49
IPBA HIDROSFER OLEH KELOMPOK 2: I KOMANG JANUARIASA (1113021007) KADEK AGUS ARIADI (1113021014) KETUT GENEP DARMAYASA (1113021018) KELAS : IV B JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

Makalah Hidrosfer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah hidrOsfer

Citation preview

  • !IPBA

    HIDROSFER

    OLEH KELOMPOK 2:

    I KOMANG JANUARIASA (1113021007)

    KADEK AGUS ARIADI (1113021014)

    KETUT GENEP DARMAYASA (1113021018)

    KELAS : IV B

    JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

    2013

    !

  • HIDROSFER

    i

    KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,

    karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

    Hidrosfer tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini

    tidak lain untuk memenuhi salah satu dari kewajiban mata kuliah IPBA serta

    merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.

    Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada Bapak Drs. Iwan Suswandi, M.Si selaku dosen mata kuliah IPBA

    serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa manusia tidak luput

    dari kesalahan dan kekurangan, serta kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang

    Maha Esa sehingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam upaya

    evaluasi diri.

    Akhirnya penulis hanya bisa berharap, semoga makalah ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca dan seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas

    Pendidikan Ganesha Singaraja.

    Singaraja, 21 Maret 2013

    Penulis

  • HIDROSFER

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................ i

    DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

    1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 2

    1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Pengertian Hidrosfer ............................................................................ 3

    2.2. Siklus Hidrologi ................................................................................... 3

    2.3. Perairan Darat ....................................................................................... 7

    2.4. Perairan Laut ........................................................................................ 29

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA

  • HIDROSFER !

    1 !

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup merupakan salah satu planet di tata

    surya. Keistimewaan bumi dibanding planet-planet lain di tata surya adalah mampu

    menyokong kehdupan yang beraneka ragam. Keistimewaan tersebut diantaranya adalah

    suhu yang optimal, kadar oksigen yang baik, serta yang tidak kalah penting adalah

    terdapatnya air di bumi sebagai sumber kehidupan. Bumi menjadi istimewa karena

    sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, baik air di darat maupun di laut.

    Seperti kita ketahui bahwa sekitar 70,8 % bumi kita ini terdiri dari air, dimana air

    adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dan 29, 2% daratan.

    Prosentase air di bumi paling banyak berada di lautan yakni sekitar 97,2%; kemudian

    dalam bentuk es sekitar 1,75%; berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah

    sekitar 0,62%; dan hanya 0,001% dalam bentuk uap di udara.

    Air di bumi mengulangi terus menerus sirkulasi: penguapan, presipitasi, dan keluar

    dari tanah. Sirkulasi ini sering disebut dengan siklus hidrologi. Air berubah dalam tiga

    wujud menurut waktu dan tempat, yakni dalam bentuk padat, air sebagai cairan, air

    sebagai uap seperti gas. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci

    proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,

    kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan

    salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

    Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke

    atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai

    tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga

    cara yang berbeda: Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,

    waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir

    membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam

    komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai

    (DAS).

    Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut. Jika dibandingkan dengan luas

    daerah keseluruhan, perairan Indonesia 62,9 % dan daratan 37,1 %. Di Indonesia terdapat

    perairan laut dan berbagai macam perairan darat, di mana perairan darat dan perairan laut

    ini merupakan bagian hidrosfer. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang

    berguna bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk lebih mengetahui lebih

  • HIDROSFER !

    2 !

    jelasnya mengenai hidrosfer, serta perairan laut dan perairan darat, maka hal ini akan di

    bahas lebih lanjut pada pembahasan dalam makalah ini.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan

    dikaji adalah sebagai berikut:

    1.2.1 Bagaimanakah pengertian hidrosfer?

    1.2.2 Bagaimanakah proses siklus hidrologi?

    1.2.3 Apa sajakah yang tergolong perairan darat?

    1.2.4 Apa sajakah yang tergolong perairan laut?

    1.3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian hidrosfer.

    1.3.2 Untuk menjelaskan proses siklus hidrologi.

    1.3.3 Untuk mengetahui apa saja yang tergolong perairan darat.

    1.3.4 Untuk mengetahui apa saja yang tergolong perairan laut.

  • HIDROSFER

    3

    !

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 PENGERTIAN HIDROSFER

    Hidrosfer merupakan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang

    bulat. Hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti

    daerah atau bulatan. Daerah perairan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai,

    gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Hidrosfer menempati

    sebagian besar muka bumi karena 75% muka bumi tertutup oleh air. Jumlah air

    yang tetap dan selalu bergerak dalam satu lingkaran peredaran membentuk suatu

    siklus yang dinamakan siklus hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi.

    Penguapan air yang terjadi di permukaan bumi terutama samudra dan laut

    disebabkan oleh panas matahari.

    Bentangan air yang terdapat di daratan dipelajari dalam ilmu hidrologi.

    Bentangan air yang terdapat di lautan dipelajari dalam ilmu oceanografi.

    Bentangan air yang terdapat di atmosfer, yang mempengaruhi iklim dan cuaca,

    dipelajari dalam ilmu meteorology dan klimatologi.

    2.2 SIKLUS HIDROLOGI

    Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah

    tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan

    salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai,

    atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat

    kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.

    Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka

    bumi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan

    perhatian yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut

    dan daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus

    hidrologi.

    Siklus air (daur hidrologi) meliputi gerakan air dari laut ke atmosfer,

    atmosfer ke tanah dan dari tanah kembali lagi ke laut. Air naik ke udara dari

    permukaan laut dan daratan melalui penguapan. Penguapan terjadi karena

  • HIDROSFER

    4

    !

    penyinaran matahari. Matahari memancarkan energi panas ke seluruh bumi

    akibatnya terjadilah penguapan dari laut, sungai, danau, rawa, dan wilayah

    perairan lainnya. Uap air yang terbentuk bergerak naik ke udara. Semakin tinggi

    uap air bergerak , suhu udara semakin rendah. Di daerah yang bersuhu rendah

    tersebut, uap air itu mengalami kondensasi. Di daerah yang sangat tinggi, uap air

    tersebut membeku menjadi salju yang disebut proses sublimasi. Oleh sebab itu, air

    di permukaan bumi terdiri dari tiga macam yaitu, cair, gas dan padat.

    Ada tiga macam siklus air, yaitu siklus pendek, sedang dan panjang.

    1. Siklus pendek

    Gambar 2. Siklus Hidrologi pendek

    Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi di atas laut,

    selanjutnya membentuk awan dan jatuh sebagai hujan di laut setempat.

    Gambar 1 Siklus Hidrologi

  • HIDROSFER

    5

    !

    Karena terjadi pemanasan oleh sinar matahari, air di laut menguap,

    membubung di udara. Di udara uap air mengalami penurunan suhu karena

    perbedaan ketinggian (setiap naik 100 meter suhu udara turun 0,5 0C).

    Dengan demikian semakin ke atas suhu udara semakin rendah, sehingga

    terjadi proses kondensasi (pengembunan).

    2. Siklus sedang

    Gambar 3. Siklus Hidrologi sedang

    Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi, selanjutnya

    membentuk awan yang terbawa angin menuju daratan dan jatuh sebagai

    hujan. Namun, terbentuknya awan tidak selalu di atas laut sehingga ada

    kemungkinan yang terbawa angin adalah uap airnya. Setelah di atas daratan

    uap air berubah menjadi awan dan selanjutnya turun sebagai hujan. Air

    hujan yang jatuh di darat ada yang menjadi aliran permukaan, meresap ke

    dalam tanah, mengalir di sungai, dan akhirnya kembali ke laut.

    3. Siklus panjang

    Gambar 4. Siklus Hidrologi Panjang

    Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi, selanjutnya

    seperti pada siklus sedang, uap air atau awan terbawa angin menuju daratan

  • HIDROSFER

    6

    !

    hingga pegunungan tinggi. Karena pengaruh suhu, uap air berubah menjadi

    kristal-kristal es atau salju. Kemudian jatuh sebagai hujan es atau salju yang

    membentuk gletser, mengalir masuk ke sungai, dan akhirnya kembali ke

    laut.

    Siklus hidrologi besar terjadi di dalam DAS, dalam mempelajari DAS,

    daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir.

    Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi

    perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini, antara lain, dari segi

    fungsi tata air. Erosi yang terjadi di daerah hulu akibat praktik bercocok tanam

    yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air atau akibat

    pembuatan jalan yang tidak direncanakan dengan baik tidak hanya berdampak di

    daerah erosi tersebut berlangsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di

    daerah hilir dalam bentuk penurunan kapasitas tampung waduk sehingga terjadi

    pendangkalan sungai dan saluran irigasi yang meningkatkan risiko banjir.

