23
BAB I PENDAHULUAN Salah satu dari anjuran agama Islam adalah tolong- menolong antara sesama muslim ataupun non muslim. Bentuk tolong-menolong itu bermacam-macam, bisa berupa benda, jasa, jual beli, dan lain sebagainya. Salah satu di antaranya adalah hibah, atau disebut juga pemberian cuma-cuma tanpa mengharapkan imbalan. ة ب ه ل ا( hibah) adalah dengan huruf ha di-kasrah dan ba tanpa syiddah berarti memberikan (tamlik) sesuatu kepada orang lain pada waktu masih hidup tanpa meminta ganti. Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang",

Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Tugas Ibadah Akhlak

Citation preview

Page 1: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu dari anjuran agama Islam adalah tolong-menolong antara sesama

muslim ataupun non muslim.

Bentuk tolong-menolong itu bermacam-macam, bisa berupa benda, jasa, jual

beli, dan lain sebagainya.

Salah satu di antaranya adalah hibah, atau disebut juga pemberian cuma-

cuma tanpa mengharapkan imbalan.

adalah dengan huruf ha di-kasrah dan ba tanpa syiddah berarti (hibah ) الهبة

memberikan (tamlik) sesuatu kepada orang lain pada waktu masih hidup tanpa

meminta ganti.

Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian

yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela

tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang

diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan

pahala semata.

Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir

bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu

rukun ketiga dari Rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang",

"menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat

merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan

perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.

Page 2: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

BAB II

PEMBAHASAN

A. HIBAH

1. Pengertian Hibah

Kata "hibah" berasal dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti

melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian berarti telah disalurkan dari

tangan orang yang memeberi kepada tangan orang yang diberi.

Sayyid Sabiq mendefinisikan hibah adalah akad yang pokok persoalannya

pemberian harta milik seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa

adanya imbalan.

Sedangkan Sulaiman Rasyid mendefinisikan bahwa hibah adalah

memberuikan zat dengan tidak ada tukarnya dan tidak ada karenanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hibah adalah merupakan

suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tnpa

da kontra prestasi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu

dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang membedakannya

dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si pewasiat meninggal

dunia).

Dalam istilah hukum perjanjian yang seperti ini dinamakan juga dengan

perjanjian sepihak (perjanjian unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal

balik (perjanjian bilateral).

Page 3: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

2. Dasar Hukum Hibah

Dasar hukum hibah ini dapat kita pedomani hadits Nabi Muhammad SAW

antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Khalid bin 'Adi,

bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya sebagai berikut :

"Barangsiapa mendapatkan kebaikan dari saudaranya yang bukan karena

mengharap-harapkan dan meminta-minta, maka hendaklah ia menerimanya dan

tidak menolaknya, karena ia adalah rezeki yang diberi Allah kepadanya".

3. Rukun Dan Syarat Sahnya Hibah

Rukun hibah adalah sebagai berikut :

1. Penghibah , yaitu orang yang memberi hibah

2. Penerima hibah yaitu orang yang menerima pemberian

3. Ijab dan kabul.

4. Benda yang dihibahkan.

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hibah sah

adalah :

1. Syarat-syarat bagi penghibah

a. Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan demikian

tidaklah sah menghibahkan barang milik orang lain.

b. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu

alasan

c. Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum (dewasa

dan tidak kurang akal).

Page 4: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

d. Penghibah tidak dipaksa untuk memnerikan hibah.

2. Syarat-syarat penerima hibah

Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada

waktu hibah dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan benar-benar ada

ialah orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan

apakah dia anak-anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang

dapat menerima hibah, walau bagaimana pun kondisi fisik dan keadaan

mentalnya. Dengan demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada

dalam kandungan adalah tidak sah.

3. Syarat-syarat benda yang dihibahkan

a. Benda tersebut benar-benar ada;

b. Benda tersebut mempunyai nilai;

c. Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannya dan

pemilikannya dapat dialihkan;

d. Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dan diserahkan kepada

penerima hibah.

Adapun mengenai ijab kabul yaitu adanya pernyataan, dalam hal ini

dapat saja dalam bentuk lisan atau tulisan.

Menurut beberapa ahli hukum Islam bahwa ijab tersebut haruslah diikuti

dengan kabul, misalnya : si penghibah berkata : "Aku hibahkan rumah ini

kepadamu", lantas si penerima hibah menjawab : "Aku terima hibahmu".

Sedangkan Hanafi berpendapat ijab saja sudah cukup tanpa harus

diikuti oleh kabul, dengan pernyataan lain hanya berbentuk pernyataan sepihak.

Page 5: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Adapun menyangkut pelaksanaan hibah menurut ketentuan syari'at

Islam adalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Penghibahan dilaksanakan semasa hidup, demikian juga penyerahan barang

yang dihibahkan.

2. Beralihnya hak atas barang yang dihibahkan pada saat penghibahan

dilakukan.

3. Dalam melaksanakan penghibahan haruslah ada pernyataan, terutama sekali

oleh si pemberi hibah.

4. Penghibahan hendaknya dilaksanakan di hadapan beberapa orang saksi

(hukumnya sunat), hal ini dimaksudkan untuk menghindari silang sengketa

dibelakang hari.

4. Hibah Orang Sakit Dan Hibah Seluruh Harta

Apabila seseorang menghibahkan hartanya sedangkan ia dalam

keadaan sakit, yang mana sakitnya tersebut membawa kepada kematian,

hukum hibahnya tersebut sama dengan hukum wasiatnya, maka apabila ada

orang lain atau salah seorang ahli waris mengaku bahwa ia telah menerima

hibah maka hibahnya tersebut dipandang tidak sah.

Sedangkan menyangkut penghibahan seluruh harta, sebagaimana

dikemukakan oleh Sayid Sabiq, bahwa menurut jumhur ulama seseorang

dapat / boleh menghibahkan semua apa yang dimilikinya kepada orang lain.

Muhammad Ibnu Hasan (demikian juga sebagian pentahqiq mazhab

Hanafi) berpendapat bahwa : Tidak sah menghibahkan semua harta, meskipun

di dalam kebaikan. Mereka menganggap orang yang berbuat demikian itu

sebagai orang yang dungu dan orang yang dungu wajib dibatasi tindakannya.

Page 6: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

5. Penarikan Kembali Hibah

Penarikan kembali atas hibah adalah merupakan perbuatan yang

diharamkan meskipun hibah itu terjadi antara dua orang yang bersaudara atau

suami isteri. Adapun hibah yang boleh ditarik hanyalah hibah yang dilakukan

atau diberikan orang tua kepada anak-anaknya.

Dasar hukum ketentuan ini dapat ditemukan dalam hadits Rasulullah

SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An- Nasa'i, Ibnu Majjah dan At-tarmidzi

yang artinya berbunyi sebagai berikut :

"Dari Ibnu Abbas dan Ibnu 'Umar bahwa Nabi Muhammad SAW

bersabda : "Tidak halal bagi seorang lelaki untuk memberikan pemberian atau

menghibahkan suatu hibah, kemudian dia mengambil kembali pemberiannya,

kecuali hibah itu dihibahkan dari orang tua kepada anaknya. Perumpamaan bagi

orang yang memberikan suatu pemberian kemudian dia rujuk di dalamnya

(menarik kembali pemberiannya), maka dia itu bagaikan anjing yang makan, lalu

setelah anjing itu kenyang ia muntah, kemudian ia memakan muntah itu

kembali.

6. Hikmah dalam Amalan Hibah

Hibah disyari’atkan dalam Islam dengan galakan yang mendalam

adalah untuk memaut hati kalangan masyarakat Islam itu sendiri sesama

mereka dan memperdekatkan perasaan kejiwaan sesama manusia yang hidup

dalam masyarakat Islam atau di luar masyarakat Islam. Keistimewaan hibah ini

ialah ianya boleh dilakukan kepada orang yang bukan Islam sekali pun, bahkan

kepada musuh-musuh yang membenci Islam apabila diketahui lembut hatinya

apabila di’beri’kan sesuatu. Hibah ini merupakan salah satu aktiviti

kemasyarakatan yang berkesan memupuk rasa hormat, kasih sayang, baik

sangka, toleransi, ramah mesra dan kecaknaan dalam kehidupan sosial

Page 7: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

sesebuah negara. Secara ringkasnya, hikmah hibah ini boleh dirumuskan dalam

perkara berikut (tanpa menghadkan kepada perkara di bawah) :

a. melunakkanhati sesama manusia

b. menghilangkan rasa segan dan malu sesama jiran, kawan, kenalan

dan ahli masyarakat

c. menghilangkan rasa dengki dan dendam sesama anggota

masyarakat

d. Menimbulkan rasa hormat, kasih sayang, mesra dan tolak ansur

sesama ahli setempat.

e. meningkatkan citarasa kecaknaan dan saling membantu dalam

kehidupan

f. memudahkan aktiviti saling menasihati dan pesan-memesan dengan

kebenaran dan kesabaran

g. menumbuhkan rasa penghargaan dan baik sangka sesama manusia

h. mengelak perasaan khianat yang mungkin wujud sebelumnya

i. meningkatkan semangat bersatu padu dan bekerjasama

j. dapat membina jejambat perhubungan dengan pihak yang menerima

hibah.

1. Firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 177) yang artinya:

Bukanlah kebaikan itu engkau mengarahkan wajahmu menghadap timur dan barat.

Akan tetapi kebaikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, para

malaikat, para nabi, memberikan harta yang disukainya kepada kerabat dekatnya,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang meminta-minta dan untuk

membebaskan budak.

2.Firman Allah SWT QS Al-Baqarah : 261 :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang

menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan

Page 8: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi

Maha Mengetahu

B. SEDEKAH

1.Pengertian Sedekah

Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu

pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara

spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga

berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang

mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di

atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara

spontan dan sukarela).

Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum

Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud

adalah firman Allah SWT yang artinya: ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan

bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh

(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan

perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena

mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala

yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114). Hadis yang menganjurkan sedekah juga

tidak sedikit jumlahnya.

Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah,

berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah,

adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang

bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah

tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada

kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang

bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam

Page 9: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa

yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang

bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda

dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam

dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau

diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari

sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba

Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah

seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia

sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan

oleh tangan kanannya tersebut.

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak

saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu

seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan

uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para

fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang

berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT yang artinya; ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian

(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu

cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).

Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut

sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini

ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti: ''Hai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan

menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah

[2]: 264).

Page 10: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

C. ZAKAT

1. Pengertian Zakat

Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang

akhir bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan

salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam. Secara harfiah zakat berarti

"tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan

secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan

sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang

tertentu sebagaimana ditentukan

2. Hukum Zakat Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu

unsur pokok bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah

wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti: shalat, haji, dan puasa yang

telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,

sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang

dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia

3. Macam-macam Zakat Zakat terbagi atas dua tipe yakni:

Zakat Fitrah Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan

Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang

ada di daerah bersangkutan.

Zakat Maal (Harta)

Page 11: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil

ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki

perhitungannya sendiri-sendiri.

4. Orang yang berhak menerima Zakat Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan pokok hidup. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan dasar untuk hidup.

Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.

Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.

Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak

sanggup untuk memenuhinya.

Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang

dsb)

Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan

5. Orang yang tidak berhak menerima Zakat Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat)

bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR

Bukhari).

Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari

tuannya.

Page 12: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal

bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).

Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.

Orang kafir.

6. Beberapa Faedah Zakat

Faedah Diniyah (segi agama)

1. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang

mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan

akhirat.

2. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-

nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa

macam ketaatan.

3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,

sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan

menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq

"alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari

harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.

4. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan

Rasulullah Muhammad SAW.

Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)

1. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi

pembayar zakat.

Page 13: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

2. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut

kepada saudaranya yang tidak punya.

3. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa

harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan

jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai

tingkat pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)

1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir

miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.

2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi

mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah

mujahidin fi sabilillah.

3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada

dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka

yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang

tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta

yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu

akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.

4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya

akan melimpah.

5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena

ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak

yang mengambil manfaat.

7. Hikmah Zakat

Page 14: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Hikmah dari zakat antara lain:

1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang

miskin.

2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang

berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk

4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan

6. Untuk pengembangan potensi ummat

7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam

8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.

H. Zakat Dalam Al-Quran

QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah

beserta orang-orang yang ruku'".)

QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka

jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung

mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu

simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang

kamu simpan itu.")

Page 15: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang

berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan

warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang

bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari

memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah

kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang

berlebih-lebihan).

Page 16: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Hibah adalah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada

sebab dan musababnya) tnpa da kontra prestasi dari pihak penerima pemberian,

dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang

membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si

pewasiat meninggal dunia).

2. Rukun hibah, yaitu : penghibah , penerima hibah, ijab dan kabul, dan benda

yang dihibahkan.

3. Syarat-syarat hibah itu meliputi syarat penghibah, penerima hibah dan benda

yang dihibahkan.

4. Penghibahan harta yang dilakukan oleh orang sakit hukumnya sama dengan

wasiat. Menurut jumhur ulama seseorang dapat / boleh menghibahkan semua

apa yang dimilikinya kepada orang lain.

5. Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian

yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan

sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu

pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap

ridho Allah SWT dan pahala semata.

6. Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir

bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Hukum zakat adalah wajib

(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

7. Zakat terbagi atas dua tipe : Zakat Fitrah dan Zakat Mal. Orang yang berhak

menerima zakat, antara lain : Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Hamba Sahaya,

Page 17: Makalah Hibah, Zakat, Sedekah

Gharimin, Fisabilillah, dan Ibnu Sabil. Dan orang yang tidak berhak menerima

Zakat, antara lain: Orang kaya, Hamba Sahaya, Keturunan Rosulullah, Orang

yang dalam tanggungan yang berzakat, dan Orang Kafir.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, H SH MH, 2004, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika

Pressindo.

Pasaribu, H. Chairuman Drs dan Suhrawardi K. Lubis SH, 1996, Hukum Perjanjian

Dalam Islam, Jakarta: sinar Grafika.

Rasyid, Sulaiman, 1990, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru.