45
FIQIH KESEHATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA, HUKUM, BAHAYA DAN PENANGGULANGANNYA Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Fiqih Kesehatan Semester V Oleh: Rovita Nur Fitriani (108101000016) Rizqy Unggul (108101000018) Erniati (108101000019) Niswah Afifah (108101000050) Lindawati (108101000051) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

MAKALAH FIQH-NAPZA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH FIQH-NAPZA

FIQIH KESEHATAN

P E N Y A L A H G U N A A N N A P Z A , H U K U M , B A H A Y A D A N

P E N A N G G U L A N G A N N Y A

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Fiqih Kesehatan Semester V

Oleh:

Rovita Nur Fitriani (108101000016)Rizqy Unggul (108101000018)

Erniati (108101000019)Niswah Afifah (108101000050)

Lindawati (108101000051)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

1431 H/2010 M

Page 2: MAKALAH FIQH-NAPZA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dewasa ini narkoba atau NAPZA semakin akrab dengan kehidupan kita. Jaringan

peredaran barang haram ini telah merambah ke segala lini kehidupan masyarakat dengan

jumlah kerugian yang tidak sedikit. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pengguna

narkoba di Jakarta 1,5 juta orang dengan nilai transaksi per hari 7 milliar rupiah. Di

Indonesia, transaksi narkoba per hari mencapai 19 milliar rupiah. (Liputan 6 SCTV, 5 Juni

2007).1

Saat ini 1,5 persen populasi atau 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pengguna

narkoba. Dari 3,2 juta pecandu narkoba tersebut, sekitar 56 persen atau 572 ribu orang

merupakan pecandu berat yang menggunakan jarum suntik. Pecandu heroin dan morfin

yang menggunakan jarum suntik itu berpotensi besar terkena penyakit hepatitis B dan

hepatitis C bahkan tertular virus HIV-AIDS (Pontianak Post, Jum’at 1 Juni 2007).2

Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak yang merugikan dalam berbagai

aspek, baik ekonomi, sosial, dan kesehatan. Pengguna narkoba dapat tertular virus HIV,

mengalami gangguan sistem syaraf, dan gangguan organ penting lainnya. Begitu banyak

dampak buruk yang ditimbulkan karena penyalahgunaan narkoba, sehingga Negara dan

agama melarang keras peredaran dan pemakaiannya. Dalam makalah ini, kami akan

memaparkan pandangan Islam tentang peyalahgunaan narkoba, bahaya, dan

penanggulangannya.

Sebagai gejala "non psychotic personality disorder", penyalahgunaan obat-obatan

merupakan bencana manusia yang universal. Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang

bebas dari gejala tersebut. Sampai saat ini penyalahgunaan Napza di belahan dunia

manapun tidak pernah kunjung berkurang, bahkan di Amerika Serikat yang dikatakan

memiliki segala kemampuan sarana dan prasarana, berupa teknologi canggih dan sumber

1 http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/. Diakses pada tanggal 30

September 2010 pukul 22.15 WIB2 idem

Page 3: MAKALAH FIQH-NAPZA

daya manusia yang profesional, ternyata angka penyalahgunaan NAPZA makin hari makin

meningkat sejalan dengan perjalanan waktu.3

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian NAPZA?

2. Apa saja jenis-jenis NAPZA?

3. Apa yang menjadi faktor risiko terhadap penyalahgunaan NAPZA?

4. Apa bahaya dan dampak penyalahgunaan NAPZA?

5. Bagaimana pandangan Islam terhadap penyalahgunaan NAPZA?

6. Bagaimana cara penanggulangan penyalahgunaan NAPZA?

7. Bagaimana sanksi terhadap penyalahgunaan NAPZA menurut persepsi Islam dan

hukum yang berlaku di Indonesia?

3 www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 19:31 WIB

Page 4: MAKALAH FIQH-NAPZA

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian NAPZA

NAPZA ialah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif, atau

biasa disebut dengan NARKOBA yang merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat

Berbahaya. Kata “Narkotika” sendiri berasal dari Bahasa Yunani “Narkoum” yang berarti

membuat lumpuh atau membuat mati rasa. Namun perlu diketahui sebelumnya bahwa

narkotika memiliki khasiat dan manfaat yang digunakan dalam kedokteran dalam

penanganan kesehatan dan pengobatan, serta berguna bagi penelitian perkembangan ilmu

pengetahuan farmasi / farmakologi. Ironisnya saat ini malah disalahgunakan oleh pihak

tertentu yang menjadikan narkotika sebagai komoditas ilegal.4

Saat ini dikenal jenis-jenis zat psikotropika dan zat adiktif, yaitu zat sintesis atau

obat yang dihasilkan melalui proses kimia yang apabila pemakaian melebihi dosis atau

disalahgunakan, akan memiliki efek sama dengan pemakaian jenis narkotika. Jenis-jenis

zat psikotropika secara klinis tergolong dalam kelompok-kelompok zat anti psikosis,

neurosis, depresi, dan psikotogenik dikenal dengan obat penenang atau halusinogen (zat

penghayal). Dari jenis zat adiktif dikenal obat-obatan yang dapat menimbulkan rasa

ketergantungan. Kedua jenis zat di atas tergolong sebagai narkotika sintetis, kemudian

dikenal nama-nama obat seperti methadon, barbitarat, amphetamin.5

Alkohol juga merupakan zat lain berbentuk cair yang memabukkan dan

mengakibatkan kecanduan. Zat tersebut (dalam bentuk minuman maupun makanan)

diperoleh melalui proses senyawa kimia dan fermentasi.

4 www.bnn.go.id. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2010 pukul 20:24 WIB

5 www.farmakologi.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:13 WIB

Page 5: MAKALAH FIQH-NAPZA

II.2. Jenis-Jenis NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:

1. Narkotika

Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat

menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri

dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara terus

menerus.6 Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin,

amfetamin, dan lain-lain.

