25
MAKALAH LEGENDA SANGKURIANG Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Tugas Mata Pelajaran Sejarah Disusun oleh: Nama : Muh.Abdul Solihin Kelas : XI IPS 1

MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS SEKOLAH

Citation preview

Page 1: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

MAKALAH

LEGENDA SANGKURIANG

Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Tugas

Mata Pelajaran Sejarah

 

Disusun oleh:

Nama   : Muh.Abdul Solihin

Kelas   : XI IPS 1

Page 2: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

Kata Pengantar

Puji sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahnya dan

memberi kenikmatan yang tiada henti, baik nikmat jasmani dan nikmat rohani, sehingga penulis

dapat menyusun makalah ini yang insyaalah sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam penuliasan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, guru-guru dan teman-teman yang sudah memberi dukungan dan

motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

 Penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam

pemahaman atau penulisan, sangat besar harapan penulis ada saran atau kritik dari guru-guru di

sekolah Mts. Negeri Pandeglang II, teman-teman dan pembaca yang bersifat membangun demi

perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi pembaca,

terutama bagi penulis, Amin.

Menes,    Februari 2012

Penulis

 

 

Page 3: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………..…...

Daftar Isi…………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah ………………………………………......

B.  Rumusan Masalah………………………………………………….

C.  Tujuan Penulisan Makalah ………………………………………..

D.  Manfaat Penulisan Makalah……………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A.  Latar Belakang Tentang Materi……………………………............

B.  Isi Materi…………………………………………………………...

1. Pengertian Hermeneutik………………………………………...

2. Asal Usul Cerita Legenda Sangkuriang…………………………

3. Makna  Legenda Gunung Tangkuban Parahu Dengan Segala

Aspek Yang Dikandungnya……………………………………...

C.  Manfaat Materi…………………………………………………….

D.  Makna Bagi Siswa Tentang Materi………………………………..

BAB III PENUTUP

A.  Kesimpulan………………………………………………………...

B.  Saran……………………………………………………………….

Daftar Pustaka……………………………………………………………...

i

ii

1

2

2

2

3

3

3

4

8

13

14

15

15

16

Page 4: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Mitos sebagai acuan pandangan hidup. Berbincang tentang mitos akan berkaitan erat

dengan legenda, cerita, dongeng semuanya termasuk kelompok folklore. Mengenai mitos

C.A.van Peursen mengatakan  sebagai  sebuah cerita (lisan) yang memberikan pedoman dan arah

tertentu kepada sekelompok orang. Inti dari mitos adalah lambang-lambang yang

menginformasikan  pengalaman manusia purba tentang kebaikan-kejahatan, perkawinan dan

kesuburan, dosa dan proses katarsisnya.  Sedangkan  Rene Wellek & Austin Warren 

menyebutnya sebagai cerita anonim mengenai penjelasan tentang asal mula sesuatu, nasib

manusia, tingkah laku dan tujuan hidup manusia serta menjadi alat pendidikan moral bagi

masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

            Mengacu kepada pendapat di atas, ternyata  mitos yang dikandung dalam legenda  adalah

sumber pengetahuan mengenai kehidupan manusia pada masa lampau dalam segala aspeknya.

Disusun dalam bentuk cerita sastra (sastra lisan) sebagai alat transformasinya; sebab bentuk

cerita  lisan mempunyai pola struktur dan alur yang cukup ajeg. dalam menuntun ingatan orang

sehingga mudah untuk seseorang menuturkannya kembali.

            Kegiatan manusia tidak terlepas dari  kemampuan untuk menafsirkan terhadap apa pun

yang dialaminya. Hasilnya adalah didapatkannya arti dan makna dari yang ditafsirkannya. Arti

adalah hubungan antara sesuatu dengan yang melingkunginya, hubungan teks dengan konteks).

Adapun makna adalah hubungan arti dengan nilai esensial yang dikandungnya.

