena memiliki unsur-unsur pertentangan dengan Alquran maupun hadits-hadits nabi yang lainnya, sehingga membutuhkan penjelasan-penjelasan dengan metode-metode yang sudah ditentukan.Secara historis, sesungguhnya kritik atau seleksi (matan) hadis dalam arti upaya untuk membedakan antara yang benar dan yang salah telah ada dan dimulai pada masa Nabi masih hidup meskipun dalam bentuk yang sederhana    Selama ini, keshahihan hadis pada umumnya masih baru teruji dari segi sanadnya saja. Padahal asumsi yang berkembang di kalangan ulama hadis sendiri mengatakan bahwa yang disebut hadis shohih tentulah hadis shahih dari segi sanad maupun matannya. Akibatnya, kritik matan terhadap hadis-hadis shahih (dari segi sanad) tersebut, dianggap tidak perlu.    Perlu ditegaskan kembali bahwa kritik matan hadis merupakan bagian yang sangat penting dan integral dalam proses studi (matan) hadis. Secara praktis, kritik ini memang telah ada sejak para sahabat Nabi, dan dilanjutkan oleh para kritikus hadis terutama pra kodifikasi hadis.    Dan saat ini matan-matan hadis telah terkodifikasikan, tetapi masih belum

30

Page 31: Makalah Ismail Haluti Metode Kritik Matan Hadis

terumuskan kaidah-kaidah atau metode kritik matan. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan studi kritik matan hadis dari aspek motodenya

31