Narkotika menurut UU No. 35 tahun 2009 adalah zat atau obat berbahaya yang berasal

dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.7

Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah:

1) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakai sebagai narkotik

tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu

karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana.

2) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang bersifat

sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa

sakit/analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon, dekstropropakasifen,

deksamfetamin, dan sebagainya. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak

sebagai berikut:

a) Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.

b) Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan

merasa badan lebih segar.

c) Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah

perasaan serta pikiran.

6 www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:44 WIB

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Page 6: MAKALAH FIQH-NAPZA

3) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi,

ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain.

2. Psikotropika

Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat

atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental

dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika adalah: stimulansia yang membuat

pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Yang termasuk

dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ekstasi (metamfetamin), dan fenfluramin. 8

3. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun

campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan

tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan

iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam

narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang

jika disalahgunakan.9

Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman

beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%)

seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai

20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari

20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan

mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000).

Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.

8 www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:44

WIB

9 idem

Page 7: MAKALAH FIQH-NAPZA

II.3. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu

faktor eksternal dan faktor internal.10

1. Faktor Internal

a) Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung

terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri

yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan

ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,

pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.

b) Inteligensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk

melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-

rata dari kelompok usianya.

c) Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba

karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan

kelabilan emosi. Sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat

penenang.

d) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa

enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang

diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan

yang utama.

e) Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan

persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat

kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.

10 www.akademik.unsri.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:13 WIB

Page 8: MAKALAH FIQH-NAPZA

2. Faktor Eksternal

a) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi

pengguna narkoba. Beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya

terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:

1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan

narkoba.

2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang

tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu

3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang

memuaskan semua pihak yang berkonflik.

4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter.

5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai

kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.

6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang

kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

b) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-

teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti

kelompok itu.

c) Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai

pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba

internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Pengalaman feel good saat

mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan

dan akhirnya menjadi pecandu.

Hubungan kausal antara berbagai factor resiko dengan penyalahgunaan napza adalah

multiple cause multiple effect. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang atau kelompok masyarakat melakukan tindakan penyalahgunaan napza tidak

hanya satu (tunggal) melainkan banyak faktor.

Page 9: MAKALAH FIQH-NAPZA

II.4. Bahaya dan Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Bahaya Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA menyerang dan merusak syaraf dan akal manusia. Ini mengakibatkan

perasaan dan akal seseorang tidak berfungsi normal. Bila dua organ tersebut tidak

berfungsi, sebenarnya manusia itu telah kehilangan kemanusiaannya. Penyalahgunaan

pemakaian morfin maupun heroin yang berkepanjangan dapat menimbulkan “addict”

(ketergantungan) dan ia akan meningkatkan takaran pemakaian sesuai dengan tingkat

efeknya.11

Sementara itu, pemakaian kokain yang berlebihan akan mengakibatkan kejang-kejang

diikuti dengan timbulnya gangguan pernapasan. Hal ini bisa menjadi fatal bagi pemakai

jika terjadi koma dan gangguan fungsi jantung. Ganja juga dapat mengakibatkan denyut

jantung menjadi meningkat dan gangguan pada paru-paru (pernapasan) yang dapat

menimbulkan kanker. Pemakaian pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi yang

prematur dan cacat.12

Penggunaan minuman beralkohol tinggi sangat menimbulkan masalah, lagi-lagi jika

pemakai bereksperimen, seperti mencampur satu zat dengan alkohol. Efeknya dapat

mengakibatkan organ-organ dan fungsi tubuh menjadi rusak.

11 www.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:21 WIB

12 idem

Page 10: MAKALAH FIQH-NAPZA

Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Dampak Pribadi13

1. Semangat bekerja/belajar menurun, suatu ketika bisa bersikap seperti orang “edan”

2. Kepribadian berubah drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, dan sikap

melawan kepada siapapun.

3. Menimbulkan “cuek” terhadap diri sendiri, seperti malas sekolah, malas mengurus

rumah, tempat tidur, kebersihan, dan lain-lain.

4. Tidak lagi taat terhadap norma agama, hukum, dan norma masyarakat.

Dampak terhadap Keluarga14

1. Tidak lagi menjaga sopan santun, bahkan melawan orang tua sekalipun.

2. Kegiatan mencuri uang maupun menjual barang di rumah yang bisa diuangkan untuk

membeli napza atau narkoba akan terjadi.

3. Kurang menghargai barang di rumah, mengendarai kendaraan tanpa perhitungan yang

menyebabkan kerusakan atau kecelakaan.

4. Penyembuhan atau rehabilitasi terhadap pecandu memerlukan biaya yang sangat

besar, akan mengganggu ekonomi keluarga.

Dampak terhadap Bangsa dan Negara15

1. Generasi muda sebagai pewaris bangsa yang seharusnya menerima tongkat estafet

kepemimpinan semakin rusak.

2. Hilang rasa nasionalisme, patriotisme, dan rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Hal

ini akan memudahkan para provokator untuk menghancurkan negara.

13 http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-

cara-menanggulanginya/. Diakses pada tanggal diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB14 idem

15 idem

Page 11: MAKALAH FIQH-NAPZA

II.5. Pandangan Islam terhadap Penyalahgunaan NAPZA

Secara tekstual Islam tidak menyatakan bahwa narkoba itu hukumnya haram, akan

tetapi melihat dampak penyalahgunaan dari narkoba itu sangat membahayakan, lebih

banyak madharatnya dari pada manfaatnya, maka Islam memutuskan bahwa narkoba itu

hukumnya haram.16 Seperti firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 219

Artinya: : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada

keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa

keduanya lebih besar dari manfaatnya” (QS. Al-Baqarah: 219).

Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan

narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak

hanya membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang

menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahaya narkoba melebihi khamr, maka narkoba

hukumnya adalah haram.

Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat gangguan

syaraf bagi yang menyalahgunakan. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-

jauhnya. Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan

agar sesuatu yang dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya

itu supaya dijauhi.