    Dengan demikian, kondisi hidrologis DAS yang baik sangat dipengaruhi

    oleh pemanfaatan dan konservasi lahan di wilayah DAS tersebut. Siklus air terjadi

    karena adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan

    klimatologis, antara lain, sebagai berikut.

    a. Transpirasi, adalah proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan

    melalui stomata atau mulut daun.

    b. Evaporasi, adalah penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses

    perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80% berasal dari

    penguapan air laut.

    c. Evapotranspirasi, adalah proses gabungan antara evaporasi dan

    transpirasi.

    d. Kondensasi, merupakan proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat

    pendinginan.

    e. Presipitasi, merupakan segala bentuk hujan dari atmosfer ke bumi yang

    meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.

    f. Run off (aliran permukaan), merupakan pergerakan aliran air di permukaan

    tanah melalui sungai dan anak sungai.

  • HIDROSFER

    7

    !

    g. Adveksi, adalah transportasi air pada gerakan horizontal seperti

    transportasi panas dan uap air oleh gerakan udara mendatar dari satu lokasi

    ke lokasi yang lain.

    h. Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui

    pori tanah

    2.3 PERAIRAN DARAT

    Perairan darat adalah sejumlah massa air yang terdapat di daratan, yang

    ada di permukaan bumi, yang tergenang dan mengalir di permukaan bumi.

    Perairan darat dapat dibentuk oleh alam atau oleh manusia. Perairan darat

    yang dibentuk oleh alam antara lain air tanah, sungai, danau, gletser dan rawa.

    Sedangkan perairan darat yang dibentuk oleh manusia antara lain waduk,

    kolam dan terusan.

    Perairan darat alami berasal dari air hujan yang meresap dan mengalir di

    permukaan bumi. Perbandingan antara banyaknya air yang meresap dan

    mengalir di permukaan tergantung pada berbagai faktor yaitu :

    1. Jumlah curah hujan yang jatuh

    2. Kekuatan jatuhnya butiran air hujan ke permukaan bumi

    3. Lamanya curah hujan

    4. Penutupan vegetasi di permukaan bumi

    5. Derajat permeabelitas dan struktur bumi

    6. Kemiringan topografi

    Keenam faktor tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang saling

    berhubungan dan menentukan kondisi tertentu di permukaan bumi.

    Macam-macam perairan darat yang ada di permukaan bumi yaitu : air

    tanah, sungai, gletser, danau, dan rawa.

  • HIDROSFER

    8

    !

    A. Air Tanah

    Gambar 5. Air tanah

    Air tanah yaitu air yang terdapat pada pori-pori di bawah permukaan

    tanah. Air tanah pada litosfer kurang lebih 0,62% dari seluruh hidrosfer.

    Volum air tanah yang ada di berbagai tempat tidak sama, bergantung kepada

    persyaratan yang menunjang proses peresapan air hujan.

    1. Asal Air Tanah dan Media Peresapan Air tanah yang berasal dari air hujan yang meresap melalui berbagai

    media peresapan, yaitu sebagai berikut :

    1. Pori-pori tanah sangat mempengaruhi peresapan air hujan. Tanah

    yang gembur atau berstruktur lemah akan meresapkan air lebih

    banyak daripada tanah yang pejal.

    2. Retakan-retakan lapisan tanah akibat kekeringan, yang dimana pada

    musim hujan sangat basah dan becek, seperti tanah liat dan lumpur.

    3. Rongga-rongga yang dibuat binatang (cacing dan rayap)

    4. Rongga-rongga akibat robohnya tumbuh-tumbuhan yang berakar

    besar.

    5. Rongga-rongga akibat pencairan berbagai kristal yang membeku pada

    musim dingin.

    6. Penutupan vegetasi di permukaan bumi sangat besar pengaruhnya

    terhadap peresapan air hujan ke dalam tanah. Hujan yang lebat akan

    tertahan oleh daun-daun dan ranting-ranting, sehingga jatuhnya di

    permukaan bumi sangat perlahan-lahan. Dengan demikian, proses

    peresapan air akan menjadi lebih lancar.

  • HIDROSFER

    9

    !

    Jumlah air hujan yang merembes ke dalam tanah bergantung pada

    berbagai faktor sebagai berikut :

    a. Jumlah curah hujan

    Semakin besar jumlah curah hujan di permukaan, maka semakin

    banyak air hujan yang meresap ke dalam tanah.

    b. Lama curah hujan

    Semakin lama curah hujan, maka air hujan yang meresap ke dalam

    tanah akan semakin banyak

    c. Tingkat curah hujan

    Jika curah hujan lebat, permukaan tanah akan secara cepat menjadi

    jenuh air dan air tidak akan meresap ke dalam tanah, tetapi air tersebut

    akan bergerak menyusuri permukaan tanah.

    d. Lereng daratan

    Semakin curam lereng daratan tempat turunnya hujan, maka

    semakin besar volume air permukaan yang lolos karena mengalir.

    e. Derajat permeabelitas

    Derajat permeabelitas suatu bahan adalah ukuran kemampuan

    bahan tersebut untuk ditembus oleh air. Secara alamiah, pasir dan batu

    kerikil adalah bahan yang mudah ditembus oleh air (bahan permeable)

    sedangkan tanah liat adalah bahan yang permeabelitasnya rendah

    (sukar ditembus air). Oleh karena itu, tanah yang dekat permukaannya

    banyak mengandung pasir dan batu kerikil akan memudahkan air

    merembes ke dalam tanah.

    f. Porositas

    Porositas adalah persentase volume ruang suatu bahan yang

    kosong. Porositas berkisar kurang dari 1% dalam batuan beku tertentu,

    seperti granit, sampai lebih dari 40% dalam pasir dan kerikil tertentu.

    Semakin tinggi porositas bahan, maka semakin banyak air yang

    meresap ke dalam tanah. Batuan dan tanah yang berpori-pori di dekat

    permukaan bumi sangat menentukan kapasitas tanah sebagai tempat

    persediaan air.

    g. Penutupan vegetasi di permukaan bumi

  • HIDROSFER

    10

    !

    Peresapan air hujan ke dalam tanah juga dipengaruhi oleh

    kehadiran tumbuh-tumbuhan di permukaan. Daun-daun dan ranting

    pohon di hutan dan daerah-daerah berumput menghalangi air lolos

    setelah hujan lebat. Akibatnya, air akan lebih banyak meresap ke

    dalam tanah. Oleh karena itu, kita harus selalu mendukung secara aktif

    program pemerintah yang menganjurkan penanaman pohon di

    halaman-halaman yang kosong.

    2. Peresapan dan Transpirasi

    Air tanah mengalami proses penguapan dengan dua cara, yaitu :

    1. Penguapan langsung melalui pori-pori di permukaan tanah sebagai

    akibat dari pemanasan lapisan tanah oleh sinar matahari. Jenis

    penguapan ini disebut dengan evaporasi.

    2. Penguapan yang tidak langsung, yaitu penguapan yang melalui

    permukaan daun tumbuh-tumbuhan yang dinamakan dengan

    transpirasi.

    Dalam Klimatologi dan Hidrologi, kedua jenis penguapan ini

    dinamakan evapotranspirasi. Lapisan tanah yang dipengaruhi

    evapotranspirasi hanya sampai kedalaman 30 cm. Di daerah gurun

    menjadi lebih dalam lagi, karena curah hujan rendah dan terjadi

    pemanasan terus-menerus , sehingga lapisan atas tanah gurun itu akan

    menjadi kering.

    3. Klasifikasi Air Tanah

    a. Zona penjenuhan dan zona aerasi

    Perhatikan kembali siklus air yang ditunjukkan pada gambar 10.30

    yang menunjukkan zona-zona peresapan air dalam tanah. Air yang

    merembes ke bawah melalui batuan yang berpori-pori dan permeable

    akhirnya sampai pada zona penjenuhan. Tapal batas atas zona

    penjenuhan dinamakan meja air (water table) atau muka air tanah.

    Zona tak jenuh di atas meja air dinamakan zona aerasi. Dalam zona

    aerasi, pori-pori tanah atau batuan hanya sebagian atau sama sekali

    tidak berisi air, sedangkan dalam zona penjenuhan semua pori-pori

    batuan penuh berisi air. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suplai air

  • HIDROSFER

    11

    !

    tanah, orang biasanya menggali atau mengebor sumur hingga

    kedalaman di bawah meja air dalam zona penjenuhan.

    b. Berdasarkan tempatnya, air tanah digolongkan menjadi dua bagian,

    yaitu sebagai berikut :

    1) Air tanah dangkal (air preatis)

    Gambar 6. Air tanah dangkal dan dalam

    Yaitu air tanah yang terdapat di atas lapisan yang kedap air

    dan dekat dengan permukaan bumi. Dengan adanya gaya gravitasi,

    air tanah dangkal ini akan bergerak turun melalui pori-pori lapisan

    tanah yang ada di bawahnya. Contoh dari air tanah dangkal yaitu

    air sumur.

