47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemik yang berarti hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Epidemiologi mencakup studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Epidemiologi memiliki batasan yang mencakup 3 elemen seperti penyakit, populasi dan pendekatan ekologi. Epidemiologi menjawab pertanyaan mengenai siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit, di mana penyebaran atau terjadinya penyakit, dan kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut. Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. 1

makalah epid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Epidemiologi

Citation preview

Page 1: makalah  epid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemik yang

berarti hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non

infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran

penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Epidemiologi mencakup

studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit

tersebut. Dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit

tersebut.

Epidemiologi memiliki batasan yang mencakup 3 elemen seperti penyakit,

populasi dan pendekatan ekologi. Epidemiologi menjawab pertanyaan mengenai

siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena

penyakit, di mana penyebaran atau terjadinya penyakit, dan kapan penyebaran

atau terjadinya penyakit tersebut. Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan

ini merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit.

Untuk megetahui penjabaran khusus mengenai penyebab, distribusi, dan

akibat dari suatu penyakit maka dapat dipelajari melalui penelitian epidemiologi

( deskriptif, analitik dan eksperimental ). Dimana dalam setiap penelitian tersebut

memiliki klasifikasi masing – masing. Penelitian ini ditentukan oleh 3 faktor

utama yaitu orang, tempat dan waktu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi (deskriptif, analitik, dan

eksperimental) ?

2. Apa saja bentuk penelitian dari masing-masing epidemiologi tersebut ?

3. Bagaimana hubungan karakteristik orang, tempat, dan waktu terhadap

epidemiologi (deskriptif, analitik dan eksperimental) ?

1

Page 2: makalah  epid

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari epidemiologi (deskriptif, analitik, dan

eksperimental)

2. Mengetahui jenis-jenis penelitian dari epidemiologi (deskriptif, analitik,

dan eksperimental)

3. Mengetahui kombinasi karakteristik orang, tempat, dan waktu terhadap

epidemiologi (deskriptif, analitik dan eksperimental)

2

Page 3: makalah  epid

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang mempelajari distribusi

(penyebaran) penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu,

seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat

tinggal dan sebagainya, serta waktu.

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

a. Menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat

diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.

b. Memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

c. Mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan

terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi

deskriptif dibagi 2 yaitu :

a. Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series)

b. Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series),

Studi Potong Lintang (Cross-Sectional)

Adapun ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut :

a. Bertujuan untuk menggambarkan

b. Tidak terdapat kelompok pembanding

c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam

asumsi

d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat digunakan untuk :

a. Menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

b. Menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah

dilaksanakan

c. Bahan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

3

Page 4: makalah  epid

d. Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara

wilayah atau satu wilayah dalam waktu yang berbeda.

Epidemiologi deskriptif dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Case report

Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan

mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus.

Case report mendeskripsikan cara klinis mendiagnosis dan memberi terapi

kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Selain tidak terdapat kasus

pembanding, hasil klinis yang diperoleh mencerminkan variasi biologis

yang lebar dari sebuah kasus, sehingga case report kurang andal (reliabel)

untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran klinis penyakit.

b. Case series

Case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian

kasus, yang berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit,

manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Desain studi ini

lemah untuk memberikan bukti kausal, sebab pada case series tidak

dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat

digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain

studi analitik.

c. Cross-sectional

Penelitian cross-sectional digunakan untuk mengidentifikasi hubungan

antara penyakit dan penyebab yang mungkin seperti halnya dalam

penelitian kasus control maupun kohort. Hanya saja, dalam penelitian

cross-sectional, baik variable tergantung maupun variabel independen

(hasil dan paparan) keduanya diukur pada saat yang bersamaan (point

time approach) yaitu di masa sekarang. Jadi, penelitian ini lebih

merupakan potret pada suatu waktu dari yang diamati. Bentuk paling

sederhana dari sebuah survey di populasi adalah pengukuran prevalensi

penyakit pada satu waktu.

4

Page 5: makalah  epid

Kegunaan dari penelitian crosssectional ini antara lain :

a. Survei nasional multi tujuan (Riskesdas atau riset kesehatan dasar

Indonesia), misalnya untuk mempelajari tren faktor risiko atau gejala,

identifikasi penyebab penyakit, dan evaluasi kebutuhan kesehatan.

b. Mengetahui prevalensi penyakit

c. Penelitian etiologi penyakit, khususnya yang tidak memiliki onset (tanggal

mulai gejala) yang jelas, misalnya pada penyakit bronkhitis kronis.

Keuntungan dari penelitian cross-sectional adalah relative murah, dapat

dilakukan dalam skala waktu yang cepat, dapat mengidentifikasi kasus-kasus

kronis (dan selamat). Kelemahannya adalah kurangnya informasi tentang

dimensi waktu. Kasus yang gejala penyakitnya hanya berumur pendek atau

yang telah meninggal tidak lama setelah onset (tanggal mulai gejala) penyakit,

menjadi kurang mungkin diketahui pada saat survey.

Epidemiologi deskriptif mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar

seseorang yang dapat mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi

fokus dalam epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola. Frekuensi

digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola dapat digunakan untuk

membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko. Penelitian deskriptif

berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang terkena/terpengaruhi), when

(kapan mereka terpengaruhi), dan where (dimana mereka terpengaruhi).

1. WHO (Orang)

Salah satu tahap dasar dari investigasi epidemiologi adalah menghitung

jumlah orang pada kejadian kesehatan dengan menggunakan perhitungan risiko

atau rate yang membandingkan kasus dengan populasi. Selain masalah jumlah,

pertanyaan “siapa” juga terkait dengan karakteristik dari orang-orang tersebut. Hal

ini disebabkan karena manusia memiliki beberapa perbedaan ciri baik yang

melekat (misalnya jenis kelamin, ras, usia), yang didapat (contohnya gizi,

kekebalan), maupun berbeda dalam kondisi sosial ekonomi (misalnya pekerjaan,

pendidikan, tempat tinggal). Oleh karena, itu epidemiologi menjelaskan deskripsi

dari variabel-variabel “orang” tersebut.

5

Page 6: makalah  epid

Umur

Umur adalah faktor yang paling penting diantara variabel orang lainnya.

Hal ini karena umur mempengaruhi kemungkinan seorang manusia untuk

terpajan (contohnya, anak-anak sekolah yang terpajan pada penyakit yang

timbul pada masa kanak-kanak dan orang dewasa yang terpajan pada

penyakit akibat kerja), status imun (contohnya, bayi dengan sistem imun

yang kurang berkembang; setelah masa dewasa maka resistansinya akan

menurun terhadap beberapa infeksi) serta kondisi fisik dan mental

(contohnya, setelah dewasa orang secara umum lebih cenderung sering

jatuh daripada saat mereka masih muda).

Jenis Kelamin

Pria mempunyai rate insidens yang lebih tinggi untuk beberapa kondisi

dan penyakit dibandingkan wanita (contohnya, infeksi HIV), namun para

wanita juga memiliki rate insidens tertinggi daripada penyakit lainnya

(contohnya, kanker payudara).

Status Sosioekonomik

Variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang seperti kelas

sosial, pekerjaan, gaya hidup, tingkat pendidikan, dan penghasilan

memengaruhi status gizi, akses ke pelayanan kesehatan, dan kondisi

lingkungan sekitar serta kondisi kerja. Semua hal tersebut memengaruhi

kerentanan atau resistansi seseorang terhadap penyakit dan risiko

keterpajanan terhadap berbagai macam agens dan cedera fisik.

Kelompok Ras dan Etnik

Perbedaan agama dan budaya dapat memengaruhi risiko keterpajanan

seseorang terhadap berbagai macam agens, seperti jenis makanan yang

dimakan dan cara memasaknya.

Variabel Genetik

Variabel yang berhubungan dengan komposisi genetik dapat memengaruhi

kerentanan terhadap beberapa penyakit, seperti sickle-cell, Tay-Sachs dan

sarkoma Kaposi.

6

Page 7: makalah  epid

Variabel Keluarga

Contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan, pendidikan ibu,

pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.

Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola

olahraga.

Variabel lain

Seperti: Golongan darah, paparan faktor lingkungan tertentu, status

kekebalan, status imunisasi.

2. WHEN (Waktu)

Yang dimaksud dengan waktu disini merupakan waktu tahun, atau hal yang

terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam. Pembuatan gambaran

kejadian penyakit dari waktu ke waktu akan membantu dalam melihat tren dan

mengevaluasi program atau kebijakan tertentu dengan mengetahui apakah telah

terjadi kenaikan atau penurunan kasus. Sebagai contoh, penyakit demam berdarah

lebih sering muncul di musim hujan sama halnya dengan penyakit leptospirosis

atau bahkan flu, dan kecelakaan lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran

prevalensi pada periode waktu tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.

3. WHERE (Tempat)

Bergantung pada kejadian penyakit yang diteliti, tempat dapat

dikarakterisasikan sebagai tempat lahir, tempat tinggal, sekolah, unit rumah sakit,

tempat bekerja, restoran dan lain-lain. Tempat dapat juga didefinisikan dalam

lingkup politik seperti Negara, Negara bagian, kota, provinsi, atau distrik; atau

tempat dalam lingkup alami, seperti gunung, lembah, atau batas daerah aliran air.

Deskripsi mengenai tempat dari kejadian kesehatan tersebut merupakan hal yang

penting untuk menunjukkan adanya perbedaan geografis ataupun untuk melihat

seberapa luas perkembangan penyakit. Beberapa penyakit yang dihubungkan

dengan tempat penyakit tersebut pertama kali ditemukan, seperti penyakit Lyme

pada suatu kota di daerah Connecticut.

7

Page 8: makalah  epid

2.1.1 Karakteristik Individu yang berhubungan dengan faktor

Perbedaan sifat/keadaan karakteristik individu dapat dipengaruhi oleh berbagai

sifat karakteristik tertentu seperti:

a. Usia

Variabel usia merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate

mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk

variabel penting dalam mempelajari suatu masalah kesehatan karena:

1. Berkaitan dengan daya tahan tubuh

Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa lebih kuat daripada bayi

dan anak-anak.

2. Berkaitan dengan ancaman terhadap kesehatan

Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi

ancaman penyakit lebih berat dari pada anak-anak.

3. Berkaitan dengan kebiasaan hidup

Dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang karena kebiasaan hidupnya

ada kemungkinan terkena penyakit akibat kesalahan kebiasaan hidup

tersebut.

Adanya perbedaan penyebaran penyakit di setiap kelompok usia disebabkan oleh:

1. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia tersebut yang menyebabkan

mereka mudah terserang. Misalnya, campak pada anak-anak.

Kesimpulannnya anak-anak tidak mempunyai kekebalan terhadap campak.

2. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia lain yang menyebabkan

mereka sulit terserang. Misalnya campak jarang ditemkan pada orang

dewasa. Kesimpulannnya orang dewasa mempunyai kekebalan terhadap

campak.

3. Adanya peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur

tertentu. Misalnya TBC paru banyak ditemukan pada penduduk berumur

20 tahun ke atas. Kesimpulannya imunisasi BCG baru berjalan baik sejak

20 tahun yang lalu.

Hubungan umur dengan mortalitas

8

Page 9: makalah  epid

Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan usia

namun frekunsi kematian pada setiap golongan usia berbeda-beda, yaitu kematian

tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak

pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke

atas.

Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan

meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu

pengalaman terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor pekerjaan,

pengetahuan risiko penyakit, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam

kekebalan.

Hubungan Usia dengan Morbiditas

Suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur,

tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan usia

tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecendrungan meningkat dengan

bertambahnya umur, sedangkan penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu

kecendrungan yang jelas.

Anak berumur 1-5 tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan

bagian atas (ISPA). Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari

ibu yang melahirkannya hanya sampai pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,

sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA mulai menunjukkkan

peningkatan.

Sebelum ditemukan vaksin, banyak terjadi penyakit pada anak-anak berumur

muda, tetapi setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke

umur yang lebih tua. Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung

koroner, dan karsinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia,

sedangkan penyakit kelamin, AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat

terlarang banyak terjadi pada golongan usia produktif yaitu remaja dan dewasa.

Hubungan antara usia dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi

pada tingkat beratnya penyakit, misalnya stapilococcus dan eschericia coli akan

menjadi lebih berat bila menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi

masih sangat rentan terhadap infeksi.

9

Page 10: makalah  epid

Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas

Sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya manusia senantiasa mengalami

perubahan baik fisik maupun psikis. Secara garis besar, perkembangan manusia

secara alamiah dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase bayi dan anak-anak,

fase remaja dan dewasa muda, fase dewasa dan lanjut usia. Dalam setiap fase

perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi dan

frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam

kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.

b. Jenis Kelamin

Hubungan Penyakit dengan Jenis Kelamin

Setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,

tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan

perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor keturunan yang terkait

dengan jenis kelamin dan faktor lingkungan ( pekerjaan, kebiasaan hidup,

kesadaran berobat, perbedaan kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa

penyakit, genetika atau kondisi fisiologis ). Penyakit-penyakit yang lebih banyak

menyerang perempuan dari pada laki-laki antara lain:

1. Tireotoksikosis 6. Karsinoma Uterus

2. Diabetes mellitus 7. Karsinoma Mamame

3. Obesitas 8. Karsinoma Serviks

4. Kolesisitis 9. Kista Ovari

5. Rematoid arthritis 10. Adneksitis

Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada

perempuan antara lain:

1. Penyakit jantung koroner 5. Karsinoma Penis

2. Infark miokard 6. Orsitis

3. Karsinoma paru 7. Hipertrofi Prostat

4. Hernia inguinalis 8. Karsinoma Prostat

c. Suku Bangsa

10

Page 11: makalah  epid

Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu

populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Pada umumnya

penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik

atau faktor lingkungan, misalnya:

1. Penyakit sickle cell anemia

2. Hemofilia

3. Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase

4. Karsinoma lambung

Disamping ketiga fakor yang telah diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor

lain yang berkaitan dengan variabel “orang”, yaitu:

Sosial ekonomi

Budaya/agama

Pekerjaan

Status marital

Golongan darah

Infeksi alamiah

Kepribadian

d. Sosial ekonomi

Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua

faktor:

1. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau mengobati penyakit.

2. Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.

Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang menggambarkan tingkat

kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur - unsur seperti

pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan tempat tinggal yang mempengaruhi

frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal,

ISPA, anemia, melnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada

penduduk golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit jantung koroner, hipertensi,

obesitas, kadar kolesterol tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada

penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.

e. Budaya/agama

11

Page 12: makalah  epid

Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama

dengan frekuensi penyakit tertentu, misalnya:

1. Balanitis, karsinoma penis banyak terdapat pada orang yang tidak

melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene perorangan yang jelek.

2. Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena

mereka tidak memakan babi.

3. Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk agama islam karena

ajaran agama islam tidak membenarkan meminum alkohol.

f. Pekerjaan

Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi

penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan

dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang

berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik

asbes yang banyak menderita karsinoma paru dan gastrointestinal serta

mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar

oleh silikon bebas, atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan

kedokteran nuklir.

Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan

pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk

mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.

Pada dasarnya hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan disebabkan

oleh:

1. Adanya risiko pekerjaan

Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit

yang dideritanya akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena

penyakit silikosis, situasi pekerjaan yang penuh tekanan merupakan faktor yang

berperan pada timbulnya hipertensi dan ulkus lambung.

2. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan

Seseorang yang bertubuh lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan

fisik yang berat, demikian sebaliknya yang bertubuh kuat.

3. Adanya perbedaan status sosial ekonomi

12

Page 13: makalah  epid

Perbedaan pekerjaan menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga

menyebabkan perbedaan penyakit yang dideritanya.

g. Status Marital

Hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis,

emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan,

melahirkan, dan laktasi.Lebih banyak ditemukan perempuan yang tidak menikah

dibandingkan dengan perempuan yang menikah, sebaliknya karsinoma serviks

lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak

menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan.

Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia

dan praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu..

h. Golongan Darah ABO

Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya

orang-orang dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma

lambung, sedangkan golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.

i. Status Perkawinan

Angka kematian yang tinggi ditunjukkan kepada orang – orang yang tidak kawin

di bandingkan dengan orang – orang yang sudah kawin. Hal ini disebabkan karena

kecenderungan orang – orang yang tidak kawin kurang sehat ( perbedaan dalam

gaya hidup ) yang berhubungan dengan penyebab penyakit tertentu.

j. Besarnya Keluarga

Banyaknya jumlah anggota keluarga menetukan tingkat kesehatan seseorang. Di

dalam keluarga yang besar dan miskin, penghasilan keluarga harus digunakan

oleh banyak orang. Contoh : karena besarnya tanggungan, sebuah keluarga harus

tinggal berdesak – desakan di sebuah rumah yang luasnya terbatas. Hal ini

memudahkan penularan penyakit di kalangan anggota keluarga tersebut.

2.1.2 Karakteristik Tempat

13

Page 14: makalah  epid

Hal – hal yang mempengaruhi pola penyakit di suatu daerah dengan batas-

batas alam ialah keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,

kelembaban , turun hujan, ketinggian di atas permukaan laut, keadaan tanah,

sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat

kemajuan ekonomi, pendididkan ,industry, pelayanan kesehatan, tradisi yang

menghambat pembangunan, sosial budaya yang tidak menguntungkan

perkembangan kesehatan dan sifat – sifat biologis ( ada tidaknya vektor penyakit,

genetika )

Pentingnya peranan tempat dalam mempelajari perjalanan penyakit karena

pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit

endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran

berbagai penyakit di suatu wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan

diketahui:

a. Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.

b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di

suatu daerah.

c. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di

suatu daerah.

Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan:

1. Geografis

Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan

instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim

tropis, subtropis, dan negara dengan empat musim. Hal ini penting

karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan

dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis

penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas provinsi,

kabupaten, kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api,

jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.

14

Page 15: makalah  epid

2. Batas institusi

Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan

timbulnya masalah kesehatan.

Contoh kejadian penyakit berdasarkan tempat yaitu:

TBC, pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi

rendah

Cholera, pada daerah penduduk padat dengan linkungan jelek

Asbestosis, pada pekerja pabrik asbes.

Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:

a. Penyebaran satu wilayah

Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan

wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan yang

dianut. Misalnya satu kecamatan saja, satu kelurahan saja, dsb.

Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah desa dan

kota.

b. Penyebaran beberapa wilayah

Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem pemerintahan

yang dianut. Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan

saja, dsb.

c. Penyebaran satu negara (nasional)

Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.

d. Penyebaran beberapa negara (regional)

Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau

tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi oleh faktor:

1. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan

keadaan-keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu

penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.

2. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak

negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit

penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan

15

Page 16: makalah  epid

antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk

yang berkunjung dan menetap, dsb.

3. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang

kesehatan.

e. Penyebaran banyak negara (internasional)

Masalah kesehatan ditemukan di banyak negara, yang pada saat ini

dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi amat sering

terjadi.

2.1.3 Karakteristik Waktu

Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika

melakukan analisis morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan

laporan insidensi dan prevalensi penyakit didasarkan pada waktu, apakah

mingguan, bulanan atau tahunan.

Selain itu dengan catatan dan laporan morbiditas dapat diketahui perubahan-

perubahan kejadian dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan

untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah kesehatan.

Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan

membantu kita dalam memahami:

a. Kecepatan perjalanan penyakit

Jika suatu penyakit menyebar dengan pesat berarti perjalanan penyakit tersebut

berlangsung cepat.

b. Lama terjangkitnya suatu penyakit

Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran penyakit

menurut waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu

terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit

tersebut.

Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu:

a. Sifat penyakit yang ditemukan

16

Page 17: makalah  epid

Secara umum, penyakit infeksi lebih cepat menyebar. Hal yang berperan adalah

sifat bibit penyakit yang ditemukan dibedakan atas patogenisiti, virulensi,

antigenisiti, dan infektiviti.

b. Keadaan tempat terjangkitnya penyakit

Untuk penyakit infeksi keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut

ada tidaknya reservoir bibit penyakit, jika dikaitkan dengan keadaan tempat

terjangkitnya penyakit disebut dengan nama environmental reservoir yakni

lingkungan alam di sekitar manusia.

c. Keadaan penduduk

Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh keadaan

penduduk, baik yang menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang

menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk tersebut.

d. Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia

Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran masalah kesehatan

dapat dicegah sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.

Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri dari:

a. Variasi Jangka Pendek

1. Sporadis

Kejadian ini berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberapa

tempat, dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling

berhubungan.

2. Endemis

Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat.

3. Pandemis

Penyakit yang menularke beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya:

Flu (1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).

4. Epidemis

Naiknya kejadian suatu penyakit yang berlangsung secara cepat dan

dalam jumlah yang melebihi kejadian yang diperkirakan.

Fluktuasi jangka pendek memberikan petunjuk bahwa :

17

Page 18: makalah  epid

Penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau

hampir bersamaan.

Waktu inkubasi rata – rata pendek

b. Variasi Berkala

Kecendrungan sekuler (secular trend)

Kecendrungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB

dalam waktu yang lama. Kecendrungan sekuler dapat terjadi pada penyakit

menular maupun penyakit infeksi nonmenular. Misalnya, terjadinya

pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang

terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.

Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam

penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit.

Kecendrungan sekuler juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan

yang terjadi pada kematian.

Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang kematian, harus

dikaitkan dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan

tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita. Angka kematian

akan sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal

dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma

paru-paru, karena memenuhi kriteria di atas.

b. Variasi siklik

Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,

tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya

berulang setelah 2-3 tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada

penyakit menular.

c. Variasi musim

Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan

prevalensi penyakit yang terjadi dalam 1 tahun ( sesuai dengan perubahan

musim ). Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim sangat

penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang kejadian luar biasa

untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang diakibatkan

18

Page 19: makalah  epid

variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim

tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang

timbulnya KLB.

Penyakit-penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare,

influenza, dan tifus abdominalis.

d. Variasi random

Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat

diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya

bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.

2.1.4 Kombinasi Karakteristik Orang, Tempat, dan Waktu

Frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan (khususnya penyakit) pada

umumnya bermacam-macam menurut karateristik orang (person), tempat (place)

dan waktu (time). Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota

dan pedesaan, faktor-faktor diatas perlu diperhatikan. Hal lain yang perlu

diperhatikan selanjutnya ialah akibat perpindahan ke kota atau ke desa terhadap

pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri. Migrasi antar desa membawa

akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang

bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.

2.2 Epidemiologi Analitik

Epidemiologi yang tidak hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan,

tetapi mencari faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut di

masyarakat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir

(mengestimasi) besarnya hubungan atau pengaruh paparan terhadap penyakit.

Tujuan epidemiologi analitik :

a. Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/ determinan penyakit,

b. Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus;

c. Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan

penyakit pada populasi.

d. Dua asumsi melatari epidemiologi analitik. Pertama, keadaan kesehatan dan

penyakit pada populasi terjadi secara sistematis yang dipengaruhi oleh faktor

risiko/ kausa/ faktor pencegah/ faktor protektif. Kedua, faktor risiko atau

19

Page 20: makalah  epid

kausa tersebut dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan

penyakit pada level individu dan populasi. Jenis Penelitian Analitik :

1. Case control

Merupakan rancangan pengamatan epidemiologis untuk

mempelajari hubungan serta besarnya risiko yang dapat terajadi, antara

tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit. Dengan cara

membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan

penyebabnya. Pengamatan ini “menoleh kebelakang” yakni dimulai

dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit/efek (kasus) dan

kelompok tanpa penyakit (kontrol), kemudian dilihat kebelakang faktor

risikonya.

Rancangan penelitian kasus kontrol dilakukan untuk membantu

menentukan apakah sebuah paparan/ karakteristik tertentu berhubungan

dengan sebuah outcome . Selain untuk menentukan hubungan yang

bersifat causal (penyebab), penelitian kasus control juga memiliki potensi

untuk mencari hubungan yang bersifat non-causal misalnya karena adanya

chance (kesempatan) atau pengaruh faktor lain yang berhubungan dengan

baik paparan maupun outcome penyakit.

Subyek yang didiagnosis menderita sakit (kasus ) adalah insiden

(kasus Baru) .

Beberapa contoh dari penelitian kasus kontrol adalah sebagai berikut :

Paparan Diethylstilbestrol dan risiko adenokarsinoma serviks dan vagina,

Hubungan antara tampon penyerap dan kejadian sindroma syok toksik

Kelebihan rancangan kasus control adalah sebagai berikut :

Memungkinkan meneliti penyakit-penyakit yang jarang terjadi

Memungkinkan meneliti penyakit yang memiliki masa laten yang lama

antara paparan dan manifestasi klinis.

Dapat dilaksanakan pada periode waktu yang singkat

Dapat meneliti beberapa hal sekaligus yang memiliki potensi sebagai

penyebab penyakit

20

Page 21: makalah  epid

Skema :

Terpapar ( E )

Kasus ( Penyakit + )

Tidak Terpapar ( E )

Terpapar ( E )

Kasus ( Penyakit - )

. Tidak Terpapar ( E )

Kekurangan rancangan kasus control, seperti:

Kemungkinan adanya bias recall karena informasi mengenai paparan

diperoleh dari riwayat dahulu berdasarkan wawancara.

Validasi dari informasi mengenai adanya paparan bisa jadi sulit untuk

dilakukan, informasinya tidak lengkap, atau bahkan tidak memungkinkan.

Secara umum tidak lengkap ( Generally incomplete control of extraneous

variables ).

Pemilihan kontrol yang tepat bisa jadi merupakan hal yang sulit.

2. Kohort

Penelitian kohort merupakan pengamatan epidemiologis untuk

mempelajari hubungan serta besarnya risiko, antara tingkat keterpaparan

dengan kejadian penyakit. Desain kohort ini merupakan desain prospektif

(melihat ke masa yang akan datang). Dalam penelitian prospektif, paparan

diukur sekarang dan hasilnya (sakit atau tidak) diukur di masa yang akan

datang.

Pengambilan data dimulai dari populasi atau kelompok subyek

yang bebas dari penyakit yang terbagi atas terpapar dan tidak terpapar,

kemudian diikuti sepajang waktu atau periode tertentu untuk melihat ada

atau tidaknya efek pada subyek tersebut ( apakah ia menderita sakit atau

tidak) .Dalam urutan tingkat kekuatan hubungan sebab akibat penelitian

21

Page 22: makalah  epid

ini berada dibawah penelitian Eksperimen namun lebih kuat dari cross

sectional dan Case Control.

Keuntungan dari penelitian kohort antara lain:

Informasi mengenai paparan subyek lengkap, termasuk pengendalian mutu

data dan pengalaman sebelumnya.

Memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit.

Terdapat kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus yang

terkait dengan paparan tertentu.

Memungkinkan perhitungan angka insidensi (absolute risk) dan RR

(relative risk).

Metodologi dan hasil penelitian mudah dipahami oleh kalangan non-ahli

epidemiologi.

Memungkinkan meneliti paparan-paparan yang relatif jarang didapatkan.

Kekurangan rancangan Kohort seperti:

Kurang sesuai untuk penyakit-penyakit yang jarang terjadi karena

dibutuhkan subyek dalam jumlah yang besar.

Tidak sesuai apabila terdapat waktu yang cukup panjang antara paparan

dan manifestasi klinis penyakit. Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi

dengan model penelitian cohort retrospektif (historical cohort)

Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut

dilaksanakan. Sebagai contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai

paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi perubahan komposisi selama

pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang

relevan.

Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi (jumlah

subyek yang bisa dilakukan follow up) bisa jadi merupakan hal yang sulit.

Rancangan kohort cukup mahal untuk dilaksanakan karena dibutuhkan

jumlah subyek yang besar.

Data baseline selain dari faktor paparan mungkin hanya sedikit karena

banyaknya subyek menjadikan tidak mungkin untuk dilakukan wawancara

yang lama.

22

Page 23: makalah  epid

2.3 Epidemiologi Eksperimental

Perbedaan utama antara penelitian analitik dengan penelitian intervensi

adalah bahwa dalam penelitian analitik, peneliti hanya mengamati status paparan

seseorang, sedangkan dalam intervensi peneliti melakukan intervensi untuk

mengubah status paparan seseorang untuk menentukan apakah yang akan terjadi

bila hal ini dilakukan.

Dengan kata lain, peneliti melakukan percobaan sehingga penelitian

intervensi memiliki nama lain yaitu penelitian eksperimental. Bukti-bukti

eksperimental dapat meyakinkan hubungan kausal, jika perubahan variabel bebas

(faktor risiko) selalu diikuti oleh perubahan variabel terikat (outcome).

Berdasarkan Karakter Subyek Penelitiannya, Eksperimen dlm Epidemiologi

dibedakan menjadi 3 macam :

a. Uji Klinis

b. Eksperimen Lapangan

c. Intervensi Komunitas.

Jenis penelitian tersebut analog dengan dua jenis penelitian analitik yaitu

kohort dan penelitian ekologi. Dalam sebuah uji klinis, unit penelitian adalah

individu dan peneliti melakukan intervensi dengan mengubah status paparan

individu. Dalam uji komunitas, unit studi adalah kelompok atau populasi dan

peneliti melakukan intervensi dengan mengubah status paparan dari seluruh

kelompok atau populasi orang. Dalam penelitian eksperimental, hal yang perlu

dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya

suatu luaran / output / penyakit, adalah diuji kebenarannya dengan percobaan atau

eksperimental. Eksperimental juga dapat dilakukan di laboratorium, tetapi

disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga

eksperimental sewajarnya dilakukan di masyarakat. Bentuk eksperimental lain

yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan

terhadap perubahan pengetahuan tentang suatu masalah kesehatan.

Penelitian eksperimental dalam Epidemiologi pada umumnya hanya menerapkan

Jenis Intervensi yang bersifat :

1. Preventif (Profilaktif)

23

Page 24: makalah  epid

2. Promotif

3. Terapeutik.

Penelitian eksperimental merupakan penelitian dimana peneliti melakukan

kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti.

Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur

perlakuan sesuai dengan keinginananya serta dapat mengamati proses kejadian

secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besarny,

dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :

Penelitian Eksperimental murni (dengan randomisasi)

Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang

sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan

randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai

kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau control.

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain penelitian laboratorium

untuk uji hipotesis tentang penyebab dan factor resiko, percobaan klinik

(clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi

klinik. Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada

kelompok komunitas tertentu dalam menentukan resiko tinggi (high risk

group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas

tertentu.

Eksperimental Semu

Eksperimental semu (quasy exsperimental) merupakan penelitian

eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian

eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan

maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok

populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat

dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba

bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya

pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan

sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan

dengan keadaan kelompok lainnya atau dengan kelompok penduduk yang

sama sebelum percobaan dilakukan.

24

Page 25: makalah  epid

Contoh Soal :

1. Untuk merencanakan pelayanan kesehatan menurut kelompok usia bagi suatu

penyakit dalam populasi, yang perlu diperhatikan adalah:

A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia

B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia

C. A) dan B) benar

D. A) dan B) salah

2. Rasio tingkat mortalitas pria : wanita pada kelompok usia 15-44 tahun

umumnya adalah:

A. Lebih kecil dari satu

B. Sama dengan satu

C. Lebih besar dari satu

D. Semuanya salah

3. Pengaruh faktor ras terhadap sebaran penyakit dapat terjadi melalui :

A. Kaitan dengan faktor genetik

B. Kaitan dengan faktor budaya

C. Kaitan dengan faktor religi

D. Semua benar

4. Parameter terbaik untuk menentukan status sosial-ekonomi ialah:

A. Tingkat penghasilan responden

B. Tingkat pengeluaran responden

C. Tingkat kepemilikan responden

D. Lingkungan hidup responden

5. Penyakit-penyakit berikut terutama atau hanya didapatkan dibeberapa wilayah

tertentu di indonesia,kecuali :

A. Malaria

25

Page 26: makalah  epid

B. Demam berdarah dengue

C. Skistosomasis

D. Goiter

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

1. Epidemiologi deskriptif adalah Ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran)

penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur,

jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal

dan sebagainya, serta waktu.

2. Epidemiologi deskriptif dibagi menjadi 3, yaitu Case report, Case series, Cross-

sectional.

3. Penelitian deskriptif berfokus pada who,when,where.

26

Page 27: makalah  epid

4. Pada penelitian deskriptif karakteristik yang berhubungan dengan faktor adalah

usia, jenis kelamin,suku bangsa, sosial ekonomi, budaya/agama,pekerjaan,

status marital dan golongan darah.

5. Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:

Penyebaran satu wilayah

Penyebaran beberapa wilayah

Penyebaran satu negara (nasional)

Penyebaran beberapa negara (regional)

Penyebaran banyak negara (internasional)

6. Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu :

Sifat penyakit yang ditemukan

Keadaan tempat terjangkitnya penyakit

Keadaan penduduk

Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia

7. Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang tidak hanya menggambarkan

besarnya masalah kesehatan, tetapi mencari faktor yang menyebabkan

masalah kesehatan tersebut di masyarakat.

8. Di dalam epidemiologi ada penelitian analitik terbagi menjadi 2 metode

penelitian,yaitu rancangan Case Control dan Kohort

9. Epidemiologi eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan

memberikan intervensi yang bertujuan untuk mengubah status paparan

seseorang dalam menentukan apakah yang akan terjadi bila hal ini dilakukan.

10. Berdasarkan Karakter Subyek Penelitiannya, Eksperimen dalam Epidemiologi

dibedakan menjadi 3 macam :

Uji Klinis

Eksperimen Lapangan

Intervensi Komunitas

11. Secara garis besarnya, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :

Eksperimental murni (dengan randomisasi)

Eksperimental Semu

27

Page 28: makalah  epid

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk makalah ini adalah untuk menggunakan

setiap penelitian epidemiologi hendaknya dipertimbangkan sesuai dengan objek

yang akan diteliti agar mendapatkan hasil yang efektif, efisien dan sesuai dengan

yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan. 2011. Modul Epidemiologi Dasar. Makassar. Universitas

Hasanuddin

Azwar, azrul.1999. Pengantar Epidemologi. Jakarta: Binarupa Aksara

Budiarto, eko dkk. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Kasjomo, Subaris Heru dkk. 2008. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Mitra Cendikia

Press.

28

Page 29: makalah  epid

Mutiara, Erna , dkk. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil dan Pengetahuan

terhadap Sikap Ibu tentang Kehamilan Risiko Tinggi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai

Kabupaten Langkat, Jurnal Gizi , Kesehatan Reproduksi dan

Epidemiologi, 1 ( 2012), 3.

http :// jurnal.usu.ac.id/

Noor, Frieda Ani, dkk. 2012. Buku Ajar Dasar – Dasar Epidemiologi. Banjarbaru.

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Nurani, Dian Sari, dkk. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Kota Cirebon

Tahun 2004 -2011, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 ( 2012 ) , 3 – 8.

http ://eprints.undip.ac.id

Nurbeti, Maftuhah, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Kompetensi

Dokter Umum. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Suhartono. Kasus Sutet Di Indonesia: Kajian Dari Aspek Epidemiologi ,

Penelitian Kesehatan 36 ( 2008 ) , 9.

http : // ejournal.litbang.depkes.go.id

Susilowati, Tuti. Faktor – Faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap kejadian

HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya, (2010), 3.

http : // e- journal.akbid-purworejo.ac.id

Tyas Anggarini, Merry. Hubungan anatara Usia saat Timbulnya Menarche

Dengan Usia saat Terjadinya Menopause Wanita Di Kecamatan Kartasura, 5-6.

http : // Jurnal.unimus.ac.id

29

Page 30: makalah  epid

Indeks

A

AIDS · 9, 18anemia · 11antigenisiti · 17Asbestosis · 15

B

Balanitis · 12BCG · 8

C

case report · 3, 4

Case report · 4, 28case series · 3, 4Case series · 4, 28Cholera · 15Cross-sectional · 4Cross-Sectional · 3

D

determinan · 1, 20Diabetes melitus · 10diare · 19

30

Page 31: makalah  epid

E

Eksperimen Lapangan · 24, 29Eksperimental semu · 26Endemis · 18environmental reservoir · 17epidemiologi · 1, 2, 3, 4, 5, 16, 19, 20, 22, 23, 28,

29Epidemiologi analitik · 20, 28Epidemiologi deskriptif · 3, 4, 5, 28Epidemis · 18eschericia coli · 9exposure · 8

F

fibrosis paru · 12

G

gastrointestinal · 11, 12glukosa 6 fosfatase · 11

H

Hemofilia · 11Hernia inguinalis · 10hipertensi · 9, 11, 12hipotesis · 3, 4, 20, 25HIV · 6

I

imunisasi · 7, 8, 9infark miokard · 11Infark miokard · 10infektiviti · 17influenza · 19intervensi · 20, 24, 25, 26, 29Intervensi Komunitas · 24, 29ISPA · 9, 11

J

jantung koroner · 9, 10, 11

K

karsinoma · 9, 12, 13, 19Karsinoma lambung · 11Karsinoma paru · 10KLB · 14, 18, 19Kolesisitis · 10

L

laktasi. · 13leptospirosis · 7Lyme · 7

M

manifestasi klinis · 4, 22, 23mesotelioma · 12migrasi · 20mobilitas geografis · 20morbiditas · 4, 8, 10, 16, 19Morbiditas · 9, 10mortalitas · 4, 8, 9, 10, 18, 19, 26

O

obesitas · 11Obesitas · 10

P

Pandemis · 18patogenisiti · 17penelitian ekologi · 24penelitian eksperimental · 24, 25, 26, 29perjalanan klinis · 4prevalensi · 5, 7, 16, 18, 19Preventif · 25prognosis · 4, 20Promotif · 25

R

radiologi · 12Rematoid arthritis · 10risk · 8, 23, 25

31

Page 32: makalah  epid

S

sarkoma Kaposi · 6sickle cell anemia · 11sickle-cell, · 6silikon · 12silikosis · 12sirkumsisi · 12Sporadis · 17stapilococcus · 9Status Marital · 13

T

Tay-Sachs · 6TBC · 8, 11, 15Terapeutik · 25tifus abdominalis. · 19time series · 3Tireotoksikosis · 10

Trisinensis · 12

U

Uji Klinis · 24, 29ulkus lambung · 12

V

vaksin · 9Variasi musim · 19Variasi random · 19Variasi siklik · 19virulensi · 17

Z

zat radioaktif · 12

32