16 http://alumnifiad.youneed.us/dakwah-f9/narkoba-dalam-paradigma-islam-t129.htm. Diakses pada tanggal 30 September 2010, pukul 21:56 WIB

Page 12: MAKALAH FIQH-NAPZA

Al Qur’an secara tegas telah melarang minuman khamr, yaitu minuman yang

memabukkan. Narkotika dan sejenisnya merupakan jenis minuman keras.17 Termuat dalam

QS Al Maidah ayat 90 :

م�ن رجس زالم واال ب نصا اال و والميسر الخمر ن�ما إ منوا أ ين الذ يها يأ

تفلحون لعل�كم جتنبوه فا ن الشيطا عمل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan (QS. Al-maidah: 90).

Khamr ialah sumber keresahan, permusuhan, dan kebencian yang akan

menghancurkan persatuan dan kesatuan umat dan akan memalingkan manusia dari

bertakwa kepada Allah swt. Diterangkan dalam QS Al Maidah ayat 91 :

والميسر إن�ما الخمر فى والبغضاء العداوة بينكم يوقع أن ن الشيطا يريد

منتهون أنتم فهل لوة الص� عن و الله ذكر عن ويصدكم

Artinya: “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan

kebencian di antara kamu lantaran minuman khamr dan berjudi itu, dan menghalangi

kamu lantaran minuman khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat

Allah dan sholat, maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu.” (QS. Al-

Maidah:91)

Hadist tentang laknat terhadap Khamr:

17 http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-

cara-menanggulanginya/. diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB

Page 13: MAKALAH FIQH-NAPZA

والمحمول وشاربها ومعتصرها وعاصيرها الخمر لعن الله ان يامحمد : فقال جبريل اتانيي

وساقيها ومبتاعها وبائعها اليه

Artinya: “Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ Hai Muhammad, Allah melaknat

minuman keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima

penyimpanannya, orang yang menjualnya, orang yang membelina, orang yang

menyuguhkannya dan orang-orang yang mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal

ibnu Abbas)

Hadits ini analaog kepada khamr, oleh karena itu narkoba mempunyai sifat merusak

melebihi khamr, sehingga pengguna (ganja, putaw, ekstasi, kokain dan sejenisnya) yang

meracik, penanam, pemproses, penyimpan, penjual, pembeli bahkan yang menyuguhkan

serta orang-orang yang mau disuguhi, semua dilaknat Allah, mendapat murka Allah dan

dosa.

Sabda Nabi Muhammad SAW Tentang khamr.

مسكرحرام مسكرخمروكل كل

Artinya: “Tiap zat/bahan yang memabukkan adalah khamr (alkohal, narkoba dan

sejenisnya) dan tiap zat bahan yang memabukkan adalah haram”. (Riwayat Abdullah ibnu

Umar).

مسكرومفتر كل عن وسلم عليه الله صلي الله رسول نهي

Artinya: “Rasullullah SAW melarang setiap zat? Bahan yang memabukkan dan

melemahkan”. (Riwayat Umi Salamah)

Dalam Islam, narkotika ini sering disebut juga “hasyisyi”. Dalam kitab “Hisyayatul As

Syariah” karangan IbnuTaimiah disebutkan bahwa :18

18 http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-

cara-menanggulanginya/ Diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB

Page 14: MAKALAH FIQH-NAPZA

“Hasyisyi itu hukumnya haram dan orang yang meminumnya dikenakan hukuman

sebagaimana orang meminum khamr”.

Ulama Hanafiah berpendapat :

“Barangsiapa yang memakan/meminum hasyisyi hukumnya zindiq (kafir) serta bid’ah”.

Musyawarah Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) 10 Pebruari 1978 telah

menyampaikan fatwa yang ditandatangani oleh KH Syukri Ghazali (Ketua Komisi Fatwa

MUI) dan H. Amirudin Siregar (Sekretaris Komisi Fatwa MUI)19, yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan haram hukumnya menyalahgunakan narkotika dan semacamnya, yang

menyatakan kemudharatan yang mengakibatkan rusak mental dan fisik seseorang,

serta terancamnya keselamatan masyarakat dan ketahanan nasional.

2. Mendukung sepenuhnya rekomendasi Majelis Ulama DKI Jakarta tentang

pemberantasan narkotika dan kenakalan remaja.

3. Menyambut baik dan menghargai segala usaha pemerintah menanggulangi segala

akibat yang timbul dari bahaya penyalahgunaan narkotika dan semacamnya.

4. Menganjurkan kepada Presiden RI agar berusaha segera mewujudkan undang-undang

tentang penggunaan dan penyalahgunaan narkotika, termasuk obat bius semacamnya,

serta pemberatan hukuman terhadap pelanggarnya.

5. Menganjurkan kepada Presiden RI agar membuat instruksi yang lebih keras dan

intensif terhadap penanggulangan korban penyalahgunaan narkotika.

6. Menganjurkan kepada alim ulama, guru-guru, mubaligh, dan pendidik untuk lebih giat

memberikan pendidikan/penerangan terhadap masyarakat bahaya penggunaan

narkotika.

19http://www.bnpjabar.or.id/fatwa-mui-tentang-penyalahgunaan-narkoba . Diakses pada tanggal 01 November 2010 pukul 19:17 WIB

Page 15: MAKALAH FIQH-NAPZA

7. Menganjurkan kepada organisasi-organisasi keagamaan, organisasi pendidikan dan

sosial serta masyarakat pada umumnya terutama para orang tua untuk bersama-sama

berusaha menyatakan “perang melawan penyalahgunaan narkotika”.

Dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan dan dasar fatwa tersebut adalah ayat-ayat

Al Qur’an dan hadis nabi sebagai berikut:

1. QS Al Baqoroh ayat 195 :

“Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada kecelakaan/kebinasaan (sebagaimana

akibat) tangan-tanganmu…”

2. QS An Nisa ayat 29 :

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu (dengan mencapai sesuatu yang

membahayakan). Sesungguhnya Allah Maha Kasih padamu”.

