22
BAB I PENDAHULUAN Gingivitis dan periodontitis adalah dua bentuk utama penyakit peradangan yang mempengaruhi periodonsium. Etiologi utama mereka adalah plak bakteri, yang dapat melakukan kerusakan pada jaringan gingiva dan periodontal apparatus. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan klinis. Periodontitis adalah peradangan pada gingiva dan yang berdekatan dan ditandai dengan hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar. Setiap penyakit mungkin diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penampakan klinis, atau faktor yang terkait komplikasi (American Academy of Periodontology- Research, Science, and Therapy Committee, 2004). Gingivitis adalah penyakit reversibel. Terapi terutama ditujukan pada pengurangan faktor etiologi untuk mengurangi atau menghilangkan peradangan, yang memungkinkan gingiva untuk sembuh. Pemeliharaan yang tepat, dukungan periodontal yang mencakup perawatan pribadi dan profesional sangat penting dalam mencegah re-inisiasi peradangan (American Academy of Periodontology-Research, Science, and Therapy Committee, 2004). Terapi untuk periodontitis menjadi 2 kategori utama: 1. pengobatan anti infeksi, yang dirancang untuk mencegah 1

Makalah IBJP KAsus Dita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah IBJP KAsus Dita

BAB I

PENDAHULUAN

Gingivitis dan periodontitis adalah dua bentuk utama penyakit peradangan yang

mempengaruhi periodonsium. Etiologi utama mereka adalah plak bakteri, yang dapat

melakukan kerusakan pada jaringan gingiva dan periodontal apparatus. Gingivitis adalah

peradangan pada gingiva yang tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan klinis.

Periodontitis adalah peradangan pada gingiva dan yang berdekatan dan ditandai dengan

hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar. Setiap penyakit mungkin

diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penampakan klinis, atau faktor yang terkait

komplikasi (American Academy of Periodontology-Research, Science, and Therapy

Committee, 2004).

Gingivitis adalah penyakit reversibel. Terapi terutama ditujukan pada

pengurangan faktor etiologi untuk mengurangi atau menghilangkan peradangan, yang

memungkinkan gingiva untuk sembuh. Pemeliharaan yang tepat, dukungan periodontal

yang mencakup perawatan pribadi dan profesional sangat penting dalam mencegah re-

inisiasi peradangan (American Academy of Periodontology-Research, Science, and

Therapy Committee, 2004).

Terapi untuk periodontitis menjadi 2 kategori utama: 1. pengobatan anti infeksi,

yang dirancang untuk mencegah berkembangnya kehilangan perlekatan periodontal

dengan menghilangkan faktor etiologi, dan 2. terapi regeneratif, yang mencakup

pengobatan anti-infeksi dan dimaksudkan untuk memulihkan struktur yang hancur oleh

penyakit. Hal ini penting untuk kedua pendekatan pengobatan dimasukkannya prosedur

perawatan periodontal (American Academy of Periodontology-Research, Science, and

Therapy Committee, 2004).

1

Page 2: Makalah IBJP KAsus Dita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Periodontal

Kata “periodontitis” berasal dari peri (“sekitar”), odont (“gigi”) dan itis

(“peradangan”). Periodontitis adalah radang gusi (gingivitis) parah di mana

peradangan gusi meluas hingga ke struktur pendukung gigi

(majalahkesehatan.com). Menurut Fedi (2004), peyakit periodontal merupakan

berbagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal, dimana jaringan

periodontal terdiri dari gingiva, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang

alveolar. Faktor penyebab penyakit periodontal yang paling utama adalah infeksi

mikroorganisme yang melekat pada permukaan gigi. Selain itu penyakit

periodontal dapat pula disebabkan oleh kondisi sistemik yang dapat berpengaruh

terhadap jaringan periodontal, tetapi adanya faktor sistemik tanpa disertai factor

local (infeksi mikroorganisme) tidak akan dapat menyebabkan penyakit

periodontal.

B. Klasifikasi Penyakit Periodontal

American Dental Association (ADA) dan American Academy of

Periodontology (AAP) telah mengembangkan sistem untuk mengklasifikasi

penyakit periodontal. Baik ADA dan sistem klasifikasi AAP akan dijelaskan

secara detail dan beberapa contoh akan dijelaskan. Idealnya, setiap pasien perlu

diidentifikasi atau dikelompokkan menjadi ADA dan klasifikasi AAP dari

periodontal.

Klasifikasi menurut American Dental Association (ADA)

Sistem yang dikembangkan oleh sistem klasifikasi American Dental

Association terutama didasarkan pada keparahan attachment loss. Dokter-dokter

menggunakan data klinis dan radiografi, dikumpulkan dan mengelompokkan

pasien ke dalam salah satu dari empat jenis kasus.

- Tipe I : Gingivitis

- Tipe II : Early Periodontitis

2

Page 3: Makalah IBJP KAsus Dita

- Tipe III : Moderate Periodontitis

- Tipe IV : Advanced Periodontitis

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Gingivitis

Umumnya ditemukan beberapa penampakan klinis :

- Tidak ada attachment loss\

- Terkadang terjadi perdarahan

- Terdapat pseudopocket

- Hanya gingival yang mengalami inflamasi

Penemuan pada radiografi :

- Tidak ada kehilangan tulang

- Lamina dura masih ada

- Level tulang alveolar antara 1-2 mm dari CEJ

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Early Periodontitis

Umumnya ditemukan penampakan klinis seperti :

- Adanya Bleeding On Probing

- Kedalaman pocket atau kehilangan tulang 3-4 mm

- Resesi yang terlokalisasi

- Invasi furkasi kelas I

Penemuan pada radiograf :

- Kehilangan tulang horizontal

- Hilangnya sedikit septum interdental

- Level tulang alveolar antara 3-4 dari CEJ

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Moderate Periodontitis

Penampakan klinis yang biasa ada pada pasien moderate periodontitis :

- Kedalaman pocket atau kehilangan tulang 4-6 mm

3

Page 4: Makalah IBJP KAsus Dita

- BOP positif

- Invasi furkasi kelas I atau II

- Terdapat luksasi kelas I

Penampakan Radiograf :

- Kehilangan tulang horizontal dan vertikal

- Level tulang alveolar 4-6 mm dari CEJ

- Invasi furkasi kelas I atau II

- Ratio mahkota dengan akar 1:1 (kehilangan 1/3 pendukung tulang alveolar)

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Advanced Periodontitis

Ciri klinis dari Advance Periodontitis :

- BOP positif

- Kedalaman pocket atau attachment loss lebih dari 6 mm

- Keterlibatan furkasi kelas II atau III

- Luksasi derajat II atau III

Pada penampakan radiograf :

- Kehilangan tulang horizontal dan vertikal

- Level tulang alvolar 6 mm atau lebih dari CEJ

- Radiographic furcations

- Ratio mahkota dengan akar 2:1 atau lebih

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Klasifikasi menurut American Academy of Periodontology (AAP)

Sistem klasifikasi didirikan untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit

periodontal dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia onset, gambaran

klinis, laju perkembangan penyakit, flora mikroba patogen dan efek sistemik. Dua

kategori utama Gingivitis dan Periodontitis. Dalam setiap kategori ada beberapa

jenis penyakit diidentifikasi. subdivisi Gingivitis tercantum di bawah ini:

Plaque-Associated Gingivitis

o Chronic Gingivitis

o Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis

4

Page 5: Makalah IBJP KAsus Dita

o Gingivitis Associated with Systemic Conditions or Medications

Hormone-Induced Gingival Inflammation

Drug-Influenced Gingivitis

Linear Gingival Erythema (LGE)

Gingival Manifestations of Systemic Diseases and Mucocutaneous

Lesions

o Bacterial, Viral atau Fungal

o Blood Dyscrasias (Acute Monocytic Leukemia)

o Mucocutaneous Diseases (Lichen Planus, Cicatricial Pemphigoid)

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Subdivisi periodontitis tercantum di bawah ini :

Adult Periodontitis - Plaque-Associated

Early-Onset Periodontitis

o Prepubertal

o Juvenile Periodontitis

o Rapidly Progressive

Periodontitis Associated with Systemic Diseases

Necrotizing Ulcerative Periodontitis

Refractory

Peri-implantitis

(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)

Sumber lain mengatakan bahwa klasifikasi penyakit periodontal menurut

AAP (American Academy of Periodontology) International for Classification of

Periodontal Workshop Disease 1999 memberikan klasifikasi penyakit periodontal,

sebagai berikut :

PEYAKIT GINGIVA

1. Penyakit gingiva yang diinduksi plak

Gingivitis yang berhubungan hanya dengan dental plak

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh medikasi

5

Page 6: Makalah IBJP KAsus Dita

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi

2. Penyakit gingiva yang diinduksi non-plak

Penyakit gingiva disebabkan oleh spesifik bakteri

Penyakit gingiva disebabkan oleh virus

Penyakit gingiva disebabkan oleh jamur

Manifestasi pada gingiva oleh keadaan sistemik

Traumatik lesi

Reaksi tubuh terhadap benda asing

Selain itu tidak terspesifikasi (idiopatik)

PEYAKIT PERIODONTAL

1. Periodontisis kronis

Localized

Generalized

2. Periodontitis Agresif

Localized

Generalized

3. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik

4. Necrotizing periodontal

Necrotizing ulserative gingivitis (NUG)

Necrotizing ulserative periodontitis (NUP)

5. Abses periodonsium

Abses gingiva

Abses periodontal

Abses perikoronal

(http://ifonlytrias.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-penyakit-periodontal.html)

C. Gingivitis karena Penggunaan Alat Orthodontik

Tujuan dari perawatan ortodontik adalah untuk mencapai suatu hubungan

oklusal yang baik. Perawatan tersebut dapat menggunakan alat cekat maupun

lepasan. Alat cekat memiliki tiga komponen dasar yaitu 1) Bracket, 2) Arch wire

dan 3) Asesori (Belly dan Prihandini, 2003).

6

Page 7: Makalah IBJP KAsus Dita

Pada periode pemakaian alat ortodontik banyak pasien yang mengeluh

adanya peradangan pada rongga mulut, dan gingivitis merupakan keluhan umum

yang dialami para pemakai alat ortodontik terutama alat cekat. Ketidaktelitian

dalam membersihkan gigi dapat menyebabkan keadaan tersebut. Plak dengan

mudah bersarang di tepi-tepi bracket dan sela-sela wire, piranti tambahan

termasuk lekukan wire akan lebih mempermudah plak bersarang. Secara alamiah

plak gigi akan selalu terbentuk, yang juga merupakan bagian dari sistem

pertahanan rongga mulut, karena plak dapat bersifat sebagai barrier terhadap

koloni bakteri dari luar. Akumulasi dari bakteri plak tersebut sepanjang gingiva

selama 2-4 hari merupakan hal yang mendukung awal terjadinya gingivitis.

Kondisi peradangan ini menciptakan lingkungan baru pada pertumbuhan bakteri

dan perubahan komposisi mikroba (Belly dan Prihandini, 2003).

Pasien muda yang melakukan perawatan ortodonsi sering mengalami

gingivitis yang disebabkan karena plak. Pasien dengan perawatan ortodontik cekat

biasanya kesulitan dalam menjaga oral hygienenya. Hal ini menyebabkan banyak

plak menempel pada band dan bracket alat ortho. Plak inilah yang menyebabkan

terjadinya gingivitis. Hampir semua pasien dengan perawatan ortodonsi

mengalami gingivitis selama masa perawatan. Gingivitis yang dialami pasien

muda pada masa perawatan ortodontik ini akan hilang setelah perawatan orto

selesai dan pasien menjaga oral hygienenya dengan baik. Gingivitis yang biasa

terjadi adalah kronik gingivitis (Belly dan Prihandini, 2003).

Kekuatan dari alat ortodontik yang berfungsi untuk menggerakkan gigi ke

arah yang diinginkan juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya

gingivitis, karena gerakan tersebut akan merubah struktur jaringan periodontal.

Lambat laun kondisi ini dapat berubah menjadi periodontitis (Belly dan

Prihandini, 2003).

Untuk melihat adanya gingivitis dilakukan penilaian berdasarkan derajat

periodontal meliputi pemeriksaan warna, bentuk, konsistensi, dan tendensi

perdarahan dari jaringan gingiva. Skor yang diberikan adalah 0-3, dimulai dari

kondisi tanpa inflamasi sampai gingivitis berat disertai tanda-tanda spesifik (Belly

dan Prihandini, 2003).

7

Page 8: Makalah IBJP KAsus Dita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ortodontik multiband

menyebabkan kerugian sedikit tetapi dengan mepertahankan dukungan

periodontal dengan baik dan menjaga kebersihan mulut pasien itu sendiri. Pada

akhir 24 ± 3,5 bulan perawatan ortodonsi aktif hilangnya permukaan atau mucosa

pada daerah bukal dan lingual untuk gigi belakang sebesar 0,28 mm dan 0,22 mm,

masing-masingnya. Penurunan rata-rata 0,29 mm dari tinggi tulang interproksimal

marjinal ditemukan. Perubahan ini adalah ireversibel namun tidak ada kerusakan

lebih lanjut yang diamati selama retensi berikutnya dan tindak lanjut selama 20 ±

3,0 bulan (Dannan, dkk, 2008).

Dalam merapikan gigi dengan penggunaan alat ortodontik dan meratakan

gigi tersebut memiliki dua tahap, yang pertama ketika perawatan ortodonsi yang

akan dimulai dan yang kedua proses alignment dilakukan dengan tip tidak

terkendali gigi menjadi lengkungan halus dan proses leveling dicapai oleh intrusi

atau ekstrusi gigi sehingga gigi atas dan bawah bersatu. Dari hasil penelitian pada

gigi rahang atas, Plaque Index meningkat secara signifikan setelah 6 bulan di

daerah bukal, mesial dan distal lokasi gigi. Kedalaman probing juga meningkat

secara signifikan setelah 6 bulan di daerah bukal. Di rahang bawah, Indeks Plak

meningkat secara signifikan setelah 6 bulan di lokasi vestibular, mesial dan distal.

Kedalaman probing juga meningkat secara signifikan setelah 1, 3 dan 6 bulan di

daerah lingual dan setelah 1 dan 6 bulan di lokasi mesial. Indeks gingiva

menunjukkan peningkatan setelah 6 bulan hanya di lokasi distal. Semua

periodontal parameter telah terbukti menjadi normal, bila kondisi jaringan

periodontal sehat (Dannan, dkk, 2008).

Kebersihan mulut yang baik dari pasien selama masa perawatan ortodontis

merupakan peran penting dalam menjaga periodontal dalam batas normal.

Pemeriksaan histologis lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa jaringan

periondontal yang mengalami perubahan selama fase yang berbeda dari

perawatan ortodontis (Dannan, dkk, 2008).

Beberapa studi menyebutkan bahwa beberapa jenis gingivitis,

periodontitis, resesi gingival serta pembentukan poket periodontal banyak terjadi

selama masa perawatan dan setelah perawatan ortodontik. Resesi gingiva pada

8

Page 9: Makalah IBJP KAsus Dita

masa perawatan ortho banyak terlihat pada regio gigi anterior atas dan bawah.

Jumlah penyakit periodontal pada anterior gigi yang berdesakan jauh lebih besar

daripada pada letak gigi yang sesuai lengkung gigi.

(http://www.scribd.com/doc/55214836/An-Update-on-Periodontic-Orthodontic-

Interrelationships).

D. Mild Periodontitis

Mild periodontitis disebut juga periodontitis ringan

Pada tahap ini penyakit gusi, jaringan gusi dan tulang mulai mengalami gangguan

atau kegoyahandari. Gejala-gejala lainnya yang kadang muncul seperti :

- Gusi yang mudah berdarah

- Merah, bengkak, tender gums

- Gusi yang tidak dapat lagi menyokong gigi

- Napas yang buruk napas atau rasa tidak enak

Ketika seseorang terkena periodontitis ringan, perlu dilakukan perawatan

khusus dalam rangka membersihkan plak, tartar dan bakteri yang telah

mengumpul pada gigi dan jaringan gusi. Perawatan yang dapat dilakukan antara

lain perawatan akar dan scalling.

E. Chronic Periodontitis

Periodontitis kronis biasanya disebut sebagai adult Periodontitis

atau crhonic adult periodontitis´. Merupakan bentuk yang paling banyak

dari periodontitis. Ini biasa dianggap sebagai perkembangan penyakit.

Bagaimanapun, dengan adanya faktor sistemik ataupun faktor lingkungan

yang mungkin bias menentukn reaksi host terhadap akumulasi plak,seperti

deabetes mellitus, meroko, atau stres yang mungkin menyebabkan

perkembangan penyakit ini makin agresif. Meskipun periodontitis kronis

paling sering terdapat pada remaja, itu bisa terjadi juga pada anak-anak

ataupun orang tua sebagai respon terhadap plak kronis dan akumulasi

kalkulus. Penelitian ini mendasari perubahan nama dari adult periodontitis

disarankan menjadi periodontitis kronis. Plak menyebabkan periodontitis

terdapat pada remaja. Menjadi pandangan yang lebih universal dari

periodontitis kronis, yang dapat terjadi pada semua umur. Periodontitis

9

Page 10: Makalah IBJP KAsus Dita

kronis didefinisikan sebagai pnyakit infeksi dikarenakan inflamasi pada

jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan

kehilangan tulang. Definisi ini menggaris bawahi tanda-tanda klinis dan

etiologis dari penyakit : (1) susunan mikrobial plak, (2) inflamasi

periodontal, (3) hilangnya jaringan ikat dan hilangnya tulang alveolar.

Susunan poket periodontal biasanya di akibatkan oleh proses penyakit

resesi gingiva sekaligus kehilangan jaringan ikat pada kasus kedalaman

poket yang menyisakan kedangkalan. Meskipun pada keduanya mulai

terjadi kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang

(http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).

Tanda-tanda klinis dapat ditemukan pada pasien yang tidak

terinfeksi periodontitis kronis mungkin terdapat akumulasi plak

supragingiva dan plak subgingiva (seringkali bersamaan dengan

penumpukan kalkulus). Inflamasi gingiva penyusun poket, kehilangan

jaringan ikatperiodontal, kehilngan tulang alveolar dan supurasi. Pada

pasien dengan OH yang buruk, gingival bisa terlihat mengkilat hingga

agak bengkak dan memperlihatkan perubahan interval warna dari merah

pucat menjadi merah tua. Hilangnya bintik bintik gingiva dan berubahya

topografi permukaan mungkin termasuk kekasaran dan gulungan margin

gingival dan kekerasan atau lekukan papilla. Pada beberapa pasien,

terutama mereka yang menjalani rawat jalan secara teratur perubahan

warna, kontur dan kepadatan seringkali bersamaan dengan inflamasi

gingiva mungkin tidak terlihat saat pemeriksaandengan inflamasi gingiva

bisa terdeteksi hanya saat perdarahan dari gingiva sebagai respon dari

pemeriksaan poket periodontl dengan menggunakan periodontal probing.

Perdarahan gingiva baik secara tiba-tiba ataupun disebabkan probing. Ini

biasa. Dan hubungan eksudat inflamasi dari cairan cervicular dan supurasi

dari poket biasanya juga di temukan. Pada beberapa kasus, contohnya

seperti akibat dari inflamasi tingkat rendah, ketebalan serat jaringan lunak

bias trsembunyi saat terjadi inflamasi. Kedalaman poket brvariasi dari

kedua kehilangan tulang baik secara horizontal ataupun vertikal dapat

10

Page 11: Makalah IBJP KAsus Dita

ditemukan. Kegoyngan gigi sering terjadi pada kasus bert dengan

kehilngan perlekatan dan kehilngan tulang yang luas. Periodontitis kronis

bisa terdiagnosis secara klinis dengn mendeteksi perubahan inflmasi

kronis pada marginal gingiva, kemunculan poket periodontal dan

kehilanagan perlekatan secara klinis. Hal itu dapat terdiagnosis secara

klinis apabila diikuti dengan kehilangan tulang. Penemun itu mungkin

mirip dengan yang terlihat pada penyakit agresiv. Perbedaan mendasar

terletak pada umur pasien, derajat peningkatan penyakit dari waktu ke

waktu, kesamaan alami dari penyakit agresif dan ketiadaan

ketergantungan dari faktor lokal pada penyakit agresif di bandingkan

dengan kberadaan plak yang banyak dan kalkulus pada periodontitis

kronis (http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).

Tanda-tanda klinis dari periodontitis kronis : inflamasi, susunan

poket, hilangnya jaringan ikat dan kehilangan tulang. Hal ini akibat

langsung. Efek samping dari akumulasi plak subgingiva. Sebagai

kesimpulan dari efek lokal ini, poket, jaringan ikat dan kehilangan tulang

mungkin terjadi pada satu permukaan gigi meskipun permukaan lain

berada pada level normal jaringan ikat. Sebagai contoh, bagian proksimal

permukaan dengan akumulasi plak kronis mungkin menyebabkan

kehilangan jaringan ikat sedangkan permukaan yang bebas plak dari gigi

yang sama mungkin bebas dari penyakit. Pada kesempatan ini, sebagai

efek samping, periodontitis kronis mungkin dijelaskan menjadi localized,

saat sebagian sisi menunjukan perlekatan dan kehilangan tulang atau

umunya, ketika beberapa sisi disekitar mulut terkena, sebagai berikut :

Localized Periodontitis. Periodontitis dianggap localized saat

kurang dari 30% sisi di mulut menunjukan hilangnya perlekatan dan

kehilangan tulang.

G eneralized Periodontitis. Periodontitis dianggap generalized

ketika 30% atau lebih sisi di mulut menunjukan hilangnya perlekatan dan

kehilangan tulang (http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).

11

Page 12: Makalah IBJP KAsus Dita

BAB III

DISKUSI KASUS

A. Kasus

Seorang pasien perempuan berumur 20 tahun mengeluhkan gusinya yang

berdarah ketika menyikat gigi. Tidak ada rasa sakit yang menyertainya. Dari

keterangan pasien, pasien pernah melakukan perawatan orthodontik selama

kurang lebih 4,5 tahun, sudah lepas sekitar 1 tahun yang lalu. Frekuensi gusi

berdarah berkurang ketika perawatan ortho dilepas. Dari pemeriksaan objektif

didapat luksasi derajat 1 pada gigi anterior, gigi P1 kanan-kiri RA dan RB sudah

dicabut. BOP positif dan terdapat pocket 3 mm pada gigi anterior.

B. Diagnosis Kasus

Pemeriksaan Subjektif

1. Chief Complaint : Gusi berdarah ketika menyikat gigi

2. Present Illness : Tidak ada rasa sakit

3. Past Dental History : Perawatan ortho 4,5 tahun, sudah lepas 1 tahun

yang lalu (2005-2010 awal), gusi berdarah sejak perawatan

ortho frekuensi berkurang setelah perawatan ortho selesai

Pemeriksaan Objektif

1. Sondasi : Negatif

Perkusi : Negatif

Palpasi : Negatif

CE : Positif

BOP : Positif

2. P1 kanan-kiri RA dan RB sudah dicabut

3. M3 bawah kanan-kiri impaksi

4. P2 kanan bawah karies

5. Luksasi derajat 1 pada bagian anterior

6. Pemeriksaan Penunjang (OPG) : Alveolar crest hilang

12

Page 13: Makalah IBJP KAsus Dita

Differential Diagnosis

- Gingivitis karena pemakaian alat ortho - Mild periodontitis - Chronic Periodontitis

C. Diskusi

13

Page 14: Makalah IBJP KAsus Dita

BAB IVKESIMPULAN

14

Page 15: Makalah IBJP KAsus Dita

BAB VDAFTAR PUSTAKA

American Academy of Periodontology-Research, Science, and Therapy Committee, 2004, Treatment of Plaque-induced Gingivitis, Chronic Periodontitis, and Other Clinical Conditons, J Periodontol, 72 : 1790-1800

Belly, Y., Prihandini, I.W.S., 2003, Efek Pasta Gigi Non Deterjen Pada Gingivitis dan Stomatitis Apthosa Pemakai Alat Cekat. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, Vol. V No.10

Dannan, A., Darwish, M., Sawan, M., 2008, How Do The Periodontal Tissues React During The Orthodontic Alignment and Leveling Phase, Department of Periodontology Faculty of Dental Medicine : Jerman

Fedi, P. F., dkk., 2004, Silabus Periodonti, edisi 4, ECG, Jakartahttp://ifonlytrias.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-penyakit-periodontal.htmhttp://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.htmlhttp://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronishttp://www.scribd.com/doc/55214836/An-Update-on-Periodontic-Orthodontic-

Interrelationships

15