26
Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2 Diagnosa Keperawatan Disusun Oleh: KELOMPOK 2 Titik Erawati 11141040000002 Sitta Diana S 11141040000003 Dewi Andriani 11141040000007 Nidaan Khofiyah 11141040000013 Nazilatul Habibah 11141040000020 Mufti Akbar 11141040000023 Anis Sanjaya 11141040000025 Ratna Farhana 11141040000033 Yoyoh Rokayah 11141040000034 Dita Retno W 11141040000041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2

Diagnosa Keperawatan

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

Titik Erawati 11141040000002

Sitta Diana S 11141040000003

Dewi Andriani 11141040000007

Nidaan Khofiyah 11141040000013

Nazilatul Habibah 11141040000020

Mufti Akbar 11141040000023

Anis Sanjaya 11141040000025

Ratna Farhana 11141040000033

Yoyoh Rokayah 11141040000034

Dita Retno W 11141040000041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

NOVEMBER/2015

Page 2: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai

DIAGNOSA KEPERAWATAN tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas diskusi kelompok

pemicu 2 modul Fundamental Of Nursing 3

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang

bersifat membangun.

Jakarta, November 2015

Penyusun

ii

Page 3: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

Intoleransi Aktivitas........................................................................................................2

Inkontinensia Urin..........................................................................................................6

Malnutrisi.......................................................................................................................8

HIPERTENSI..................................................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii

Page 4: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx
Page 5: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi   tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.

Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun potensial.

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah

ini diantaranya:

1.      Apa saja pengkajian sesuai pemicu?

2.      Bagaimana diagnosa yang sesuai pemicu?

3.      Bagaimana patofisiologi pada kasus di pemicu?

1.3 Tujuan PenulisanDalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis

yaitu:

1.      Untuk mengetahui pengkajian sesuai pemicu

2.      Untuk mengetahui diagnosa yang sesuai pemicu

3.      Untuk mengetahui patofisiologi pada kasus di pemicu

1

Page 6: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

BAB II PEMBAHASAN

Intoleransi Aktivitas

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. (Amrizal, 2005). Kelelahan dibedakan berdasarkan 3 bagian, yaitu:1. Berdasarkan proses dalam otot yng terdiri dari:

a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) disebabkan munculnya

gejala kesakitan yang amat sangat ketika melakukan beban.

b. Kelelahan umum, meurut Grandjean (1985) ialah proses yang menyebar

yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada

setiap aktivitas.

2. Berdasarkan waktu terjadinya lelah:

a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ yang berlebihan

b. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari,

berkepanjangan dan bahkan sebelum memulai pekerjaan.

3. Berdasarkan penyebabnya:

a. Faktor fisik dan psikoogis

b. Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam

darah, dan faktor psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres

emosional yang berkepanjangan

Faktor yang menyebabkan kelelahan

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana produk-produk sisa ini bersifat dapat membatasi kelangsungan aktivitas otot. Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai fktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami tubuh manusia (Wignjososoebroto, 2000)

Menurut sama’mur (1994), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan ada dua yaitu, faktor internal, antara lainfaktor somatis,

2

Page 7: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

izi, jenis kelammin, usia, pengetahuan dan sikap. Serta faktor eksternal, antara lain keadaan lingkungan, faktor kimia, faktor biologi, suhu.

Mekanisme Terjadinya LelahMakanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui

peredaran darah. Setiap kontraksi otot selalu diikuti reaksi kimia yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas, dan asam laktat. Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen dengan oksigen dari pernapasan. Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik, yaitu:Pertama, oksidase glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida, dan

lain-lain, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernapas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu.

Kedua, karbohidrat yang didapat dari mekanan diubah menajadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glukogen. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 % dari sejumlah glikogen.

Ketiga, dalam keadaan normal, jumlah udara yang masuk melalui pernapasan kira-kira 4 lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernapasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal itu terjadi maka kelelahan akan timbul karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mrngurangi asam laktat menjadi H2O dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang denngan pembentukan asam laktat itu (asam laktat terakumulasi dalam otot atau peredaran darah).