3. Hadis Ummu Salamah :

“Rasulullah melarang dari tiap-tiap barang yang memabukkan dan yang melemahkan

badan dan akal”. (Hadis riwayat Ahmad dalam musnadnya, dan Abu Daud dalam

Sunannya dengan sanad yang sholeh).

4. Hadis Sholeh riwayat Bukhori Muslim :

“Tiap-tiap barang yang memabukkan haram”.

5. Hadis dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda :

Page 16: MAKALAH FIQH-NAPZA

“Setiap benda yang memabukkan banyaknya, maka sedikitnya juga haram” (Hadis

dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasal, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

6. An Nasal, Ad daruquthy, Ibnu Hibba :

“Rasulullah melarang dari yang sedikit, yang banyaknya memabukkan”.

7. Pendapat Ulama Fikh :

“Al Mukhadarat (macam-macam obat bius) menyalahgunakan pemakaiannya, hukumnya

haram” (Ulama-ulama Islam dalam hal ini sependapat).

Dari uraian-uraian tersebut, jelas bahwa meminum khamr termasuk narkotika dan

sebangsanya, hukumnya haram dan dan dilarang menyalahgunakannya. 

II.6. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA

1. Pendidikan Agama Sejak Dini20

Pendidikan Agama Islam sangat perlu dilaksanakan sejak dini. Bukan hanya itu,

bahkan anak yang masih dalam kandungan Sang Ibu pun berusaha mendidik anak tersebut

dengan jalan kedua orangtuanya selalu berakhlak dan berbudi baik, menyempurnakan

ibadah, memperbanyak bersedekah, membaca Al Qur’an, berpuasa, dan berdoa kepada

Allah dengan tulus agar anak yang akan lahir nanti dalam bentuk fisik yang sempurna dan

merupakan anak yang berjiwa shaleh.

2. Pendidikan di Lingkungan Keluarga21

20 http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-

cara-menanggulanginya/ Diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB21 idem

Page 17: MAKALAH FIQH-NAPZA

Unit terkecil dari masyarakat adalah rumah tangga. Di sinilah tempat pertama bagi

anak-anak memperoleh pendidikan perihal nilai-nilai sejak anak dilahirkan. Maka dengan

demikian orang tua sangat berperan pertama kali dalam mendidik, mengajar,

membimbing, membina, dan membentuk anak-anaknya.

3. Pendidikan Agama di Sekolah / Kampus22

Sekolah maupun perguruan tinggi ialah tempat guru mengajar/mendidik dan murid

belajar dan terdidik, sehingga terciptalah masyarakat pendidikan yang bertujuan

menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk kepribadian, pengetahuan dan

keterampilan anak didik yang kelak akan tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu,

sekolah maupun perguruan tinggi harus berorientasi pada pembangunan dan kemajuan

sehingga dapat mencetak sumber daya manusia yang beriman, berilmu, dan mempunyai

keterampilan yang tinggi serta memiliki wawasan masa depan yang luas, berakhlak mulia,

juga berbudi pekerti luhur.

4. Pendidikan Agama di Masyarakat

Peranan masyarakat atau lingkungan sangat berpengaruh dalam proses pendidikan.

Oleh karena itu, media pendidikan dapat diselenggarakan oleh institusi-institusi

masyarakat, termasuk juga pendidikan agama seperti :

1. Majelis ta’lim.

2. Pengajian.

3. Khutbah di tempat ibadah (mesjid).

4. Peringatan hari besar keagamaan.

5. Pranata kemasyarakatan yang bersumber dari agama Islam (pernikahan, kelahiran,

khitanan, dll).

22 idem

Page 18: MAKALAH FIQH-NAPZA

6. Perkumpulan-perkumpulan dan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang

melakukan kegiatan-kegiatan positif, yang sehat, dan sesuai dengan tuntunan

agama.

II.7. Sanksi Hukum Seputar NAPZA dalam Persepsi Islam dan Hukum yang

Berlaku di Indonesia

Sanksi Hukum dalam Persepsi Islam23

Alim ulama sepakat bahwa penggunaan obat-obat psikotropika dalam bentuk dan jenis

apapun haram hukumnya. Mereka juga bersepakat bahwa penyalahgunaan obat

psikotropika merupakan dosa besar yang layak mendapat hukuman. Bahkan selayaknya

hukuman itu dalam bentuk yang paling berat. Akan tetapi hukuman penyalahgunaan

narkoba tersebut disesuaikan dengan bentuk kejahatan dan kerusakan yang ditimbulkan.

Sebab penyalahgunanaan narkoba bisa dalam bentuk mengkomsumsinya,

memperdagangkannnya atau mengedarkannnya.

1. Hukuman Bagi Pengguna Narkoba

Bahwa pengguna narkoba dalam beberapa sisi statusnya disamakan dengan peminum

khamer, seperti hilangnya kesadaran, ketergantungannya kepada barang tersebut terhalang

dari dzikrullah dan ibadah shalat dan beberapa sisi lain. Begitu juga beberapa perkara yang

membedakan narkoba ini dengan miras, seperti cara penggunaannya dalam bentuk benda

padat, dengan cara disuntikkkan, penurunan tingkat emosional, tidak mampu bertindak

disebabkan terbiusnya alat pengindra dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, ahli ilmu berbeda persepsi dalam mengklasifikasikan jenis obat

psikotropika ini, yang berakibat terjadinya perbedaan pendapat dalam menentukan sanksi

atas pengguna barang haram itu. Dalam hal ini ulama berbeda kelompok menjadi 2

kelompok :

23 http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/sanksi-hukum-seputar-narkoba.html- Diakses pada

tanggal 04 November jam 10:05 WIB

Page 19: MAKALAH FIQH-NAPZA

1. Dilihat dari sisi pengaruhnya yang ditimbulkan, narkoba tergolong khamer. Otomatis

dalil Al Quran dan As Sunnah tentang pengharaman khamer juga berlaku bagi narkoba,

demikian pula mengenai statusnya sebagai murtakib kabair. Konskuensi seluruh tindakan

hukum yang berlaku atas peminum khamer juga berlaku atas pengguna narkoba. Karena

keduanya mempunyai illat “memabukkan”. Jika peminum khamer terkena hukum cambuk,

maka demikian juga pengguna narkoba. Alim Ulama yang berpendapat demikian itu

adalah Syaikhul islam ibnu Taimiyah, Ibnu Hajar Al Ast Qalani, Ibnu Hajar Al Haitami,

Az Zarkasi, Adz Dzahabi.