    2) Air tanah dalam

    Yaitu air tanah yang terdapat pada lapisan yang mengandung air

    dan berada diantara dua lapisan kedap air. Air tanah dalam dibagi

    lagi menjadi dua zone, yaitu zone jenuh dan zone tidak jenuh.

    Air tanah dalam zone tak jenuh tertahan agak lebih lama di pori-

    pori yang halus pada lapisan tanah yang lebih padat, mengikuti

    hukum kapilaritas.

    Air tanah zone jenuh tertahan lebih lama lagi karena air telah

    sampai pada lapisan batuan induk yang kedap air. Pada zone inilah

    air tanah seakan-akan tergenang, sehingga merupakan reservoir air.

    Kedalaman permukaan air pada zone jenuh dapat dilihat pada

    sumur biasa (bukan sumur bor). Dengan meneliti kedalaman

    beberapa sumur, kita dapat membuat penampang zone jenuh di

    tempat itu.

  • HIDROSFER

    12

    !

    c. Sumur Artesis

    Gambar 7. Sumur Artesis

    Danau, sungai, dan mata air terjadi jika ketinggian meja air sama

    dengan permukaan bumi. Suatu lapisan batuan permeable dimana air

    tanah dapat bergerak yang dinamakan aquifer (Gambar 10.36 dan

    gambar 10.37). Aquifer berasal dari bahasa Latin yang berarti

    pembawa air. Pasir, kerikil dan batuan sedimen tertentu adalah bahan-

    bahan aquifer yang baik. Di aquifer inilah biasanya didapat mata air

    dan dasar sumur. Sumur dan mata air berisi karena keduanya

    memotong meja air (lihat gambar 10.36). Mata air adalah suatu aliran

    air tanah yang keluar secara alamiah pada permukaan bumi. Oleh

    karena mata air dihasilkan dari aliran air yang terjadi karena pengaruh

    gravitasi (perbedaan ketinggian) maka kadang-kadang sering disebut

    mata air gravitasi.

    Sumur artesis terjadi ketika aquifer yang berpangkal dari tempat yang

    tinggi berada di antara dua lapisan batuan kedap air yang miring (lihat

    gambar 10.37). Jika kita melakukan pengeboran di tempat yang

    rendah, maka perbedaan ketinggian antara pangkal aquifer yang tinggi

    dan tempat pengeboran yang rendah menghasilkan beda energy

    potensial yang cukup besar yang dapat mendorong air untuk

    memancar keluar dengan kuat. Nama artesis berasal dari artois,

    sebuah propinsi di Perancis, tempat sumur-sumur seperti ini digali.

    4. Masalah Air Tanah Pengambilan air tanah oleh manusia untuk berbagai keperluan

    menimbulkan tiga masalah berikut :

  • HIDROSFER

    13

    !

    1. Pengambilan air tanah secara berlebihan melalui sumur bor dapat

    menyebabkan tanah amblas. Hal ini terjadi karena volume air tanah

    yang diambil tidak seimbang dengan air yang meresap ke dalam

    tanah.

    2. Pengambilan air tanah secara berlebihan juga dapat menurunkan

    meja air, khususnya pada musim panas.

    3. Di daerah dekat pantai yang dijadikan tempat pemukiman,

    penyedotan air tanah melalui sumur pompa dapat mengakibatkan

    intrusi air asin dari laut.

    5. Polusi terhadap Air Tanah

    Di kota-kota dan di daerah-daerah industri sering terjadi polusi pada

    air tanah yang disebabkan oleh sampah dan buangan limbah industri.

    Sampah-sampah yang padat, apabila membusuk akan meresap ke dalam

    lapisan tanah oleh pengaruh air hujan sehingga akan mengotori air tanah

    di tempat-tempat yang dekat dengan sumber polusi itu. Air tanah yang

    sudah tercemar bias dibedakan dengan air tanah yang masih murni dari

    segi warna, bau dan rasa. Akibat polusi, air tanah bisa membahayakan

    kehidupan manusia.

    6. Manfaat Air Tanah Air permukaan mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting,

    antara lain :

    1) Air sebagai sarana transportasi

    2) Air sebagai sumber air bersih

    3) Air sebagai kegiatan pertanian dan perikanan

    4) Air sebagai sumber energi

    5) Air sebagai sarana pariwisata dan olahraga

  • HIDROSFER

    14

    !

    B. Sungai

    Gambar 8. Sungai

    Sungai adalah aliran air tawar dari sumber alamiah di daratan menuju

    dan bermuara ke danau, laut, samudra, atau sebagian sungai lain yang lebih

    besar. Selain itu, sungai juga dapat diartikan sebagai bagian dari muka bumi

    yang rendah atau miring berupa alur tempat air tawar mengalir, baik ke laut

    maupun ke sungai induknya. Sungai berawal dari hujan. Besar curah hujan

    diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan tanah, tetapi hujan yang berlebihan akan

    lolos mengalir dan terkumpul ke dalam daerah yang letaknya rendah. Air

    yang terkumpul di permukaan ini akan membentuk sungai kecil (anak

    sungai). Anak-anak sungai ini kemudian bersatu dan membentuk aliran air

    yang lebih lebar yang disebut sungai.

    1. DAS (Daerah Aliran Sungai)

    Gambar 9. Daerah aliran sungai (DAS)

  • HIDROSFER

    15

    !

    Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar di sisi

    kiri dan kanan suatu aliran sungai, dimana semua anak-anak sungai yang

    terdapat di daerah sebelah kiri dan kanannya bermuara ke sungai itu.

    Contoh DAS yang ada di Indonesia yaitu DAS Musi, DAS Brantas, DAS

    Cimanuk.

    Sebuah DAS dianggap berfungsi dengan baik apabila dapat

    menyediakan sumber daya air dengan jumlah dan kualitas yang relatif

    tetap dan dengan fluktuasi yang rendah, serta dapat diperkirakan sepanjang

    tahun.

    Ada berbagai pola aliran sungai yaitu :

    Gambar 10. Pola aliran sungai

    1. pola aliran dendritik yaitu pola aliran yang berbentuk seperti pohon

    dimana sungai induk mendapat air dari sejumlah anak sungainya.

    2. pola aliran rektanguler yaitu pola aliran yang alirannya melalui daerah

    patahan

    3. pola aliran Trelis yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang

    mendapat tambahan air dari anak sungainya dimana arah alirannya

    tegak lurus pada sungai tersebut.

    4. pola aliran radial yaitu pola aliran yang terjadi jika beberapa sungai

    mengalir keluar dari sebuah gunung atau sebuah dome.

    5. pola aliran annular yaitu pola aliran yang merupakan variasi dari pola

    radial.

    Secara umum aliran sungai selalu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

    bagian hulu, tengah dan hilir.

  • HIDROSFER

    16

    !

    2) Ciri-ciri daerah bagian hulu sungai antara lain :

    a) Berada di daerah yang tinggi

    b) Aliran airnya sangat deras

    c) Tenaga erosinya sangat kuat ke arah vertikal

    d) Kekuatan erosinya membuat palung berbentuk V

    e) Terdapat air terjun

    f) Terdapat batuan dengan ukuran yang besar

    3) Ciri-ciri daerah bagian tengah sungai antara lain :

    a) Aliran airnya tidak begitu deras, umumnya berada di daerah

    kaki pegunungan hingga daerah dataran.

    b) Erosi dapat ke arah vertikal dan horizontal.

    c) Kekuatan erosinya membuat palung berbentuk U.

    d) Tidak terdapat air terjun.

    4) Ciri-ciri daerah bagian hilir sungai antara lain :

    a) Aliran airnya lambat dan tenang.

    b) Erosi ke arah horizontal.

    c) Tidak terdapat batuan yang berukuran besar.

    d) Bentuk sungainya berkelok (meander).

    e) Di muara sungainya banyak terdapat sedimen.

    Terdapat tiga dimensi pendekatan analisis dalam pengelolaan DAS,

    yaitu :

    1. Sebagai proses dengan langkah-langkah perencanaan dan

    pelaksanaan yang terpisah, tetapi masih berkaitan.

    2. Sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan sebagai alat

    implementasi program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang

    terkait.

    3. Sebagai rangkaian aktivitas yang masing-masing berkaitan dan

    memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik.

    Sungai mengalami masa muda, dewasa, dan tua.

    1) Sungai muda

    Sungai muda (young) adalah apabila sedang aktif sungai tersebut

    dapat melakukan pengikisan saluran makin dalam.

  • HIDROSFER

    17

    !

    2) Sungai dewasa

    Disebut sungai dewasa (mature) apabila sungai tersebut tidak

    mampu lagi mengikis saluran lebih dalam.

    3) Sungai tua

    Disebut sungai tua (old) apabila sungai tersebut telah mempunyai

    daerah banjir yang luas, daerah meander yang lebar, dan lereng

    yang landai.

