23
1 TASK READING ‘’GANGGUAN TINGKAH LAKU’’ Oleh : Kelompok : 7 Aflis (013.06.0002) Universitas Islam Al-Azhar Mataram Fakultas Kedokteran 2015 – 2016 TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

  • Upload
    aflis

  • View
    83

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gangguan tingkah laku menurut DSM-IV-TR didefinisikan bahwa gangguan tingkah laku atau conduct disorder adalah pola prilaku yang tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain yang norma susila.5 Dalam bukunya Tingkah Laku Abnormal, Linda De Clerg mengemukakan bahwa istilah gangguan tingkah laku atau conduct disorder mengacu pada pola prilaku antisosial yang bertahan yang melanggar hak-hak orang lain dan noma susila.6

Citation preview

Page 1: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

1

TASK READING

‘’GANGGUAN TINGKAH LAKU’’

Oleh :

Kelompok : 7

Aflis (013.06.0002)

Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Fakultas Kedokteran 2015 – 2016

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 2: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan tingkah laku yaitu gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan social yang di sebakan oleh lemahnya Kontrol diri, merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak.1 Fenomena seperti ini umumnya banyak terjadi di Negara. penelitian epidemiologi di beberapa Negara seperti kanada, Queensland, dan selandia baru menunjukan sekitar 5-7% anak-anak mengalami gangguan prilaku.2 Di Indonesia sendiri, walau belum ada angka yang pasti, namun dari anak yang terlibat kejahatan hokum dan kenakalan dapat di prediksu cukup banyak anak yang mengalami gangguan prilaku.

Pada tahun 1987, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 4.000 tersangka dibawah usia 16 tahun di ajukan ke pengadilan dan kasusnya yang sampai tidak di ajukan kepengadilan lebih banyak lagi. Pada tahun 2000, BAPAS (Balai Permasyarakatan) mencatat bahwa di lampung setiap bulannya terjadi 35 kasus anak yang berkonflik dengan hokum , yang berarti 1 tahunnya berjumlah 420 kasus kejahatan yang mereka lakukan bermacam-macam, mulai dari pencurian, pemerasan dan pengeroyokan sampai penggunaan obat-obatan, pemerkosaan dan pembunuhan. 3

Banyak jumlah anak yang mengalami gangguan prilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera di berikan intervensi yang tepat. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa gangguan prilaku ini berdampak sangat merugikan, tidak hanya bagi anak-anak dan remaja yang mengalaminya tetapi juga bagi masyarakat. meskipun anak yang dengan masalah prilaku tidak selalu menjadi dewasa yang anti social, namun sebagian diantara mereka terlibat tindakan kriminal dan mengembangkan prilaku antisosial, serta bermasalah dengan obat-obatan. 4

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 3: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

3

BAB II

PEMBAHASA

I. Pengertian Gangguan Tingkah Laku

Dalam DSM-IV-TR didefinisikan bahwa gangguan tingkah laku atau conduct disorder adalah pola prilaku yang tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain yang norma susila.5 Dalam bukunya Tingkah Laku Abnormal, Linda De Clerg mengemukakan bahwa istilah gangguan tingkah laku atau conduct disorder mengacu pada pola prilaku antisosial yang bertahan yang melanggar hak-hak orang lain dan noma susila.6

Gangguan tingkah laku/ conduct disorder (CD) merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang paling sulit ditangani pada anak-anak dan remaja, CD melibatkan sejumlah prilaku bermasalah, (misalnya, berbohong mencuri, melarikan diri, kekerasan fisik, prilaku seksual koersif)9

Charles Wenar Dan Patricia Kering dalam bukunya Development Psychopathology From Infancy Though Adolescence dalam DSM-IV-TR yaitu aggression to peple and animal (agresi terhadap orang lain dan hewan) destruction of people (menghancurkan kepemilikan) deceitfulness or theft (berbohong atau mencuri) and serious violation of rules (pelanggaran aturan yang serius).7 American Psychiatric Assoociation, mengemukakan bebrapa kriteria conduct disorder dari masing-masing kategori conduct disorder sebagai berikut :

a. pertama conduct disorder merupakan pola prilaku yang repetitive dan presisten yang ditandai dengan adanya hal-hal dasar. Setidaknya 3 dari hal-hal bericut muncul dari 12 bulan terakhir, seperti aggression to people and animal (agresi terhadap orang dan hewan), missal :

1. sering melakukan bully, ancaman, mengintimidasi orang lain, 2. sering memulai pertengkaran fisik terhadap orang lain3. menggunakan senjata yang dapat menyebabkan bahaya fisik terhadap

orang lain misalnya : (tongkat, botol pecah, pisau, pistol)4. melakukan kekejaman fisik terhadap orang lain 5. melakukan kejahatan fisik terhadap hewan6. mencuri sambil mengkonfrontasi korban contohnya: (pencopet,

perampok bersenjata)7. memaksa seseorang melakukan aktifitas seksual, atau melakukan

pengerusakan barang 8. melakukan pembakaran secara sengaja dengan tujuan untuk

menghasilkan kerusakan yang serius 9. melakukan pengerusakan barang dan benda secara sengaja. Atau

melakukan penipuan dan pencurian. 10. masuk secara paksa ke dalam rumah, banguna atau mobil 11. sering berbohong untuk memperoleh barang dan jasa atau untuk

menghindari kewajiban 12. mencuri tanpa konfrontasi atau melakukan pelanggaran yang serius

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 4: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

4

13. sering keluar rumah pada malam hari walaupun dilarang yang di mulai pada usia 13 tahun

14. melarikan diri dari rumah pada malam hari setidaknya 2 kali selama tinggal di rumah orang tua atau orang tua asuh (atau satu kali tanpa kembali ke rumah untuk jangka waktu yang lama)

15. sering bolos dari sekolah yang dimulai dari usia 13 tahun. 5

b. Kedua, gangguan prilaku tersebut menyebabkan kerusakan yang signifikan pada fungsi social, academis atau pekerjaan.

c. Dan ketiga, apabila individu berusia 18 tahun atau lebih maka kriteria yang ditampilkan bukan conduct disorder tetapi Antisocial Personality Disorder.

II. EpidemiologiGangguan tingkah laku lazim ditemukan di masa kanak dan remaja. Angka perkiraan gangguan tingkah laku didalam populasi umum berkisar dari 1 hingga 10 persen. Gangguan ini lebih lazim ditemukan ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dan resionya berkisar sekitar 4:1 hingga 12:1. Gangguan tingkah laku lebih lazim ditemukan pada anak dari pada orang tua yeng memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan alcohol dibandingkan populasi umum. Prevelensi gangguan tingkah laku dan prilaku antisosial secara signifikan terkait dengan factor sosioekonomi.10

III. Klasifikasi Conduct Disorder

Berdasarkan awal munculnya gangguan tingkahlaku atau conduct disorder dapat di bagi menjadi tiga yaitu :

Conduct disorder, childhood-onset type : kemunculan sekurang-kurangnya satu kriteria conduct disorder sebelum usia 10 tahunConduct disorder, aldolescent-onset type karateristik conduct disorder tidak ada yang ditampilkan sebelum usianya 10 tahun Conduct disorder, unspecified onsed usia kemunculan tidak di ketahui.5

Berdasarkan tingkat keparahan maka conduct disorder dapat dispesifikan sebagai berikut:

Pertama mild : masalah prilaku hanya sedikit melewati kriteria yang di syaratkan (kalau ada) dan masalah prilaku hanya menyebabkan bahaya ringan terhadap orang lain. Kedua moderat : jumlah dan dampak masalah prilaku berada di antara ‘’mild’’ dan ‘’severe’’ ketiga severe : masalah prilaku banyak melewati kriteria disyarat atau masalah prilaku menyebabkan bahaya yang besar terhadap orang lain. 5

American Psychiatric Assoociation menjelaskan bahwa conduct disorder terutama sejenis conduct disorder childhood-onset type, lebih banyak di miliki oleh laki-laki dari pada perempuan. Perbedaan jender engan diagnosis conduct disorder sering kali menampilkan prilaku bmempengaruhi juga jenis masalah conduct yang

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 5: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

5

ditampilkan. Laki-laki dertengkar, mencuri, vadalisme dan pelanggaran disiplin sekolah. Sedangkan perempuan dengan diagnosis conduct disorder seringkali menampilkan prilaku berbohong, bolos, melarikan diri dari rumah, menggunakan obat terlarang dan prostitusi. prilaku konfrontatif lebih banyak digunakan laki-laki dari pada perempuan.

IV. EtiologiTidak ada factor tunggal yang bertanggung jawab terhadap timbulnya prilaku antisosial dan gangguan tingkah laku. Namun, banyak factor biopsikososial yang turut berperan didalam timbulnya gangguan ini.10

V. Faktor Penyebab Conduct Disorder Factor-faktor penyebab yang menyebabkan conduct disorder dapat dibedakan

menjadi factor biologis, factor individual dan factor keluarga.7

a. Factor BiologisTempramen merupakan penyebab biologis bagi terbentuknya conduct

disorder. Sebagai contoh Moffit dan Lyman dalam Wenar dan Kering mengatakan bahwa hal yang mempengaruhi berkembangnya prilaku yaitu adanya disfungsi neoropsikologi yang berhubungan dengan tempramen sulit yang memicu impulsivitas, perasaan mudah tersinggung dan aktifitas berlebihan pada anak .

Tempramen yaitu gaya karakteristik seseorang dalam melakukan pendekatan dan bereaksi terhadap orang dan situasi dilingkungan.8 Tempramen dapat diartikan sebagai cara (bagaimana) seseorang melakukan suatu hal. Bayi berusia 8 minggu sudah menunjukan tanda-tanda perbedaan tempramen yang membentuk bagian penting dalam kepribadiannya. A. Thomas, Chess dan Birch dalam Diane E. Papalia dan Sally Wedkos Olds megidentifikasi 9 komponen yang muncul pada bayi setelah lahir yaitu :

1. Level aktifitas : bagaimana dan sebanyak mana individu bergerak2. Ritme dan keteraturan : sejauh mana suatu siklus biologis dipresiksi,

seperti waktu lapar, waktu tidur dan buang air.3. Respon mendekat (approach) atau menjauh : bagaimana suatu individu

berespon awalnya berespon terhadap stimulasi baru, seperti mainan atau orang baru.

4. Adaptasi : seberapa mudah suatu respon awal dimodifikasi dengan situasi yang baru atau situasi yang berubah

5. Ambang responsivitas : berapa banyak stimulus untuk menghasilkan suatu respon.

6. Intensitas reaksi : seberapa energy individi dalam merespon7. Kualitas suasana hati (mood) : apakah individu memperlihatkan

mayoritas prilaku yang menyenangkan, gembira atau bersahabat atau sebaliknya.

8. Distrabilitas : sejauh mana stimulasi yang relefan dapat mengubah dan menganggu prilaku individu.

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 6: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

6

9. Rentang perhatian dan presistensi : berapa lama suatu individu melakukan aktofitas dan tetap melanjutkan walupun ada hambatan

Berdasarkan 9 komponen tempramen tersebut, para peneliti menetapkan tiga pola tempremnt yaitu :

Tempramen mudah (easy)Tempramen sulit (difficult)Temptramen lambat (slow-to-warm-up)penjelasan dari setiap pola tempramen tersebut dalam tabel berikut :

Menurut A. Thomas dan Chess; Braungart, Plomin, DeFries dan Fulker dkk, bahwa temperament mayoritas di temukan oleh factor hereditas. Menurut A. Thomas dan Chess dalam Diane E. Papalia dan Sally Wendoks Olds, perbedaan individu dengan temperament dasarnya tampaknya tidak ditentukan oleh sikap orang tua atau gender, urutan kelahiran atau kelas social. Namun menurut Person-Blennow dan Mc. Neil temperament dapat burubah seiring berjalannya waktu. Hal itu ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh New York longitudinal study (NYLS) pada tahun 1984 yang menemukan bahwa

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Easy child Difficult child Slow-to-Warm-Up ChildBerespon secara baik terhadap situ bah asi yang baru/situasi yang beru

Berespon secara buruk terhadap situ bah asi yang baru/situasi yang beru

Berespon secara lambat terhadap situ bah asi yang baru/situasi yang beru

Cepat mengembangkan pola/ jadwal tisur dan makanan yang teratur

Memiliki jadwal tisur dan makanan yang tidak teratur

pola/ jadwal tisur dan makanan lebih teratur dari pada anak bertemperament sulit namun lebih tidak teratur dibandingkan anak bertemprament mudah

Mudah mengkonsumsi jenis makanan baru

Lambat menerima jenis makana baru

Menunjukan respon awal yang sedikit negative terhadap stimulus yang baru

Tersenyum kepada orang asing

Curiga terhadap orang asing

Mudah beradaptasi terhadap situasi baru

Lambat beradaptasi terhadap situasi baru

Minat terhadap situasi berkembang secara bertahap setelah stimulus diberikan berulang kali tanpa paksaan

Dapat mentoleransi terhadap rutinitas baru peraturan permainan baru

Lambat beradaptasi terhadap rutinitas baru sering menangis dan tertawa dengan keras

Umumnya menampilkan suasana hati yang positif, dengan intensitas ringan sampai sedang

Umumnya menampilkan suasana hati yang negative secara intensif

Menampilkan hati yang positif maupun negative dengan intensitas ringan

Page 7: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

7

individu menunjukan adanya perubahan temperament walaupun 9 aspek dasar temperament yang mereka miliki tetap stabil. Tampanya terkadang hal itu disebabkan oleh adanya kejadian/pristiwa yang dialami oleh individu atau adanya perbedaan prilaku orang tua dalam mengenali anaknya.8

Karakter temperament saja bukanlah factor tunggal yang menentukan tempranent akhir individu. Hal itu dipengaruhi oleh adanya kesesuaian antara temperament dasar anak dan lingkungan sehinga menentukan apakah perkembangan anak menjadi sehat atau pathologis Anak akan mengalami stress apabila dituntut untuk beprilaku yang berkebalikan dengan temperament dasarnya. Misalnya anak yang sangat aktif dan tinggal di rumah yang kecil diharapkan duduk diam unuk waktu yang lama. Anak yang slow-to-warm-up dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan banyak orang dan situasi baru 8

Selain itu juga yang berperan dalam pembentukan masalah prilaku pada anak walaupun peran lingkungan tidak dapat di kesampingkan. Selain itu, Charles wenar dan patricia Kering memaparkan factor biologis lainnya yang juga dapat berperan dalam pembentukan gangguan tinggkah laku pada anak yaitu adanya keracunan pada janin dan masalah psikologis berupa rendahnya denyut jantung dan respon galvanic pada kulit sehingga anak-anak mencari stimulus melalui prilaku tidak terkontrol, adanya factor biokimia atau hormon.7

b. Factor Individual Faktor individual yang berperan dalam pembentukan conduct disorder

pada anak yaitu regulasi diri (self regulation) yang kurang terbentuk sejak dini, regulasi emosi yang buruk sehingga anak tidak dapat mengembangkan starategi coping (strategi dalam mengatasi masalah) yang baik untuk mengatasi emosi negatifnya dan mengatur emosinya, kurang berkembangnya pemahaman moral dan empati, kognisi social anak yang berkembang dengan buruk, dan penggunaan obat-obatan terlarang. berikutnya yang akan di jelaskan megenai masing-masing factor tersebut

1) Regulasi DiriRegulasi diri merupakan hal yang penting agar seseorang dapat

berfungsi secara normative dilingkungannya. Harapan lingkungan terdapat kemampuan anak dalam mengontrol dorongan/ impuls dalam dirinya semakin tinggi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Oleh karna itu, penanaman control diri sejak usia dini merupakan hal yang penting karena anak usia balita dan prasekola memiliki dorongan yang tinggi untuk semakin memuaskan agresif, seksual dan rasa ingin tahunya. Penelitian Hinswam dan lee menunjukan bahwa anak-anak dengan conduct disorder memiliki kemampuan terbatas dalam menunda dorongan/impuls dan mentoleransi rasa frustasi.7

Anak-anak yang melaksanakan aturan/perintah ibu dengan rela dan sepenuh hati bukan sekedar mematuhi semata, merupakan anak-anak memiliki hubungan emosional timbal-balik yang positif dengan orantuanya. Pola asuh untuk menanamkan control diri pada anak perlu disesuaikan dengan temperament masing-masing anak. Anak

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 8: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

8

bertemprament sulit merupakan anak yang beresiko memiliki conduct disorder. Untuk meningkatkan regulasi diri pada anak yang bertemprament sulit, dibutuhkan adanya peran orang tua yang besar untuk melibatkan diri dan memberikan dukungan emosional kepada anaknya.

2) Regulasi EmosiRegulasi emosi merupakan bagian dari control diri yang

berperan bagi terbentuknya conduct disorder.7 Anak-anak dengan conduct disorder dalam kondisi keluarga yang bermasalah, mendapat pola asuh yang buruk, dan mengalami konflik tingkat tinggi sehingga mereka memiliki emosi yang kuat namun kurang mendapatkan dukungan untuk mengatasinya dari orang tua juga yang mengalami strees dan tidak terlatih. Oleh karnanya mereka gagal mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatur emosi negative dan mengatur ekspresi mereka. Penelitian lainnya menunjukan bahwa anak dengan conduct disorder mengalami kesulitan dalam mengatur emosinya, terutama kemarahan. Selain itu, anak dengan regulasi emosi yang buruk juga cenderung berespon secara agresif terhadap masalah intrerpersonal yang dihadapinya.

selain control emosi yang minimal dapat mengarah kepada terbentuknya conduct disorder, control emosi yang berlebihan dapat berdampak sama. Penelitian terhadap anak perempuan menunjukan bahwa control berlebihan terhadap emosi negative yang membuat anak menahan amarahnya sekuat mengkin dapat menyebabkan emosi negative tersebut terlampiaskan pada usia selanjutnya.

3) Perkembangan Prososialpada saat anak memasuki usia sekolah dasar, anak mulai

beranjak dari keadaan cognitive egocentrism (anak dapat memandang dunia dengan sudut pandang orang lain dengan mempertimbangkan hak dan perasasaan orang lain). Prespective-taking yaitu kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang orang lain, merupakan factor penting bagi bagi perkembangan dan penalaran moral dan empati. Penalaranmoral dan empati dapat mencegah kecenderungan prilaku antisosial dan agresig.8

4) Kognisi SosialPrilaku agresif tidak semua ditentukan oleh factor pencertus

dilinkungan namun kecenderungan agresif ada didalm karakter individu.7Agresif berakar pada cognitive schemata yaitu kecenderungan untuk menginterpretasikan dan berespon dari pengalaman masalalu dan digunakan untuk membimbing prilaku dimasa yang akan datang.7

Anak- anak dengan conduct disorder memiliki definisi dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah interpersonal. Selain itu anak-anak dengan conduct disorder juga memiliki cara berbeda untuk merespon informasi social. Mereka seringkali salah

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 9: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

9

dalam menginterpretasikan niat/intensi orang lain dilingkungannya sehingga cenderung berespon secara impuls ataupun berlebihan. Mereka juga hanya memiliki sedikit alternative dalam mengatasi masalah interpersonal dan mengharapkan hasil positif dari tindakan agresifnya.

5) Penggunaan Obat Terlarang Penggunaan obat terlarang juga menyumbang terjadinya prilaku

criminal yang serius. hubungan antara conduct disorder cenderung kompleks transaksional. Disatu sisi remaja yang tidak mampu mengatur prilaku dan emosinya dapat merasa tertarik pada tantangan dan sensasi penggunaan obat terlarang. Apabila ia telah menyandu obat terlarang maka ia akan semakin sering terlibat dalam aktifitas illegal untuk mendapatkan obat terlarang dan menjadi bagian dari lingkungan antisosial. Selain itu, bahan yang terkandung dalam alcohol dan obat terlarang dapat memicu seseorang untuk terlibat dalam tindakan beresiko dan illegal.

c. Factor Keluarga Salah satu factor yang paling berpengaruh gangguan tingkahlaku

adalah pengaruh lingkungan keluarga. Pilaku anti social anak berhubungan dengan :

Prilaku antisosial orangtua merekaStrategi disiplin orang tua yang tidak efektif dan tidak konsisten serta lemahnya pengawasan orang tua (kurang tehnik dan keterampilan)Kurang komunikasi dan kasih saying orang tua atau keluarga dan tigginya konflik keluarga.6

Faktor keluarga yang mempengaruhi terbentuknya conduct disorder adalah kelekatan orang tua dan anaknya, masalah dalam rumah tangga, psikopatologi yang dialami orang tua, pola asuh kasar dan penurunan prilaku agresif antara gnerasi, adanya teori coercion, dan prosos transaksional dalam keluarga. Berikut penjelasan mengenai masing-masing factor :

1) AttachmentKelekatan yang bersifat insecure antara orang tua dan anak

ketika bayi mengarah bagi terbentuknya masalah prilaku pada saat anak berusia prasekolah, seperti prilaku kasar dan melawan. Namun menurut Greenberg, dan Spritz dan Deklyen dalam Charles wenar patricia kering, penelitian terakhir belum menemukan adanya dampak langsung dari attachment terhadap prilaku antisosial. walaupun hubungan yang buruk antara orang tua dan anak membaw resiko bagi perkembangan psikopatologi secara umum.7

2) Masalah Dalam Rumah Tanggamenurut shaw dkk dalam Charles Weanar dan Patricia kering,

masalah yang terjadi dalam keluarga merupakan subur bagi terbentuknya prikalku antisosial untuk mencari perhatian lingkungan,

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 10: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

10

terutama pada anak laki-laki. Anak-anak yang melihat atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan berpotensi untuk mengembangkan masalah prilaku. 7Anak juga sering menjadi target kekerasan orang tuanya, misalnya anak yang mengalami ganggua prilaku biasanya merupakan anak yang pernah mendapatkan perlakuan salah dari orang tuanya. Gangguan tingkah laku juga berhubungan dengan konflik antara orang tua da perceraian orang tua walaupun tidak disertai kekerasan. Namun menurut McCord, bukan keadaan broken home sendiri yang menyebabkan masalah prilaku pada anak melaikan kualitas emosional yang ditampilkan antara angfota keluarga. Misalnya anak laki-laki jarang menjadi nakal walaupun hanya diasuh oleh ibu sebagai orang tua tunggal, selama ibu memiliki pola asuh yang baik dan berhubungan yang seportif dengan anak.7

Hal senada juga terungkap dari sebuah studi tentang para ibu bercerai yang depresif dan yang tidak depresif. Forgatch dan Patterson dalam Linda De Forgatch menemukan bahwa para ibu yang depresif secara signifikan lebih mudah marah sehingga tidak efektif dalam menerapkan disiplin dibandingkan dengan ibu yang tidak depretif. Kemudian anak ibu yang depretif lebih agresif dengan anak ibu yang tidak agretif. Study ini memberikan dukungan bagi hubungan antara depretifnya ibu dan sikap mudah marahnya ibu dengan pemberian disiplin yang tidak efektif dan tingkahlaku yang antisosial anak. Keluarga dengan singe; parent juga beresiko terhadap prilaku conduct disorder pada anak. Figur seorang ayah juga sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Seorang anak laki-laki tanpa adanya figure seorang ayah akan beresiko terhadap perilaku conduct disorder.6

Kebanyakan dari anak yang agresif dari keluarga yang paling tidak salah satu dari orang tuanya kejam terhadap orang tuanya yang lain, kejam terhadap anak, terhadap saudara-saudaranya ataupu terhadap orang-orang lain diluar keluarga. Kebanyakan anak-anak yang agresif ini mendapat penyiksaan baik secara fisikmaupun emosional.

3) Psikopatologi Orang Tuaorang tua penguna obat-obatan terlarang, terutama ayah

kemungkinan besar memicu conduct disorder pada anak. Depresi dialami oleh ibu juga berkaitan dengan masalah gangguan pada anak. Orang tua yang mengalami gangguan kepribadian antisosial juga meningkatkan kemungkinan muncul dan bertahannya gangguan tingkah laku pada anak.7

4) Pola Asuh Yang Keras Dan Penurunan Prilaku Agresif Antar GenerasiPenelitian menunjukan bahwa prilaku agresif tidak hanya

diturunkan antat generasi sebelumnya juga dan prilaku agresif tersebut diturunkan melalui proses modelling (meniru). Misalnya meniru kekerasan yang dilakukan antar orang tua terhadap anak melalui hukuman yang kasar.7

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 11: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

11

Sering kali orangtua merupakan model dalam sikap-sikap mereka menggunakan hukuman fisik dan emosional diterapkan dengan keras. Anak biasanya mengamati dan meniru prilaku agresif orang tuanya. Prilaku agresif anak juga disebabkan karena prilaku criminal orang tua dan minuman alcohol. Di samping itu juga disebabkan karena adanya gangguan mental pada salah satu atau kedua orang tua. Depresi pada orangtua sangat erat kaitannya dengan masalah gangguan tingkah laku.

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 12: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

12

VI. Diagnose Conduct Disorder Gangguan tigkah laku berarti khas dengan adanya suatu pola tingkah laku

dissosiasi, agresif atau menentang yang berulang dan menetap . penelitian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan

tingkah perkem bangan anak. Tempertamtrums,merupakan gejala normal perkembangan anak berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnostic ini. Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada tindak pidana kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostic bagi anak kelompok usia tersebut. Contoh-contoh prilaku yang dapat menjadi dasar diagnostic mencakup hal-hal berikut : perkelahian atau mengertak pada tingkat berlebihan ; kejam terhadap hewan atau sesame manusia ; perusakan yang hebat atas barang milik orang ; membakar ; pencurian ; pendustaan berulang-ulang; membolos diri dari sekolah dan lari dari rumah; sangat serius melupakan temper tantrum yang hebat dan tidak biasa; prilaku provokasi yang menyimpang; dan sikao menentang yang berat serta menetap. Masing-masing dari kategori ini, apabila ditemukan, adalah cukup menjadi alasan bagi diagnosis ini, namun demikian perbuatan dissosial yang terisolasi bukan merupakan alasan yang kuat.

dignostik ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkahlaku seperti yang diuraikan diatas berlanjut selama 6 bulan atau lebih

VII. Pendekatan Treatmen Tingkah Lakua) Pendekatan Biofisikal

Terapi bagi anak yang mengalami penyimpangan tingkah laku bertujuan untuk mengurangi prilaku yang mengganggu, memperbaiki prestasi sekolah dan hubungan dengan lingkungannya, serta lebih mandiri di rumah dan di sekolah. Disamping itu, terapi ditunjukan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan prilaku yang lebih aman di komunitas.

Saat dilaksanakan terapi disarankan keluarga penderita dilibatkan agar terapi dapat berlangsung dengan lebih efektif. Keterlibatan anggota keluarga lainnya dan guru sangat diperlukan dalam penanganannya. Dalam hal ini dokter berperan sebagai educator dan konsultan bagi penderita dan keluarga penderita. Terapi biofisikal dilakukan dengan cara mengontrol zat-zat yang ada dalam otak. Pilihan utama terapi adalah obat dari golongan psikostimulalan. Salah satunya adalah Methylphenidate.

Obat tersebut diberikann bila gejalannya cukup mengganggu, terjadinya hambatan fungsi social, edukasi dan emosional. Dengan memberi obat terapi lainnya bias berhasil. Biasanya pengobatan diberikan sesudah jam sekolah. Berdasarkan penelitian, methylphenidate dapat dipakai sebagai pengobatan. Seminggu sejak pengobatan terjadi perbailkan tingkah laku dan memperbaiki produktifitas, akurasi, dan efesiensi. Mekanisme kerja methylphenidate adalah miningkatkan pelepasan dopamine dan noradrenalin di dalam otak. Zat terbesbut juga memblokir masuknya kembali kedua neurotransmiter itu ke dalam otak. Saat ini methylphenidate dikembangkan dengan teknologi mutakhir

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 13: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

13

yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penderita dalam mengontrol kadar neorotransmiter.

b) Pendekatan Psikodinamik

Setiap manusia berkembang melalui serangkaian interaksi tenaga-tenaga herediter (keturunan) dengan keadaan lingkungannya. Kekuatan interaksi ini berbeda antara satu orang dengan orang lain. Sifat-sifat herediter diturunkan oleh orang tuannya kepada anak-anaknya melaui gen-gen. Setiap orang memiliki potensi keturunan tertentu. Manusia adalah mahluk unik kerena kemungkinan kombinasi gen-gen yang banyak dengan berbagai corak situasi lingkungan serta berlapis-lapis aneka pengalaman sejak konsepsi diawali maka setiap aspek yang ada disekeliling selalu berinteraksi dengan potensi dari keturunan

pada waktu lahir, bayi memberikan sahutan terhadap rangsangan-rangsangan pertama yang ada disekitarnya. setelah bayi berkembang dari hari-ke hari, berinteraksi dengan lingkungannya, bayi yang secara psikologis belum memiliki bentuk itu sekarang berdiferensiasi, kemudian berkembang menjadi EGO atau AKU. Dari sudut pandang psikodinamik, maka dalam proses perkembangan egonya, kepribadian sibayi diorganisasikan disekeliling inti yang terdiri dari kebutuhan psikologi dan biologis.

Dalam hal ini dikaitkan dengan anak berkebutuhan khususterutama anak tranagrahita yang sama-sama manusia dan memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia pada umumnya terutama dalam kebutuhan psikologis dan biologis. Terapi dalam hal ini bagaimana cara anak tunagrahita berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanya, karna ini merupakan factor factor penting dalam perkembangan ego. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak tunagrahita dapat mengalami prustasi, konflik, bagaimana cara kita sebagai seorang pendidik dalam bidang ini untuk berusaha memenuhi kebutuhan anak tunagrahita, cara kita melindungi dan meningkatkan integrasi egonya. Hal ini tergantung sejauh mana kita mengenal anak tersebut dan memahami kareteristik anak tersebut

untuk lebih jelasnya maka dibawh iniada salah satu tokoh tentang pendekatan psikodinamik yaitu :

ID atau dorongan-dorongan dalam diri prinsip kerajnaya adanya kepuasan berkaitan dengan nafsu dan sex, berada dibawah alam sadar

Egi prinsipnya kenyataan dan bersifat eksklusif mengintegrasikan anatar id super id (rality principle) mengatur dan menahan desakn dalam diri sasuai dengan realita. Ego terbagi menjadi dua :

ego ideal: dengan aturan-aturan standar normal conscience: kata hati, timbul akibat tekanan,peringatan,

hukuman yang datang dari luar.Menurut freud, tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ketidak sadaraa, sifat dari tingkah laku manusia itu mekanis. Menurut freud , aneka situasi yang menekan yang mengancam akan menimbulkan

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 14: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

14

kecemsan dalam diri seseorang. Kecemasan ini berfungsi sebagai peringatan bahaya sekaligus merupakan kondisi tidak menyenangkan yang perlu diatasi. Jika individu dapat mengatasi sumber tekanan (stressor), kecemasan akan hilang. Sebaliknya jika individu gagal dan kecemasan terus mengancam mungkin dengan intensitas yang meningkat pula, maka individu akan menggunakan salah satu atau beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri. Langkah ini secara spesifik dapat membebaskan individu dari kecemsannya, namun akibatnya akan dapat timbul kesenjangan antara pengalaman individu dalan realitas. Pendekatan psikodinamik dalam mengkaji gangguan pasien senantiasa memiliki jauh ke masa awal perkembangan pasien. Kewajiban itu ingin melihat jika pasien pernah mengalami trauma atau frustasi yang dialami dalam menjalankan kehidupan yaitu masa oral, masa anal, masa phalis, masa laten hingga masa genital.

Lebih jauh lagi mengkaji secara hipnitis ‘’bekas’’ trauma itu dialami dalam ketidaksadaran si pasien. Untuk menolongnya, sumber gangguan berupa frustasi berat yaitu di tekan kedalam ketidaksadaran itu harus di bongkar, diangkat kepermukaan untuk selanjutnya diterima atau diakui dan diatasi, dengan cara flashback adalah dengan talking about.

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 15: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

15

BAB III

PENUTUP

Kesimpilan : Gangguan tingkah laku atau duct disordercon mengacu pada pola perilaku antisosial yang bertahan yang melanggar hak-hak orang lain dan norma susila. Ada beberapa kriteria gangguan tingkah laku pada anak yang setidaknya tiga dari hal-hal berikut muncul dalam 12 bulan terakhir, seperti :

1. agresi terhadap orang dan hewan misalnya : sering melalukan bully, ancaman, mengintimidasi orang lain sering memulai pertengkaran fisik menggunakan senjata yang dapat menyebabkan bahaya fisik terhadap

orang lain (misalnya tongkat, botol pecah, pisau, pistol) melakukan kekejaman fisik terhadap orang lain melakukan fisik terhadap hewan mencuri sambil mengkonfrontasi korban (misalnya pencopetan,

perampokan bersenjata) memaksa seseorang untuk melakukan aktifitas seksual, atau

decstruction of property (melakukan pengerusakan barang) melakukan pembakaran secara sengaja dengan tujuan untuk

menghasilkan kerusakan yang serius melakukan pengerusakan barang dan benda secara sengaja. Atau

melakukan penipuan dan pencurian. masuk secara paksa ke dalam rumah, banguna atau mobil sering berbohong untuk memperoleh barang dan jasa atau untuk

menghindari kewajiban mencuri tanpa konfrontasi atau melakukan pelanggaran yang serius

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7

Page 16: Makalah Gangguan Tingkahlaku Unizar

16

2.

DAFTRAR PUSTAKA

1. carr, A. (2001). Abnormal psychology : psychology focus. East Sussex : psychology press.

2. Grainger. j. (1997). children’s behaviour, attention and reanding pronlems : probrem prilaku, perhatian, dan membaca pada anak . Ahli bahasa : Enny Irawati. Jakarta : PT. Gramedia.

3. Lembaga Advokasi Anak-Damar. (2002, Januari). Catatn akhir tahun 2001 anak yang berkonflik dengan hokum. Lampung : Pengarang. Available WWW : http://www.smeru.or.id/beritadaerah/fils/damar.htm.

4. McCabe, K, M, Hough, R, Wood, P.A., & Yeh. M. (2001). Childhood and adolescent onset conduct disorder : A Test of the Developmental Taxonomy. Jurnal of abnormal child psychology 29 (4), 283-305.

5. American Psychiatry Association, 2000. diagnostic and statistical manual of mental disorder (4th ed) Text Revision Washington, DC: American Psychiatric Association

6. Linda De Clerg,1994. Tingkah Laku Abnormal, dari sudut pandang perkembangan, Jakarta: Grasindo

7. Charles Wenar Dan Patricia Kerig,.tt. Devwlopment Psychology From Infancy Through Adolescence, ed ke-5 New York : McGmraw-hill

8. Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Mubarok, 1995. Human Dvelopmenr USA : Mc-Graw-Hill.

9. Brainstem E, B ettina, 2014, Conduct Disorder, California. Health Sciences Clinical Pofessor of Psychiatry and Biobehavioral Sciences, University of California. Diakses tanggal 9 Agustus 2015. http://emedicine.madscape.com/article/918213-overview showall.

10. Sadock, Benjamin J. 2010 . Kaplan & sadock’s buku ajar psikiatri klinis/Benjamin J. Virginia A. sadock; alih bahasa, Profitasari, Tiara Mahatmi Nisa ; editor edisi bahasa Indonesia, Husny Muttaqin, Ratna Neary Elseria Sihombing. Ed.2. Jakarta : EGC

TASK READING GANGGUAN TINGKAH LAKU OLEH KELOMPOK 7