43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Gangguan Mental Organik Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana te suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak.penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkangangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara u (contohnya skizofrenia dan depresi). Dari sejarahnya, bidang neuro dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan p dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional. Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara ganggu organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata Bagian yang disebut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R se disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kog lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapa diklasifikasikan di tempat lain. Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dib adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat dis Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ru langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beb atau sistem tubuh. PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangg Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sin (gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiologinya (didu Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau t dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sind Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau laman penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ial

makalah gangguan mental organik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kep jiwa

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Mental OrganikGangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya skizofrenia dan depresi). Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiologinya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang menurun (delirium) dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.

B. Etiologi Gangguan Mental OrganikEtiologi primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera atau rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan gangguan/penyakit sistemik/otak yang secara bebas dapat didiagnosis. Sedangkan istilah simtomatik untuk gangguan mental organik yang pengaruhnya terhadap otak merupakan akibat sekunder dari gangguan / penyakit ekstra serebral sitemik seperti zat toksik berpengaruh pada otak bisa bersifat sesaat/jangka panjang.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Delirium1. Definisi DeliriumDelirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif. Delirium merupakan sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan berjam-jam hingga berhari, taraf hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya klinis, dengan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan suportif. Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.2. EtiologiDelirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal dari penyakit susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh epilepsi ), penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksiputus obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis.

Penyebab delirium dibagi menjadi:a. Penyebab intrakranial1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang2. Trauma otak (terutama gegar otak)3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).4. Neoplasma.5. Gangguan vaskularb. Penyebab ekstrakranial1. Obat-obatan (di telan atau putus)Obat antikolinergik, antikonvulsan, obat antihipertensi, obat antiparkinson, obat antipsikotik, cimetidine, klonidine, disulfiram, insulin, opiat, fensiklidine, fenitoin, ranitidin, sedatif (termasuk alkohol) dan hipnotik, steroid.2. RacunKarbon monoksida, logam berat dan racun industri lain.3. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)Hipofisis, pankreas, adrenal, paratiroid, dan tiroid.4. Penyakit organ nonendokrinHati (ensefalopati hepatik), ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik), paru-paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), sistem kardiovaskular (gagal jantung, aritmia, hipotensi).5. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asain folat)6. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis7. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penvebab apapunKeadaan pasca operatif8. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)9. Karbohidrat: hipoglikemi3. Patogenesis DeliriumWalaupun patogenesis delirium belum diketahui secara pasti, beberapa teori yang diungkapkan oleh beberapa pakar tetap penting untuk diperhatikan.Perubahan Electro Encephalo Graphic(EEG) (-8 kali per detik, lebih lambat dari fungsi sistem saraf pusat normal) sering terjadi pada delirium yang terkait dengan disfungsi korteks, hal ini disebabkan karena EEG mengukur aktivitas listrik di korteks.Struktur subkorteks (formasiretikuler, thalamus) mengendalikan aktivitas listrik di korteks sehingga struktur ini juga erat kaitannya dengan delirium. Disaritmia korteks mengindikasikan adanya defisiensi substrat tertentu, umumnya karena paparan abnormal glukosa dan oksigen dalam kada rtertentu. Sayangnya, tidak semua pasien dengan delirium menunjukkan adanya perlambatan EEG, dan bukti adanya defisiensi substrat tertentu tidak dapat ditemukan pada sebagian besar kasus. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mengganggu kemampuan sel saraf untuk menginisiasi aktivitas listrik. Menurunnya aktivitas listrik antar sel saraf akan menyebabkan melambatnya gelombang EEG. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguanstructural dan fisiologik. Neuropatologi dari delirium telahdipelajari padapasien dengan hepatic encephalopathy dan padapasien dengan putusalkohol. Patogenesis delirium terdiri dari beberapa transmitter, yaitu:a. AsetilkolinAsetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari patogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung, pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejalaini. Pada pasien postoperatifdelirium serum antikolinergik juga meningkat.b. DopaminePadaotak, hubungan munculantaraaktivitaskolinergik dan dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik, pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obatpenghambat dopamine.c. NeurotransmitterlainnyaSerotonin: terdapat peningkatan serotonin padapasien dengan encephalopati hepatikum. GABA (Gamma-Aminobutyric Acid); pada pasien dengan hepaticencephalopati, peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepaticencephalopati, yang menyebabkan peningkatan pada asamamino glutamat dan glutamine (kedua asam amino inimerupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.4. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain: Usia Kerusakan otak Riwayatdelirium Ketergantungan alkohol Diabetes Kanker Gangguan panca indera Malnutrisi5. DiagnosisKriteria diagiostik untuk delirium karena kondisi medis umum:a. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.b. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.c. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul.d. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum.6. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan standara. Kimia darah (termasuk elektrolit, indeks ginjal dan hati, dan glukosa)b. Hitung darah lengkap (CBC) dengan defensial sel darah putihc. Tes fungsi tiroidd. Tes serologis untuk sifilise. Tes antibodi HIV (human Immunodeficiency virus) f Urinalisaf. Elektrokardiogram (EKG)g. Elektroensefalogram (EEG)h. Sinar X dadai. Skrining obat dalam darah dan urinIes tambahan jika diindikasikan :a. Kultur darah, urin, dan cairan serebrospinalisb. Konsentrasi B 12, asam folatc. Pencitraan otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI)d. Pungsi lumbal dan pemetiksaan cairan serebrospinalis7. Gambaran klinisa. Kesadaran (Arousal)Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik atau mengalami demensia.b. OrientasiOrientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan delirium. Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.c. Bahasa dan KognisiPasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik. Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid.d. PersepsiPasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium.e. Suasana PerasaanPasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.f. Gejala Penyerta:Gangguan tidur-bangunTidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning.g. Gejala NeurologisGejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan inkontinensia urin.

8. PengobatanTujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat antipsikotik golongan butirofenon, dosis awal antara 2 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral Dosis harian efektif total haloperidol 5 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol (Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini. Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnva. hidroksizine (vistaril) dosis 25 100 mg.9. Perjalanan Penyakit dan PrognosisOnset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari I minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleb sifat serius dan kondisi medis penyerta.10. Diagnosa Keperawatan1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada sensori-perseptual (halusinasi dengan dan lihat).2. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, status emoosional yang meningkat.3. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak adequat.4. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun5. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.11. Rencana Tindakan1. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada gangguan sensori-perseptual (halusinasi dengar dan lihat).Batasan kriteria : Sasaran jangka pendek :Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan. Sasaran jangka panjang :Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.INTERVENSIRASIONAL

1. Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)2. Ciptakan lingkungan psikososial : sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat). Bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai. Tunjukkan perwat yang bertanggung jawab3. Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit)

4. Kembangkan orientasi kenyataan : Bantu kien untuk mengenal persepsinya.Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondisinya. Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi an daya orientasi.

5. Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi : Kaji halusinasi klien. Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.

6. Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.

7. Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi Haloporidol (2 x 2 mg) dan (pantau keefektifan dan efek samping obat).1. Tingkat ansietas atau gelisah akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.

2. Lingkungan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan perasaan kenyataan.

3. Observasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa kien berada dalam keadaan aman4. Klien perlu dikembangkan kemampuannya untuk menilai realita secara adequat agar klien dapat beradaptasi dengan lingkungan.Klien yang berada dalam keadaan gelisah, bingung, klien tidak menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.5. Klien halusinasi pada faase berat tidak dapat mengontrol perilakunya. Lingkungan yang aman dan pengawasan yang tepat dapat mencegah cedera.

6. Klien yang sudah dapat mengontrol halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk mempertahnkannya.

7. Obat neroleptika ini dipakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, status emosional yang meningkat.Batasan kriteria :Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek, ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan) Sasaran jangka pendek :1. Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian2. Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu Sasaran jangka panjang:Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.INTERVENSIRASIONAL

1. Monitor masukan, haluaran dan jumlah kalori sesuai kebutuhan.

2. Timbang berat badan setiap pagi sebelum bangun

3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup bagi kesehatan dan proses penyembuhan.

4. Kolaborasi: Dengan ahli gizi untuk menyediakan makanan dalam porsi yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Pemberian cairan perparenteral (IV-line). Pantau hasil laboraotirum (serum elektrolit)5. Sertakan keluarga dalam memnuhi kebutuhan sehari-hari (makan dan kebutuhan fisiologis lainnya)1. Informasi ini penting untuk membuat pengkajian nutrisi yang akurat dan mempertahankan keamanan klien.2. Kehilangan berat badan merupakan informasi penting untuk mengethui perkembangan status nutrisi klien.3. Klien mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau akurat berkenaan dengan kontribusi nutrisi yang baik untuk kesehatan.4. Kolaborasi : Klien lebih suka menghabiskan makan yang disukai oleh klien. Cairan infus diberikan pada klien yang tidak, kurang dalam mengintake makanan. Serum elektrolit yang normal menunjukkan adanya homestasis dalam tubuh.5. Perawat bersama keluarga harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara adekuat.

3. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adequat.Batasan kriteria :Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal. Sasaran jangka pendek :Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1 minggu. Sasaran jangka panjang :Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.INTERVENSIRASIONAL

1. Ciptakan lingkungan terapeutik :- bina hubungan saling percaya ((menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai).- tunjukkan perawat yang bertanggung jawab- tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap

2. Perlihatkan penguatan positif pada klien. Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin mnerupakan hal yang sukar bagi klien.

3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.

4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi (Haloperidol 2x 2 mg)1. Lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemmapuan klien terhadap kenyataan.

2. hal ini akan membuat klien merasa menjado orang yang berguna.

3. kesadran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang.4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi

4. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurunBatasan kriteria :Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat dalam berpakaian yang rapi. Sasaran jangka pendek :Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu Sasaran jangka panjang :Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.INTERVENSIRASIONAL

1. Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien.

2. Dukung kemandirina klien, tetapi beri bantuan kien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan.

3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuan mandiri.

4. Perlihatkan secara konkrit, bagaimana melakukan kegiatan yang menurut kien sulit untuk dilakukaknya.1. Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri.

2. Kenyamanan dan keamanan klien merupakan priotoritas dalam keperawatan.

3. Penguatan positif akan menignkatakan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang diharapkan.4. Karena berlaku pikiran yang konkrit, penjelasan harus diberikan sesuai tingkat pengetian yang nyata.

5. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.Batasan kriteria :Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien. Sasaran jangka pendek :Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran. Sasaran jangka panjang :Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau gejala dan tanda efek samping obat.INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tanda-tanda vital

2. Tetaplah bersama klien ketika minum obat antipsikotik

3. Amati klien akan adanya EPS,

4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi perubahan yang berkaitandengan fungsi seksual dan menstruasi.1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan tekanan darah dalam posisi berbaring, dudujk dan berdiri.

2. Beberapa klien mungkin menyembusnyikan oabt-obat tersebut.

3. distonia akut (spame lidah, wajah, leher dan punggung), akatisia (gelisah, tidak dapat duduk dengan tenang, mengetuk-negetukan kaki,pseudoparkinsonisme (tremor otot, rifgiditas, berjalan dengan menyeret kaki) dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir, menjulurkan lidah dan gerakan mengunyah yang konstan).

4. Wanita dapat mempunyai periode menstruasi yang tidak teratus atau amenorhea dan pria mungkin mengalmi impotens atau ginekomastik.

12. Intervensi Nonfarmakologis yang Dapat Diberikana. Hindari penggunaan restrainb. Selalu ada disaat klien membutuhkanc. Hindari malnutrisi dan kekurangan vitamind. Berikan lingkungan yang nyamane. Ajarkan aktivitas untuk mengurangi cemasf. Ajarkan cara berkomunikasi yang efektifg. Lakukan orientasi pada klienh. Gunakan teknik nonfarmakologi untuk membantu klien tiduri. Mendukung partisipasi klien dalam kehidupan sehari-harinyaj. Mendukung klien melakukan mobilisasi/hindari immobilisasi

B. Demensia1. Definisi DemensiaDemensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir. Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.Demensia ialah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis, laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolinesterasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja. Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur. 2. Etiologia. Penyakit Alzheimerb. Demensia Vaskularc. Infeksid. Gangguan nutrisionale. Gangguan metabolikf. Gangguan peradangan kronisg. Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis)h. Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otaki. Anoksiaj. Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome))k. Hidrosefalus tekanan normal3. Klasifikasi Demensiaa. Menurut umur: Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (