Upload
aqilla-tiara-kartikaningtyas
View
19
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Gingivitis dan periodontitis adalah dua bentuk utama penyakit peradangan yang
mempengaruhi periodonsium. Etiologi utama mereka adalah plak bakteri, yang dapat
melakukan kerusakan pada jaringan gingiva dan periodontal apparatus. Gingivitis adalah
peradangan pada gingiva yang tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan klinis.
Periodontitis adalah peradangan pada gingiva dan yang berdekatan dan ditandai dengan
hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar. Setiap penyakit mungkin
diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penampakan klinis, atau faktor yang terkait
komplikasi (American Academy of Periodontology-Research, Science, and Therapy
Committee, 2004).
Gingivitis adalah penyakit reversibel. Terapi terutama ditujukan pada
pengurangan faktor etiologi untuk mengurangi atau menghilangkan peradangan, yang
memungkinkan gingiva untuk sembuh. Pemeliharaan yang tepat, dukungan periodontal
yang mencakup perawatan pribadi dan profesional sangat penting dalam mencegah re-
inisiasi peradangan (American Academy of Periodontology-Research, Science, and
Therapy Committee, 2004).
Terapi untuk periodontitis menjadi 2 kategori utama: 1. pengobatan anti infeksi,
yang dirancang untuk mencegah berkembangnya kehilangan perlekatan periodontal
dengan menghilangkan faktor etiologi, dan 2. terapi regeneratif, yang mencakup
pengobatan anti-infeksi dan dimaksudkan untuk memulihkan struktur yang hancur oleh
penyakit. Hal ini penting untuk kedua pendekatan pengobatan dimasukkannya prosedur
perawatan periodontal (American Academy of Periodontology-Research, Science, and
Therapy Committee, 2004).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Periodontal
Kata “periodontitis” berasal dari peri (“sekitar”), odont (“gigi”) dan itis
(“peradangan”). Periodontitis adalah radang gusi (gingivitis) parah di mana
peradangan gusi meluas hingga ke struktur pendukung gigi
(majalahkesehatan.com). Menurut Fedi (2004), peyakit periodontal merupakan
berbagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal, dimana jaringan
periodontal terdiri dari gingiva, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang
alveolar. Faktor penyebab penyakit periodontal yang paling utama adalah infeksi
mikroorganisme yang melekat pada permukaan gigi. Selain itu penyakit
periodontal dapat pula disebabkan oleh kondisi sistemik yang dapat berpengaruh
terhadap jaringan periodontal, tetapi adanya faktor sistemik tanpa disertai factor
local (infeksi mikroorganisme) tidak akan dapat menyebabkan penyakit
periodontal.
B. Klasifikasi Penyakit Periodontal
American Dental Association (ADA) dan American Academy of
Periodontology (AAP) telah mengembangkan sistem untuk mengklasifikasi
penyakit periodontal. Baik ADA dan sistem klasifikasi AAP akan dijelaskan
secara detail dan beberapa contoh akan dijelaskan. Idealnya, setiap pasien perlu
diidentifikasi atau dikelompokkan menjadi ADA dan klasifikasi AAP dari
periodontal.
Klasifikasi menurut American Dental Association (ADA)
Sistem yang dikembangkan oleh sistem klasifikasi American Dental
Association terutama didasarkan pada keparahan attachment loss. Dokter-dokter
menggunakan data klinis dan radiografi, dikumpulkan dan mengelompokkan
pasien ke dalam salah satu dari empat jenis kasus.
- Tipe I : Gingivitis
- Tipe II : Early Periodontitis
2
- Tipe III : Moderate Periodontitis
- Tipe IV : Advanced Periodontitis
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Gingivitis
Umumnya ditemukan beberapa penampakan klinis :
- Tidak ada attachment loss\
- Terkadang terjadi perdarahan
- Terdapat pseudopocket
- Hanya gingival yang mengalami inflamasi
Penemuan pada radiografi :
- Tidak ada kehilangan tulang
- Lamina dura masih ada
- Level tulang alveolar antara 1-2 mm dari CEJ
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Early Periodontitis
Umumnya ditemukan penampakan klinis seperti :
- Adanya Bleeding On Probing
- Kedalaman pocket atau kehilangan tulang 3-4 mm
- Resesi yang terlokalisasi
- Invasi furkasi kelas I
Penemuan pada radiograf :
- Kehilangan tulang horizontal
- Hilangnya sedikit septum interdental
- Level tulang alveolar antara 3-4 dari CEJ
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Moderate Periodontitis
Penampakan klinis yang biasa ada pada pasien moderate periodontitis :
- Kedalaman pocket atau kehilangan tulang 4-6 mm
3
- BOP positif
- Invasi furkasi kelas I atau II
- Terdapat luksasi kelas I
Penampakan Radiograf :
- Kehilangan tulang horizontal dan vertikal
- Level tulang alveolar 4-6 mm dari CEJ
- Invasi furkasi kelas I atau II
- Ratio mahkota dengan akar 1:1 (kehilangan 1/3 pendukung tulang alveolar)
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Advanced Periodontitis
Ciri klinis dari Advance Periodontitis :
- BOP positif
- Kedalaman pocket atau attachment loss lebih dari 6 mm
- Keterlibatan furkasi kelas II atau III
- Luksasi derajat II atau III
Pada penampakan radiograf :
- Kehilangan tulang horizontal dan vertikal
- Level tulang alvolar 6 mm atau lebih dari CEJ
- Radiographic furcations
- Ratio mahkota dengan akar 2:1 atau lebih
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Klasifikasi menurut American Academy of Periodontology (AAP)
Sistem klasifikasi didirikan untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit
periodontal dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia onset, gambaran
klinis, laju perkembangan penyakit, flora mikroba patogen dan efek sistemik. Dua
kategori utama Gingivitis dan Periodontitis. Dalam setiap kategori ada beberapa
jenis penyakit diidentifikasi. subdivisi Gingivitis tercantum di bawah ini:
Plaque-Associated Gingivitis
o Chronic Gingivitis
o Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis
4
o Gingivitis Associated with Systemic Conditions or Medications
Hormone-Induced Gingival Inflammation
Drug-Influenced Gingivitis
Linear Gingival Erythema (LGE)
Gingival Manifestations of Systemic Diseases and Mucocutaneous
Lesions
o Bacterial, Viral atau Fungal
o Blood Dyscrasias (Acute Monocytic Leukemia)
o Mucocutaneous Diseases (Lichen Planus, Cicatricial Pemphigoid)
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Subdivisi periodontitis tercantum di bawah ini :
Adult Periodontitis - Plaque-Associated
Early-Onset Periodontitis
o Prepubertal
o Juvenile Periodontitis
o Rapidly Progressive
Periodontitis Associated with Systemic Diseases
Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Refractory
Peri-implantitis
(http://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.html)
Sumber lain mengatakan bahwa klasifikasi penyakit periodontal menurut
AAP (American Academy of Periodontology) International for Classification of
Periodontal Workshop Disease 1999 memberikan klasifikasi penyakit periodontal,
sebagai berikut :
PEYAKIT GINGIVA
1. Penyakit gingiva yang diinduksi plak
Gingivitis yang berhubungan hanya dengan dental plak
Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik
Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh medikasi
5
Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
2. Penyakit gingiva yang diinduksi non-plak
Penyakit gingiva disebabkan oleh spesifik bakteri
Penyakit gingiva disebabkan oleh virus
Penyakit gingiva disebabkan oleh jamur
Manifestasi pada gingiva oleh keadaan sistemik
Traumatik lesi
Reaksi tubuh terhadap benda asing
Selain itu tidak terspesifikasi (idiopatik)
PEYAKIT PERIODONTAL
1. Periodontisis kronis
Localized
Generalized
2. Periodontitis Agresif
Localized
Generalized
3. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik
4. Necrotizing periodontal
Necrotizing ulserative gingivitis (NUG)
Necrotizing ulserative periodontitis (NUP)
5. Abses periodonsium
Abses gingiva
Abses periodontal
Abses perikoronal
(http://ifonlytrias.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-penyakit-periodontal.html)
C. Gingivitis karena Penggunaan Alat Orthodontik
Tujuan dari perawatan ortodontik adalah untuk mencapai suatu hubungan
oklusal yang baik. Perawatan tersebut dapat menggunakan alat cekat maupun
lepasan. Alat cekat memiliki tiga komponen dasar yaitu 1) Bracket, 2) Arch wire
dan 3) Asesori (Belly dan Prihandini, 2003).
6
Pada periode pemakaian alat ortodontik banyak pasien yang mengeluh
adanya peradangan pada rongga mulut, dan gingivitis merupakan keluhan umum
yang dialami para pemakai alat ortodontik terutama alat cekat. Ketidaktelitian
dalam membersihkan gigi dapat menyebabkan keadaan tersebut. Plak dengan
mudah bersarang di tepi-tepi bracket dan sela-sela wire, piranti tambahan
termasuk lekukan wire akan lebih mempermudah plak bersarang. Secara alamiah
plak gigi akan selalu terbentuk, yang juga merupakan bagian dari sistem
pertahanan rongga mulut, karena plak dapat bersifat sebagai barrier terhadap
koloni bakteri dari luar. Akumulasi dari bakteri plak tersebut sepanjang gingiva
selama 2-4 hari merupakan hal yang mendukung awal terjadinya gingivitis.
Kondisi peradangan ini menciptakan lingkungan baru pada pertumbuhan bakteri
dan perubahan komposisi mikroba (Belly dan Prihandini, 2003).
Pasien muda yang melakukan perawatan ortodonsi sering mengalami
gingivitis yang disebabkan karena plak. Pasien dengan perawatan ortodontik cekat
biasanya kesulitan dalam menjaga oral hygienenya. Hal ini menyebabkan banyak
plak menempel pada band dan bracket alat ortho. Plak inilah yang menyebabkan
terjadinya gingivitis. Hampir semua pasien dengan perawatan ortodonsi
mengalami gingivitis selama masa perawatan. Gingivitis yang dialami pasien
muda pada masa perawatan ortodontik ini akan hilang setelah perawatan orto
selesai dan pasien menjaga oral hygienenya dengan baik. Gingivitis yang biasa
terjadi adalah kronik gingivitis (Belly dan Prihandini, 2003).
Kekuatan dari alat ortodontik yang berfungsi untuk menggerakkan gigi ke
arah yang diinginkan juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya
gingivitis, karena gerakan tersebut akan merubah struktur jaringan periodontal.
Lambat laun kondisi ini dapat berubah menjadi periodontitis (Belly dan
Prihandini, 2003).
Untuk melihat adanya gingivitis dilakukan penilaian berdasarkan derajat
periodontal meliputi pemeriksaan warna, bentuk, konsistensi, dan tendensi
perdarahan dari jaringan gingiva. Skor yang diberikan adalah 0-3, dimulai dari
kondisi tanpa inflamasi sampai gingivitis berat disertai tanda-tanda spesifik (Belly
dan Prihandini, 2003).
7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ortodontik multiband
menyebabkan kerugian sedikit tetapi dengan mepertahankan dukungan
periodontal dengan baik dan menjaga kebersihan mulut pasien itu sendiri. Pada
akhir 24 ± 3,5 bulan perawatan ortodonsi aktif hilangnya permukaan atau mucosa
pada daerah bukal dan lingual untuk gigi belakang sebesar 0,28 mm dan 0,22 mm,
masing-masingnya. Penurunan rata-rata 0,29 mm dari tinggi tulang interproksimal
marjinal ditemukan. Perubahan ini adalah ireversibel namun tidak ada kerusakan
lebih lanjut yang diamati selama retensi berikutnya dan tindak lanjut selama 20 ±
3,0 bulan (Dannan, dkk, 2008).
Dalam merapikan gigi dengan penggunaan alat ortodontik dan meratakan
gigi tersebut memiliki dua tahap, yang pertama ketika perawatan ortodonsi yang
akan dimulai dan yang kedua proses alignment dilakukan dengan tip tidak
terkendali gigi menjadi lengkungan halus dan proses leveling dicapai oleh intrusi
atau ekstrusi gigi sehingga gigi atas dan bawah bersatu. Dari hasil penelitian pada
gigi rahang atas, Plaque Index meningkat secara signifikan setelah 6 bulan di
daerah bukal, mesial dan distal lokasi gigi. Kedalaman probing juga meningkat
secara signifikan setelah 6 bulan di daerah bukal. Di rahang bawah, Indeks Plak
meningkat secara signifikan setelah 6 bulan di lokasi vestibular, mesial dan distal.
Kedalaman probing juga meningkat secara signifikan setelah 1, 3 dan 6 bulan di
daerah lingual dan setelah 1 dan 6 bulan di lokasi mesial. Indeks gingiva
menunjukkan peningkatan setelah 6 bulan hanya di lokasi distal. Semua
periodontal parameter telah terbukti menjadi normal, bila kondisi jaringan
periodontal sehat (Dannan, dkk, 2008).
Kebersihan mulut yang baik dari pasien selama masa perawatan ortodontis
merupakan peran penting dalam menjaga periodontal dalam batas normal.
Pemeriksaan histologis lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa jaringan
periondontal yang mengalami perubahan selama fase yang berbeda dari
perawatan ortodontis (Dannan, dkk, 2008).
Beberapa studi menyebutkan bahwa beberapa jenis gingivitis,
periodontitis, resesi gingival serta pembentukan poket periodontal banyak terjadi
selama masa perawatan dan setelah perawatan ortodontik. Resesi gingiva pada
8
masa perawatan ortho banyak terlihat pada regio gigi anterior atas dan bawah.
Jumlah penyakit periodontal pada anterior gigi yang berdesakan jauh lebih besar
daripada pada letak gigi yang sesuai lengkung gigi.
(http://www.scribd.com/doc/55214836/An-Update-on-Periodontic-Orthodontic-
Interrelationships).
D. Mild Periodontitis
Mild periodontitis disebut juga periodontitis ringan
Pada tahap ini penyakit gusi, jaringan gusi dan tulang mulai mengalami gangguan
atau kegoyahandari. Gejala-gejala lainnya yang kadang muncul seperti :
- Gusi yang mudah berdarah
- Merah, bengkak, tender gums
- Gusi yang tidak dapat lagi menyokong gigi
- Napas yang buruk napas atau rasa tidak enak
Ketika seseorang terkena periodontitis ringan, perlu dilakukan perawatan
khusus dalam rangka membersihkan plak, tartar dan bakteri yang telah
mengumpul pada gigi dan jaringan gusi. Perawatan yang dapat dilakukan antara
lain perawatan akar dan scalling.
E. Chronic Periodontitis
Periodontitis kronis biasanya disebut sebagai adult Periodontitis
atau crhonic adult periodontitis´. Merupakan bentuk yang paling banyak
dari periodontitis. Ini biasa dianggap sebagai perkembangan penyakit.
Bagaimanapun, dengan adanya faktor sistemik ataupun faktor lingkungan
yang mungkin bias menentukn reaksi host terhadap akumulasi plak,seperti
deabetes mellitus, meroko, atau stres yang mungkin menyebabkan
perkembangan penyakit ini makin agresif. Meskipun periodontitis kronis
paling sering terdapat pada remaja, itu bisa terjadi juga pada anak-anak
ataupun orang tua sebagai respon terhadap plak kronis dan akumulasi
kalkulus. Penelitian ini mendasari perubahan nama dari adult periodontitis
disarankan menjadi periodontitis kronis. Plak menyebabkan periodontitis
terdapat pada remaja. Menjadi pandangan yang lebih universal dari
periodontitis kronis, yang dapat terjadi pada semua umur. Periodontitis
9
kronis didefinisikan sebagai pnyakit infeksi dikarenakan inflamasi pada
jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan
kehilangan tulang. Definisi ini menggaris bawahi tanda-tanda klinis dan
etiologis dari penyakit : (1) susunan mikrobial plak, (2) inflamasi
periodontal, (3) hilangnya jaringan ikat dan hilangnya tulang alveolar.
Susunan poket periodontal biasanya di akibatkan oleh proses penyakit
resesi gingiva sekaligus kehilangan jaringan ikat pada kasus kedalaman
poket yang menyisakan kedangkalan. Meskipun pada keduanya mulai
terjadi kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang
(http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).
Tanda-tanda klinis dapat ditemukan pada pasien yang tidak
terinfeksi periodontitis kronis mungkin terdapat akumulasi plak
supragingiva dan plak subgingiva (seringkali bersamaan dengan
penumpukan kalkulus). Inflamasi gingiva penyusun poket, kehilangan
jaringan ikatperiodontal, kehilngan tulang alveolar dan supurasi. Pada
pasien dengan OH yang buruk, gingival bisa terlihat mengkilat hingga
agak bengkak dan memperlihatkan perubahan interval warna dari merah
pucat menjadi merah tua. Hilangnya bintik bintik gingiva dan berubahya
topografi permukaan mungkin termasuk kekasaran dan gulungan margin
gingival dan kekerasan atau lekukan papilla. Pada beberapa pasien,
terutama mereka yang menjalani rawat jalan secara teratur perubahan
warna, kontur dan kepadatan seringkali bersamaan dengan inflamasi
gingiva mungkin tidak terlihat saat pemeriksaandengan inflamasi gingiva
bisa terdeteksi hanya saat perdarahan dari gingiva sebagai respon dari
pemeriksaan poket periodontl dengan menggunakan periodontal probing.
Perdarahan gingiva baik secara tiba-tiba ataupun disebabkan probing. Ini
biasa. Dan hubungan eksudat inflamasi dari cairan cervicular dan supurasi
dari poket biasanya juga di temukan. Pada beberapa kasus, contohnya
seperti akibat dari inflamasi tingkat rendah, ketebalan serat jaringan lunak
bias trsembunyi saat terjadi inflamasi. Kedalaman poket brvariasi dari
kedua kehilangan tulang baik secara horizontal ataupun vertikal dapat
10
ditemukan. Kegoyngan gigi sering terjadi pada kasus bert dengan
kehilngan perlekatan dan kehilngan tulang yang luas. Periodontitis kronis
bisa terdiagnosis secara klinis dengn mendeteksi perubahan inflmasi
kronis pada marginal gingiva, kemunculan poket periodontal dan
kehilanagan perlekatan secara klinis. Hal itu dapat terdiagnosis secara
klinis apabila diikuti dengan kehilangan tulang. Penemun itu mungkin
mirip dengan yang terlihat pada penyakit agresiv. Perbedaan mendasar
terletak pada umur pasien, derajat peningkatan penyakit dari waktu ke
waktu, kesamaan alami dari penyakit agresif dan ketiadaan
ketergantungan dari faktor lokal pada penyakit agresif di bandingkan
dengan kberadaan plak yang banyak dan kalkulus pada periodontitis
kronis (http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).
Tanda-tanda klinis dari periodontitis kronis : inflamasi, susunan
poket, hilangnya jaringan ikat dan kehilangan tulang. Hal ini akibat
langsung. Efek samping dari akumulasi plak subgingiva. Sebagai
kesimpulan dari efek lokal ini, poket, jaringan ikat dan kehilangan tulang
mungkin terjadi pada satu permukaan gigi meskipun permukaan lain
berada pada level normal jaringan ikat. Sebagai contoh, bagian proksimal
permukaan dengan akumulasi plak kronis mungkin menyebabkan
kehilangan jaringan ikat sedangkan permukaan yang bebas plak dari gigi
yang sama mungkin bebas dari penyakit. Pada kesempatan ini, sebagai
efek samping, periodontitis kronis mungkin dijelaskan menjadi localized,
saat sebagian sisi menunjukan perlekatan dan kehilangan tulang atau
umunya, ketika beberapa sisi disekitar mulut terkena, sebagai berikut :
Localized Periodontitis. Periodontitis dianggap localized saat
kurang dari 30% sisi di mulut menunjukan hilangnya perlekatan dan
kehilangan tulang.
G eneralized Periodontitis. Periodontitis dianggap generalized
ketika 30% atau lebih sisi di mulut menunjukan hilangnya perlekatan dan
kehilangan tulang (http://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronis).
11
BAB III
DISKUSI KASUS
A. Kasus
Seorang pasien perempuan berumur 20 tahun mengeluhkan gusinya yang
berdarah ketika menyikat gigi. Tidak ada rasa sakit yang menyertainya. Dari
keterangan pasien, pasien pernah melakukan perawatan orthodontik selama
kurang lebih 4,5 tahun, sudah lepas sekitar 1 tahun yang lalu. Frekuensi gusi
berdarah berkurang ketika perawatan ortho dilepas. Dari pemeriksaan objektif
didapat luksasi derajat 1 pada gigi anterior, gigi P1 kanan-kiri RA dan RB sudah
dicabut. BOP positif dan terdapat pocket 3 mm pada gigi anterior.
B. Diagnosis Kasus
Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complaint : Gusi berdarah ketika menyikat gigi
2. Present Illness : Tidak ada rasa sakit
3. Past Dental History : Perawatan ortho 4,5 tahun, sudah lepas 1 tahun
yang lalu (2005-2010 awal), gusi berdarah sejak perawatan
ortho frekuensi berkurang setelah perawatan ortho selesai
Pemeriksaan Objektif
1. Sondasi : Negatif
Perkusi : Negatif
Palpasi : Negatif
CE : Positif
BOP : Positif
2. P1 kanan-kiri RA dan RB sudah dicabut
3. M3 bawah kanan-kiri impaksi
4. P2 kanan bawah karies
5. Luksasi derajat 1 pada bagian anterior
6. Pemeriksaan Penunjang (OPG) : Alveolar crest hilang
12
Differential Diagnosis
- Gingivitis karena pemakaian alat ortho - Mild periodontitis - Chronic Periodontitis
C. Diskusi
13
BAB IVKESIMPULAN
14
BAB VDAFTAR PUSTAKA
American Academy of Periodontology-Research, Science, and Therapy Committee, 2004, Treatment of Plaque-induced Gingivitis, Chronic Periodontitis, and Other Clinical Conditons, J Periodontol, 72 : 1790-1800
Belly, Y., Prihandini, I.W.S., 2003, Efek Pasta Gigi Non Deterjen Pada Gingivitis dan Stomatitis Apthosa Pemakai Alat Cekat. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, Vol. V No.10
Dannan, A., Darwish, M., Sawan, M., 2008, How Do The Periodontal Tissues React During The Orthodontic Alignment and Leveling Phase, Department of Periodontology Faculty of Dental Medicine : Jerman
Fedi, P. F., dkk., 2004, Silabus Periodonti, edisi 4, ECG, Jakartahttp://ifonlytrias.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-penyakit-periodontal.htmhttp://www.dent.ucla.edu/pic/members/pdr/classifications.htmlhttp://www.scribd.com/doc/38769177/Periodontitis-kronishttp://www.scribd.com/doc/55214836/An-Update-on-Periodontic-Orthodontic-
Interrelationships
15