2. Sebagian ulama yang menggolongkan psikotropika hanya sebagai barang yang

membius saja tidak sampai memabukkan. Berdasarkan hal itu hukuman yang dijatuhkan

terhadap pengguna narkoba hanya bersifat ta’zir ( peringatan). Bentuk dan jenis

hukumannnya diserahkan kepada kebijakan penguasa sesuai dengan kondisi pelakunya.

Dan beberapa sudut pandang lain hingga hukuman yang dijatuhkan pemerintah benar-

benar merupakan peringatan keras atas penyalahgunaan narkoba. Sehingga sebagian

ulama berpendapat jika perlu dinaikkan menjadi hukuman mati.

A) Kelompok pertama, mereka yang menggolongkan narkoba ke dalam Khamer.

1. Ibnu Taimiyah berkata,”Hukuman atas peminum khamer adalah dicambuk 80 kali atau

40 kali jika ia seorang muslim yang mengakui keharamannya.

2. Ibnu Hajar Al Atsqalani berkata: “setiap yang memabukkan adalah haram sekalipun

bukan dalam bentuk minuman termasuk didalamnya Hasyisy dan sejenisnya”. Diambil

dari mutlaknya hadist Nabi bahwa setiap yang memabukkan adalah haram hukumnya”.

Demikianlah pendapat yang ditegaskan oleh imam Nawawi dan ulama lainnya.

3. Ibnu hajar Al Makki, “penyalahgunaan Hasysy termasuk dosa besar dan perbuatan fasiq

sebagaimana halnya khamr. Semua ancaman berlaku atas peminum khamer juga berlaku

atas pengguna hasyisy dan sejenisnya. Sebab keduanya sama sama menghilangkan fungsi

akal yang semestinya dijaga. Maka segala sesuatu yang dapat menghilangkan fungsi akal,

akan diancam sebagaiman ancaman atas peminum khamer.

Page 20: MAKALAH FIQH-NAPZA

4. Imam Az Zarkasi menambahi komentar Ibnu Hajar Al Hatimi tentang barang

memabukkan seperti hasyisy, opium, pala dan banj, seraya berkata, “Sesunguhnya barang

yang disebutkan tadi dapat membuat mabuk pemakainya. Sebab secara umum disepakati

bahwa pemabuk adalah orang yang tidak karuan cara bicaranya sehingga tersingkaplah

rahasia dirinya dan tidak lagi mengenal atas bawah atau panjang pendek.

5. Imam Adz Dhahabi berkata, “Hasyisy semi sintesis yang terbuat dari daun rami haram

hukumnya bersadarkan ijma’. Seyogyanya diberlakukan hukum peminum khamer atas

pemakainya.

6. Ahli fiqih tidak membedakan antara meminum khamer dengan barang memabukkan

lainnya. Mereka menyatakan bahwa, “setiap yang memabukkan banyak / sedikit

hukumnya haram” . Semuanya tergolong khamer dan dikenai hukum khamer, yaitu haram

dan wajib ditegakkan hukuman atas pemakainya.

B). Kelompok kedua, mereka yang menggolongkan obat spikotropika hanya sebagai

barang yang membius saja, tidak sampai memabukkan. Berdasarkan hal itu, hukuman

yang dijatuhkan terhadap pengguna narkoba hanya bersifat ta’zir ( pelajaran). Bentuk dan

jenis hukumannya diserahkan kepada kebijakan pemimpin / penguasa sesuai dengan

kemaslahatan yang dirasa perlu, melihat kapasitas kejahatan serta kondisi pelakunya.

Ditambah lagi sudut pandang lainnya hingga hukuman yang dijatuhkan pemerintah benar

merupakan peringatan keras atas penyalahgunaan narkoba. Sebagian ulama berpendapat,

jika perlu dinaikkan menjadi hukuman mati. Sementara jumhur ulama berpendapat bahwa

menurut ketentuannya Ta’zir harus lebih ringan dari hukuman peminum Khamer.

Hukuman ta’zir diserahkan menurut kebijakan penguasa. Penguasalah yang menentukan

jumlah dan bentuk hukuman melihat kemaslahatan. Penguasa boleh menjatuhkan

hukuman mati atau lebih ringan dari itu, jika sekiranya dibutuhkan peringatan yang lebih

keras lagi, boleh dijatuhkan sanksi yang lebih berat. Demikian pendapat Imam Malik dan

beberapa ahli fiqih.

Page 21: MAKALAH FIQH-NAPZA

2. Ikhtilaf Jumlah Cambukan Atas Pemabuk

1. Jika seseorang terbukti menggunakan barang yang memabukkan, baik khamer atau

lainnya, maka hukum harus ditegakkan atas pelaku di dunia. Pengharaman khamer telah

ditetapkan nash Al Quran sedangkan hukuman ditetapkan dalam hadist yang shahih.

Bentuk dan jenis sanksi bersumber dari ijma.

2. Para sahabat dan kaum muslimin sepakat bahwa hukuman bagi peminum khamer adalah

dicambuk, namun berbeda pendapat dalam masalah jumlah cambukan antara 40 sampai

80 kali cambukan.