    2. Jenis sungai

    Jenis sungai dapat dibedakan berdasarkan sumber airnya, ketetapan

    alirannya, arah alirannya dan struktur geologinya.

    a) Berdasarkan sumber airnya

    Gambar 11. Sungai

    1. Sungai mata air adalah sungai yang sebagian besar sumber airnya

    berasal dari mata air. Contohnya sungai di pulau Jawa.

    Gambar 12. Sungai Hujan

    2. Sungai hujan adalah sungai yang sebagian besar sumber airnya

    berasal dari air hujan. Contohnya : sungai-sungai di pulau-pulau di

    kawasan Nusa Tenggara.

  • HIDROSFER

    18

    !

    Gambar 13. Sungai gletser

    3. Sungai gletser adalah sungai yang sebagian besar sumber airnya

    berasal dari lapisan es atau gletser yang mencair. Contohnya sungai

    yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja

    (ansich), bagian hulu sungai Gangga di India.

    4. Sungai campuran adalah sungai yang sumber airnya berasal dari

    aliran es atau gletser yang mencair dan bercampur dengan mata air

    serta air hujan. Contohnya sungai Digul.

    b) Berdasarkan debit airnya

    1. Sungai permanen (tetap) adalah sungai yang alirannya tetap

    sepanjang tahun. Contohnya sungai di pulau Sumatera,

    Kalimantan, dan Irian Jaya.

    2. Sungai periodik (tidak tetap) adalah sungai yang aliran airnya tidak

    tetap sepanjang tahun. Contohnya sungai-sungai di pulau Jawa dan

    Nusa Tenggara.

    3. Sungai episodik adalah sungai yang pada musim kemarau airnya

    kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contohnya sungai

    Kalada di Pulau Sumba.

    4. Sungai emphemeral adalah sungai yang ada airnya hanya saat

    musim hujan.

    c) Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya)

    1. Sungai konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti

    arah lereng awal.

  • HIDROSFER

    19

    !

    Gambar 14. Sungai konsekuen

    2. Sungai subsekuen, atau strike valley adalah sungai yang aliran

    airnya mengikuti strike batuan.

    Gambar 15. Sungai Subsekuen

    3. Sungai obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah

    dengan sungai.

    4. Sungai resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti

    arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.

    5. Sungai insekuen adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh

    litologi maupun struktur geologi.

    d) Berdasarkan struktur geologi wilayahnya

    1. Sungai anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah

    alirannya meskipun terjadi pengangkatan yang melintang terhadap

    alirannya.

  • HIDROSFER

    20

    !

    Gambar 16. Sungai anteseden

    2. Sungai superimposed adalah sungai yang mengalir pada lapisan

    sedimen atau dataran aluvial yang menutupi lapisan batuan di

    bawahnya.

    Gambar 17. Sungai superimposed

    e) Berdasarkan letak alirannya, sungai dapat diklasifikasikan atas tiga

    macam yaitu:

    1. Sungai yang seluruh alirannya terletak di atas permukaan tanah.

    Sungai seperti ini banyak terdapat di bumi.

    2. Sungai yang seluruh alirannya terletak di bawah permukaan tanah

    atau dinamakan sungai bawah tanah. Sungai ini terjadi karena air

    yang sudah merembes ke dalam tanah mengalir ke tempat yang

    rendah. Di daerah batuan kapur, air merembes mudah melarutkan

    batuan kapur. Pada kedalaman tertentu, pelarutan dapat

    membentuk terowongan, dan jika dasar terowongan bersifat kedap

    air, terjadilah sungai di bawah tanah.

  • HIDROSFER

    21

    !

    3. Sungai yang sebagian aliran di permukaan tanah dan sebagian lagi

    di bawah permukaan tanah.

    3. Pemanfaatan sungai

    Sungai memiliki beberapa manfaat, antara lain :

    1. Air minum

    2. Pengairan (irigasi)

    3. Pembangkit tenaga listrik

    4. Rekreasi dan olahraga

    5. Penghasil bahan bangunan

    6. Sarana transportasi

    7. Jamban

    4. Hasil Bentukan Sungai

    a. Meander

    Gambar 18. Meinder

    Akibat erosi mendatar, yaitu arus air yang menghantam satu tebing

    dan tebing lainnya, air sungai sering mengalir atau menempuh jalur

    yang berkelok-kelok. Semakin cepat laju aliran air, maka semakin

    panjang belokan yang dilalui oleh air itu. Sebuah anak sungai dapat

    menggali beberapa belokan, sebaliknya sebuah sungai besar dapat

    membentuk belokan sepanjang 15-30 km dan kembali hampir ke

    kedudukan tempat sungai berawal. Bentuk jalur aliran sungai yang

    berkelok-kelok seperti ini dinamakan meander. Nama ini berasal dari

    nama sungai Meander di Turki bagian barat yang sekarang dikenal

    dengan Menderes, yang mempunyai belokan berkelok-kelok yang

    panjang.

  • HIDROSFER

    22

    !

    Ciri sebuah rangkaian meander adalah adanya suatu bagian yang

    menyempit yang dinamakan leher meander. Leher meander dapat

    terpotong dan menghasilkan suatu potongan meander. Rangkaian

    meander yang terlepas ini berbentuk seperti bulan sabit atau tapal kuda

    yang dinamakan danau tapal kuda (oxbow lake)

    b. Delta

    Gambar 19. Delta

    Hasil pengikisan air sungai berupa batu-batu besar dan kecil dan

    bahan-bahan halus, seperti pasir dan lumpur diangkut oleh arus sungai

    menuju ke hilir. Batu-batu besar dan kecil itu diendapkan terlebih

    dahulu di bagian tengah dan bagian hulu jalur air sungai. Bahan-bahan

    halus yang tidak mengendap terus dibawa oleh arus sungai ke laut dan

    danau membentuk daratan berbentuk segitiga di muara sungai, yang

    dinamakan delta. Jadi, delta adalah suatu daratan yang terletak di

    muara (mulut) sungai, yang terpisah dari laut dan terdiri dari endapan.

    C. Gletser

    Gambar 20. Gletser

    Gletser adalah massa besar es berbutir, yang terbentuk dari penimbunan

    salju dan bergerak menuju ke bawah akibat gravitasi bumi sambil menguap

    ataupun meleleh (Katili, hal 174). Gletser terdapat di wilayah-wilayah

  • HIDROSFER

    23

    !

    dingin seperti Kutub Utara (Arktik), Kutub Selatan (Antartika), Greenland,

    Alaska, Jazirah Skandinavia, dan Pegunungan Alpen. Pada saat ini, 10%

    dari daratan bumi merupakan hamparan gletser-gletser, 0,5% daerah gletser

    berada di daerah-daerah pegunungan-pegunungan tinggi, 99,5% berada di

    wilayah-wilayah kutub.

    Di tempat dimana suhu udara pada musim dingin dapat mencapai 00C,

    uap air di atmosfer dapat mengalami sublimasi yaitu langsung berubah

    menjadi salju dan kemudian turun menjadi hujan salju. Di gunung-gunung

    gletser, es merupakan transformasi dari salju. Ketika massa salju

    terakumulasi (berkumpul), ia menjadi padat akibat tekanannya sendiri.

    Mula-mula salju ini mencair oleh terik matahari di siang hari, lalu membeku

    di malam hari (bahkan dalam musim panas). Proses silih berganti ini

    membuat salju berubah menjadi es berbutir. Es berbutir memenuhi lubang-

    lubang di lereng gunung. Kumpulan es berbutir menjadi materi plastis dan

    mempunyai gaya gravitasi yang sangat besar. Oleh karena sifat licin es dan

    gravitasi, massa besar es berbutir bergulir ke bawah menyusuri lereng-lereng

    pegunungan. Massa es berbutir yang bergerak inilah yang dinamakan

    gletser.

    1. Tipe Gletser

    Ada dua tipe gletser yaitu :

    1. Tipe gunung (Mountain Glacier)

    Gletser gunung atau disebut juga gletser lembah atau gletser Alpen

    merupakan ukuran yang relatif kecil. Gletser ini terletak di puncak

    gunung, menutupi lubang-lubang cekung di lereng-lereng gunung atau

    bergerak meluncur ke dasar lembah gunung. Gletser ini hanya meliputi

    luas beberapa kilometer persegi atau beberapa puluh kilometer persegi

    dan terdapat di Kaukasia, Tien, Shan, Pamir, Pegunungan Altai dan

    Alpen.

    2. Tipe Benua (Continental Glacier)

    Gletser benua dikenal juga sebagai lembaran es tutup es. Gletser ini

    sangat tebal. Di bagian tengah gletser Greenland, tebalnya bias lebih dari

    3000 m. Lapisan es gletser ini merekah pada bagian tengahnya dan turun

  • HIDROSFER

    24

    !

    ke laut seperti lidah-lidah es yang terpisah. Es mencair lagi ketika gletser

    masuk ke laut dan mengapung dalam bentuk gundukan di permukaan

    laut. Saat ini, hanya ada dua lembaran es yaitu yang menutupi Antartika

    seluas 12.500.000 km2 dan yang menutupi sebagian besar Greenland

    seluas 1.800.000 km2. Kutub es yang lebih kecil terdapat di Skandinavia,

    Pulau Baffin, Eslandia dan Kanada bagian timur laut.

    2. Manfaat Gletser Bagi Manusia

    Gletser di permukaan bumi tidak mendatangkan manfaat yang

    langsung seperti air tanah dan sungai. Manfaat glester pada umumnya

    secara tidak langsung diantaranya :

    1. Terbentuknya danau-danau glasial seperti di lereng pegunungan Alpen

    dan di Amerika Utara. Danau itu dijadikan tempat lalu lintas dan untuk

    rekreasi ataupun wisata.

    2. Terbentuknya fyord sebagai hasil erosi glasial seperti di Norwegia

    yang dapat digunakan untuk tempat berlindung perahu dan kapal pada

    waktu badai dan merupakan tempat penangkapan ikan yang aman.

    3. Gletser merupakan tempat penelitian ahli glasiologi

    4. Daerah padang salju merupakan tempat berolah raga musim dingin

    (ski)

    5. Gletser juga merupakan sumber air bagi sungai di bawahnya

    6. Daerah yang tertutup es daratan dapat menyebabkan lahirnya

    kebudayaan yang khas, misalnya budaya Eskimo dengan rumah Iglo

    dan alat transportasi slide yang ditarik anjing serta bahan makanan

    utama daging hewan.

    D. Danau Danau merupakan kumpulan air dalam cekungan tertentu, yang biasanya

    berbentuk mangkuk. Suplai air danau berasal dari curah hujan, sungai-sungai,

    serta mata air dan air tanah. Danau bersifat permanen atau tetap berair

    sepanjang tahun. Akan tetapi, jika sumber air pengisi danau berasal dari salah

    satu saja, danau tersebut bersifat sementara atau periodik, sehingga pada

    waktu tertentu danau tersebut akan kering.

  • HIDROSFER

    25

    !

    a. Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

    1. Danau Vulkanis

    Gambar 21. Danau Vulkanis

    Danau vulkanis terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Depresi

    vulkanis timbul pada bekas suatu letusan gunung api. Dasar cekungan yang

    tertutup oleh material vulkan tidak tertembus oleh air, sehingga jika terjadi

    hujan, airnya akan tertampung dan membentuk danau vulkanis. Bentuk dan

    luas yang terjadi dipengaruhi oleh tipe letusan.

    2. Danau Tektonik

    Gambar 22. Danau vulkanik

    Danau tektonik terbentuk karena bentuk-bentuk patahan dan slenk yang

    ditimbulkan oleh gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi.

    Slenk yang diapit oleh horst, di sekitarnya dapat membentuk danau kalau

    mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai, mata air).

    3. Danau Lembah Gletser

  • HIDROSFER

    26

    !

    Gambar 23. Danau lembah gletser

    Setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dahulunya dilalui gletser

    menjadi kering dan diisi oleh air. Danau akan terbentuk jika lembah yang telah

    terisi air itu tidak berhubungan dengan laut.

    4. Danau Dolina

    Gambar 24. Danau dolina

    Danau dolina/dolin merupakan danau yang terdapat di daerah karst dan

    umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Danau ini dapat

    terbentuk jika di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang

    tak tembus air, sehingga jika terjadi hujan airnya tidak langsung masuk ke

    dalam tanah kapur, tetapi akan tertampung di dolina terbentuklah danau

    dolina.

    E. Rawa Rawa ialah genangan air daratan pada cekungan yang relatif dangkal dan

    seringkali ditutupi tumbuhan air. Rawa terutama terdapat di bagian tengah dan

    hilir aliran sungai yang mengalir di dataran yang hampir sama tinggi dengan

    tinggi air sungai. Rawa juga terdapat di sepanjang pantai yang landai yang

    banyak dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Rawa seperti ini dinamakan

  • HIDROSFER

    27

    !

    rawa pantai seperti yang terdapat di pantai timur Sumatra, pantai selatan

    Kalimantan, dan Irian Jaya serta di beberapa tempat di pantai utara Jawa.

    Gambar 25. Rawa

    1. Terjadinya Rawa

    Sesuai dengan proses terbentuknya, terdapat beberapa macam rawa,

    yaitu sebagai berikut.

    1. Rawa abadi, yaitu rawa yang tidak pernah kering sepanjang tahun,

    terbentuk oleh genangan air hujan atau air tanah yang tidak

    mempunyai pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan berwarna

    kemerah-merahan. Di rawa tersebut hampir tidak dapat organism yang

    dapat hidup sehingga dapat dikatakan tidak berguna bagi manusia.

    Gambar 26. Rawa abadi

    2. Rawa di pinggir aliran sungai yang mengalir di dataran dan berawal

    pada waktu sungai itu banjir. Ketika air sungai meluap, bahan kasar

    yang dibawa sungai akan membentuk tanggul alam sepanjang sungai

    itu. Di sebelah luarnya terendapkan bahan-bahan yang lebih halus.

    Ketika air surut kembali, genangan air di luar tanggul itu tidak dapat

    kembali ke sungai dan tergenanglah rawa sungai. Peristiwa yang sama

    akan terjadi setiap air sungai meluap dari tempat alirannya.

  • HIDROSFER

    28

    !

    3. Rawa pantai terdapat di muara sungai. Pada waktu pasang naik, air laut

    masuk ke muara sungai dan melimpah ke dataran di sekitarnya.

    Kejadian itu berlangsung dua kali dalam sehari sehingga terbentuklah

    rawa pantai. Ketika air laut surut, permukaan air rawa tersebut rendah

    dan naik lagi pada waktu pasang naik.

    Gambar 27. Rawa Pantai

    4. Rawa teluk di pantai landai terbentuk karena sebuah teluk

    terbendung oleh bar yaitu endapan pasir yang tumbuh di dasar laut.

    Oleh karena pembendungan itu, dasar teluk menjadi bertambah

    dangkal dan tertutup vegetasi pantai, maka terbentuklah sejenis

    rawa pantai.

    2. Manfaat Rawa

    Beberapa manfaat rawa bagi kehidupan manusia adalah sebagai

    berikut

    1. Seperti enceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioas

    dan barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan

    dinding, dan lain-lain.

    2. Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut.

    3. Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat.

    4. Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.

    5. Rawa dengan hutan mangrove (bakau, api-api dan sebagainya), dapat

    menghasilkan kayu untuk berbagai keperluan manusia.

    6. Rawa pantai dengan nipah dan rumbia yang tumbuh di dalamnya

    digunakan orang sebagai bahan atap.

  • HIDROSFER

    29

    !

    7. Daerah rawa dapat juga dijadikan tempat pemukiman dengan rumah-

    rumah bertiang tinggi dan dengan perahu sebagai alat angkutannya.

    8. Setelah dikeringkan, rawa juga dapat dijadikan lahan pertanian tanah

    kering.

    3. Potensi dan pengelolaan rawa

    Rawa dapat menjadi tempat sumber cadangan air, yaitu dengan

    menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya. Rawa

    masih dapat diupayakan untuk kegiatan pertanian jika dilakukan reklamasi

    terhadap rawa tersebut. Kendala utama yang dihadapi dalam rangka

    reklamasi dan pengembangan wilayah rawa adalah tingkat kemasaman

    tanah yang tinggi dan ketersediaan unsur hara dalam tanah yang rendah.

    2.4 PERAIRAN LAUT

    Perairan laut merupakan bagian hidrosfer yang paling besar. Hal ini

    dikarenakan, 97,2% dari seluruh volum hidrosfer adalah air laut. Dilihat dari segi

    luasnya, 71% permukaan bumi adalah lautan yang dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 1. Perbandingan Luas Daratan dan Luas Lautan di Permukaan Bumi

    Permukaan Bumi Luas

    km2 %

    Daratan

    Lautan

    148.892.000

    361.059.000

    29,2

    70,8

    Jumlah 509.951.000 100,0

    Tabel 2. Perbandingan Luas Samudera-Samudera

    Samudera Luas

    km2 %

    Pasifik

    Atlantik

    Hindia

    Arktik

    Laut yang lainnya

    165.000.000

    82.000.000

    64.000.000

    14.000.000

    36.059.000

    45,7

    22,7

    17,5

    4,0

    10,1

    Jumlah 361.059.000 100,0

  • HIDROSFER

    30

    !

    Menurut letaknya, laut dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut.

    1. Laut Tepi, yaitu bagian lautan yang terletak di pinggir benua serta terhalang

    dari lautan luas oleh gugusan pulau atau jasirah. Contoh: Laut Bering

    terhalang oleh Kepulauan Aleuten, Laut Utara terhalang oleh Kepulauan

    Inggris, Laut Ochostk terhalang oleh jasirah Kamsyatkan dan Kepulauan

    Kurillen, Laut Tiongkok Selatan terhalang oleh Filipina dan Kepulauan

    Indonesia, dan Laut Jepang terhalang oleh Kepulauan Jepang.

    Gambar 28. Laut Bering

    2. Laut Pertengahan atau Laut Tengah, yaitu laut yang terletak antara dua benua

    yang memiliki gejala-gejala gunung api dan mempunyai gugusan pulau-pulau.

    Contoh: Laut pertengahan Australia, Asia, dengan gugusan Kepulauan

    Indonesia, Laut Tengah dengan gugusan pulau-pulau Yunani.

    Gambar 29. Laut tengah

    3. Laut Pedalaman, yaitu bagian lautan yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh

    daratan. Contohnya: Laut Baltik, Laut Kaspi, Laut Hitam

  • HIDROSFER

    31

    !

    Gambar 30. Laut Hitam

    Menurut terjadinya, laut juga dapat dibedakan menjadi tiga golongan sebagai

    berikut:

    1. Laut transgressi atau laut meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan

    permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air

    laut itu sendiri atau oleh turunya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian

    dari daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir

    zaman glasial. Contohnya: Laut Utara dan Laut Jawa.

    2. Laut insgresi atau laut tanah turun. Laut ini terjadi karena turunnya tanah

    sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan.

    Contoh: Laut Karibia, Laut Jepang, Laut Tengah.

    3. Laut regressi atau Laut menyempit, yaitu laut yang terjadi pada zaman es

    (merupakan kebalikan dari laut transgressi).

    Menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa

    zona sebagai berikut:

    1. Zona litoral atau jalur pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak di

    antara pasang naik dan pasang surut.

    2. Zona Neritis, yaitu zona yang terletak di antara garis air surut sampai

    kedalaman 200 m. Jadi, zona ini termasuk laut dangkal, yaitu Dangkalan Sunda

    dan Dangkalan Sahul.

    3. Zona Bathyal, yaitu bagian laut terletak antara kedalaman 200 m dan 1000m.

    4. Zona Abysal, yaitu bagian laut yang dalamnya lebih dari 1000 m. Pada zona ini

    terdapat palung laut yang kedalamannya melebihi 6000 m. Laut yang termasuk

  • HIDROSFER

    32

    !

    Zona Abysal sebagian besar terletak di Indonesia bagian tengah (antara

    Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul). Misalnya: Laut Flores (5.140m), Laut

    Banda (7.440m), Laut Sulawesi (5.590m).

    Gambar 31. Zona Laut

    Dengan melihat gambar di atas garis air surut dipakai sebagai garis dasar untuk

    menentukan laut wilayah Indonesia selebar 12 mil laut (1 mil laut = 1.852 m).

    A. RELIEF DASAR LAUT Dengan perkembangan ilmu Geologi Submarin, sudah makin banyak

    dikenal relief dasar laut yang sebenarnya, yang mana dahulu banyak orang

    menduga relief dasar laut relatif homogen yang terdiri atas dataran dengan relief

    yang lemah. Perhatian yang besar ditunjukkan kepada penelitian dangkalan benua

    untuk pertambangan minyak bumi.

    Kedalaman air laut dapat diketahui dengan menggunakan gelombang sonik

    dan gelombang supersonik. Kedalaman laut dapat diukur dengan

    memperhitungkan waktu yang dibutuhkan suara untuk menempuh jarak antara

    permukaan laut dengan dasar laut dan kecepatan rambat suara di air (1.440 m/s).

    Teknik dalam menentukan kedalaman laut adalah dengan merambatkan

    gelombang sonik dan supersonik dari permukaaan laut ke dasar laut yang mana

    setelah dipantulkan oleh dasar laut, gelombang itu diterima kembali oleh alat

    perekam di kapal.

    Hasil pengukuran kedalaman dasar laut diantaranya adalah peta relief dasar

    laut. Dari peta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi berbagai bentuk relief dasar

    laut. Bentuk relief dasar laut yang penting adalah sebagai berikut:

  • HIDROSFER

    33

    !

    a. Teras Kontinen (Continental Terrace) Teras kontinen (continental terrace) adalah bagian dasar laut di tepi benua,

    berelief lemah dan lebarnya bermacam-macam. Teras kontinen terdiri dari 2

    bagian yaitu dangkalan benua, dan lereng benua. Kedalaman dangkalan benua

    antara 0-200 meter dengan lebar antara 0-1200 km terhitung dari garis pantai.

    Dangkalan yang luas yang terdapat di Indonesia adalah dangkalan Sunda dan

    dangkalan Sahul. Sedangkan dangkalan yang luas yang terdapat di luar Indonesia

    yaitu dangkalan Korea (Laut Kuning). Sedangkan lereng benua (continental

    slope) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa

    mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5

    derajat.

    Teras kontinen terbentuk melalui gabungan proses erosi marin dan

    sedimentasi yang semuanya disebabkan oleh gelombang laut. Terbentuknya

    permukaan dasar laut yang relatif datar disebabkan erosi oleh gelombang dasar

    laut sampai kedalaman 200 meter.

    b. Lereng Kontinen Lereng kontinen adalah bidang miring yang membatasi dangkalan kontinen.

    Kemiringan dari lereng kontinen antara 10350 mulai dari tepi dangkalan benua

    kea rah laut lepas, mulai dari kedalaman 200 meter sampai 1800 meter. Dari

    bukti-bukti yang mendukung, proses terjadinya lereng kontinen adalah sebagai

    hasil sedimentasi dan sebagai sesar.

    Gambar 32. Lereng kontinental

    Bentukan yang terdapat pada dangkalan kontinen dan lereng kontinen

    adalah sebagai berikut:

  • HIDROSFER

    34

    !

    Saluran dangkalan yang terdiri atas lembah tenggelam, saluarn akibat

    pengikisan air pasang, dan palung glacial yang tenggelam.

    Lembah tenggelam dan Jurang submarine (submarine-canyons).

    Lembah tenggelam adalah lembah sungai yang tergenang air laut

    sebagai akibat dari penenggelaman relatif daratan seperti lembah-

    lembah sungaipirba di Selat Karimata dan di Laut Jawa.

    Jurang submarine adalah lembah yang dalam dan lebar, ada pula yang

    bercabang-cabang sebagai hasil proses patahan atau tanah amblas.

    c. Relief di Daerah Laut Relief di daerah laut yang dalam dibagi menjadi dua bagian yaitu:

    a. Bentukan negatif yang terdiri dari:

    Lubuk laut (basin) adalah depresi luas yang bentuknya membulat

    atau lonjong, contohnya lubuk laut di Eropa Barat, laut Sulawesi,

    dan yang lainnya.

    Palung adalah depresi memanjang dan di kiri kanannya dibatasi

    lereng yang curam. Palung dibagi menjadi dua bagian, yaitu trench

    jika depresi itu memenjang, sempit dengan lereng yang tidak begitu

    curam, dan trough jika depresi itu memanjang lebih lebar dari

    trench dan berlereng lebih curam. Contoh palung yang terkenal

    diantaranya adalah Palung Jawa, Palung Bartlett, dan yang lainnya.

    Gambar 33. Relief di laut

    b. Bentukan positif yang terdiri dari:

    Cembungan (rise atau swell) adalah bentukan positif dngan ukuran

    panjang dan lebar, lebih tinggi dari dasar laut rata-rata disekitarnya.

  • HIDROSFER

    35

    !

    Contohnya, sweel Hawaii yang mencembung dengan halus,

    panjangnya 3500 km, dan lebarnya 1000 km.

    Punggungan submarine adalah bentukan positif yang memanjang,

    sempit, berlereng curam, dan bertopografi kasar. Punggungan yang

    terkenal adalah Punggungan Tengah Samudera Atlantik yang

    memanjang dari P. Iceland sampai ke Tanjung Harapan.

    Plato submarine adalah bentukan positif yang mempunyai puncak

    relatif datar. Contohnya, Plato Albatros di Smudera Pasifik.

    Gunung laut sebenarnya adalah pulau submarine, yaitu tonjolan-

    tonjolan yang tumbuh dari dasar laut seperti Pulau Krakatau, dan

    pulau-pulau kecil di Teluk Alaska.

    B. BENTUK PANTAI Istilah pantai seringkali dikacaukan dengan istilah pesisir. Yang dimaksud

    dengan pesisir adalah lokasi pertemuan daratan dengan lautan, mulai dari batas

    permukaan air laut pada waktu pasang surut terendah menuju ke arah darat sampai

    batas tertinggi yang mendapat pengaruh gelombang pada waktu badai.

    Gambar 34. Pesisir dan Pantai

    Pantai adalah daerah yang meliputi pesisir sampai daerah yang lebih jauh

    ke arah daratan, tetapi batasnya kurang jelas. Jadi, pesisir merupakan bagian dari

    pantai. Pantai mempunyai dua bentuk utama, yaitu pantai curam dan pantai landai.

    Pantai curam terdapat di daerah pegunungan yang berbatasan langsung dengan

    laut, baik yang sejajar, maupun yang memotong garis pantai.

    Bentuk permukaan pantai tidak selalu tetap, tetapi senantiasa mengalami

    perubahan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

  • HIDROSFER

    36

    !

    a. Gelombang, arus, dan pasang surut yang merupakan tenaga pengikis,

    pengangkut, dan pengendap material.

    b. Sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh proses-proses marin,

    maksudnya apakah pantai itu landai atau curam, dataran tinggi atau

    rendah, batuannya keras atau lunak, dan homogen atau heterogen.

    c. Perubahan ketinggian relatif permukaan laut, karena pembekuan atau

    pencairan es, dan penaikan atau penurunan bagian litosfer.

    d. Sebab-sebab alami lain seperti pertumbuhan terumbu karang, gletser yang

    mencapai laut, letusan gunung berapi yang materialnya sampai ke laut dan

    pembentukan delta sungai.

    e. Pengaruh kegiatan manusia seperti pembuatan pelabuhan, pengeringan

    rawa-rawa, pengerukan muara sungai dan pembuatan polder

    C. KANDUNGAN AIR LAUT Salinitas menunjukkan tingkat kandungan garam dalam air laut. Berbagai

    garam yang larut dalam laut berasal dari sungai yang membawa larutan garam-

    garam itu dari litosfer. Akibatnya air laut mengandung beberapa macam garam.

    Kandungan garam-garam tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3. Kandungan garam-garaman dalam air laut

    Nama Garam-garaman Rumus Kimia Jumlah Garam dalam

    Gram/1000 Gram Air

    Natrium Clorida

    Magnesium Clorida

    Natrium Sulfat

    Kalsium Klorida

    Kalium Klorida

    Bahan-bahan Lain

    NaCl

    MgCl2

    Na2SO4

    CaCl2

    KCl

    23

    5

    4

    1

    0,7

    0,8

    Jumlah 34,5

    Dari tabel kita dapat melihat salinitas rata-rata atau kandungan garam rata-

    rata adalah sedikit kurang dari 35 bagian garam untuk setiap 1000 bagian air laut.

    Ini berarti salinitas rata-ratanya adalah 3,5 %. Dari keseluruhan garam yang

  • HIDROSFER

    37

    !

    terkandung itu, garam biasa (NaCl) mencapai 80 % dari seluruhnya, disusul oleh

    Magnesium. Garam ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses hidup.

    Salinitas ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:

    ! Pemasukan air tawar. Masuknya air tawar menyebabkan rendahnya

    salinitas.

    ! Penguapan. Penguapan menambah besarnya salinitas. Makin besar

    penguapannya makin besar salinitasnya.

    ! Campuran air permukaan dan air dari bagian dalam yang salinitasnya

    berlainan. Begitu juga arus laut mempunyai pengaruh besar terhadap

    salinitas.

    Gambar 35. Kadar Garam di Daerah Katulistiwa

    Lebih Rendah Daripada Daerah Subtropis

    Karena curah hujan yang tinggi, salinitas di daerah khatulistiwa (3,5 %)

    lebih rendah dibandingkan daerah subtropis (3,7 %).

    D. GERAKAN AIR LAUT Air laut dalam pergerakannya terdapat tiga macam, yaitu ombak

    (gelombang), arus, dan pasang surut. Semua gerakan air laut mempengaruhi

    perubahan bentuk permukaan pantai. Hal ini disebabkan karena gerakan-gerakan

    tersebut merupakan pengikis, pengangkut, dan pengendap material. Adapun ketiga

    gerakan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

    a. Gelombang Laut

    Gelombang laut adalah gerak molekul air laut yang disebabkan oleh

    adanya suatu gangguan. Gerakan ini berupa gerakan naik turun dengan sedikit

    gerak maju. Gerak ke depan air yang tampak jelas karena gelombang menyapa ke

    permukaan laut sebenarnya merupakan suatu ilusi optis. Apa yang sebenarnya

  • HIDROSFER

    38

    !

    terjadi adalah bahwa gangguan yang disebabkan oleh angin ditularkan dari satu

    tempat ke tempat berikutnya dan bukan gerak air maju ke depan.

    Gambar 36. Gelombang laut

    Titik tertinggi dari suatu gelombang disebut puncak gelombang, dan titik

    yang terendah disebut palung gelombang. Jarak dari satu puncak ke puncak

    berikutnya disebut panjang gelombang. Tinggi gelombang air sama dengan jarak

    vertikal antara puncak dengan palung. Waktu yang dipakai gelombang untuk

    melaju dari puncak ke puncak berikutnya dinamakan periode gelombang.

    Gelombang laut kadang-kadang disebut gelombang permukaan dan pada

    kedalaman gerak gelombang hanya beberapa persen dari gelombang permukaan

    sehingga kapal-kapal selam yang menyelam sedalam 30 m atau lebih, sama sekali

    tidak terpengaruh oleh gerak yang terjadi di permukaan.

    Gelombang air laut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu sebagai

    berikut.

    1. Angin

    Angin laut yang bertiup di atas permukaan laut dapat merupakan

    pambangkit utama gelombang. Peristiwa ini terjadi pada angin dan air.

    Oleh karena itu, apabila pergesekan antara angin dan air itu kencang,

    maka terjadilah gelombang besar. Sifat gelombang yang digerakkan

    oleh angin ini dipengaruhi oleh :

    ! Kecepatan angin.

    Semakin cepat angin bertiup, semakin besar gelombang yang

    terbentuk.

    ! Waktu angin bertiup.

  • HIDROSFER

    39

    !

    Semakin meningkat waktu angin pembangkit gelombang bertiup,

    akan semakin meningkat pula tinggi dan panjang gelombang.

    ! Jarak tanpa rintangan bertiupnya angin

    Semakin jauh jarak rintangan angin akan semakin tinggi dan panjang

    gelombang yang terbentuk. Gelombang yang berada di perairan

    pedalaman seperti di Laut Jawa ataupun di selat-selat lebih kecil

    pada gelombang yang ada di perairan yang terbuka seperti di

    Samudra Hindia.

    2. Gelombang yang terjadi karena gempa laut

    Di dasar laut sering terjadi gempa yang disebabkan oleh

    diselokasi (perpindahan atau retakan-retakan pada kulit bumi) ataupun

    letusan-letusan gunung berapi. Gempa ini sering menimbulkan

    gelombang besar yang disebut Tsunami, dan kadang-kadang

    mengakibatkan kerusakan hebat. Gelombang yang mendadak ini

    mempunyai kecepatan sampai 80 km/jam, dan apabila mencapai daerah

    pantai gelombang tersebut ketinggiannya meningkat secara drastis,

    membuat kekuatan yang merusak dan menakutkan.

    Gambar 37. Gelombang laut akibat gempa

    Gerakan air laut yang berupa gelombang ini seakan-akan

    merugikan kita. Namun sebenarnya tenaga kinetik (tenaga gerak)

    gelombang laut itu, terutama yang disebabkan oleh perbedaan pasang

    surut yang tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan

    generator listrik terapung.

  • HIDROSFER

    40

    !

    Gelombang tinggi dengan periode pendek dihasilkan oleh angin

    kuat yang dekat. Gelombang tinggi dengan periode panjang dihasilkan

    oleh angin sangat kuat yang jauh. Gelombang rendah dengan periode

    pendek dihasilkan oleh angin lemah yang dekat dan gelombang rendah

    dengan periode panjang dihasilkan oleh angin sedang yang jauh.

    Jenis gelombang laut dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

    1. Gelombang osilasi, pada gelombang osilasi molekul air bergerak

    melingkar. Gelombang ini biasanya terjadi di laut lepas (bagian laut

    yang dalam). Ketinggian, panjang, serta kecepatan gelombang ini

    bervariasi.

    2. Gelombang translasi atau gelombang soliter, gelombang yang massa

    airnya bergerak searah dengan arah gerakan gelombang itu tanpa

    diimbangi gerakan mundur. Gelombang ini tidak memiliki puncak dan

    lembah gelombang. Jika gelombang ini membentuk klif, maka

    gelombang itu akan pecah dengan kekuatan tumbukan yang sangat

    besar, sehingga pada klif itu akan terbentuk relung, gua pantai atau

    gerbang laut. Proses pengikisan juga berlaku pada dasar laut, sehingga

    di dapan pantai itu terbentuk dataran luas yang dinamakan abrasi. Bila

    gelombang ini sampai di pesisir, air laut akan naik dan dinamakan

    swash. Setelah berhenti pada ketinggian tertentu, massa air itu bergerak

    kembali ke arah laut dan dinamakan backwash. Swash dan backwash

    itu berperan dalam proses sedimentasi di pesisir.

    Gambar 38. Penampang Gelombang

    "!#!$!%!

    &!

    '"(")!

    *!

    +",)!

  • HIDROSFER

    41

    !

    Keterangan:

    a. Gelombang Osilasi d. Swash

    b. Gelora e. Back Wash

    c. Gelombang Translasi f. Arus Dasar

    Di lepas pantai, antara kedua jenis gelombang tersebutterjadi pecahan

    gelombang yang dinamakan gelora (surf atau breaker). Mulai dari

    sinilah gelombang osilasi berubah menjadi gelombang translasi. Gelora

    terjadi karena gelombang sampai ke daerah yang lebih dangkal,

    sehingga bentuk gelombang tidak simetris lagi. Lereng gelombang

    bagian depan menjadi miring dan kemudian tumpah, lalu air mengalir

    di atas permukaan laut yang lain, seperti pada gambar di atas.

    b. Arus Laut Arus laut ialah gerakan molekul air laut yang pada umumnya

    berarah mendatar (horizontal), namun di beberapa bagian laut terdapat

    juga arus vertikal. Berdasarkan faktor penyebabnya arus laut dapat

    diklafikasikan menjadi:

    1. Arus tetap yaitu arus laut yang terjadi karena angin tetap dan

    mempunyai arah yang tetap sepanjang tahun. Angin tetap yang

    menyebabkan arus tetap adalah angin pasat (timur laut dan tenggara),

    dan angin barat.

    2. Arus musiman yaitu arus laut yang terjadi karena tiupan angin musim

    (muson) dan berubah arah tiap setengah tahun. Pada bagian utara

    Samudera Hindia, yaitu di sepanjang pantai india yang dipengaruhi

    angin musim. Terjadinya arus musim barat daya pada bulan Juli dan

    arus musim timur laut pada bulan Januari.

    3. Arus kompensasi yaitu arus yang terjadi karena perbedaan tinggi

    permukaan air laut, seperti arus sungsang di antara arus katulistiwa

    utara dan selatan. Karena kedua arus khatulistiwa itu, molekul air

    berpindah ke arah barat, sehingga permukaan air di bagian barat

    samudera relative lebih tinggi daripada di bagian timur. Sebagai

    kompensasinya, mengalirlah arus yang arahnya berlawanan dengan

    kedua arus khatulistiwa tersebut. Arus itu dinamakan arus sungsang.

  • HIDROSFER

    42

    !

    4. Arus vertikal yaitu arus yang naik atau turun adalah gerakan dua arus

    yang berlawanan yang disebabkan karena perbedaan kadar garam. Pada

    pangkal arus khatulistiwa terjadi arus vertikal yang naik. Sedangkan,

    pada bagian barat samudera, yaitu di tempat permukaan air relatif lebih

    tinggi, terjadi arus vertikal yang turun.

    Sedangkan, berdasarkan suhunya dapat dibedakan menjadi:

    1. Arus panas yaitu arus dengan suhu air yang lebih panas daripada suhu

    air laut yang didatangi.

    2. Arus dingin yaitu arus yang suh airnya lebih dingin daripada suhu air

    laut yang didatanginya.

    c. Pasang-Surut Air Laut Pasang-surut air laut adalah perubahan ketinggian permukaan air

    laut yang berlangsung secara periodik dalam periode setengah hari bulan

    (satu hari bulan = 24 jam 50 menit). Laut sedang pasang naik jika

    permukaannya paling tinggi dibandingkan dengan tinggi rata-rata dan

    sedang pasang surut jika permukaannya paling rendah.

    Pasang-surut air laut disebabkan oleh tarikan gravitasi antara Bumi

    dan dua benda langit yaitu Bulan dan Matahari. Kerak bumi juga

    dipengaruhi oleh penarikan ini, tetapi gerakannya demikian kecil. Planet-

    planet lain pada tata surya dan bintang-bintang juga menarik bumi serta

    ditarik oleh bumi, tetapi benda-benda itu terlalu kecil atau terlalu jauh

    untuk mempunyai suatu pengaruh yang terlihat pada perairan laut.

    Efek penimbul air pasang dari matahari hanya sekitar 0,46 kali efek

    penimbul air pasang dari bulan, meskipun kenyataannya massa matahari

    sekitar 28 juta kali lebih besar. Menurut hukum newton mengenai

    gravitasi, gaya penarikan yang dimiliki berbagai benda untuk satu sama

    lain berbanding langsung dengan hasil kali massanya tetapi berbanding

    terbalik dengan kwadrat jarak benda-benda tersebut. Matahari berada

    hampir 150 juta km dari bumi, sedangkan bulan sekitar 385.000 km. Jarak

    yang lebih kecil antara bulan dan bumi lebih dipengaruhi daripada massa

    matahari yang lebih besar. Oleh karena itu, perairan samudera terutama

    dipengaruhi oleh tarikan gravitasi bulan.

  • HIDROSFER

    43

    !

    Pada Gambar 39 diandaikan bahwa air menutup seluruh permukaan

    bumi. Ketika bulan secara langsung berada di atas A, tarikannya akan

    menyebabkan air tertimbun ke arah A dan terjadi pasang naik. Sewaktu air

    ditarik ke arah A dari daerah-daerah lainnya permukaan air di B dan D akan

    turun dan hal ini menyebabkan pasang turun (pasang surut) di tempat-

    tempat tersebut.

    Pada saat yang sama akan terdapat penimbunan air di sisi lain Bumi

    ke arah C. Menurut suatu teori yang dinyatakan secara luas adalah bahwa

    tarikan bulan pada litosfer lebih besar daripada tarikan bulan pada air di C,

    yang massanya lebih kecil dan lebih jauh. Litosfer ini ditarik ke arah bulan

    dengan membiarkan air di C menjadi lebih jauh dari pusat bumi.

    Sebagai akibat rotasi Bumi suatu periode sekitar 24 jam 50 menit

    diperlukan antara kenaikan bulan yang berturut-turut. Peroide ini disebut

    satu hari bulan. Rotasi Bumi inilah yang menyebabkan rangkaian pasang

    naik dan pasang turun.

    Pada waktu bulan baru dan waktu bulan penuh sekitar dua minggu

    terpisah mataharibulanbumi berada dalam satu garis lurus. Kekuatan air

    pasang yang dihasilkan oleh matahari memperkuat kekuatan air pasang dari

    bulan, terjadi pasang purnama. Ketika bulan berada pada seperempat

    pertama atau seperempat terakhir, posisi bulan (dengan menarik garis lurus

    Gambar 39. Tarikan Gravitasi Antara Bulan dan Samudera Serta

    Litosfer Bumi Mengakibatkan Air Pasang

    "#$%! "#&'(!!" #"

    "!

    )!

  • HIDROSFER

    44

    !

    dari bulan ke bumi) kira-kira membentuk sudut siku-siku terhadap garis

    lurus dari bumi ke matahari. Air pasang yang dihasilkan oleh matahari

    kemudian sebagian menghapus air pasang yang dihaslkan oleh bulan, hal ini

    menimbulkan pasang perbani.

    Gambar 40. Periode bulan dengan hubungannya pasang surut.

    "#$!

    %&'!

    '&'!

    '&"!

    %&%!

    (!"!)!

    %!

    *!

  • HIDROSFER !

    45

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dari latar belakang dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik

    simpulan sebagai berikut:

    1. Hidrosfer atau lapisan air merupakan fisik bumi yang berguna bagi kehidupan

    manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara khusus dipelajari pada ilmu yang

    disebut dengan hidrologi.

    2. Siklus hidrologi merupakan siklus air di mana air mengalami berbagai proses

    sebelum kembali ke keadaan semula.

    3. Siklus hidrologi dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

    ! Siklus kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan

    dan hujan, lalu jatuh ke laut.

    ! Siklus sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa

    angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke

    tanah, selokan, sungai dan ke laut lagi.

    ! Siklus besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk

    kristal-kristal es di atas laut melalui proses sublimasi, dibawa angin ke

    daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan

    es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.

    4. Hidrosfer dalam kajiannya nencakup perairan darat dan perairan laut.

    5. Perairan darat meliputi air tanah, sungai, danau, kolam, rawa, dan waduk.

    6. Perairan laut membahas tentang kegaraman air laut (salinitas), gelombang laut,

    arus laut, dan pasang naik-pasang surut.

    3.2. Saran

    Bagi para pembaca hendaknya dalam mempelajari materi hidrosfer bisa mengaitkan

    fenomena yang terjadi di lingkungan kita dengan materi yang kita dapat melalui buku atau

    pengajar agar pengetahuan kita bisa berkembang.

  • HIDROSFER

    DAFTAR PUSTAKA

    Pujani, N. M. 2004. Struktur bumi. Buku ajar. Fakultas pendidikan MIPA. Institut Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

    Tanudidjaja, M. M. 1996. Ilmu Pengetahuan Bumi Dan Antariksa. Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan.

    Tjasyono, B. 2003. Geosains. Bandung: ITB.!