No. Data Masalah Etiologi

1 Ds = Pasien mengeluh cepat lelah Inteoleransi aktivitasIstirahat burukMerasa lemah

3

Page 8: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

No. DiagnosaTujuan dan kriteria hasil

( NOC )Intervensi ( NIC )

1 Intolenransi aktivitas

b.dIstirahat burukMerasa lelah

Data – data paasienPasien mengeluh cepat lelah

Tujuan : setelah dilakukan aspep selama

Dapat melakukan aktivitas secara rutin

Dapat melakukan aktivitas fisik

Daya tahan/ melakukan otot normal

Level oksigen darah dengan aktivitas normal

Kembalinya energi setelah istirahat

Tidak mudah lelah

Energy Management Observasi adanya

pembatasan pasien dalam melakukan aktivitas

Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

Memonitor nutriis dan sumber energi yang adekuat

Monitor pasien akan adanya kelelahan fiisk

Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat

Activity therapy Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

Bantu klien/ keluarga untuk mengidentivikasi kekurangan dalam aktivitas

Memotitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

4

Page 9: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

DX TUJUAN DAN KRETERIA HASIL

INTERVENSI

INSOMNIA NOC :-Personal kesehatan fisik

membaik- Kemampuan Relaksasi

-Sleep-Dapat mengatur dan

mengobservasi jam tidur

-Pola tidur normal-kualitas tidur membaik

-gangguan (Keluhan)teratasi

KRETERIA HASIL- Kualitas tidur

membaik

Moodmanagement-monitor self care ability (food,fluid,intake, elimination)-monitor status fisik-bantu pasien untuk identifikasi disfungsional mood

Sleep-Kaji pola tidur dan pola aktivitas-Jelaskan pasien tentang pentingnya adekuat sleep selama sakit.-Monitor catat pola tidur dan jam tidur-Obstruksi airway/ketidaknyamaan dan frekuensi urine-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidur-Monitor pola makan dan pola tidur minum yang berhubungan dengan gangguan tidur-Mengajurkan meningkatkan jam tidur di malam hari-Energi management-Pilih intervensi untuk kelelahan yang rendah menggunakan kombinasi (Pharmalology dan nonfarmakologi)-Monitor nutrisional intake untuk meyakinkan adekuat

5

Page 10: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

sumber energy.-anjurkan untuk pengorganisasian aktivitas dan time management-Mencegah kelelahan-Monitor Pasien (Nadi, RR)

Inkontinensia UrinPenyebab inkontinensia urin

Inkontinensia urin biasanya diklasifikasikan sebagai inkontinensia stress,

urgensi, inkontinensia overflow, inkontinensia fungsional. Inkontinensia stress

dimana urin keluar ketika tekanan intra abdominal meningkat seperti pada batuk,

bersin, tertawa, atau latihan. Ini disebabkan karena melemahnya otot dasar

panggul. Inkontinensia urgensi merupakan akibat ketidakmampuan untuk

berkemih begitu sensasi untuk berkemih muncul. Ini bisa diakibatkan karena

aktifitas otot kemih meningkat dan adanya masalah neurologic. Inkontinensia

overflow atau aliran berlebihan terjadi jika pengisian kandung kemih melebihi

kapasitas kandung kemih dan sebagian urin terlepas secara tidak terkontrol. Ini

disebabkan oleh sumbatan seperti hipertropi prostat, akibat factor saraf (pada

diabetes) atau obat-obatan. Inkontinensia fungsional yang merupakan

inkontinensia tanpa gangguan pada sistem saluran kemih akibat dari dimensi

berat, gangguan musculoskeletal, imobilisasi dan lingkungan yang idak

mendukung.

Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan

fisiologi juga dipengaruhi oleh factor fungsional, psikologis dan lingkungan. Pada

tingkat yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh refleks yang berpusat di

pusat berkemih di sacrum. Jalur aferen membawainformasi mengenahi volume

kandung kemih di medulla spinalis.

6

Page 11: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Pengisian kandung kemih dilakukan dengan cara relaksasi kandung kemih

melalui penghambatan kerja saraf parasimpatis dan kontraksi leher kandung

kemih yang dipersarafi oleh saraf simpatis serta saraf somatic yang mempersarafi

otot dasar panggul.

Pengosongan kandung kemih melalui persarafan kolinergik parasimpatis

yang menyebabkan kontraksi kandung kemih sedangkan efek simpatis kandung

kemih berkurang. Jika korteks serebri menekan pusat penghambatan, akan

merangsang timbulnya berkemih. Hilangnya penghambatan pusat kortikal ini

dapat disebabkan karena usia sehingga lansia sering mengalami inkontinensia

urin. Karena dengan kerusakan dapat mengganggu koordinasi antara kontraksi

kandung kemih dan relaksasi uretra yang mana gangguan kontraksi kandung

kemih akan menimbulkan inkontinensia.

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGIDS: Klien mengeluh

sering mengompol saat tertawa geli/ terbahak atau ketika batuk/bersin

Klien mengatakan mengkonsumsi obat hipertensi (diuretic)

DO: Tonus otot jelek

Inkontinensia urine tipe stress

Definisi:Kebocoran mendadak urine akibat aktivitas yang meningkat dan penekanan terhadap abdomen

Penurunan fungsi sphincter internal

Kelemahan otot pelvis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NICInkontinensia urine stress b/d penurunan fungsi sphincter internal

Menahan berkemih

Tujuan:

Latihan otot pelvic Menentukan

kemampuan untuk

7

Page 12: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Kelemahan otot pelvis ditandai dengan pasien mengeluh sering mengompol saat batuk, bersin, dan kekuatan tonus otot jelek

Setelah dilakukan perawatan diharapkan pasien dapat menahan berkemih atau tidak mengompol

Kriteria hasil:Kontinensia urine / dapat menahan berkemih

menahan refleks berkemih

Intruksikan klien untuk menegangkan lalu merelaksasikan otot uretra untuk mencegah mengompol

Intruksikan klien untuk mengidentifikasikan otot sphincter dengan jari di vagina dan menjepitnya.

MalnutrisiMalnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan

kurang nutrisi, terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP)

merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan

oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor

disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas,

sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.

Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar

proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino

esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel.

Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai

kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan

akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit, dan lain-lain. Penyakit

kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan sosial-ekonomi

yang rendah karena tidak mampu membeli bahan makanan yang mengandung

protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu, dsb.). Sebenarnya protein nabati

yang terdapat pada kedelai, kacang-kacangan juga dapat menghindarkan

kekurangan protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya

pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi protein ini. Kwashiorkor

8

Page 13: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur tertentu, yaitu bayi pada

masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena pada umur ini relatif

memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Walaupun

defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini, namun selalu disertai

defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan

metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati.

Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam

amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Karena dalam diet terdapat cukup

karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino

dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.

Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya

pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan

hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak

dari hati ke depot lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

9

Page 14: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Ketidakseimbangan nutrisi yang berhungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi/anoveksi

NOC :Status nutrisi,makanan,intake cairan, dan pengontrolan BB

Kriteria Hasil : Adanya peningkatan

BB sesuai tujuan BB ideal sesuai TB Mampu

mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Tanda-tanda malnutrisi berkurang

Tidak ada penurunan BB yang berarti

NIC :Mananjemen Nutrisi Kaji adanya alergi

makanan Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk mengkaji jumlah kalori & nutrisi yang dibutuhkan

Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein & Vit-C

Monitor jumah nutrisi & kandungan kalori

Memberi informasi dengan kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Memonitori Nutrisi Monitor adanya

kekurangan gizi Monitor tipe &

jumlah aktivitas yang dilakukan pasien

Monitor rambut pasien apakah kusam,rontok & patah

Monitor perkembangan

Monitor kalori & intake nutrisi

Catat apakah terjadi edema,hipofolemik, & hipertonik

10

Page 15: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

HIPERTENSIPengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sisitem saraf yang kompleks

dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah

jantung dan tahanan vaskular perifer. Hal lain yang ikut dalam pengaturan tekanan

darah adalah refleks beroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh volume sekucup

dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila

diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer menigkat. Bila

diameternnya meningkta (vasodilatasi) tahanan perifer akan menurun.

