64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi atau kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah ketidakteraturan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Menurut Smeltzer (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penanganan segera pada pasien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat 1

makalah fraktur terbuka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

Page 1: makalah fraktur terbuka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi

peningkatan penggunaan alat-alat transportasi atau kendaraan bermotor

khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah

ketidakteraturan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat

meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.

Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada pasien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah

dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi

fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001). Penanganan

tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya

oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan

infeksi (Rasjad, 1998).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan

keperawatan langsung kepada pasien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai

peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada

pasien fraktur melalui metode ilmiah.

1

Page 2: makalah fraktur terbuka

2

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan

keperawatan dengan fraktur terbuka Tibia Fibula

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

fraktur terbuka Tibia fibula, Penulis mampu : 

a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan

pada fraktur terbuka Tibia Fibula

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur

terbuka Tibia Fibula

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan fraktur

fraktur terbuka Tibia Fibula

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan fraktur

terbuka Tibia Fibula

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan fraktur

terbuka Tibia Fibula 

f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta

penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan fraktur terbuka Tibia Fibula

Page 3: makalah fraktur terbuka

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.2.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda

Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

Fraktur terbuka  adalah fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat

fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa

menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan

bahwa patah tulang terbuka adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih

utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).

2.2.2 Etiologi

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling

lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Page 4: makalah fraktur terbuka

4

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,

dan penarikan.

2.2.3 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang

membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,

eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang

merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1) Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan

untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

Page 5: makalah fraktur terbuka

5

2.2.4 Patoflow

Gangguan Perpusi Jaringan

Gangguan Mobilitas Fisik

Page 6: makalah fraktur terbuka

6

2.2.5 Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,

dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a.Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1). Faktur Terbuka (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan

antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena

adanya perlukaan kulit.

b.Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.

1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada

foto.

2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu

korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

c.Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma.

1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang

dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma

angulasijuga.

3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral

yang disebabkan trauma rotasi.

4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi

Page 7: makalah fraktur terbuka

7

yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan

atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

d.Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan

saling berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi

tidak pada tulang yang sama.

e.Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi

kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen

tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran

searah sumbu dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauh).

f. Berdasarkan posisi frakur

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

1. 1/3 proksimal

2. 1/3 medial

3. 1/3 distal

g.Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

h.Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis

tulang.

Pada fraktur terbuka ada klasifikasi tersendiri yang

berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan

Page 8: makalah fraktur terbuka

8

lunak sekitarnya.

b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan.

c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

ddan ancaman sindroma kompartement.

2.2.6 Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,

hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x

24 jam.

b. Stadium Proliferasi

Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel

ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.

Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua

kecelakaan terjadi. 

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur,

massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi

setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi. 

d. Stadium Konsolidasi 

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu,

secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10

setelah kecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.

Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

Page 9: makalah fraktur terbuka

9

2.2.7 Manifestasi Klinik

2.3 Deformitas (perubahan bentuk)

2.4 Bengkak/edema

2.5 Echimosis (Memar)

2.6 Spasme otot (otot mengencang)

2.7 Nyeri

2.8 Kurang/hilang sensasi

2.9 Krepitasi

2.10 Pergerakan abnormal (gerakan tidak normal)

2.11 Rontgen abnormal

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c.Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah

trauma).

e.Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk pasien ginjal

2.2.9 Penatalaksanaan Medik Fraktur Terbuka

Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan

disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman

belum terlalu jauh meresap dilakukan:

1) Pembersihan luka

2) Exici

3) Hecting situasi

4) Antibiotik

Page 10: makalah fraktur terbuka

10

Rekognisis/Pengenalan

Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan

selanjutnya.

Reduksi/Manipulasi/Reposisi

Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula

secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah

mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasfanatomis (brunner,

2001).

Reduksi terbuka, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi

fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang

mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera

mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi

karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, roduksi fraktur menjadi

semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.

Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk

menjalani prosedur; harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan

analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anastesia.

Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut

Reduksi terbuka. Pada kebanyakan kasus, reduksi terbuka dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

dengan manipulasi dan traksi manual.

Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips,

biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi

dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan

untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imoblisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-x

digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang.

Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-x. Ketika kalus

telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi.

Page 11: makalah fraktur terbuka

11

Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan

pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk

pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan tulang

yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau langsung ke rongga

sumsum tulang, alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi

fragmen tulang.

Retensi/Immobilisasi

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimun.

Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,

pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk

fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan

pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus

dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran

darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu

segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan keti-

daknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan,

perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika). Latihan isometrik

dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan

peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk

memperbaiki kemandirian fungsi dan harga-diri. Pengembalian bertahap pada

aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna

memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas

fiksasi fraktur, menentukan luasnya gerakan dan stres pada ekstrermitas yang

diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban berat badan.

Page 12: makalah fraktur terbuka

12

2.2.10 Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non

union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.3.1`pengkajian

1. identitas pasien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab

dan hubungan dengan pasien.

2. Keluhan utama

Tanyakan pada pasien keluhan apa yang dirasakan pasien pada saat ini

3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan

kecelakaan, patah tulang

Riwayat kesehatan dahulu

Adakah dalam pasien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga

Page 13: makalah fraktur terbuka

13

Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur

seperti pasien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

2.3.2 Pemeriksaan fisik

- Tingkat kesadaran

- GCS

- Pemeriksaan N I – N XII

- Pemeriksaan fungsi sensorik

- Pemeriksaan fungsi motorik

2.3.3 Pemeriksaan system

1. Sistem kardiovaskular : hipertensi, hipotesi, vertigo, penyakit jantung

2. Sistem neurologic : Perubahan kesadaran, headache, kehilangan kemampuan

motorik

3. Sistem pernafasan :hambatan jalan nafas, timbuklnya bernafas yang sulit

4. Sistem integument : perubahan kuku dan rambut

5. Sistem Musculoskeletal : tremor, gangguan koordinasi berjalan sempoyongan

6. Sistem pencernaan : Vomitting, anoreksia, kehilangan rasa kecap.

2.3.4 Analisa Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan

analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data

subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang

terdiri dari :

1. Kebutuhan dasar atau fisiologis

2. Kebutuhan rasa aman

3. Kebutuhan cinta dan kasih saying

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil

kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat

Page 14: makalah fraktur terbuka

14

dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi actual, potensial, dan

kemungkinan.

2.3.5 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada pasien fraktur

adalah sebagai berikut:

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah

(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,

perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,

kongesti)

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,

terapi restriktif (imobilisasi)

e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,

kawat, sekrup)

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan

kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi

yang ada

(Doengoes, 2000)

2.3.6 Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan: Pasien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan

menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam

beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan

Page 15: makalah fraktur terbuka

15

penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai

indikasi untuk situasi individual

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan imobilasasi bagian

yang sakit dengan tirah baring,

gips, bebat dan atau traksi

2. Tinggikan posisi ekstremitas

yang terkena.

3. Lakukan dan awasi latihan gerak

pasif/aktif.

4. Lakukan tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan

(masase, perubahan posisi)

5. Ajarkan penggunaan teknik

manajemen nyeri (latihan napas

dalam, imajinasi visual, aktivitas

dipersional)

6. Lakukan kompres dingin selama

fase akut (24-48 jam pertama)

sesuai keperluan.

7. Kolaborasi pemberian analgetik

sesuai indikasi.

Mengurangi nyeri dan mencegah

malformasi.

Meningkatkan aliran balik vena,

mengurangi edema/nyeri.

Mempertahankan kekuatan otot dan

meningkatkan sirkulasi vaskuler.

Meningkatkan sirkulasi umum,

menurunakan area tekanan lokal dan

kelelahan otot.

Mengalihkan perhatian terhadap

nyeri, meningkatkan kontrol terhadap

nyeri yang mungkin berlangsung

lama.

Menurunkan edema dan mengurangi

rasa nyeri.

Menurunkan nyeri melalui

mekanisme penghambatan rangsang

nyeri baik secara sentral maupun

Page 16: makalah fraktur terbuka

16

Evaluasi keluhan nyeri (skala,

petunjuk verbal dan non verval,

perubahan tanda-tanda vital)

perifer.