3. Dalam hadist Rasulullah:

a) Riwayat Turmudzi bahwa Rasulullah mencambbuk peminum khamaer 40x dengan

sepasang sandal.

b) Riwayat Muslim dalam shahihnya, yaitu perintah Ustman kepada Ali untuk mencambuk

Al Walid bin Uqbah dalam kasus Khamer. Ustman juga menyuruh Abdullah bin Ja’far.

Setelah genap 40x cambukan Ustman meminta mencukup seraya berkata, “ketahuilah

bahwa Rasulullah mencambuk pemabuk 40 x demikian Abu Bakar. Lalu Umar

mencambuk 80x. Semuanya sunnah, namun 40x lebih aku sukai.

c) Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, “Dalam riwayat itu terdapat penegasan bahwa

Nabi mencambuk sebanyak 40x. adapun riwayat lain tidak menyebut jumlah cambukan,

penyebutan jumlah cambukan hanya terdapat dalam sebagian riwayat, dari anas

disebutkan bahwa rasulullah mencambuknya sebanyak 40x. riwayat ini dapat digabungkan

dengan riwayat Ali sebagai standar, karena beliau menyebut jumlah secara pasti.

Sementara penyebutan jumlah cambukan dalam riwayat Anas hanya sebatas perkiraan.

d) Imam Abu Dawud meriwayatkan dari jalur sanadnya sendiri dalam kitab sunan dari Ali

bin Abi Thalib bahwa ia berkata, “aku tidak sudi menerima tebusan dari orang yang telah

jatuh vonis hukuman terhadapnya, kecuali peminum khamer. Sebab Rasulullah belum

Page 22: MAKALAH FIQH-NAPZA

menetapkan vonis hukuman tertentu, hukuman yang ditetapkan kepada peminum hanyalah

dari kebijakan kami sendiri.

e) Ibnu Hajar berkata, “Dua riwayat dari Ali yang kontradiktif antara riwayat yang

menetapkan bahwa Rasulullah mencambuk sebanyak 40 x dan riwayat bahwa Rasulullah

tidak menetapkan batasan hukuman tertentu, dapat kita gabungkan dengan membawakan

riwayat yang tidak menetapkan kepada makna bahwa Rasulullah tidak menetapkannya

sebanyak 80x atau lebih dari 40 x. Menurut ucapan beliau, “itu hanyalah kebijaksaan kami

sendiri. Beliau menyinggung tindakan Umar ( cambuk 80x) oleh sebab itu Ali., sekiranya

ia terancam mati pada cambukan diatas 40 x. demikian pendapat yang dipilih Ibnu Hazm

dan Al Baihaqi.

f) Imam Baikhaqi meriwayatkan dari sunannya, dari Ibnu Abbas berkata, “pecandu

minuman keras dimasa Abu Bakar lebih banyak ketimbang masa Rasulullah. Abu Bakar

lantas berkata, “kita akan berlakukan hukuman 40x atas mereka”. Abu Bakar kemudian

mencambuk pemabuk seanyak yang mereka terima pada zaman rasulullah. Beliau

mencambuknya sebanyak 40x, hal ini berlangsung hingga Abu Bakar Wafat.

g) Pada masa Khilafah Umar, beliau mengajak bermusyawarah dengan sahabat lain

tentang hukuman atas peminum khamer. Beliau berkata, “Orang orang sudah banyak

menggandrunginya dan tidak segan-segan menenggaknya!” Saat itu Ali bin Abi Thalib

mengajukan pendapat, “ sesungguhnya bila seorang sedang mabuk, ia akan berbicara

serampangan, orang berbicara serampangan akan berkata dusta dan menuduh orang yang

tidak bersalah, kenakan atasnya hukuman para penuduh (tanpa bukti). Umar lalu

menetapkan hukuman penuduh sebanyak 80x cambukan.

h) Diriwayatkan dari Ali, bahwa kadang kala beliau mencambuk lebih dari 80 x. Imam

Baikhaqi meriwayatkan dari Sufyan bin Atha’ bin Marwan dari ayahnya berkata, “Suatu

ketika dihadapkan kepada Ali seorang habsyi yang berbuka di bulan ramadhan dengan

minum khamer. Ali mencambuknya sebanyak 80x. Keesokan harinya setelah dilepas, Ali

kembali mencambukknya sebanyak 20x. Beliau berkata, “sesungguhnya 20x cambukan ini

Page 23: MAKALAH FIQH-NAPZA

adalah sebagai hukuman pelanggar hak Allah yang kamu lakukan yaitu berbuka ( tidak

berpuasa pada bulan Ramdhan).

i) Dari Muawiyah bin Abi Sufyan ia berkata, Rasulullah bersabda

شربوا إن ثم فاجلدوهم شربوا إن ثم فاجلدوهم شربوا إن ثم فاجلدواهم الخمر شربوا إذا

.فاقتلوهم

Artinya:” Bila mereka minum khamer maka Cambuklah mereka, jika diulangi, hendaklah

kamu cambuk. Jika mereka masih mengulaginya, hendaklah kamu cambuk, jika pada

keempat kalinya mereka masih juga mengulangi, maka bunuhlah mereka .

j) Dalam kitab Mushannaf, Abduurazaq Ash Shan'ani meriwayatkan dari Ma'mar dari Ibnu

Juraij ia berkata, "Ibnu Syihab az Zuhri pernah ditanya , berapa kalikah rasulullah

mencambuk peminum khamer?" beliau menjawab, "Rasulullah belum menetapkan batasan

hukuman dalam masalah tersebut. Namun beliau perintahkan kepada orang yang

menyaksikan untuk memukulnya dengan tangan dan sandal mereka hingga beliau

mengatakan, "Cukup"

k) Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sama sekali tidak

menjatuhkan hukuman, sebagaimana dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad shahih dari

ibnu Abbas ia menceritakan bahwa, "Rasulullah tidak menetapkan hukuman tertentu bagi

peminum khamer. Ibnu Abbas melanjutkan, "Pernah suatu kali seorang laki-laki mabuk

dihadapkan kepada rasulullah ketika tiba disamping rumah Abbas, tiba tiba ia lepas lalu

masuk kerumah itu dan tidak keluar. Peristiwa itupun dilaporkan kepada Nabi, beliau

lantas tersenyum mendengarnya dan tidak menjatuhkan hukuman apapun terhadap lelaki

itu.

3. Beberapa Pendapat Dalam Fathul Bari

Perbedaan pendapat dalam masalah banyaknya cambukan yang dijatuhkan bagi peminum

narkoba, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul bari ada 6

pendapat. sebagai berikut :

Page 24: MAKALAH FIQH-NAPZA

1. Rasulullah belum menetapkan hukuman tertentu, beliau hanya memukul para peminum

khamer, beliau memerintahkan untuk memukul dan mencelanya dengan keras. Riwayat

tersebut menunjukkan tidak ada batasan hukuman, namun hanya dipukul dan dicela.

Sekiranya tindakan itu adalah hukuman, niscaya rasulullah akan menjelaskannya. Namun

setelah pecandu minuman keras bertambah banyak jumlahnya pada masa khilafah Umar

r.a beliau berinisiatif mengadakan musyawarah dengan bebarapa sahabat sekiranya para

sahabat mengetahui hukuman tertentu atas peminum khamer dalam sunnah nabi, tentu

Umar tidak akan melampuinya. Sebagaimana mereka tidak melampui hukuman yang

dijatuhkan atas para penuduh tanpa bukti. Sekalipun kasus tuduhan tanpa bukti banyak

terjadi, bahkan semakin menjadi-jadi, sehingga bersepakat dengan menjatuhkan hukuman

sebayak 80x. Ali bin Abi thalib berpandanagn bahwa meminum khamaer memicu

terjadinya tuduhan tanpa bukti sebagaiman ditetapkan di zaman Nabi yaitu 40x. Dengan

demikian yang terbaik adalah tidak mengurangi batas minimum hukuman yang dijatuhkan

nabi yaitu memukulnya. Karena itulah hukuman yang pasti, baik hal itu dinamakan

hukuman atau sekedar peringatan.

2. Batas hukumannya adalah 40x cambukan tidak boleh lebih.

3. Seperti hukuman sebelumnya, namun penguasa boleh menambah jumlah cambukan

menjadi 80x. namun apakah tambahan itu berupa hukuman atau peringatan.

4. Batas hukuman adalah 80x cambukan tidak boleh lebih

5. Batas hukuman 80x, hanya saja boleh ditambah sebagai bentuk peringatan.

6. Jika setelah terkena hukuman sampai tiga kali masih diulang maka yang ke 4 kalinya ia

boleh dibunuh. Ada yang berpendapat ke 5 kalinya. Al Hafidz Ibnu Hajar menambahkan,

bahwa Imam Al Qurthubi menggabungkan antara riwayat yang tidak menyebutkan

hukuman atas peminum khamer dengan riwayat yang menyebutkan hukuman / peringatan

sebagai berikut : "Mulanya tidak ada hukuman khusus atas pemabuk, dengan dalil riwayat

Ibnu Abbas menceritakan ada pemabuk yang berlindung dirumah abbas. Setelah itu

diberikan sanksi berupa peringatan atasnya sebagaimana yang diungkap dalam riwayat

yang tidak menyebutkan jumlah cambukan. Baru kemudian ditetapkan batasan hukuman

Page 25: MAKALAH FIQH-NAPZA

atas peminum khamer, namun hal itu banyak tidak dikehui oleh para shahabat, kendati

mereka meyakini bahwa hukuman tertentu itu mesti ada. Oleh karena Abu Bakar memilih

hukuman yang dilaksanakan dihadapan Rasulullah dan para sahabat pun menyepakatinya .

Kemudian melihat kondisi yang mendesak, Umar dan orang bersepakat dengan beliau

lebih dari 40x. Boleh jadi hal itu berdasarkan ijtihad mereka dan boleh jadi tambahan itu

hanya sebagai peringatan.

4. Hukuman atas Pedagang, Pemasok dan Pengedar Narkoba

Syariat islam tidak hanya menjatuhkan hukuman atas pengguna barang memabukkan

semata, namun seluruh pihak yang terlibat dalam kasus penyalahgunannya juga terkena

saksi hukum. Abu daud meriwayatkan dalam sunannya dari Ibnu Umar ia berkata,

“Rasulullah bersabda,

وحاملها ومعتصرها وعاصرها ومبتاعها وبائعها وساقيها شاربها الخمر في الله لعن

إليه والمحمولة

Artinya: “Allah melaknat pemabuk khamer, penuang, penjual, pembeli, pemeras anggur,

yang meminta diperaskan, yang membawa dan yang dibawakan.

Perlu diketahui, dalam kitab fiqih klasik tidak disebutkan hukuman tertentu atas

pemasok, pengedar dan pedagang obat terlarang. Namun sebagian ahli fikih kontemporer

cenderung menjatuhkan hukuman seberat beratnya terhadap pemasok, pengedar dan

pedagang narkoba. Hingga mereka menetapkan hukum orang yang memerangi Allah dan

Rasul-Nya, yaitu dibunuh, disalib atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan.

Dalam hal ini pemerintah boleh mengambil tindakan sepenuhnya untuk menjaga

ketahanan masyarakat dan melindungi mereka dari bahaya. Pemerintah boleh menetapkan

sanksi yang berat, seperti hukuman penjara, denda, penyitaan dan tindakan lain dapat

mewujudkan maslahat bersama dalam rangka menjaga stabilitas kamtibmas. Dengan

demikian oknum perusak dapat dieyahkan sekalipun dengan tindakan tegas seperti tembak

ditempat dan hukuman mati jika dibutuhkan. Dalilnya sebagai berikut:

a. Ketetapan ahli fiqih bahwa pemerintaha boleh menjatuhkan hukuman mati atas oknum

Page 26: MAKALAH FIQH-NAPZA

yang menyebar kejahatan ditengah umat manusia, baik berbentuk ta’zir atau berbentuk

kebijaksanaan politik.

b. Sekiranya hukuman dijatuhkan lebih ringan, maka dia pasti akan melanjutkan aksi

perusakan. Kejahatannya tidak dapat dibendung kecuali dengan hukuman mati.

Berdasarkan hal itu, maka pemerintah yang berwenang boleh menjatuhkan hukuman mati

sebagai bentuk ta’zir mnaupun dalam bentuk kebijaksanaan politik.

c. Hadist shahih Rasulullah berupa perintah membunuh peminum khamer pada ke empat

kalinya, bila sebelumnya hukuman telah dijatuhkan atasnya dalam kasus sama, sementara

ia tidak juga insaf dari perbuatan itu.

5. Sanksi Pengedar Narkoba dengan Realita yang Ada

Realita membuktikan bahwa hukuman yang lebih ringan dari hukuman mati yang

diterapkan beberapa negara atas pengedar narkoba ternyata tidak berhasil, masih

ditemukan kasus penyelundupan. Sementara negara lain yang menerapkan hukuman mati

atas pengedar narkoba terbukti berhasil membendung atau meminimalkan dengan

menekan penyelundup narkoba.

Sanksi Hukum Penyalahgunaan NAPZA yang berlaku di Indonesia24

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Bab XV:

Pasal 111

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan

24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Page 27: MAKALAH FIQH-NAPZA

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan

miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1

(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 116

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hokum menggunakan

Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan

pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau

pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati

atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana

penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

(sepertiga).

Pasal 117

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling

lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Page 28: MAKALAH FIQH-NAPZA

Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai,

menyediakan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 121

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hokum menggunakan

Narkotika Golongan II tehadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan II untuk digunakan

orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp800.000.000,00 (delapan

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan

miliar rupiah).

Pasal 122

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling

lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00

(empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga

miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai,

menyediakan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) beratnya melebihi 5 (lima) gram,

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun

dan paling lama 10 (sepuluh) tahun danpidana denda maksimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 126

Page 29: MAKALAH FIQH-NAPZA

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal penggunaan Narkotika tehadap orang lain atau

pemberian Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati

atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan

pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 127

(1) Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun.

Page 30: MAKALAH FIQH-NAPZA

BAB III

PENUTUP

Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia.

Penyalahgunaan NAPZA sering menyerang kelompok remaja yang merupakan generasi

penerus dan harapan bangsa. Di samping karena menyerang remaja, penyalahgunaan

Napza juga membawa banyak dampak buruk baik bagi dirinya sendiri, termasuk

kesehatan, bagi kehidupan sosial, dan kehidupan berbangsa, bernegara, dan agama. Oleh

karena itu, masalah penyalahgunaan NAPZA harus dicegah dan ditanggulangi.

NAPZA adalah sesuatu yang memabukkan dengan beragam jenis yaitu heroin atau

putaw, ganja atau marijuana, kokain dan jenis psikotropika; ekstasi,

methamphetamine/sabu-sabu dan obat-obat penenang; pil koplo, BK, nipam dan

sebagainya. Sesuatu yang memabukkan dalam Al-Qur’an disebut khamr, artinya sesuatu

Page 31: MAKALAH FIQH-NAPZA

yang dapat menghilangkan akal. Meski bentuknya berbeda namun cara kerja khamr dan

narkoba sama saja. Keduanya memabukkan, merusak fungsi akal manusia.

Dalam sejarahnya, Islam melarang khamr/NAPZA secara bertahap. Pertama,

memberi informasi, NAPZA memang bermanfaat tetapi bahayanya lebih besar. Kedua,

penekanan soal NAPZA yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan keseimbangan

emosi dan pikiran. Ketiga, penegasan, NAPZA sesuatu yang menjijikkan, bagian dari

kebiasaan setan yang haram dikonsumsi. 25

Sayyid Sabiq menyebut diharamkannya khamr sesuai ajaran-ajaran Islam yang

menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi yang kuat fisik, jiwa dan akal pikirannya.

Tidak diragukan khamr melemahkan kepribadian dan menghilangkan potensi-potensi

terutama akal.

Jelaslah, Islam anti narkoba. Islam menjadikan NAPZA sebagai zat yang haram

dikonsumsi. Sehingga bagi siapa saja yang melanggar hukum tersebut akan dikenai sanksi

baik secara agama maupun hukum pidana yang berlaku di negaranya.

DAFTAR PUSTAKA

http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/.Diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.15 WIB

www.drugfreeworld.org. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 19:31 WIB

www.bnn.go.id. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2010 pukul 20:24 WIB

www.farmakologi.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010 pukul 15:13 WIB

www.akademik.unsri.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:13 WIB

www.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2010, pukul 15:21 WIB

http://suryantara.wordpress.com/2007/12/02/pndangan-islam-tentang-penyalahgunaan-napza-dan-cara-menanggulanginya/. Diakses pada tanggal diakses pada tanggal 30 September 2010 pukul 22.05 WIB

25 http://ayok.wordpress.com/2007/06/27/berantas-narkoba-dengan-syariat/ Diakses pada tanggal 30

September 2010 pukul 22.15 WIB

Page 32: MAKALAH FIQH-NAPZA

http://alumnifiad.youneed.us/dakwah-f9/narkoba-dalam-paradigma-islam-t129.htm. Diakses pada tanggal 30 September 2010, pukul 21:56 WIB

http://www.bnpjabar.or.id/fatwa-mui-tentang-penyalahgunaan-narkoba.Diakses pada tanggal 01 November 2010 pukul 19:17 WIB

http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/sanksi-hukum-seputar-narkoba.html-

Diakses pada tanggal 04 November jam 10:05 WIB

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika