32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum obat-obat modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang obat tradisional ini merupakan warisan budaya berdasarkan pengalaman yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi saat ini. Peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan dengan mendorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat serta keamanan suatu tumbuhan obat, sehingga secara bertahap potensi bahan alam Indonesia dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari kegunaan tumbuhan obat. Keampuhan pengobatan herba banyak dibuktikan melalui berbagai pengalaman. Berbagai macam penyakit sudah tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan modern, ternyata masih bisa ditangani dengan pengobatan herba. Ada pula pengalaman yang membuktikan bahwa ada beberapa penyakit, ternyata pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan modern. Keunggulan pengobatan herba terletak pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin. Meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orang-orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi tersebut dapat juga terjadi pada pengobatan medis. Beberapa kasus menunjukkan bahwa sebagian orang alergi atau timbul penolakan

Makalah Hepatoprotektor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Etiologi dari penyakit yang menyerang hati. Cara penanganannya menggunakan tanaman-tanaman berkhasiat (obat herbal), penggunaan tanaman tersebut, efek yg dihasilkan dan studi literatur yang mendukung khasiatnya.

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan

menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya

penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum obat-obat modern

menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang obat tradisional ini

merupakan warisan budaya berdasarkan pengalaman yang secara

turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada

generasi saat ini. Peranan obat tradisional dalam pelayanan

kesehatan dapat lebih ditingkatkan dengan mendorong upaya

pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat serta

keamanan suatu tumbuhan obat, sehingga secara bertahap potensi

bahan alam Indonesia dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh

kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia

diketahui secara lengkap. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi

pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari

kegunaan tumbuhan obat.

Keampuhan pengobatan herba banyak dibuktikan melalui

berbagai pengalaman. Berbagai macam penyakit sudah tidak dapat

disembuhkan melalui pengobatan modern, ternyata masih bisa

ditangani dengan pengobatan herba. Ada pula pengalaman yang

membuktikan bahwa ada beberapa penyakit, ternyata pengobatan

herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan dibandingkan

dengan pengobatan modern. Keunggulan pengobatan herba terletak

pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya

dapat ditekan seminimal mungkin. Meskipun dalam beberapa kasus

dijumpai orang-orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi

tersebut dapat juga terjadi pada pengobatan medis. Beberapa kasus

menunjukkan bahwa sebagian orang alergi atau timbul penolakan

2

terhadap obat-obatan tertentu, sehingga menimbulkan efek samping

yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit lain.

Dari banyaknya fungsi dari obat-obat tradisional, salah satunya

adalah sebagai hepatoprotektor. Hepatoprotektor adalah senyawa

atau zat yang berkhasiat melindungi sel sekaligus memperbaiki

jaringan hati yang rusak akibat pengaruh zat toksik.

Selanjutnya akan dibahas lebih terperinci mengenai bahan-

bahan alam yang berfungsi sebagai hepatoprotektor.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah itu hati?

2. Apakah fungsi hati?

3. Apa yang dimaksud dengan Hepatitis, jenis-jenis virus hepatitis

dan perawatannya?

4. Apa saja bahan-bahan alam yang dapat berfungsi sebagai

hepatoprotektor?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hati.

2. Untuk mengetahui fungsi dari hati.

3. Untuk mengetahui dimaksud dengan Hepatitis, jenis-jenis virus

hepatitis dan perawatannya.

4. Untuk mengetahui bahan-bahan alam yang dapat berfungsi

sebagai hepatoprotektor.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Hati

Posisi organ hati sebagian besar terletak di perut bagian kanan

atas, yakni di belakang iga. Hati dinamakan juga liver atau hepar

merupakan kelenjar tubuh dengan berat sekitar 1/36 berat badan

orang dewasa, yaitu berkisar 1.200–1.600 g. Ukuran hati yang normal

adalah selebar telapak tangan orang itu sendiri.

Hati terdiri dua lobus utama, yakni lobus kanan dan kiri. Lobus

kanan merupakan bagian terbesar sementara lobus kiri lebih kecil.

Setiap lobus terdiri dari ribuan lobulus yang merupakan unit

fungsional. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel hati yang berbentuk

kubus,tersusun melingkar mengelilingi vena sentralis. Diantara lobulus

(interlobular) terdapat saluran empedu dan kapiler bernama sinosoid

yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika.sinusoid di

batasi oleh sel kuffer yang merupakan sistem retikuloendotelial dan

mempunyai fungsi menelan bakteri serta benda asing lainnya yang

masuk dalam tubuh.

4

Pada orang dewasa, darah yang mengalir setiap menit melalui

hati diperkirakan sekitas 1.200-1.500 ml. Darah yang mengalir

tersebut di dapat dari dua sumber yaitu vena porta dan arteri hepatika.

Vena porta membawa zat makanan karena menerima aliran darah

dari saluran cerna. Selain dri limpa dan pankreas.

B. Fungsi Hati

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai

banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan tubuh.

Ada tiga macam fungsi hati yaitu :

1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.

Empedu dibentuk oleh hati. melalui saluran empedu interlobular

yang terdapat di dalam hati, empedu yang di hasilkan dialirkan ke

kandung empedu untuk disimpan. Bila kita mengkonsumsi

makanan berlemak maka empedu yang tersimpan tadi akan di

keluarkan dan dialirkan kedalam usus dau belas jari (duodenum)

yang merupakan bagian teratas dari usus kecil. Dalam sehari,

sekitar 1 liter empedu disalurkan keluar(diekskresikan) oleh hati.

Empedu sebagian besar terdiri dari air (97%), sisanya terdiri atas

elektrolit, Garam empedu, posfolipid, kolestrol, dan pigmen empedu

(bilirubin). Garam empedu untuk pencernaan dan penyerapan

lemak dalam usus halus dan dialirkan kembali ke hati. Bilirubin atau

pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada

jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit

hati dan saluran empedu.

2. Fungsi metabolik.

Di samping menghasilkan energi, dan tenaga, hati mempunyai

peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan

vitamin.

3. Fungsi Pertahanan Tubuh.

Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik berupa proses

penawaran racun(detoksikasi) maupun fungsi perlindungan.

5

C. Hepatitis

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.

Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati, sakit liver,

atau sakit kuning. Namun istilah sakit kuning (ikterik atau juandice)

dapat menimbulkan keracunan karena tidak semua sakit kuning

disebabkan oleh radang Hati.

Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus. Berdasarkan

perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi hepatitis akut dan hepatitis

kronis. Disebut hepatitis kronis bila penyakitnya masih berlangsung

setelah enam bulan.

1. Penyebab Hepatitis.

Sebenarnya hepatitis atau radang hati dapat disebabkan

oleh berbagai macam penyebab seperti : virus (penyebab

terbanyak), bakteri, misalnya salmonella typhi, parasit, obat-

obatan, bahan kimia alami atau sintesis yang merusak

hati(hepatotoksik), alkohol, cacing, gizi buruk, dan atoinum.

Dengan semakin berkembangnya pemeriksaan serologis-

imunologis untuk penyakit hepatitis virus, maka saat ini sudah

dapat dideteksi 5 macam virus sebagai penyebabnya.

2. Jenis Virus Hepatitis.

a. Virus hepatitis A

Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran

ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-

negara berkembang sering terjadi wabah yang

penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

b. Virus hepatitis B

Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis

B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan

biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang

menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara

mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).

6

Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan

virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa

ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.

Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B

berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker

hati.

c. Virus hepatitis C

Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi

darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui

pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama.

Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk

alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati

alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.

d. Virus hepatitis D

Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan

virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi

lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini

adalah pecandu obat.

e. Virus hepatitis E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang

menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara

terbelakang.

f. Virus hepatitis G

Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.

Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :

1. Virus Mumps

2. Virus Rubella

3. Virus Cytomegalovirus

4. Virus Epstein-Barr

5. Virus Herpes

7

Kecenderungan meningkatnya jumlah penderita hepatitis

terutama oleh virus, saat ini sudah merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang memerlukan penanganan lebih baik. Hal ini

disebabkan sebagian infeksi virus hepatitis akan menjadi sirosis

dan kanker hati, serta berakhir dengan kematian akibat gagalnya

fungsi hati.

3. Perawatan.

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan

sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat

tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi

penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet

dan istirahat yang baik.

Hepatitis akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi

Hepatitis kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis

hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat

dilakukan untuk Hepatitis kronis yang dapat meningkatkan

kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya

tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir

dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat

dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan

untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis

diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu

melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel

hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu

meningkatkan produksi empedu oleh hati.

D. Parameter Pemeriksaan Hati

Dalam fungsi ekskresi maka hati akan mengeluarkan bahan

bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol dan sebagainya

melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit

8

lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka

ada banyak pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal

hati.' Semuanya, disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya

beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara

berbagai tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal

hati secara keseluruhan. Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak

khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor -faktor di luar hati,

sebagian lagi sudah obsolete.

Pemeriksaan terhadap fungsi hati secara umum meliputi

Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte aminotransferase (AST),

Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase (GGT atau

Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT)

dan International Normalised Ratio (INR). Masing-masing

pemeriksaan tersebut menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada

masalah pada fungsi hati atau tidak. Hasil yang ingin diketahui dari

pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya adalah:

1. Alkaline Phosphatase (ALP)

Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati,

saluran emmpedu, dan beberapa jaringan lainnya. Peningkatan

kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati,

terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.

2. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase)

merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta

efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini

dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot

rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada

SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada

proses kronis didapat sebaliknya.

9

SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau

spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan

untuk SGPT/ALT adalah :

· Laki-laki : 0 - 50 U/L

· Perempuan : 0 - 35 U/L

3. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase)

merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati,

sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka,

ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah,

kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak

dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST

akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48

jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali

setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan.

Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim

jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat

dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10

kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.

SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau

spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer,

spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry

analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :

· Laki-laki : 0 - 50 U/L

· Perempuan : 0 - 35 U/L

4. Gamma Glutamil Transferase (GGT)

Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT)

adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal,

sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa,

kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang

sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.

10

Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar

meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan

meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan

sel tetap berlangsung.

GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak

pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain

tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi

lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati,

meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi

terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam

jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-

3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT

dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline

phosphatase, ALP).

Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau

fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau

alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa

serum atau plasma heparin.

Nilai Rujukan :

DEWASA : Pria : 15 - 90 U/L, Wanita : 10 - 80 U/L, Lansia : sedikit

lebih tinggi

ANAK-ANAK : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa,

Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa, Anak : sama dengan

dewasa.

5. BILIRUBIN

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan

heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel

retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari

perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin

tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus

11

diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju

hati.

Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan

mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut

air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoronitransferase.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin)

masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya

flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang

melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin

terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang

terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh).

Karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan

bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur

dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi,

karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.

Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan

pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau

tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu

menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke

dalam aliran darah. Peningkatan kadar bilirubin indirek sering

dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti

pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau

eritroblastosis fatalis.

Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan

kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi

peningkatan kadar bilirubin indirek.

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga

jika kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan

mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim disebut

kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa

12

mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah >

15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3

mg/dl. Kinikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut

dalam lipid ganglia basalis.

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total

dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari

selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran

yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang

mengukur intensitas warna azobilirubin.

NILAI RUJUKAN

DEWASA ; total : 0.1 -1.2 mg/dl. Direk : 0.1-0.3 mg/dl, Indirek :

0.1-1.0 mg/dl

ANAK : total : 0.2-0.8 m/dl, indirek : sama dengan dewasa

BAYI BARU LAHIR : 1-12 mg/dl, indirek :sama dengan dewasa

E. Bahan-bahan Alam sebagai Hepatoprotektor.

1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)

a. Klasifikasi

Kingdom :Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

13

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

b. Kandungan dan Manfaat.

Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein,

karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer,

glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat

sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti

keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi

yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan

kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative

(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan

nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan,

melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain

dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga

dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil

patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi

dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Di

sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang

dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut

menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol

yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk

Aedes aegypti.

c. Tinjauan Ilmiah.

Ekstrak etanol terstandar rimpang temulawak menunjukkan

aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi kerusakan

hati dengan etanol. Pra perlakuan dengan ekstrak pada dosis

500 mg/kg BB dapat menurunkan SGOT, SGPT dan ALP

dibanding kontrol. Penelitian lain dengan ekstrak air temulawak

14

dengan konsentrasi 75 dan 100% selama 12 hari pada tikus

putih galur wistar sebelum diinduksi CCl4 10% dosis 0,5 cc

selama 2 hari menunjukkan terjadinya penurunan kadar SGOT

sampai mendekati kadar normal dibandingkan kontrol.

Efek protektif terhadap peradangan, hepatotoksisitas dan

kardiotoksisitas dari rimpang temulawak diperkirakan berasal

dari senyawa utama kurkumin. Aktivitas ini diuji dengan

menggunakan berbagai model hewan uji dengan parameter

biokimia seperti enzim penanda serum, antioksidan dalam

jaringan target dan perubahan histoarsitektur hati dan jantung.

Perlakuan dengan kurkumin menghambat pembengkakan pada

telapak kaki yang diinduksi karagenan dan albumin.

Peningkatan bobot hati dan jantung akibat kerusakan hati yang

diinduksi dengan CCl4 dan nekrosis jantung akibat induksi

isoproterenol juga berkurang dengan pengobatan kurkumin.

Kurkumin juga menghambat peroksidasi lipid yang dikatalis

oleh besi dalam homogenat hati, peredaman nitrit oksida yang

dilepas secara spontan dari nitroprusida dan menghambat

hemolisis eritrosit tikus yang diinduksi panas.

2. Daruju (Acanthus ilicifolius L)

a. Klasifikasi

15

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Acanthus

Spesies : Acanthus ilicifolius L.

b. Kandungan dan Manfaat.

Daruju memiiki rasa pahit dan bersifat dingin. Beberapa bahan

kimia yang terkandung dalam daruju di antaranya flavone dan

asam amino. Efek farmakologis daruju di antaranya anti-

radang, pereda batuk, dan anti-neoplastik (penghambat

tumbuhnya sel-sel neoplasma atau tumor). Selain itu, biji daruju

merupakan pembersih darah.

c. Tinjauan Ilmiah.

Ekstrak alkohol daun daruju dosis 250 dan 500 mg/kg BB yang

diberikan secara oral mengurangi hepatotoksisitas yang

diakibatkan CCl4 pada tikus secara signifikan. Hal ini dinilai

berdasarkan penurunan kadar ALP, enzim GOT dan GPT.

Aktivitas ekstrak daun daruju setara dengan kurkumin dosis

100 mg/kg BB secara oral.

3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

16

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

b. Kandungan dan Manfaat.

Zat kimia yang terkandung di dalamnya, yaitu phyllanthin dan

hypophyllanthin, memiliki efek antioksidatif dan efek

antihepatotoksik terhadap CCl4 dan galaktosamin. Phyllanthin

juga meningkatkan viabilitas hepatosit, mencegah pelepasan

enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid, dan

meningkatkan glutation.9 Phyllanthin terdapat pada akar,

batang, daun, dan biji buah meniran. Kadar tertinggi ada pada

daunnya.

17

Manfaat lain tanaman ini adalah mengobati kencing kurang

lancar, demam, ayan, malaria, sembelit, tekanan darah tinggi,

haid tidak teratur, sariawan, mules, kencing nanah, rajasinga,

ginjal nyeri, diare, tetanus, darah kotor, kejang, kencing batu,

kejang perut, sakit gigi dan batuk rejan.

c. Tinjauan Ilmiah.

Uji aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif ekstrak air (daun

dan buah) serta metanol (daun dan buah) meniran

menunjukkan penghambatan membran lipid peroksidasi (LPO)

dan IC50 berturut-turut sebesar 107; 42,3; 51,5; dan 204

µg/mL., menghambat radikal bebas DPPH (15,3; 32,6; 9,1 dan

14,5 µg/mL.). aktivitas antioksidan ekstrak air dan metanol dari

daun dan buah meniran juga ditunjukkan dalam uji in vivo

dengan kemampuan menghambat pembentukan lipid

peroksidase di hati tikus dengan induksi CCl4. Pra perlakuan

dengan ekstrak meniran bersifat hepatoprotektif terhadap

induksi CCl4 dengan mencegah kenaikan kadar enzim glutamat

oxaloasetat transaminase (SGOT) dan glutamat pituvat

transminase (SGPT).

Ekstrak air daun meniran menunjukkan penghambatan

terhadap spesies reaktif asam tiobarbiturat (TBARS) yang

diinduksi dengan beberapa pro-oksidan (FeSO4 10 µM dan

natrium nitroprusida 5 µM) pada hati tikus, otak dan ginjal

terhomogenat. Ekstrak juga menunjukkan pembentukan

TBARS dalam fosfolipid yang diekstraksi dari kuning telur.

Ekstrak meniran menunjukkan aktivitas anti radikal bebas

DPPH dengan IC50 43,4±1,45 µg/mL. Aktivitas hepatoprotektif

secara in vivo terhadap kerusakan hati yang diinduksi dengan

paracetamol ditunjukkan dengan adanya penurunan SGOT,

SGPT dan peningkatan aktivitas katalase hati pada kelompok

perlakuan dibandingkan kontrol.

18

d. Penyiapan dan Dosis.

Campuran dari 100 g Batang daruju, 400 g Meniran dan 100 g

Temulawak.

Semua bahan ramuan dibuat serbuk, lalu direbus dengan air

sebanyak 1,5 liter sampai tinggal 1 liter.

Diminum 2 kali sehari 2 gelas pagi dan sore.

4. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata Nees

b. Kandungan dan Manfaat.

Komponen utama obat Andrographis adalah andrografolida. Ia

memiliki rasa pahit yang sangat, adalah kristal tak berwarna

dalam penampilan, dan disebut sebagai diterpen lakton.

19

Kandungan andrografin, androfolit (zat pahit), dan panikulin

dalam sambiloto merupakan antibiotika alami. Zat ini membantu

tubuh dari dalam untuk mengurangi risiko penuaan kulit dan

menjaga fungsi organ tubuh dari efek radikal bebas. Ekstrak

sambiloto mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap

infeksi yang menurunkan kualitas organ dalam tubuh, termasuk

jaringan kulit. Pemanfaatan herba ini biasanya dalam bentuk

kering atau ekstrak daun, batang, akar, dan bunga agar tahan

lama.

Sambiloto mengandung andrograpolid, deoksiandrograpolid,

dan neograpolid pada seluruh bagian tanaman. Namun, bagian

tanaman yang paling banyak mengandung andrograpolid

adalah daun (sekitar 1%).

Dan manfaat lain dari tanaman ini adalah dapr mengobati

radang, tonsil, borok, tifus, demam, gatal-gatal, antiracun,

kehilangan selera makan, disentri, radang anak telinga, kencing

manis, eksema, radang usus buntu, masuk angin difteri dan

darah kotor.

c. Tinjauan Ilmiah.

Tiga senyawa diterpen dari sambiloto andrografolid (I),

andrografisid (II) dan neoandrografolid (III) dosis 100 mg/kg

(i.p.) diuji aktivitas hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi

CCl4 atau t-butilhidroperoksida (tBHP). Pra perlakuan dengan

senyawa diterpen selama 3 hari menurunkan pembentukan

MDA, GSH dan pemecahan enzim SGPT dan ALP pada

kelompok perlakuan. Dibandingkan dengan silimarin, senyawa I

menunjukkan potensi hepatoprotektif yang lebih rendah

dibandingkan senyawa II dan III yang setara dengan silimarin.

Kadar GSH kembali normal pada pemberian senyawa III.

Dekokta dari herba sambiloto 60 mL/hari (setara dengan 40 g

simplisia) yang diberikan selama 24 hari mempu menurunkan

20

kadar bilirubin, ALP, SGOT, SGPT dan fraksi serum globulin

protein pada pasien hepatits. Sambiloto juga meningkatkan

total protein serum dan fraksi albumin. Dari total pasien yang

diuji, 80% mengalami kesmbuhan dan 20% lainnya diperingan

gejalanya. Perlakuan dengan sambiloto mencegah peningkatan

SGOT, SGPT dan lipid peroksidase yang diinduksi BHC (beta-

heksaklorosikloheksan). Aktivitas dari enzim-enzim antioksidan

seperti SOD, katalase, glutation peroksidase menurun akibat

BHC. Pemberian sambiloto menunjukkan efek proteksi

terhadap efek BHC di atas. Hasil ini menunjukkan aktivitas

antioksidan dan hepatoprotektif sambiloto.

d. Penyiapan dan dosis.

Campuran antara 1 kg temulawak dan 1 genggam daun

sambiloto.

Semua bahan dibuat serbuk. 1 sendok makan serbuk diseduh

dengan 1 gelas air panas lalu disaring.

Ramuan diminum 1 x sehari @ 1 gelas selama 3 minggu.

5. Herba Lidah Ular (Hedyotidis Corymbosae Herba)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Hedyotis

21

Spesies : Hedyotidis Corymbosae L.

b. Kandungan dan Manfaat.

Tanaman ini mengandung stigmasterol, asam ursolik, asam

oleonik, β-sitosterol, sitisterol-D-glukosida, asam p-kumarik,

glikosida, flavonoid, (+)-lioniresinol-3α-O-β-D-glukopiranosid,

kuersetin, eskuletin, skopoletin, hedyotiskon A, asam p-

hidroksibenzoat, asam protokatekuat, asam vanilat, asam

siringat, (+)-vomifoliol, (+)-dihidrofomifoliol, S-(+)-

dihidrofomifoliol, dan alizarin 1-metil eter.

Tanaman ini pula dapat dimanfaatkan sebagai obat tukak

lambung, disentri, habis bersalin, gangguan pencernaan, dan

obat penurun panas.

c. Tinjauan Ilmiah.

Hasil penelitian pada hewan percobaan tikus jantan albino galur

Wistar yang telah diinduksi dengan paracetamol menunjukkan

peningkatan pada kadar serum SGOT, SGPT, serum bilirubin

(SB), serum alkalin fosfatase (SAKP) yang merupakan

parameter kerusakan hati. Dengan pemberian ekstrak lidah ular

dengan dosis 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB sebelum diberi

induksi paracetamol secara signifikan mampu menurunkan

kadar SGOT, SGPT, SB, SAKP. Dari hasil pengamatan

histologi hati terlihat ekstrak dosis 200 mg/kg BB mampu

mengurangi kerusakan hati yang diinduksi paracetamol.

d. Interaksi Obat.

Penggunaan kombinasi herba dengan asam deoksikolat dapat

menyebabkan diare pada beberapa pasien.

e. Penyiapan dan Dosis

Secara tradisional:

Pemakaian dalam: 15-60 g direbus.

22

Radang usus buntu dan peritonitis lokal yang ringan: 60 g

herba direbus, dibagi untuk 2-3 kali minum, selama 6-8 hari.

Pada kasus berat, harus dengan campuran lain.

Sumbatan saluran sperma: 30 g herba ini direbus, minum

selama 3-4 minggu, pada kasus-kasus nyeri buah zakar akibat

gumpalan sperma setalah dilakukan pengikatan saluran

epididimis.

Pemakaian Luar:

Untuk mengobati memar, piodermi, gigitan ular, tulang patah,

terkilir; Lumatkan herba segar untuk dibubuhkan ditempat yang

sakit. Tersiram air panas: Herba segar secukupnya direbus,

untuk cuci.

6. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)

a. Klasifikasi

Kerajaan/Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas/Class : Dicotyledonae

Bangsa/Ordo : Rubiales

Suku/Family : Rubiaceae

Marga/Genus : Uncaria

Jenis/Spesies : Uncaria gambir Roxb.

b. Kandungan dan Manfaat.

23

Tanaman ini mengandung tanin: Katekin; Protoantosianidin:

Gambiriin A1, gambiriin A2, gambiriin A3, gambiriin B1,

gambiriin B2, gambiriin B3, gambiriin C; Alkaloid:

Dihidrogambiriin, gambirdin, gambirtanin, gambirin, isogambirin,

auroparin, dan oksogambirtaninm; Kandungan lainnya:

Kuersetin, epikatekin, epigalokatekin dan asam tanat.

Gambir banyak kegunaannya di antaranya untuk pengobatan

luka bakar dan gangguan lambung, gangguan pencernaan

seperti diare, obat sakit gigi dan digunakan sebagai obat kumur

untuk pengobatan radang tenggorokan, dan infeksi bakteri.

Selain itu, gambir digunakan untuk gangguan pembuluh darah,

perangsang sistem syaraf otonom, anti oksidan, obat penyakit

hati dan anti inflamasi.

Di bidang kosmetik gambir sebagai tabir surya, anti jerawat dan

anti penuaan. Gambir dapat menghambat pembentukan enzim

elastase yang terbentuk karena paparan sinar UV.

c. Tinjauan Ilmiah.

Gambir mengandung katekin dan kuersetin (suatu flavonoid)

yang berdasarkan penelitian dapat meringankan penyakit

hepatitis. Katekin secara khusus, dapat menurunkan kadar

bilirubin serum pada semua bentuk hepatitis. Katekin juga

meningkatkan clearens antibodi hepatitis dari darah dan

menurunkan kadar enzim hati. Aktivitas antioksidan dari katekin

meningkatkan sistem imun dan menstabilisasi membran.

Ekstrak gambir dosis 10 mg/kgBB, yang diberikan pada tikus

selama 8 hari berturut-turut dan pada hari ke-9 diinduksi CCl4

2mg/kg BB, secara bermakna dapat menurunkan kadar

malondialdehid (MDA)

serum sebesar 3,28 nmol/mL jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol positif 4,07 nmol/mL. Dari uji tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemberian ekstrak gambir dapat

24

memproteksi kerusakan hepar dari radikal bebas triklorometil

dengan bekerja sebagai antioksidan. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyimpulkan

bahwa pemberian katekin 1% dengan dosis 2 mg/kgBB selama

delapan hari berturut-turut dapat memberikan proteksi pada sel

hepar tikus setelah pemaparan dengan CCl4, dimana katekin

merupakan komponen nomor dua terbesar dalam gambir.

d. Interaksi Obat.

Gambir tak tercampurkan dengan gelatin, besi, dan alkali.

e. Penyiapan dan Dosis.

Penyiapan: Tingtur: Maserasi 200 g serbuk gambir dan 50 g

kayu manis dengan 1 L etanol 45 %.

Dosis harian: 0,5 -2 gram serbuk atau 2,5-5 mL tingtur gambir.

7. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

25

Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

b. Kandungan dan Manfaat.

Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan

bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti

protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah

cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu

mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan

yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam

mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium,

caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace

elemens, phenylalanine, magnesium, dll. Ia juga mengandung

terpenoid yang sangat berguna dalam proses sintesis organic

dan pemulihan sel-sel tubuh.

Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti

peradangan dan anti-alergi.

Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah

mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya

mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan

pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam

jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti

koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk

mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur

dan bentuk sel yang aktif.

c. Tinjauan Ilmiah.

Telah dilakukan pengujian untuk mengevaluasi efek proteksi

dari jus buah mengkudu terhadap kerusakan liver akut yang

diinduksi oleh karbontetraklorida (CCl4) pada tikus betina

Sprague-Dawley (SD). Kerusakan hati (micro-centrilobular

necrosis) pada hewan percobaan diamati dengan melakukan

26

pra perlakuan dengan 20% plasebo (air minum) ditambah

dengan CCl4. Kelompok uji lain adalah kelompok tikus betina

yang mendapatkan pemberian jus noni 20% pada hewan

percobaan yang telah mengalami pra perlakuan dengan

plasebo dan CCl4, pada kelompok uji ini menunjukkan adanya

penurunan lesi hepatotoksik. Selain itu, terjadi penurunan kadar

serum alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase

secara signifikan pada kelompok yang diberikan perlakuan

dengan jus noni dibandingkan dengan kelompok kontrol (hanya

mendapatkan plasebo dan CCl4). Pada pengujian korelatif

berdasarkan waktu, salah satu dosis CCl4 (0,25 mL/kgBB

dalam minyak jagung, per oral) pada tikus betina SD yang

diberikan pra perlakuan hanya dengan 10% plasebo (air

minum) selama 12 hari, mengalami lesi hepatotoksik progresif

setelah 24 jam, sedangkan kelompok yang mendapatkan pra

perlakuan dengan jus noni 10% menunjukkan adanya efek

proteksi terhadap lesi. Hasil ini menunjukkan bahwa jus noni

efektif untuk perlindungan hati (hepatoprotektif) dari paparan

toksin ekstrinsik.

d. Penyiapan dan Dosis

Secara tradisional:

Sebanyak 100 g buah segar yang sudah masak dicuci,

ditumbuk sampai halus, ditambah ¼ gelas air matang,

ditambahkan 1 sendok teh cuka dan 1 g garam. Kemudian

disaring, hasil saringan diminum sehari tiga kali sama banyak.

8. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

27

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

b. Kandungan dan Manfaat

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan jenis temu-

temuan yang mengandung kurkuminoid, yang terdiri atas

senyawa kurkumin dan turunannya yang meliputi

desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.

Bagian dari kunyit yang terutama dimanfaatkan adalah

rimpangnya yaitu banyak dimanfaatkan untuk keperluan

ramuan obat tradisional, bahan pewarna tekstil, bumbu

penyedap masakan, rempah-rempah, dan bahan kosmetik.

Manfaat rimpang kunyit sebagai obat tradisional antara lain

untuk obat gatal, kesemutan, gusi bengkak, luka, sesak napas,

sakit perut, bisul, kudis, encok, sakit kuning, memperbaiki

pencernaan, antidiare, penawar racun, dan sebagainya.

c. Tinjauan Ilmiah.

Uji klinik aktivitas hepatoprotektor dari serbuk kunyit

terfermentasi dilakukan pada 60 pasien yang didiagnosis

mengalami peningkatan kadar SGOT antara 40 IU/L. Uji klinik

28

dilakukan dengan metode acak buta ganda selam 12 minggu.

60 pasien secara acak menerima kapsul serbuk kunyit

terfermentasi 3 g/hari dan plasebo diberikan dalam dosis

terbagi sehari tiga kali. Hasil menunjukkan adanya penurunan

nilai SGOT dan SGPT secara signifikan sedangkan ALP, TB,

kadar ipid tidak berubah bermakna. Efek samping tidak

ditemukan selama masa pengamatan.

d. Penyiapan dan Dosis

Rimpang Kunyit segar sebanyak 1 genggam ditumbuk bersama

dengan 1 genggam akar kelapa muda segar dan 1 genggam

akar pinang lalu diperas hingga airnya keluar. Hasi perasan

kemudian ditambah madu.

Ramuan ini diminum sebelum makan, 2 kali sehari salam 3

hari.

9. Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

29

Ordo : Sapindales

Famili : Simaroubaceae

Genus : Eurycoma

Spesies : Eurycoma longifolia Jack.

b. Kandungan dan Manfaat

Secara turun-temurun akar tumbuhan ini dipercaya berkhasiat

dalam meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu,

secara empiris akar pasak bumi juga dimanfaatkan sebagai

tonikum bagi ibu-ibu setelah melahirkan, serta dalam

pengobatan berbagai penyakit, di antaranya pembengkakan

kelenjar (glandular swelling), demam, dan disentri.

Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa akar pasak bumi juga

berkhasiat dalam pengobatan sexual, antimalaria, dan

sitotoksik. Hasil studi fitokimia menggambarkan bahwa akar

pasak bumi mengandung beragam senyawa termasuk di

dalamnya golongan quassinoid, canthin-6-one alkaloid, α-

carboline alkaloid, tirucallane-type triterpen, squalene derivatif,

squalene-type triterpen, dan biphenylneolignan.

c. Tinjauan Ilmiah.

Aktivitas hepatoprotektor akar pasak bumi (Eurycoma longifolia

Jack.) pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).

Ekstrak metanol dan fraksi-fraksi turunannya (fraksi n-heksan,

kloroform, etil asetat, dan metanol-air) dengan dosis 500 mg/kg

BB diberikan per oral selama tujuh hari berturut-turut.

Pembanding positif yang dipakai dalam penelitian ini adalah

silymarin dosis 25 mg/kg bobot badan. Aktivitas

hepatoprotektor diukur dari perubahan kadar alanin

transaminase (ALT) dan aspartat transaminase (AST) dalam

serum, serta gambaran histopatologi hati. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa fraksi metanol-air mampu menekan

peningkatan kadar ALT (282,57±320,32 U/L) dan AST

30

(272,33±85,63 U/L) dibanding dengan ekstrak metanol

(380,61±324,88 U/L dan 475,27±412,31 U/L), fraksi n-heksan

(279,80±304,92 U/L dan 488,53±426,81 U/L), fraksi kloroform

(418,30±294,80 U/L dan 427,70±273,08 U/L), dan fraksi etil

asetat (312,80±443,30 U/L dan 418,40±370,52 U/L), walaupun

belum sebaik silymarin (ALT 105,09±21,62 U/L dan AST

310,25±2,45 U/L), dan gambaran histopatologi fraksi metanol-

air juga belum sebaik silymarin. Dapat disimpulkan bahwa

fraksi metanolair akar pasak bumi memiliki potensi sebagai

hepatoprotektor.

d. Penyiapan dan Dosis

Ambil satu potong Akar Pasak Bumi dibersihkan dengan tisu /

lap bersih (jangan menggunakan air). Kemudian direbus

dengan satu gelas air panas selama 3-4menit. Setelah direbus,

didinginkan terlebih dahulu. Kemudian diminum.

Setiap potong Akar Pasak bumi dapat direbus berkali-kali

sampai terasa rasa pahit di air hampir habis / tidak terasa.

Dosis :

Untuk pengobatan : 2-3 kali sehari

Untuk perawatan : 1 kali sehari

31

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat

melindungi sel sekaligus memperbaiki jaringan hati yang rusak

akibat pengaruh zat toksik.

2. Bahan alam yang berfungsi sebagai hepatoprotektor, antara lain:

a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)

b. Daruju (Acanthus ilicifolius L)

c. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

d. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

e. Herba Lidah Ular (Hedyotidis Corymbosae Herba)

f. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)

g. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

h. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val)

i. Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)

B. Saran

Perlu adanya pengembangan dan penelitian yang lebih lanjut pada

bahan-bahan alam lainnya yang ada disekitar kita sebagai upaya

dalam hal penemuan obat-obat baru yang berkhasiat.

32

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI, 2013, Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia,

Volume III, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelima, Edisi Pertama,

Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta. BPOM RI, 2011, Acuan Sediaan Herbal, Volume 6, Edisi 1, Direktorat

Obat Asli Indonesia, Jakarta. Dalimartha, S. 2006, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan

Hepatitis.Penebar Swadaya, Edisi Revisi, Jakarta. Hartono, dkk, 2005, Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma

domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminofen, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Panjaitan, Ruqiah, dkk, 2011, Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Metanol

Akar Pasak Bumi dan Fraksi-Fraksi Turunannya, Jurnal Veteriner, Volume 12, Cibinong; Jakarta.

Sumardi, Majid, 2010, Efek Meniran (Phyllanthus Niruri Linn) Terhadap

Kadar Ast Dan Alt Mencit Balb/C yang Diinduksi Asetaminofen, Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro, Semarang.

Sumira, 2011, Temu Lawak (Curcuma Xanthorrhiza) Sebagai Hepatoprotektor Dari Penyakit Hepatitis B, http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2011, Diakses 5 April 2014.

http://www.anneahira.com/tanaman-obat/temulawak.htm, Diakspes 5 April 2014.