Menilai perkembangan masalah

pasien.

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah

(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Tujuan : Pasien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan

kriteria akral hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak

secara aktif

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Dorong pasien untuk secara rutin

melakukan latihan

menggerakkan jari/sendi distal

cedera.

2. Hindarkan restriksi sirkulasi

akibat tekanan bebat/spalk yang

terlalu ketat.

3. Pertahankan letak tinggi

ekstremitas yang cedera kecuali

ada kontraindikasi adanya

sindroma kompartemen.

4. Berikan obat antikoagulan

(warfarin) bila diperlukan.

Meningkatkan sirkulasi darah dan

mencegah kekakuan sendi.

Mencegah stasis vena dan sebagai

petunjuk perlunya penyesuaian

keketatan bebat/spalk.

Meningkatkan drainase vena dan

menurunkan edema kecuali pada

adanya keadaan hambatan aliran

arteri yang menyebabkan penurunan

perfusi.

Mungkin diberikan sebagai upaya

profilaktik untuk menurunkan

trombus vena.

Page 17: makalah fraktur terbuka

17

5. Pantau kualitas nadi perifer,

aliran kapiler, warna kulit dan

kehangatan kulit distal cedera,

bandingkan dengan sisi yang

normal.

Mengevaluasi perkembangan

masalah pasien dan perlunya

intervensi sesuai keadaan pasien.

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,

perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,

kongesti)

Tujuan : Pasien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi

dengan kriteria pasien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa

gas darah dalam batas normal

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Instruksikan/bantu latihan napas

dalam dan latihan batuk efektif.

2. Lakukan dan ajarkan perubahan

posisi yang aman sesuai keadaan

pasien.

3. Kolaborasi pemberian obat

antikoagulan (warvarin, heparin)

dan kortikosteroid sesuai

indikasi.

Meningkatkan ventilasi alveolar dan

perfusi.

Reposisi meningkatkan drainase

sekret dan menurunkan kongesti

paru.

Mencegah terjadinya pembekuan

darah pada keadaan tromboemboli.

Kortikosteroid telah menunjukkan

keberhasilan untuk

mencegah/mengatasi emboli lemak.

Penurunan PaO2 dan peningkatan

Page 18: makalah fraktur terbuka

18

4. Analisa pemeriksaan gas darah,

Hb, kalsium, LED, lemak dan

trombosit

5. Evaluasi frekuensi pernapasan

dan upaya bernapas, perhatikan

adanya stridor, penggunaan otot

aksesori pernapasan, retraksi sela

iga dan sianosis sentral.

PCO2 menunjukkan gangguan

pertukaran gas; anemia,

hipokalsemia, peningkatan LED dan

kadar lipase, lemak darah dan

penurunan trombosit sering

berhubungan dengan emboli lemak.

Adanya takipnea, dispnea dan

perubahan mental merupakan tanda

dini insufisiensi pernapasan,

mungkin menunjukkan terjadinya

emboli paru tahap awal.

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,

nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Tujuan : Pasien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada

tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan

posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit

dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik

yang memampukan melakukan aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas

rekreasi terapeutik (radio, koran,

kunjungan teman/keluarga) sesuai

keadaan pasien.

2. Bantu latihan rentang gerak pasif

aktif pada ekstremitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai

Memfokuskan perhatian,

meningkatakan rasa kontrol

diri/harga diri, membantu

menurunkan isolasi sosial.

Meningkatkan sirkulasi darah

muskuloskeletal, mempertahankan

Page 19: makalah fraktur terbuka

19

keadaan pasien.

3. Berikan papan penyangga kaki,

gulungan trokanter/tangan sesuai

indikasi.

4. Bantu dan dorong perawatan diri

(kebersihan/eliminasi) sesuai

keadaan pasien.

5. Ubah posisi secara periodik sesuai

keadaan pasien.

6. Dorong/pertahankan asupan

cairan 2000-3000 ml/hari.

7. Berikan diet TKTP.

8. Kolaborasi pelaksanaan

fisioterapi sesuai indikasi.

9. Evaluasi kemampuan mobilisasi

pasien dan program imobilisasi.

tonus otot, mempertahakan gerak

sendi, mencegah kontraktur/atrofi

dan mencegah reabsorbsi kalsium

karena imobilisasi.

Mempertahankan posis fungsional

ekstremitas.

Meningkatkan kemandirian pasien

dalam perawatan diri sesuai kondisi

keterbatasan pasien.

Menurunkan insiden komplikasi kulit

dan pernapasan (dekubitus,

atelektasis, penumonia)

Mempertahankan hidrasi adekuat,

men-cegah komplikasi urinarius dan

konstipasi.

Kalori dan protein yang cukup

diperlukan untuk proses

penyembuhan dan mem-pertahankan

fungsi fisiologis tubuh.

Kerjasama dengan fisioterapis perlu

untuk menyusun program aktivitas

fisik secara individual.

Page 20: makalah fraktur terbuka

20

e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

(pen, kawat, sekrup)

Tujuan : Pasien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan

perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan

penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka

sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tempat tidur yang

nyaman dan aman (kering,

bersih, alat tenun kencang,

bantalan bawah siku, tumit).

2. Masase kulit terutama daerah

penonjolan tulang dan area

distal bebat/gips.

3. Lindungi kulit dan gips pada

daerah perianal

4. Observasi keadaan kulit,

penekanan gips/bebat terhadap

kulit, insersi pen/traksi.

Menurunkan risiko kerusakan/abrasi

kulit yang lebih luas.

Meningkatkan sirkulasi perifer dan

meningkatkan kelemasan kulit dan

otot terhadap tekanan yang relatif

konstan pada imobilisasi.

Mencegah gangguan integritas kulit

dan jaringan akibat kontaminasi

fekal.

Menilai perkembangan masalah

pasien.

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan

kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang

Tujuan : Pasien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas

drainase purulen atau eritema dan demam

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Page 21: makalah fraktur terbuka

21

1. Lakukan perawatan pen steril dan

perawatan luka sesuai protokol

2. Ajarkan pasien untuk

mempertahankan sterilitas insersi

pen.

3. Kolaborasi pemberian antibiotika

dan toksoid tetanus sesuai

indikasi.

4. Analisa hasil pemeriksaan

laboratorium (Hitung darah

lengkap, LED, Kultur dan

sensitivitas luka/serum/tulang)

5. Observasi tanda-tanda vital dan

tanda-tanda peradangan lokal

pada luka.

Mencegah infeksi sekunderdan

mempercepat penyembuhan luka.

Meminimalkan kontaminasi.

Antibiotika spektrum luas atau

spesifik dapat digunakan secara

profilaksis, mencegah atau

mengatasi infeksi. Toksoid tetanus

untuk mencegah infeksi tetanus.

Leukositosis biasanya terjadi pada

proses infeksi, anemia dan

peningkatan LED dapat terjadi pada

osteomielitis. Kultur untuk

mengidentifikasi organisme

penyebab infeksi.

Mengevaluasi perkembangan

masalah pasien.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya

informasi yang ada.

Tujuan : pasien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan

kriteria pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji kesiapan pasien mengikuti Efektivitas proses pemeblajaran

Page 22: makalah fraktur terbuka

22

program pembelajaran.

2. Diskusikan metode mobilitas

dan ambulasi sesuai program

terapi fisik.

3. Ajarkan tanda/gejala klinis yang

memerluka evaluasi medik

(nyeri berat, demam, perubahan

sensasi kulit distal cedera)

4. Persiapkan pasien untuk

mengikuti terapi pembedahan

bila diperlukan.

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental pasien untuk mengikuti

program pembelajaran.

Meningkatkan partisipasi dan

kemandirian pasien dalam

perencanaan dan pelaksanaan

program terapi fisik.

Meningkatkan kewaspadaan pasien

untuk mengenali tanda/gejala dini

yang memerulukan intervensi lebih

lanjut.

Upaya pembedahan mungkin

diperlukan untuk mengatasi maslaha

sesuai kondisi pasien.

2.3.7 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi

dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga

dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, yang dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan

dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana

respon pasien

2.3.8 Evaluasi

membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi

keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat

Page 23: makalah fraktur terbuka

23

mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

1. Berhasil : Perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal

yang ditetapkan tujuan

2. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang

dinyatakan dalam tujuan.

3. Belum tercapai : Pasien Tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku

yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Page 24: makalah fraktur terbuka

24

Tangggal masuk         : 16 April 2012 jam 15.30 WIB

Tanggal pengkajian     : 17 April 2012 jam 08.00 WIB

No reg                  : 497541

Ruang                  : Bedah 

Diagnoda medik      : FRAKTUR TERBUKA TIBIA FIBULA SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas pasien

    Nama         :Ny.N

    Umur         :66 Tahun

    Agama         :islam

    Jenis kelamin     :perempuan

    Pekerjaan     :IRT

    Alamat         :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu

    Penanggung Jawab    

    Nama         :Ny.S

    Umur         :50 Tahun

    Jenis kelamin     :perempuan

Hub.dgn pasien     :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama

    Pasien mengeluh nyeri

3.1.3Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

    Pasien dibawa ke IGD diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada

betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda

motor.

    Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 April 2012 pasien

tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang

patah,pasien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan

Page 25: makalah fraktur terbuka

25

skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga pasien

selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

Riwayat kesehatan dahulu

    Pasien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,pasien juga

tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya.

3.1.4 Data psikologis

    Pasien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat

sembuh.

3.1.5 Data sosial

    Hubungan pasien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang

lain selalu menunggu nya.

3.1.6 Data spiritual

    Pasien beragama islam,pasien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.

3.1.7 Pemeriksaan fisik

keadaan umum        

kesadaran         : compos mentis

Tanda-tanda vital     : TD : 150/90 mmHg    P : 18x/Menit

     N : 81x/Menit         S : 36,5oc

Keadaan khusus

1.Kepala

inspeksi    :simetris,distribusi rambut merata

Page 26: makalah fraktur terbuka

26

palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

inspeksi    :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung

palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

inspeksi    :simetris,tidak ada pengeluaran

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

inspeksi    :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

inspeksi    :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis

Palpasi    :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

inspeksi    :simetris,pergerakan dinding dada baik

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

auskultasi    :bunyi nafas vesikuler

perkusi    :bunyi rensonan

8.Abdomen

inspeksi    :simetris,tidak ada bekas operasi

auskultasi    :bunyi bising usus (+)

perkusi    :bunyi timpani

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

atas        :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik

bawah    :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa

digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

Page 27: makalah fraktur terbuka

27

inspeksi    :simetris,terpasang kateter

palpasi    :tidak ada nyeri tekan

3.1.8 TERAPI YANG DIBERIKAN

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)

3.1.9 PENGKAIAN MASALAH PSIKO, SOSIAL, BUDAYA DAN

SPIRITUAL

a. Psikologi

Keluarga pasien mengatakan pasien merasa cemas dan tertekan dengan masalah

penyakitnya.

b. Sosial

Keluarga pasien mengatakan pasien berhubungan baik dengan masyarakat

sekitar dan keluarga lainnya.

c. Budaya

Keluarga pasien mengatakan pasien mengikuti budaya yang ada di sekitarnya

sebelum sakit.

d. Spiritual

Keluarga pasien mengatakan pasien rajin sholat dan rajin mengikuti kegiatan

keagamaan sebelum sakit.

ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Page 28: makalah fraktur terbuka

28

Umur : 66 Tahun Ruangan :Bedah

No  Data Senjang Interprestasi

Data Masalah 

DS : Pasien mengatakan nyeri pada

betis sebelah kiri kerena patahDO :

Pasien tampak lemah Skala nyeri 4 Tampak edema pada bagian

fraktur Nyeri bertambah jika pada

bagian yang fraktur di gerakkan

Fraktur

 Diskontinuitas

tulang  

Pergeseran fragmen tulang

  

Nyeri 

Gangguan rasa nyaman nyeri 

DS : Keluarga pasien mengatakan

aktivitas pasien selalu dibantu oleh keluarga

DO : Pasien tampak selalu di bantu

oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra

Fraktur 

Diskontinuitas tulang

 Perubahan

jaringan sekitar 

Pergeseran fragmen tulang

 Depormitas 

 Gangguan fungsi

 Gangguan

mobilitas fisik 

Gangguan mobilitas fisik

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny.N No.Reg : 4793Umur : 66 Tahun Ruangan :Bedah

Page 29: makalah fraktur terbuka

29

No Tujuan dan

kriteria hasil Intervensi

Keperawatan Rasional  Paraf 

Setelah

dilakukan

perawatan

selama 3x24

jam di harapkan

gangguan rasa

nyaman nyeri

dapat berkurang

/ atau teratasi

dengan criteria

hasil :

Pasien

tidak

mengelu

h nyeri

Skala

nyeri0

Pertahankan

imobilisasi

bagian yang

sakit dengan

tirah baring,

gips /

pembidaian

Tinggikan

dan dukung

eksremitas

yang terkena

Evaluasi

keluhan

nyeri,

perhatikan

lokasi,

karakteristik

dan intensitas

nyeri

Lakukan

kompres

dingin 24-48

jam pertama

sesuai

keperluan

Kolaborasi

pemberian

obat analgetik

Menghilangkan

nyeri dan

mencegah

kesalahan posisi

tulang atau

jaringan yang

cedera

Meningkatkan

aliran balik vena,

menurunkan

edema, dan

menuunkan

nyeri

Mempengaruhi

pilihan /

pengawasan

kefektifan

intervensi

Menurunkan

edema /

pembentukan

hematum,

menurunkan

sensasi nyeri

Untuk

menurunkan

nyeri atau

spasme otot

 

Page 30: makalah fraktur terbuka

30

2  Setelah

dilakukan

perawatan

selama 3x24

jam diharapkan

gangguan

mobilitas fisik

dapat teratasi

dengan kriteria

hasil :

Pasien

melakuk

an

aktivitas

secara

mandiri

Kaji derajat

imobilitas

yang

dihasilkan

oleh cedera

 

 

 

Beriakn

papan kaki,

bebat

pergelangan

Berikan /

bantu

mobilisasi

dengan kursi

roda, kruk,

tongkat,

sesegera

mungkin,

intruksikan

keamanan

dalam

menggunakan

alat

mobilisasi

Awasi TD

dengan

Pasien mungkin

dibatasi oleh

pandangan diri /

persepsi diri

tentang

keterbatasan

fisik aktual,

memerlukan

informasi

Berguna untuk

mempertahankan

posisi fungsional

eksremitas

tangan / kaki,

mencegah

kontraktur

Mobilisasi dini

menurunkan

komplikasi tirah

baring,

meningkatkan

penyembuhan

dan normalisasi

fungsi organ

 

Hipertensi

pertural adalah

masalah umum

menyertai tirah

baring lama dan

 

Page 31: makalah fraktur terbuka

31

melakukan

aktivitas

 

 

 

 

dapat

memerlukan

intervensi

khusus

IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793Umur : 66 Tahun Ruangan :Bedah

Page 32: makalah fraktur terbuka

32

No Tanggal / jam 

Implementasi  Respon hasil  Paraf 

1  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-mempertahankan

mobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah

baring dan spalk 

-meninggikan dan

mendukung ekstrimitas

yang terkena

-mengevaluasi keluhan

nyeri

lokasi,karakteristik dan

intensitasnya

-mengukur TD pasien 

Mengkolaborasikan

pemberian obat

analgetik sesuai

indikasi yaitu:keterolac

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas

Mempertahankan

mobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah

baring dan spalk

Meninggikan dan

mendukung eksremitas

yang terkena

Nyeri

berkurang

 

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

 

Neri p[ada

eksremitas

bawah sebelah

kiri (tibia-

fibula) Nyeri

nyilu skala 4

TD : 150/90

mmHg

 

Ketrolak 2x1

amp IV

 

Membantu

menyembuhka

n dan

menormalisak

an fungsikan

organ

 

Page 33: makalah fraktur terbuka

33

 

 

 

Mengevaluasi keluhan

nyeri 

Mengukur TD pasien

Berkolaborasi dalam

pemberian obat

analgetik sesuai

indikasi yaitu : ketrolak

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas

Mempertahankan

mobilasasi bagian yang

sakit dengan tirah

baring dan spalk

Meninggikan dan

medukung eksremitas

yang terkena

Mengevaluasi keluhan

nyeri

Mengukur TD pasien 

Berkolaborasi dalam

pemberian obat

analgetik sesuai

indikasi yaitu : ketrolak

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

 

Nyeri

berkurang

 

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

 

Skala nyeri 4

 

TD : 130/90

Ketrolak 2x1

amp IV

Membantu

penyembuhan

dan normalisai

fungsi organ

Nyeri

berkurang

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

Skala nyeri 3

TD : 130/90

Ketrolak 2x1

amp IV

Membantu

penyebuhan

Page 34: makalah fraktur terbuka

34

menggunakan alat

mobilitas

dan

normalisasi

fungsi organ

EVALUASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793Umur : 66 Tahun Ruangan :Bedah

Hr/tgl/jam  No.  Evaluasi Keperawatan   paraf 

1. 

S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang

 O : skala nyeri:3pasien masih tampak lemah

 A : Masalah teratasi sebagian

 P : Lanjutkan intervensi

 

2.  S : Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga

 O : Pasien masih tampak dibantu oleh keluarga

 

Page 35: makalah fraktur terbuka

35

dalam beraktivitas

 A : Masalah belum teratasi

 P : Lanjutkan intervensi

 

BAB III

PEMBAHASAN

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress

pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai

dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi.

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung

yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga

penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medik pasien. Dua

diagnosa yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas

jaringan pada tulang / fraktur

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan

Page 36: makalah fraktur terbuka

36

Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada

konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan

ruangan perawatan pasien. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak

melakukan semua yang ada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan

sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada

Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang

telah ada, tetapi masih banyak diagnosa yang belum teratasi.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN 

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem

Muskuloskeletal; Fraktur Cruris pada pasien Ny.. N yang dirawat di Ruang Bedah

RSUD BARI Palembang. Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut ;

1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis sehingga

mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan juga data

diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien, tetapi

tidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada

pasien dengan penyakit yang sama. Dalam pengkajian perawat menemukan

tanda gejala yang aktual yaitu nyeri pada kaki sebelah kanan, keterbatasan

aktivitas dan gangguan citra diri.

Page 37: makalah fraktur terbuka

37

2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.

Diagnosa Keperawatan yang diangkat oleh penulis untuk pasien dengan

gangguan sistem Muskuloskeletal; Fraktur Cruris antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur

pembedahan

3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan

diri

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah

3. Perencanaan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pasien berdasarkan

diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, kemampuan penulis

dan fasilitas RSUD BARI, pelaksanaan tindakan dan evaluasi dapat dilakukan

karena adanya kerja sama antara pasien dengan perawat, dokter dan keluarga.

5.2 SARAN 

Bagi pasien dan keluarga 

Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan

pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan

keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.

Bagi lahan peraktek

Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan

sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderita

haruslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak

rumah sakit hendaklah mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam

perawatan pasien fraktur tibia.

Page 38: makalah fraktur terbuka

38

DAFTAR PUSTAKA

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit

Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Brunner and suddart. (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.

Vol 3.  Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ns. Arif Muttaqin, S.Kep. (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.

EGC

Page 39: makalah fraktur terbuka

39

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.

EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah,

Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid

2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Page 40: makalah fraktur terbuka

40

MENGGANTI PERBAN (GP)

Mengganti perban yang kotor dengan perban yang bersih.

1.1 kontra indikasi

1. Perban dapat menimbulkan situasi gelap,hangat dan lembab sehingga

mikroorganisme dapat hidup

2. Perban dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-

gesekan pembalut.

1.2 Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat,

hal ini untuk terjadinya pembendungan. Contoh : pada kaki dan

tangan.

Page 41: makalah fraktur terbuka

41

2. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar

luka jangann terkontaminasi, untuk merapatkan luka,atau untuk

menghentikan perdarahan.

3. Menggunting plester jangan terlalu panjang/terlalu pendek.

4. Pembalut yang kotor/ basah segera di ganti. Pada luka operasi

tanpa drain sampai angkat jahitan ( minimal 5 hari ), pembalut

yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi bila

pembalut kotor/ basah hanya bagian atasnya saja yang diganti,

atau pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter.

5. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran-kotoran yang

lain untuk menetukan kapan drain dapat diangkat.

6. Memperhatikan komplikasi luka operasi, contoh : haematon,

adanya pus,pengerasan,perdarahan,kemerahan atau lecet-lecet

pada kulit sekitarnya.

1.3 alat- alat mengganti perban (GP)

1. Dalam bak instrumen steril

Pinset anatomis 2

Pinset chirurgis

Handscoon steril 1 pasang

Kom steril 2

Kassa steril secukupnya

2. Di luar bak instrumen

Gunting perban

Plester

Korentang

Page 42: makalah fraktur terbuka

42

Nierbekken

Alas/perlak

Kapas alkohol dalam tempatnya

Betadine dalam tempatnya

NaCl. 0,9%

Kom berisi larutan. Clorin 0,5%

Lembar/buku catatan

1.4 Tahap orientasi

Berikan salam, panggil pasien dengan namanya

Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien/keluarga

( ” assalamuaikum pak, saya perawat Bina Husada, pagi ini

saya yang bertugas dari jam 07.00 s/d 14.00. saya akan

mengganti perban luka bapak karna sudah 3 hari belum diganti

perban. ”)

2. Tahap kerja

Jelaskan tujuan tindakan pada pasien

Atur posisi pasien senyaman mungkin

Dekatkan alat kedekat pasien

Menjaga privacy (pasang sampiran)

Perawat cuci tangan

Siapkan plester untuk fiksasi

Pasang perlak/alas

Dekatkan nierbeken/ bengkok

Paket steril dibuka dengan benar

Page 43: makalah fraktur terbuka

43

Pakai handscone steril

Membuka balutan yang lama

Basahi plester yang melekat dengan kapas alkohol

Lepaskan plester menggunakan pinset anatomi ke 1 dengan

melepaskan ujung plester dan menarik secara perlahan

sejajar dengan kulit ke arah balutan

Buang balutan ke nierbekken (bengkok)

Simpan pinset On steril ke waskom/nierbekken yang sudah

terisi larutan clorin 0,5%

Kaji luka

Jenis luka,luas dan kedalaman luka,grade luka,warna

luka,fase proses penyembuhan ,tanda-tanda infeksi.

Perhatikan kondisi luka,kondisi jahitan,letak drain,bila

perlu palpasi luka dengan tangan non dominan untuk

mengkaji ada tindakanya puss.

Membersihkan luka

Larutan NaCl 0,9%/NS dituangkan ke kom kecil ke 1

Ambil pinset,kanan cirurgis tangan kiri anatomi ke 2

Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan

luka

Pegang kasa lembab dengan menggunakan pinset cirurgis

Bersihkan luka dengnan kasa lembab sekalian usapan

( sampai bersih ),gunakan tekhnik dari area kurang

terkontaminasi ke area terkontaminasi.

Menutup luka

Bila sudah bersih kasa di bersihkan dengan kassa steril

kering yang diambil dengan pinset anatomi ke

2,dipindahkan ke pinset cirurgis ditangan kanan

Beri topikal therapi bila diperlukan/sesuai indikasi

Page 44: makalah fraktur terbuka

44

Kompres dengan kassa lembab ( bila kondisi luka basah )

atau langsung ditutup dengan kassa steril (kurang lebih 2

lapis)

Luka di plester secukupnya atau diberi pembalut dengan

baluktan tidak terlalu ketat.

Alat dibereskan

Buang handscoon

Mencuci tangan

Tahap terminasi

Evaluasi respon dan kondisi

(”Bagaimana” pak ”setelah saya mengganti perban

bapak,apakah sekarang bapak merasa lebih nyaman”).

Simpulkan hasil kegiatan

Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

Akhiri kegiatan

Dokumentasi

Catat tanggal,hari dan jam pelaksanaan penggantian perban

(GP)

Catat respon pasien

Hasil observasi

Catat prosedur tindakan perawatan mengganti perban (GP)

Catat nama perawat dan tanda tangan perawat yang

melakukan tindakan mengganti perban (GP).