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroresptor pada sinus

karotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat saraf simpatis

di medula oblongata. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf

simpatis. Bila tekanan arteri meninhkat maka ujung-ujung baroreseptor akan

teregang dan memberikan respons terhadap penghambat pusat simpatis dengan

respons terjadinya pusat akselerasi gerak jantung dihambat. Sebaliknya, hal ini

akan menstimulasi pusat penghambat penggerak jantung yang bermanifestasi pada

penurunan curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi beroreseptor adalah

dihambatanya pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan

vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabakan terjadinya

penurunan tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun, maka

respons reaksi cepat untuk melakukan proses homeostasis tekanan darah supaya

berada dalam kisaran normal.

Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya

peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh ginjal

ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan terbentuknya

angiostesin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II. Angiostesin II

meningkatkan tekanan darah dengan mengakibtkan kontraksi langsung arteripl

sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer (TPR) yang secara tidk langsung

juga merangsang pelepasan aldosteron, sehingga terjadi retensi natrium dan air

dalam ginjal serta mnestimulasi perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah

pelepasan eritropoetin yang menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah.

11

Page 16: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

Manifestasi dari ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan

volume darah dan peningkatan tekanan darah secara simultan.

MEKANISME PEMBENTUKAN KARDIOMEGALI

Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan kontruksi arteriol

tahanan perifer total meningkat dan tekanan artri rata-rata juga meningkat. Dalam

menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus ditingkatkan untuk

mempertahankan keseimbanagan sistem. Hal tersebut diperlukan untuk mengatasi

tehanan, sehingga pemberian oksigen dan nutrien ke sel serta pembuangan produk

sampah sel tetap terpelihara. Untuk lebih cepat, juga meningkatkan volume

sekucup dengan cara membuat vasokonstriksi selektif pada organ perifer.

Sehingga darah kembali ke jantung lebih banyak. Dengan adanya hipertensi

kronis, baroreseptor akan terpasang dengan level yang lebih tinggi dan akan

merespons meskipun level yang baru tersebut sebenarnya normal.

Pada mulanya, mekanisme tersebut bersifat kompensasi, namun proses

adaptif tersebut membuka jalan dengan memberikan pembenanan pada jantung.

Pada saat yang sama, terjadilah perubahan degeneratif pada arteriol yang

menanggung tekanan darah tinggi terus-menerus. Perubahan tersebut terjadi

dalam seluruh organ tubuh, termasuk jantung akibat berkurangnya pasokan darah

ke miokardium. Untuk memompa darah, jantung harus bekerja keras guna

mengatasi tekanan balik muara aorta. Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri

mengalami hipertrofi atau membesar. Terjadilah dilatasi dan pembesaran jantung.

Kedua perubahan struktural tersebut bersifat adaftif, keduanya meningkat isi

sekunsup jantung. Pada saat istirahat, respons kompensasi tersebut mungkin

memadai, namun dalam keadaan pembebanan jantung tidak mampu memenuhi

kebutuhan tubuh, orang tersebut menjadi cepat lelah dan napasnya pendek.

12

Page 17: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

BAB III PENUTUP

3.1 KesimpulanDari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa intoleransi aktivitas,

inkontenensia urine, insomnia, hipertensi, malnutrisi harus diberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang terjadi selanjutnya,

melakukan rencana yang didapatkan dari tujuan dan kriteria hasil serta

intervensinya. Dengan melihat patofisiologinya maka, rencana asuhan

keperawatan dapat diimplementasikan yang kemudian akan dievaluasi. Sebelum

melakukan diagnosis keperawatan, kita harus melakukan analisa data yang terdiri

dari data subjektif, data objektif, masalah, dan etilogi yang berhubungan sehingga

didapatkan prioritas untuk diagnosa keperawatannya.

13

Page 18: Makalah Diskusi Kelompok Pemicu 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

Amrizal, Arief. 2005. Pengaruh Kerja Terhadap Kinerja Mahasiswa Praktek Engine Sepeda Motor di Fakultas Teknik Universitas Padang Program Ilmu Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana. Sains Kesehatan, Vol 18 No. 13

Hidayat, A. Alimul. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Miller, Carol A. (2009). Nursing for wellness in older adults: theory and practice. 5th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Parker, K. F. (2007). The management of urinary inkontinence. Diakses dari http://www.drugstopics.com pada tanggal 21 November 2015

Sama’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung

Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

14