Upload
azmi-ikhsan-azhary
View
40
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
haive
Citation preview
PENDAHULUAN
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4
sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak
dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah
kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk
hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang
mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel
darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS
yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum
maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS.
KASUS
Pria 35 tahun berobat ke Rumah sakit karena diare hilang timbul selama 4 minggu.
Riwayat penyakit sekarang:
Dalam 3-4 minggu ini pasien merasa demam ringan, batuk-batuk berdahak,
merasa letih,dan berat badan turun dalam 3 bulan terakhir ini. Nafsu makan menurun.
Hingga sejak 2 minggu lalu pasien sering diare hilang timbul, perut mulas, feces terdapat
lendir dan darah. pasien hanya minum obat warung untuk mengobati penyakitnya.
Riwayat penyakit dahulu:
Selama 1 tahun terakhir ini ia sering mengalami batuk, pilek dan radang
tenggorokan. Yang bila berobat ke dokter sembuh, kemudian terulang kembali. ia juga
mengeluh sering sariawan. Pasien belum menikah,pernah memakai jasa seks komersial.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Suhu : 37,5o C
Denyut nadi : 90x/menit
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernafasan : 24x/menit
BB : 50 kg
TB : 165 cm
Keadaan umum
Kesan sakit : tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis
Mata : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, mata cekung
THT : oral thrush (+), bibir kering
Toraks
Paru-paru : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : SIS2 regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan(-), bising usus (+) meningkat, turgor cukup.
1
Ekstremitas : Akral hangat,edema -/-,CRT (capillary refill time)<2”
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb 11,5 g/dL, Ht 40%, Eritrosit 4jt /uL, Trombosit 170.000/uL, LED 30mm/jam
Hitung jenis : 0/3/4/70/15/8
Anti HIV reaktif, CD4 T cell 200/uL
Rontgen thorax: infiltrat pada kedua apex pulmo
2
PEMBAHASAN KASUS
I. Identitas
Nama : -
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
II. Anamnesis
Keluhan utama
Diare hilang timbul selama 4 minggu.
Mekanisme terjadinya diare secara umum:
A. Diare Sekretorik
Hal ini biasanya disebabkan oleh zat yang merangsang terjadinya
peningkatan sekresi, baik dari luar (misalnya toksin kolera) atau dari
dalam (pada penyakit inklusi mikrovili kongenital). Pada diare jenis ini
terjadi penurunan penyerapan dan peningkatan sekresi air dan transport
elektrolit ke dalam usus. Fesesnya akan berupa cairan dengan
osmolaritas yang normal (= 2x [Na + K]), dan tidak ditemukan adanya sel
lekosit (sel darah putih). Contoh diare jenis ini adalah diare karena
penyakit kolera, E. coli toxigenik, karsinoid, neuroblastoma, diare klorida
kongenital, Clostridium difficile, dan cryptosporidiosis (AIDS). Diare jenis
ini tidak akan berhenti meskipun penderita puasa.
B. Diare Osmotik
Diare jenis ini terjadi karena kita menelan makanan yang sulit diserap,
baik karena memang makanan tersebut sulit diserap (magnesium, fosfat,
laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus
(penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa). Karbohidrat yang
tidak diserap di usus ini akan difermentasi di usus besar, dan kemudian
3
akan terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai
pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan,
akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang
dihasilkan, sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam
usus. Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding
usus untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang
bersifat asam, dengan osmolaritas yang tinggi (> 2x[Na + K]), tanpa
disertai adanya leukosit di feses. Contoh diare jenis ini adalah diare pada
penderita defisiensi enzym laktase yang mengkonsumsi makanan yang
mengandung laktosa. Ciri diare jenis ini adalah diare akan berhenti jika
penderita puasa (menghentikan memakan makanan yang menyebabkan
diare tersebut).
C. Peningkatan gerak usus
Peningkatan gerak usus yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan
waktu transit makanan di usus. Infeksi usus dapat menyebabkan diare
jenis ini. Feses yang terbentuk biasanya sedikit cair, lembek, sampai
menyerupai bentuk feses normal dengan volume yang tidak terlalu besar.
Contoh diare jenis ini adalah diare pada thyrotoksikosis dan sindrom
iritasi saluran cerna.
D. Peningkatan gerak usus.
Diare ini terjadi karena terjadi gangguan neuromuskular, dapat
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan. Feses yang
dihasilkan biasanya sedikit cair, lembek, sampai menyerupai bentuk feses
normal. Contoh diare jenis ini adalah pada keadaan pseudo-obstruksi.
E. Penurunan permukaan usus
Penurunan permukaan usus ini akan menyebabkan gangguan pergerakan
dan osmolaritas usus. Feses pada diare ini berbentuk cair, dan untuk tata
laksananya kadang membutuhkan penambahan nutrisi yang mungkin
4
perlu diberikan secara parenteral. Contoh diare jenis ini adalah diare
pada penyakit celiac dan enteritis karena rotavirus.
F. Terjadi invasi patogen mukosa usus
Invasi patogen pada mukosa usus akan menyebabkan reaksi peradangan,
penurunan penyerapan di usus, dan peningkatan gerak usus. Feses yang
dihasilkan biasanya disertai darah yang dapat dilihat dengan jelas
(dengan mata telanjang) atau dengan bantuan mikroskop (terlihat
adanya sel darah merah). Contoh diare jenis ini adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonela, Shigela, Yersinia,
Campylobacter, atau infeksi amuba.
Riwayat penyakit Sekarang
Dalam 3-4 minggu ini pasien merasa demam ringan,batuk-batuk
berdahak,merasa letih,dan berat badan turun dalam 3 bulan terakhir ini. Nafsu makan
menurun. Hingga sejak 2 minggu lalu pasien sering diare hilang timbul, perut mulas,
feces terdapat lendir dan darah. pasien hanya minum obat warung untuk mengobati
penyakitnya.
Demam karena adanya infeksi.
Diare yang berdarah dan berlendir dapat digunakan sebagai penanda
kecurigaan terhadap disentri.
Mekanisme batuk :
5
Anamnesis tambahan:
Sejak kapan?demam dan letih? Pagi hari/malam hari?
Sejak kapan gejala batuk itu ada ?
Bagaimana frekuensi batuk ?
Adakah rasa tidak nafsu makan (anoreksia) dan berat badan turun?
Berapa berat badan sebelumnya?
Sejak kapan diare?sudah berapa lama?
Bagaimana bentuk feces nya apakah terdapat darah dan lendir?
Riwayat penyakit dahulu:
Selama 1 tahun terakhir ini ia sering mengalami batuk,pilek dan radang
tenggorokan. Yang bila berobat ke dokter sembuh, kemudian terulang kembali.ia juga
mengeluh sering sariawan .Pasien belum menikah, pernah memakai jasa seks komersial.
Batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan
berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang.
Timbul karena influenza atau yang juga biasa lebih dikenal dengan
nama Flu dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
RNA dari famili Orthomyxoviridae.
Sariawan yang sifatnya berulang (rekuren) yang akibatnya sangat
mengganggu. Jika sering, sariawan ini bisa karena kanker mulut. Hal ini akan
sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kematian.
Memakai jasa pekerja seks
Banyak penyakit yang di tularkan akibat memakai jasa seks komersial,yaitu:
AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME) / HIV
* Penyakit akibat hubungan intim yang serius ini, menyebabkan tidak
bekerjanya sistim kekebalan tubuh.
* Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah.
* Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi
virus HIV.
6
* Disebarkan melalui hubungan intim.
GONORRHEA & CHLAMYDIA
* Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini.
* Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria.
* Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau
tidak terasa sama sekali.
HERPES
* Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan.
* Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan
penderita penyakit ini.
* Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang
kecil dan berair
* Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang.
III. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Suhu : 37,5o C demam subfebris, karena infeksi virus
Denyut nadi : 90x/menit normal
Tekanan darah : 100/70 mmHg rendah
Pernafasan : 24x/menit pasien takipnoe, karena peningkatan suhu tubuh
BB : 50 kg
TB : 165 cm underweight
Interpretasi Hasil
Pasien ini mengalami demam yang tinggi, peningkatan suhu dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung 24x/menit sehingga pasien ini mengalami
takipnoe.
Keadaan umum
Kesan sakit : tampak sakit berat
7
Kesadaran : compos mentis
Interpretasi Hasil
Pasien tampak sakit berat kemungkinan karena menahan sakit akibat
demam, batuk maupun perutnya yang mulas.
Status Generalis
Mata : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, mata cekung
konjungtiva pucat akibat anemia.
THT : oral thrush (+), bibir kering
Oral thrush biasanya dialami oleh pasien immunodefisiensi
sebagai akibat dari infeksi oppurtunistik. Oral thrush memiliki
peran yang cukup penting dalam menentukan jenis dan derajat
keparahan immunodefisiensi. Jenis infeksi pada oral thrush adalah
jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans
sehingga dapat diketahui bahwa jenis immunodefisiensi pasien
adalah immunodefisiensi pada fagosit(1). Selain itu, infeksi Candida
albicans menyebabkan infeksi pada defisiensi kekebalan tubuh
yang ringan (2)
Toraks
Paru-paru : Vesikuler +/+, Rhonki +/+ basah kasar, Wheezing -/-
Rhonki +/+ basah kasar menandakan tanda - tanda
Tuberculosis (TBC), suara tambahan karena ada
transudat/eksudat/darah di lumen bronkus.
Jantung : S1S2 regular, murmur (-), gallop (-) normal.
Abdomen : Supel,nyeri tekan(-),bising usus (+) meningkat ,turgor cukup.
Bising usus (+) meningkat, karena bunyi udara dan cairan
dalam usus yang bergerak.
8
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT (capillary refill time)<2”
IV. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Lab Darah lengkap
Pemeriksaan Nilai normal Hasil Interpretasi
Hemoglobin 13,5- 17,5g/dL 11,5 g/Dl Rendah
Eritrosit 4,5-5,5 jt/uL 4,0 jt//Ul Rendah
Hematokrit 40-54% 40 % Normal
Trombosit 150-450 ribu/uL 170 ribu / uL Normal
LED 0-10 mm/jam 30 mm/jam Tinggi
Hitung jenis
Basofil 0-1 0 Normal
Eosinofil 1-3 3 Normal
Netrofil batang 2-6 4 Normal
Netrofil segmen 50-70 70 Normal
Limfosit 20-40 15 Rendah
Monosit 2-8 8 Normal
Anti hiv CD4 T cell 500-600/uL 200/Ul Rendah
Interpretasi pemeriksaan darah lengkap:
Di dapatkan hasil dari kadar hemoglobin adalah 11,5 g/dL, hasil menunjukan
bahwa kadar hemoglobin dari pasien ini rendah, ada kemungkinan bahwa pasien
tersebut mengalami anemia defisiensi.
Eritrosit di dapatkan 4,0 jt/uL , ini menunjukan eritrosit rendah sehingga
menyebabkan pasien ini anemia defisiensi.
LED didapatkan 30 mm/jam, hal ini menunjukan nilai LED yang meningkat, ini
dapat terjadi karena adanya infeksi pada pasien ini.
9
Penurunan CD4 T cell 200 menandakan HIV. Yang mana makin tinggi muatan
virus (jumlah virus dalam badan) makin rendah jumlah CD4 dan makin tinggi
progresifitas HIV menjadi AIDS dan kematian.
V. Diagnosis kerja
HIV Stadium 2
1. Berat badan turun wasting sydrome(kondisi kedua yang sangat dikaitkan
dengan HIV/AIDS)
2. Pernah memakai jasa seks komersial resiko tinggi terkena HIV
3. Diare sulit hilang yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya gejala HIV/AIDS
4. Demam tanpa sebab yang jelas ≥1bulan gejala HIV/AIDS
5. Oral thrush gejala HIV/AIDS
6. Kadar CD4 200/µL pasien sudah masuk tahap AIDS
VI. Pencegahan
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus HIV:
Hentikan kebiasaan berganti-ganti pasangan seks. Kebiasaan ini dapat menjadi
lahan penyebaran AIDS karena anda tidak tahu apakah partner anda terinfeksi virus HIV
atau tidak.
Gunakan kondom setiap akan berhubungan seks, jika anda tidak yakin apakah
pasangan anda terinfeksi HIV atau tidak.
Jika anda positif terinfeksi HIV, segera beritahu pasangan anda. Pasangan anda
wajib diberitahu agar dapat dilakukan pemeriksaan apakah dia tertular dari
pasangannya. Hal ini dilakukan jika pasangannya ikut terinfeksi, maka dapat segera
dilakukan perawatan medis.
Gunakan jarum suntik yang bersih dan baru. Jika anda menggunakan suatu obat
yang mengharuskan penggunaan jarum suntik, pastikan jarum tersebut steril dan jangan
10
menggunakannya bergantian dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran virus HIV melalui darah.
Jika anda seorang ibu hamil yang menderita HIV, saat proses kelahiran dapat
dilakukan operasi Caesar. Hal ini tidak dapat melindungi bayi 100%, namun paling tidak
dapat menghindari kontak langsung dengan darah ibu jika melahirkan per vaginam.
Jangan beri bayi anda ASI. Karena virus HIV dapat menular lewat ASI, hendaknya
dilakukan pemberian susu formula saja (3)
Hubungan perilaku/gaya hidup dengan salah satu bentuk imunodefisiensi
1.Akibat dari pola makan yang buruk adalah malnutrisi. Contohnya adalah malnutrisi
protein yang dapat menyebabkan atrofi timus dan organ limfoid sekunder yang lain.
Untuk nutrien yang lain, seperti dalam tabel:
2.Salah satu virus yang dapat menginfeksi sel sistem imun adalah HIV. HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh yang sudah terkontaminasi seperti pada para
11
pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum terkontaminasi, hubungan seksual, homoseksual. (4)
VII. Prognosis
Dubia at vitam: Dubia at malam
Karena pada pasien HIV sistem kekebalan tubuh menurun dan tubuh mudah mengalami
infeksi , sehingga pasien sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Dengan tata laksana
yang tepat dan mengkonsumsi ARV dapat memperpanjang hidup pasien.
Dubia at fungsionam : Dubia at malam
Fungsi organ pasien HIV dapat menurun dengan banyaknya penyakit infeksi
Dubia at sanationam : at malam
Kekambuhan sangat mungkin karena imunitas pasien HIV yang menurun sehingga bila
terpajan oleh antigen sangat memungkinkan terjadinya infeksi berulang karena pada
pasien ini telah masuk stadium simptomatis lanjut, yang mana CD4nya 200 dan juga
telah terjadi infeksi oportunistik.
12
TIPUS
Definisi
Immunodefisiensi Primer
Adalah kondisi yang didapat sejak lahir dimana suatu komponen sistem imun (seperti
limfosit T atau B) tidak ada atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga tubuh tidak dapat
menanggulangi suatu infeksi. Seorang anak yang menderita immunodefisiensi primer
menjadi lebih mudah terinfeksi dan biasanya waktu infeksinya lebih lama daripada anak
yang normal. Jika mendapat penanganan lebih dini, prognosis kasus ini biasanya baik,
namun sebagian penderita meninggal karena infeksi yang tidak tertangani dengan baik.
Contoh: anak dengan sindroma Kostmann tidak memiliki neutrofil, atau anak dengan
sindroma Wiskott-Aldrich memiliki jumlah limfosit yang normal, namun fungsinya tidak
bagus. (5)
Berdasarkan komponen sistem imun yang terkena, terdapat 6 penggolongan utama dari
immunodefisiensi primer:
- Defisiensi limfosit B
- Defisiensi limfosit T
- Defisiensi limfosit B dan T
- Defek pada fagosit
- Defisiensi komplemen
- Bentuk lainnya.
Immunodefisiensi Sekunder
Adalah kondisi dimana sistem imun seseorang tidak dapat bekerja dengan baik karena
suatu faktor (tidak didapatkan secara genetik). Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Malnutrisi, dapat menghambat maturasi dan fungsi dari limfosit.
- Infeksi virus, seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus)
- Radiasi, seperti X-ray. Jika terkena dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
penurunan produksi limfosit.
- Penggunaan obat sitotoksik, seperti pada terapi kanker juga dapat menurunkan
produksi limfosit.
13
- Penggunaan obat immunosupresan seperti Kortikosteroid.
- Aging, penurunan fungsi dari sistem imun(6).
HIV
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem
kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh(7).
Patofisiologi
Imunodefisiensi sekunder merupakan defisiensi yang mengenai fungsi fagosit
dan limfosit. Defisiensi imun sekunder dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi oportunistik. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan defisiensi sekunder
antara lain(8) :
Obat
Obat sering menimbulkan defisiensi imun sekunder. Antibiotik dapat menekan
sistem imun. Obat-obat yang dapat menekan sistem imun antara lain, Tetrasiklin
dapat menekan imunitas seluler. Kloramfenikol dapat menekan respons antibodi,
sedangkan rifampisin dapat menekan baik imunitas humoral maupun seluler. Jenis
obat lain yang dapat menyebabkan imunodefisiensi sekunder, yaitu steroid yang
merupakan obat imunosupresif dan jenis obat sitotoksik.
Trauma
Penderita yang mendapat trauma (luka bakar atau tindakan bedah mayor) akan
kurang mampu menghadapi patogen. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
pelepasan molekul imunosupresif seperti glukokortikoid. Akibatnya yaitu semakin
meningkatnya infeksi pada penderita.
Malnutrisi
14
Penyebab tersering imunodefisiensi sekunder yaitu malnutrisi protein-kalori dan
kekurangan elemen gizi tertentu seperti zat besi (Fe) dan seng (Zn).
Penyinaran
Penyinaran dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid, sedangkan dosis rendah
dapat menekan aktivitas sel T secara selektif.
Sistem imun adaptif disebut juga dengan sistem imun spesifik. Sistem imun
spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh
sistem imun adaptif. Pajanan tersebut menimbulkan sensitisasi, sehingga antigen
yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan
kemudian dihancurkan.
Sistem imun adaptif terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. Pada
imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba
ekstraseluler. Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor
untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel T Sitotoksik sebagai efektor
yang menghancurkan sel terinfeksi(9).
Sistem Imun Humoral
Pemeran utama dalam sistem imun humoral adalah limfosit B . Sel B berasal dari
sumsum tulang . Sel B yang dirangsang oleh antigen akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.
Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah
pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan
toksinnya.
Sistem Imun Selular
Sel T berperan pada sistem imun selular. Pada orang dewasa, Sel T dibentuk di
sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus
atau pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus
15
tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan
timus untuk masuk dalam sirkulasi.
Sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel
CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau T sitotoksik. Fungsi utama sistem imun selular ialah
pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular , virus, jamur, parasit dan
keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag
untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi (10).
Struktur HIV
HIV adalah suatu virus dengan bentuk sferis dengan diameter 1000 angstrom yang
termasuk retrovirus dari famili Lentivirus. Strukturnya terdiri dari lapisan luar atau
Envelop yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein gp41. Di
bagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelah itu terdapat
inti HIV yang dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti terdapat komponen penting
berupa dua buah rantai RNA dan enzim Reverse Transcriptase.
Ada dua tipe HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Struktur kedua jenis virus ini hampir sama,
kecuali HIV-1 mempunyai gen VPU tetapi tidak mempunyai gen VPX dan sebaliknya.
Patogenesis HIV
16
Sel limfosit CD4 merupakan target utama pada infeksi HIV. Sel ini berfungsi
sentral dalam system imun. Pada mulanya system imun dapat mengendalikan infeksi
HIV, namun dengan perjalanan dari waktu ke waktu HIV akan menimbulkan
penurunan jumlah sel limfosit CD4, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel
lainnya dalam system imun tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan berbagai gejala
penyakit dengan spectrum yang luas. Gejala penyakit tersebut terutama merupakan
akibat terganggunya fungsi imunitas seluler, di samping imunitas humoral karena
gangguan sel T helper (TH) untuk mengaktivasi sel limfosit B.
HIV menimbulkan patologi penyakit melalui berbagai mekanisme, antara lain:
terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan infeksi oportunistik, terjadinya reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas dan kecenderungan terjadinya malignansi atau
keganasan pada stadium lanjut. Cara masuk dan replikasi virus didalam sel adalah
sebagai berikut :
Cara masuk;
1. Hubungan Seksual, dengan resiko penularan 0,1-1 % tiap hubungan seksual
2. Melalui darah, yaitu;
- Transfusi darah yang mengandung HIV, resiko penularan 90-98%
- Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularan 0,03%
- Terpapar mukosa yang mengandung HIV, resiko penularan 0,0051 %
3. Transimisi ibu ke anak
- Selama masa kehamilan
- Saat persalinan, resiko penularan 50 %
- Melalui air susu ibu (ASI) 14 %
LIHAT GAMBAR BAWAH AJA DEH
Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di mukosa
rectum atau mukosa vagina.
Setelah virus berikatan dengan reseptor sel, membrane virus berikatan
dengan membran sel pejamu dan virus masuk sitoplasma. Disini envelop virus
dilepas oleh protease virus dan RNA menjadi bebas. Kopi DNA dari RNA virus
17
disintesis oleh enzim reverse transcriptase dan kopi DNA bersatu dengan DNA
pejamu. DNA yang terintegrasi disebut provirus. Provirus dapat diaktifkan
sehingga diproduksi RNA dan protein virus, sekarang virus mampu membentuk
struktur inti, bermigrasi ke membrane sel, memperoleh envelop lipid dari sel
pejamu, dilepas berupa partikel virus yang dapat menular dan siap menginfeksi
sel lain.
Setelah HIV masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel
dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom retroviral akut
semacam flu, disertai viremia, sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1-3
minggu. Serokonversi (perubahan antibody dari negative menjadi positif) terjadi
1-3 bulan setelah infeksi. Kemudian pasien akan memasuki masa tanpa gejala.
Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah Cd4 (normal : 800-1000)
yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus relatif
konstan.
18
1. Virus bebas (belom masuk)
2. Entry. Virus terikat dan memulai entry ke dalam host cell (CD4). Detail lihat
gambar bawah lagi.
3. Infeksi. Virus mulai menginfeksi sel host dengan memasukan bahan genetik ke
dalam sel host (RNA single stranded)
19
4. Perubahan bahan genetik. Dengan menggunakan enzim Reverse Transcriptase,
virus mengubah bahan genetiknya (RNA Single Stranded) menjadi DNA double
stranded)
5. Integrasi bahan genetik. DNA virus yang tadi sudah dihasilkan akan berintegrasi
(bersatu/diselipkan) dengan DNA sel host oleh enzim Integrase.
6. Transkripsi. DNA virus dibaca dan memberi perintah untuk memproduksi protein
yang dibutuhkan dalam replikasi virus HIV.
7. Perakitan. Sepasang rantai protein virus telah diproduksi.
8. Budding. Sebuah virion (virus muda) mencoba menembus keluar sel dan
membawa sejumlah membran sel host (untuk dijadikan membran sel virus)
9. Virion telah keluar dari sel host
10. Maturasi. Sepasang rantai protein tadi dibelah menjadi dua oleh enzim Protease
dan virus muda telah menjadi virus yang dewasa (aktif).
Detail nomer 2
Intinya sih, si virus HIV ini punya envelop yang isinya protein (gp41, gp120) dia bisa
nempel ke CD4 karena punya reseptor CD4. Lalu si gp120 akan nempel ke koReseptor
yang ada di membran sel host, yaitu CCR5 (Chemokine Reseptor type 5) dan CXCR4. Lalu
20
gp41 berfungsi sebagai “pembuka gerbang” supaya virus dapat memasukan bahan2
genetik ke dalam sel host.
Diagnosis
Diagnosis dini ditegakan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku resiko tinggi
individu tertentu.
Untuk diagnosis HIV pada pemeriksaan fisik , yang lazim dipakai :
PemeriksaanFisik :
Suhu
Demam umum pada orang yang terinfeksi HIV, bahkan bila tidak
ada gejala lain.Demam kadang-kadang bisa menjadi tanda dari jenis
penyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum pada orang yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah .
Berat
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan 10% atau
lebih dari berat badan Anda mungkin akibat dari sindrom wasting,
yang merupakan salah satu tanda-tanda AIDS, d a n yang paling parah tahap
terakhir infeksi HIV.
Mata
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih sering
pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).
Termasuk gejala floaters, penglihatan kabur,atau kehilangan penglihatan.
Mulut
Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum pada
orang yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan pemeriksaanm
u l u t p a d a s e t i a p k u n j u n g a n . p e m e r i k s a k a n g i g i s e t i d a k n y a d u a
k a l i setahun. Serta didapatkan oral trush.
Kelenjar Getah Bening
21
Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) tidak selalu
disebabkan oleh HIV. Pada pemeriksaankele njar getah bening yang
semakin membesar atau jika ditemukan ukuran yang berbeda.
Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang membesar (hepatomegali) atau
pembesaran limpa (splenomegali). Kondisi ini dapat di sebabkan oleh infeksi
baru atau mungkin menunjukkan kanker.
Kulit
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita HIV.pemeriksaan yang
teratur dapat mengungkapkan kondisi yang dapatdi obati mulai tingkat
keparahan dari dermatitis seboroik dapat sarkoma k aposi .
Untuk diagnosis HIV pada pemeriksaan lab , yang lazim dipakai :
a. ELISA : sensitifitas tinggi, 98,1 % - 100 %. Biasanya memberikan hasil positif 2-3
bulan setelah infeksi. Tes ELISA telah menggunakan recombinant antigen, yang
sangat spesifik terhadap envelope dan core.
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya
antibody dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas
apabila terdeteksi jumlah virus yang lebih besar. Biasanya hasil uji ELISA mungkin
masih akan negatif 6 sampai 12 minggu setelah pasien terinfeksi. Karena hasil
positif palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji
ELISA yang positif diulang dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang
lebih spesifik yaitu Western Blot.
b. Western Blot : spesifitas tinggi 99,6 % - 100 %. Namun pemeriksaannya cukup
sulit, mahal membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
Western Blot merupakan elektroforesis gel poliakrilamid yang digunakan untuk
mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika tidak ada rantai
protein yang ditemukan berarti tes negatif. Sedangkan bila hampir atau semua
22
rantai protein ditemukan berarti western blot positif. Tes ini harus diulangi lagi
setelah 2 minggu dengan sampel yang sama. Jika western blot tetap tidak bias
disimpulkan maka tes western blot harus diulangi lagisetelah 6 bulan. Jika tes
tetap negative maka pasien dianggap HIV negatif.
c. PCR (Polymerase Chain Reaction)
PCR (Polymerase Chain Reaction) Untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitive
dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering digunakan bila tes yang lain tidak
memberikan hasil yang jelas.
A. Penatalaksanaan
Golongan ARV dan cara kerjanya :
US Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat (2001) telah
menyetujui tiga golongan obat untuk infeksi HIV, yaitu :
Inhibitor Reverse Transcriptase Nukleosida (NRTI). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah : Zidovudin, Didanosin, Zalsitabin, Stavudin, Lamivudin, dan
Abacavir. Cara kerjanya adalah dengan menghambat enzim DNA Polimerase
dependen RNA HIV (reverse transcriptase) dan menghentikan pertumbuhan
untai DNA.
Inhibitor Reverse Transcriptase Non Nukleosida (NNRTI). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah : Nevirapin, Delavirdin, dan Efavirenz. Cara kerja obat ini
adalah dengan menghambat transkripsi RNA HIV-1 menjadi DNA, suatu langkah
penting dalam proses replikasi virus. Obat tipe ini menurunkan jumlah HIV dalam
darah (viral load) dan meningkatkan limfosit CD4+.
Inhibitor Protease (PI). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Indinavir,
Ritonafir, Nelvinafir, Sakuinavir, Amprenavir, dan Lopinavir. Cara kerja obat ini
adalah dengan menghambat aktivitas protease HIV dan mencegah pemutusan
poliprotein HIV yang esensial untuk pematangan HIV sehingga yang terbentuk
bukan HIV matang, tetapi partikel virus imatur yang tidak menular.
23
HAART
HAART (Highly Active AntiRetroviral Therapy) adalah sebuah cara terapi HIV/AIDS
terkini yang menggunakan 3 jenis obat antiretroviral sekaligus, biasanya disebut triple
therapy atau drug “cocktail”. terdapat 6 kelas agen antiretroviral yang biasa
digunakan(11). seperti:
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs)
Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs)
Protease Inhibitors (Pis)
Integrase Inhibitors (Iis)
Fusion Inhibitors (Fis)
Chemokine Receptor Antagonists (CRAs).
Biasanya, kombinasi “cocktail” yang sering digunakan adalah 2 jenis obat Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs) ditambah satu jenis obat Non-nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs), Protease Inhibitors (Pis), atau sebuah
NRTI lain yang disebut abacavir (ziagen)(12).
F . Ketidakprotektifan Anti-HIV
Virus HIV menimbulkan infeksi laten, sangat variabel, dan melumpuhkan unsur kunci
sistem imun dari tubuh kita, yaitu dengan deplesi dari sel CD4+. Gp120 yang terdapat
dalam virus HIV juga sering bermutasi, sehingga menyebabkan terapi yang digunakan
menjadi tidak terlalu efektif. Terapi anti-HIV yang sering dipakai adalah HAART. HAART
tidak menyembuhkan HIV. Karena virus HIV itu sendiri akan tetap ada dalam tubuh kita.
HAART hanya akan membantu memperpanjang hidup penderita HIV , Yaitu dengan cara
membuat mereka lebih sehat dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia
(jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Oral Thrush. Available at: http://www.mayoclinic.com/health/oral-
thrush/DS00408. Accessed on: september, 21st 2012.
2. Helbert M. Flesh and Bones of Immunology. Spain: Elsevier limited. 2006.
p. 102.
3. Mayoclinic. HIV/AIDS: Prevention. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/hiv-aids/DS00005/DSECTION=preven
tion. Accessed September 21st 2012.
4. Baratawidjaja K.G., Rengganis I. Imunologi Dasar, 10th ed. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2012.p.499
5. National Institute of Child Health and Human Development. Primary
Immunodeficiency. Available at
http://www.nichd.nih.gov/health/topics/primary_immunodeficiency.cfm.
Accessed September 21 st 2012 .
6. Patient. Immunodeficiency (Primary and Secondary). Available at
http://www.patient.co.uk/doctor/Immunodeficiency-(Primary-and-
Secondary).htm. Accessed September 21st 2012.
7. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Defisiensi Imun. Imunologi Dasar. 9th ed.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.p.496-7.
8. Anderson PS, Wilson LM. Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV) dan
Sindrom Imunodefisiensi Didapat (AIDS). In: Huriawati Hartanto, pita
wulansari, natalia suci, dewi asih maharani. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2005.p.224-41.
25
9. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Gambaran Umum Sistem Imun. Imunologi
Dasar. 9th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.p.39-7
10. Hanum SYM. Hubungan Kadar CD4 dengan Infeksi Jamur Superfisialis
Pada Penderita HIV. Medan : USU; 2009. p.30-2.
11. HIV Treatment Options. Available at:
http://www.hivinfosource.org/hivis/hivbasics/treatment/index.html.
Accessed on: september 22nd, 2012.
12. Rathburn RC. Antiretroviral Therapy For Infection. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1533218-overview. Accessed on:
september 22nd, 2012.
26