Kemampuan mengartikan dan memaknai  sesuatu, dalam budaya Sunda disebut dengan

kemampuan memanfaatkan Panca Curiga (lima senjata/ilmu), yaitu kemampuan untuk

menafsirkan secara:  silib, yaitu memaknai sesuatu yang dikatakan tidak langsung tetapi

dikiaskan pada hal lain (allude); sindir yaitu  penggunaan susunan kalimat yang berbeda

(allusion); simbul yaitu penggunaan dalam bentuk lambang (symbol, icon, heraldica); siloka

adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma) dan

sasmita adalah berkaitan dengan suasana dan perasaan hati (depth aporisma).

            Dalam tulisan ini pun penulis menggunakan konsep hermeneutika (panca curiga) untuk

mencoba  menarik arti dan makna yang dikandung dalam legenda Gunung Tangkubanparahu

dengan segala aspek yang dikandungnya. Kaidah lain untuk melakukan analisis, penulis 

Page 5: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

memanfaatkan  leksikografi (cara menuliskan kata); etimologi (tentang asal-usul kata), semantik

(tentang arti kata) dan semiotika ( tentang arti dan makna lambang).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hermeneutika ?

2. Bagaimanakah asal usul serita legenda sangkuriang ?

3. Bagaimanakah makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang

dikandungnya ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Ingin mengetahui pengertian hermeneutika ?

2. Ingin mengetahui asal usul cerita legenda sangkuriang ?

3. Ingin mengetahui makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang

dikandungnya ?

D. Manfaat Penulisan Makalah

Dalam penulisan makalah ini diharapkan manfaat yang diperoleh adalah:

1. Bagi penulis, bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususunya pengetahuan

tentang legenda sangkuriang.

2. Bagi pembaca, memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang cerita legenda

sangkuriang.

3. Bagi guru, menembah wawasan pengetahuan dalam pengajaran bahasa Indonesia

terutama tentang cerita legenda sangkuriang.

Page 6: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Tentang Materi

            Dalam penulisan makalah ini akan dibahas tentang bagaimana asal usulnya cerita legenda

sangkuriang dan bagaimana makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang

dikandungnya. Pada dasarnya sebuah cerita-cerita  seperti legenda adalah cerita yang berkaitan

dengan hal-hal bersifat mitos, akan tetapi pada jaman sekarang kebanyakan orang tidak peduli

terhadap cerita yang bersifat mitos, mungkin hanya sebagian dari sekian bnyak orang yang masih

percaya akan hal tersebut.

            Kalau dikaji lebih dalam, pada dasarnya sebuah cerita akan mengajarkan kita arti

kehidupan dan kita bisa mengambil pesan moral yang ada dalam sebuah cerita tersebut. Jadi,

sebenarnya tidak usah mempedulikan cerita tersebut bersifat mitos atau tidak, yang penting kita

bisa tahu apa makna dan pesan yang terkandung dalam sebuah cerita tersebut atau dalam legenda

sangkuriang. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan denga

legenda sangkuriang.

B. Isi Materi

1. Pengertian Hermeneutik

            Seperti ditulis pada awal wacana, hermeunetika adalah ilmu menafsirkan tentang

sesuatu agar mempunyai arti dan makna, sehingga dapat dipetik manfaatnya. Karena itu 

sangat bersifat subyektif dan inklusif, tetap  terbuka bagi siapa pun untuk memasukkan

tafsirannya secara pribadi. Boleh-boleh saja dan itu akan besar manfaatnya dalam membentuk

masyarakat  bermartabat yang madani mardotillah. Mungkin perlu ada kesepakatan bersama

yaitu mengenai visi akhir yang ingin dicapai dari pemaknaan heumanetika tersebut, yaitu

kesadaran untuk menampakkan kandungan moral atau ahklak kemanusiaannya. Humisnis

yang religius. Itulah dasar kesepakatan  para penafisr nilai moral budaya bangsa yang

terkandung dalam folkolor atau folkway.

2. Asal Usul Cerita Legenda Sangkuriang

             Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari tataran Sunda. Legenda tersebut

berkisah tentang terciptanya danau Bandung, gunung Tangkuban Perahu, gunung Burangrang,

dan gunung Bukit Tunggul.

Page 7: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

            Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda hidup di

dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan fakta geologi,

diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum

Masehi.

            Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai

legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari

akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa

Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi

tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15.

            Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang

menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempa

legendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:

Leumpang aing ka baratkeun (Aku berjalan ke arah barat)

Datang ka Bukit Patenggeng (kemudian datang ke gunung Patenggeng)

Sakakala Sang Kuriang (tempat legenda Sang Kuriang)

Masa dek nyitu Ci tarum (Waktu akan membendung Citarum)

Burung tembey kasiangan (tapi gagal karena kesiangan).

a. Ringkasan Cerita

            Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan

Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Seekor

babi hutan betina bernama Wayung yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum

air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu

dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak

para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.

            Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas

permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan

yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan

bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan

tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila

berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan

Page 8: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi

nama Sangkuriang.

            Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar

babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si

Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya.

Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang,

kemarahannya pun memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk

yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.

            Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan

ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di

tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri

cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi - ibunya. Terminological kisah kasih di

antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang

adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap

memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan

perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum.

Sangkuriang menyanggupinya.

            Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul atau

pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di

sebelah barat dan menjadi gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang, bendungan

pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang

Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh

rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur.

Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di

Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur

dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut

kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan

berubah wujud menjadi gunung Tangkuban Perahu.

            Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di gunung

Putri dan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di

Page 9: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung akhirnya menghilang ke alam gaib

(ngahiyang).

b. Kesesuaian Dengan Fakta Geologi

            Legenda Sangkuriang sesuai dengan fakta geologi terciptanya danau Bandung dan

gunung Tangkuban Perahu. Penelitian geologis mutakhir menunjukkan bahwa sisa-sisa

danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering 16.000 tahun yang

lalu.

            Telah terjadi dua letusan gunung Sunda purba dengan tipe letusan Plinian masing-

masing 105.000 dan 55.000-50.000 tahun yang lalu. Letusan plinian kedua telah

meruntuhkan kaldera gunung Sunda purba sehingga menciptakan gunung Tangkuban

Perahu, gunung Burangrang (disebut juga gunung Sunda), dan gunung bukit Tunggul.

            Sangat mungkin bahwa orang Sunda purba telah menempati dataran tinggi

Bandung dan menyaksikan letusan Plinian kedua yang menyapu pemukiman sebelah barat

citarum (utara dan barat laut Bandung) selama periode letusan pada 55.000-50.000 tahun

yang lalu saat gunung Tangkuban Perahu tercipta dari sisa-sisa gunung Sunda Purba. Masa

ini adalah masanya homo sapiens, mereka telah teridentifikasi hidup di Australia selatan

pada 62.000 tahun yang lalu, semasa dengan Manusia Jawa (Wajak) sekitar 50.000 tahun

yang lalu.

c. Sangkuriang dan Falsafah Sunda

            Menurut Hidayat Suryalaga, legenda atau sasakala Sangkuriang dimaksudkan

sebagai cahaya pencerahan (Sungging Perbangkara) bagi siapa pun manusianya (tumbuhan

cariang) yang masih bimbang akan keberadaan dirinya dan berkeinginan menemukan

jatidiri kemanusiannya (Wayungyang). Hasil yang diperoleh dari pencariannya ini akan

melahirkan kata hati (nurani) sebagai kebenaran sejati (Dayang Sumbi, Rarasati). Tetapi

bila tidak disertai dengan kehati-hatian dan kesadaran penuh atau eling (teropong), maka

dirinya akan dikuasai dan digagahi oleh rasa kebimbangan yang terus menerus (digagahi si

Tumang) yang akan melahirkan ego-ego yang egoistis, yaitu jiwa yang belum tercerahkan

(Sangkuriang). Ketika sang nurani termakan lagi oleh kewaswasan (Dayang Sumbi

memakan hati si Tumang) maka hilanglah kesadaran yang hakiki. Rasa menyesal yang

dialami sang nurani dilampiaskan dengan dipukulnya kesombongan rasio sang ego (kepala

Sangkuriang dipukul). Kesombongannya pula yang memengaruhi “sang ego rasio” untuk

Page 10: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

menjauhi dan meninggalkan sang nurani. Ternyata keangkuhan sang ego rasio yang

berlelah-lelah mencari ilmu (kecerdasan intelektual) selama pengembaraannya di dunia

(menuju ke arah Timur). Pada akhirnya kembali ke barat yang secara sadar maupun tidak

sadar selalu dicari dan dirindukannya yaitu sang nurani (pertemuan Sangkuriang dengan

Dayang Sumbi).

Walau demikian ternyata penyatuan antara sang ego rasio (Sangkuriang) dengan

sang nurani yang tercerahkan (Dayang Sumbi), tidak semudah yang diperkirakan. Berbekal

ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya Sang Ego Rasio (Sangkuriang) harus mampu

membuat suatu kehidupan sosial yang dilandasi kasih sayang, interdependency – silih asih-

asah dan silih asuh yang humanis harmonis, yaitu satu telaga kehidupan sosial (membuat

Talaga Bandung) yang dihuni berbagai kumpulan manusia dengan bermacam ragam

perangainya (Citarum). Sementara itu keutuhan jatidirinya pun harus dibentuk pula oleh

sang ego rasio sendiri (pembuatan perahu). Keberadaan sang ego rasio itu pun tidak

terlepas dari sejarah dirinya, ada pokok yang menjadi asal muasalnya (bukit Tunggul,

pohon sajaratun) sejak dari awal keberada-annya (timur, tempat awal terbit kehidupan).

sang ego rasio pun harus pula menunjukkan keberadaan dirinya (tutunggul, penada diri)

dan pada akhirnya dia pun akan mempunyai keturunan yang terwujud dalam masyarakat

yang akan datangd dan suatu waktu semuanya berakhir ditelan masa menjadi setumpuk

tulang-belulang (gunung Burangrang)

            Betapa mengenaskan, bila ternyata harapan untuk bersatunya sang ego rasio dengan

sang nurani yang tercerahkan hampir terjadi perkawinan Sangkuriang dengan Dayang

Sumbi, gagal karena keburu hadir sang titik akhir, akhir hayat dikandung badan (boeh

rarang atau kain kafan). Akhirnya suratan takdir yang menimpa sang ego rasio hanyalah

rasa menyesal yang teramat sangat dan marah kepada dirinya. Maka ditendangnya

keegoisan rasio dirinya, jadilah seonggok manusia transendental tertelungkup meratapi

kemalangan yang menimpa dirinya (gunung Tangkuban Perahu).

            Walau demikian lantaran sang ego rasio masih merasa penasaran, dikejarnya terus

sang nurani yang tercerahkan dambaan dirinya (Dayang Sumbi) dengan harapan dapat

luluh bersatu antara sang ego rasio dengan Sang Nurani. Tetapi ternyata sang nurani yang

tercerahkan hanya menampakkan diri menjadi saksi atas perilaku yang pernah terjadi dan

dialami sang ego rasio (bunga Jaksi).

Page 11: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

            Akhir kisah yaitu ketika datangnya kesadaran berakhirnya kepongahan rasionya

(Ujung berung). Dengan kesadarannya pula, dicabut dan dilemparkannya sumbat dominasi

keangkuhan rasio (gunung Manglayang). Maka kini terbukalah saluran proses

berkomunikasi yang santun dengan siapa pun (Sanghyang Tikoro atau tenggorokan;

bahasa Sunda: Hade ku omong goreng ku omong) dan dengan cermat dijaga benar

makanan yang masuk ke dalam mulutnya agar selalu yang halal bersih dan bermanfaat.

3. Makna  Legenda Gunung Tangkuban Parahu Dengan Segala Aspek Yang Di

kandungnya

            Seperti pada awal tulisan, bahwa legenda bukanlah kisah historis (a-historis),

tetapi berupa mitos yang menjadi acuan hidup masyarakat pendukung kebudayaannya.

Demikian pula yang terjadi pada legenda Gunung Tangkuban parahu.  Di bawah ini saya

susun kembali nama dan tempat serta aspek lainnya yang terdapat dalam legenda tersebut.

sebagai kata kunci heurmanetika, yaitu:

a. Sungging Perbangkara, b. cariang c. babi hutan Si Wayungyang, d. Dayang Sumbi

atau Rarasat e. anjing Si Tumang, f. Sangkuriang, g. taropong (torak), h. Wetan (Timur) i.

Kulon (Barat) j. Citarum, k. Sanghyang Tikoro, l. Guriang m. Gunung Putri, n. Gunung

Manglayang, o. Ujungberung, p. kembang Jaksi, q.  boeh rarang, r.  Gunung Bukit

Tungggul, s. Gunung Burangrang t. Gunung Tangkuban Parahu, dan u. Talaga Bandung.

            Telah disinggung di atas, bahwa banyak penulis yang memberi arti dan makna

terhadap legenda ini. Pada kesempatan sekarang  penulis  mencoba untuk membuat

penafsiran arti dan makna menurut konsep  nilai-nilai  intrinsik  pandangan hidup “urang

Sunda” yang terkandung dalam  alur cerita dan arti-makna dari setiap kata-kata kunci. Di

bawah ini disertakan deskripsi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan legenda

gunung Tangkuban perahu.

a. Sungging Perbangkara. 

            Artinya :  Sungging = ukiran, ornamen. Perbangkara (Prabhangkara) = Prabha =

cahaya.  >  ‘ng > sang = penanda hormat, honorifik.  > kara = matahari. Maknanya “

Penanda dari kebaikan/ kebenaran  sebagai cahaya pencerahan bagi yang menyimaknya”.

b. Cariang.

Page 12: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

            Artinya:  pohon keladi hutan (taleus leuweung) yang tumbuh subur dan bergetah

sangat gatal. Maknanya: Manusia-manusia yang hidup di tengah hutan kehidupan  dengan

bermacam dorongan nafsunya.

c. Babi Hutan Wayungyang. 

            Artinya: Wayungyang > w(b)ayeungyang = perasaan yang tidak tenteram, gundah

gula. Maknanya: Seseorang yang   masih berada dalam sifat kehewanan tetapi telah mulai

bimbang dan menginginkan menjadi seorang manusia seutuhnya (berperi-kemanusiaan).

d. Dayang Sumbi (Danghyang) atau Rarasati

            Artinya : > Dang = penanda hormat, honorific. Yang <  Hyang =  gaib. > Sumbi = 

1) tendok = alat untuk menusuk hidung kerbau agar menurut. 2) Bagian ujung terdepan

dari perahu sebagai penunjuk arah dalam berlayar agar tidak rersesat. Maknanya: Fitrah

manusia yang bersifat gaibiah yang memberi petunjuk dan  kendali dalam menentukan

arah  kehidupan. Bisa dimaknai pula sebagai  kata hati, nurani yang mendapat

pencerahan hidayah Allah Swt. Rarasati nama lain dari Dayang Sumbi. Artinya : 1) >

Raras = perasaan yang sangat halus. > ati = hati, qalbu. Maknanya: Raras Ati = Hati

atau qalbu yang penuh dengan kehalusan budi karena mendapat pancaran sinar Ilahi. 2)

Rara = gadis   > sati (santa) = suci, pengorbanan, tenang. Maknanya: Rara Sati = 

Kesucian yang tenang penuh pengorbanan.

e. Si Tumang.

            Artinya:   > tumang =  1) Peti yang tertutup (b. Kawi), 2) mangmang = sumpah

(b.Kawi)   tu-mang-mang =  orang yang terkena sumpah karena waswas. Maknanya:

karakter seseorang yang selalu asal bersumpah, waswas, akhirnya termakan sumpahnya

sendiri, hatinya seperti peti yang tertutup rapat tidak mendapat pencerahan.

f. Sangkuriang.

            Artinya: > 1) Sang = penanda hormat, honorifik. > Kuriang < kuring = saya, ego.

2) Sang = penanda hormat, honorific. > Kuriang < guru + hyang =  ego yang gaib.

Maknanya:  Sangkuriang =  Jiwa (ego)  non material yang menjadi dasar tumbuhnya

kesadaran mental manusia yang selalu mendapat cobaan dan ujian kualitas dirinya.

g. Taropong

            Artinya : 1) Alat bertenun dari sepotong bambu kecil (tamiang) tempat benang

pakan (torak); 2) Alat untuk melihat sesuatu agar  lebih jelas (teropong). Maknanya:

Page 13: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

Kegiatan (semangat) manusia dalam menata perilaku kehidupan agar terusun tertib sesuai

dengan kualitas dirinya serta mampu melihat dengan jelas alur (visi) kehidupannya.

h.  Wetan

            Artinya : timur, tempat matahari terbit;  wetan > wiwitan = asal mula, harapan.

Maknanya : Menuju ke wetan (timur) , mencari yang diharapkan yang dicarinya sejak

awal mula keberadaan manusia.

i. Kulon 

            Artinya : Barat, tempat matahari tenggelam. Maknanya :  Sampai di arah  barat = 

sampai di batas waktu,  waktu terakhir, akhir kehidupan

j. Citarum

            Artinya:  > Ci < cai = air. > Tarum = sejenis tumbuhan, daunnya untuk memberi

warna indigo tua (hampir hitam) pada kain atau benang tenun. Maknanya: Kehidupan

adalah seperti air mengalir dalam perjalanannya akan mengalami beragam celupan

kehidupan, kebahagiaan, keprihatinan dan  juga hal-hal negatif lainnya sebagai ujian

keteguhan hatinya.

k. Sanghyang Tikoro

            Artinya: > Sang = penanda hormat, honorifik. > Hyang = gaib. >Tikoro = saluran

di leher untuk bernafas dan berbicara (tenggorokan) atau  saluran di leher untuk makan

(kerongkongan). Maknanya: Kemampuan manusia dalam berbicara tentang apa pun yang

baik atau pun yang jelek serta sering  dilalui makanan entah yang halal  atau yang haram.

l. Guriang

            Artinya > Guru = Yang memberi petunjuk, ilmu;  > hyang = gaib.  Maknanya :

Guriang = orang  yang mengajari ilmu pengetahuan, fasilitator.

m. Gunung Putri

             Artinya > Putri = gadis, wanita cantik jelita, bangsawan. Maknanya: Karakter

manusia yang dihiasi nilai keindahan dan cinta kasih. Dimaknai sebagai sifat kewanitaan

(feminim, jamalliyah, cinta kasih yang rohimmi) yang penuh rasa kasih sayang.

n. Gunung Manglayang

            Artinya: > Manglayang = 1) ngalayang, melayang. 2) Mang-layang  >

palayangan =  Saluran untuk pembuangan air kolam/talaga. Maknanya : Kemampuan

manusia untuk menguras dan membersihkan dirinya dari karakter yang kotor.

Page 14: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

o. Kembang Jaksi

             Artinya: 1) Jaksi > bisa dimaknai jadi + saksi . Maknanya: 1) Segala sesuatu

yang dikerjakan  seseorang  akhirnya akan menjadi saksi pula bagi dirinya. 2)  Jaksi =

bunga sejenis pohon pandan. Maknanya: Kesesuaian antara itikad/niat – ucapan dan

perbuatan (tekad – ucap – lampah)

p. Ujungberung

             Artinya: > Ujung = akhir. >berung > ngaberung = menurutkan hawa nafsu.

Maknanya:Berakhirnya gejolak hawa nafsu yang negatif.

q. Boeh Rarang

            Artinya : > Boeh = kain kafan. > rarang = suci, mahal. Maknanya: Semuanya

akan berakhir bila satu saat mau tidak mau harus memakai kain kafan yang suci, yaitu

datangnya waktu kematian mungkin secara fisik atau secara psikis.

r. Gunung Bukit Tunggul

                        Artinya : 1) > Bukit = Bentuk gunung yang lebih kecil. > Tunggul = pokok

pohon. Maknanya: Siapapun orangnya, kaya-miskin, pembesar atau pun rakyat kecil

semuanya mempunyai pokok sejarah dirinya (leluhur).  2)  Tunggul  > tutunggul = batu

nisan. Maknanya setiap orang mempunyai  penanda  jati dirinya,  tentang apa dan siapa

dirinya.

s. Gunung Burangrang

            Artinya > Burangrang > Bukit  + rangrang. > rangrang = ranting. Maknanya :

Siapa pun orangnya tetap akhirnya akan ada sangkut pautnya  dengan keturunan dan

masyarakat. yang pada gilirannya semuanya akan hilang ditelan masa (ngarangrangan).

t. Gunung Tangkuban Parahu

            Artinya: >Tangkuban = tertelungkup, menelungkup. > Parahu = perahu. >

Gunung Tangkuban parahu = gunung yang bentuknya seperti perahu yang tertelungkup.

Maknanya: Dalam kosmologi Sunda, gunung dimaknai sebagai tubuh manusia. Gunung

Tangkubanparahu dimaknai sebagai manusia yang sedang menelungkupkan dirinya dan

itu menandakan suasana hati yang sedang bingung penuh penyesalan.

u. Talaga Bandung

            Artinya:  > talaga = danau, dimaknai sebagai kehidupan di dunia ini,  >bandung

= 1) dua buah perahu atau dua buah rakit yang disatukan dan di atasnya dibuat tempat

Page 15: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

berteduh. 2) bandung > bandung + an = memperhatikan, menyimak > silih bandungan –

saling memperhatikan dengan penuh perhatian. Maknanya: > Talaga Bandung = Dalam

kehidupan di dunia ini, kita ibarat perahu yang dirakit berpasangan dengan sesama

makhluk lain, seyogyanya dapat membangun  kehidupan bersama, yaitu  kehidupan yang

saling memperhatikan, silih asih, silih asah dan silih asuh, interdependency (saling

ketergantungan yang harmonis),  equaliter (setara di depan hukum) dan egaliter (setara di

dalam kehidupan)

C. Manfaat Materi

            Dalam penulisan makalah ini dengan materi yang bertemakan legenda Sangkuriang, pada

umumnya manfaat yang bisa dipetik dalam kehidupan harus saling memperhatikan, karena

manusia merupakan makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain. Karena

kehidupan adalah ibarat seperti air mengalir dalam perjalanannya akan mengalami beragam

celupan kehidupan, kebahagiaan, keprihatinan dan juga hal-hal negatif lainnya sebagai ujian

keteguhan hati. Jadi, kita harus menciptakan suasana hidup yang harmonis, damai, aman dan

tentram baik di lingkungan masyarakat maupun di dalam keluarga.

D. Makna bagi Siswa Tentang Materi

            Seperti yang sebelumnya sudah ditulis di awal, bahwa sebuah legenda hanya bersifat

mitos, akan tetapi bila dikaji lebih dalam lagi ceritanya, banyak hal-hal yang bisa dipetik. Namun

perlu adanya pemamahan yang benar, akurat, tepat, dan juga berpegang pada pengetahuan dasar.

Untuk mendukung pengetahuan tersebut bisa mencari dan menggunakannya sumber-sumber

tertentu yang berkaitan dengan cerita tersebut, agar tidak adanya pemahaman yang salah.

            Sangat penting sekali bagi siswa atau kaum pelajar sebagai generasi penerus yang ada di

seluruh Indonesia terutama siswa di Mts. Negeri Pandeglang II, untuk mempelajari dan mengkaji

legenda Sangkuriang. Selain bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman,

banyak manfaat yang bisa diambil sebagai pedoman hidup.

           

Page 16: MAKALAH CERITA RAKYAT NUSANTARA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

            Dalam mengakaji legenda sangkuriang penulis akhirnya menarik kesimpulan tentang apa

yang ada dalam materi tersebut. Adapun kesimpulannya sebagai berikut :

1.    Hermeunetika adalah ilmu menafsirkan tentang sesuatu agar mempunyai arti dan makna,

sehingga dapat dipetik manfaatnya. Karena itu  sangat bersifat subyektif dan inklusif, tetap 

terbuka bagi siapa pun untuk memasukkan tafsirannya secara pribadi.

2.    Bila kita runut seluruh informasi di atas, maka akan ditemukan alur kearifan pandangan hidup

masyarakat Sunda yang terkandung dalam legenda Gunung Tangkuban parahu. Kearifan yang

dibungkus dengan cerita legenda ini dapat menjadi acuan hidup bagi siapa pun dalam

menjalani keberadaannya baik secara manusia lahiriah (fisik) maupun manusia transendental

(ruhi). 

3.    Setelah mengkaji legenda sangkuriang didapatkan nama dan tempat serta aspek lainnya yang

terdapat dalam legenda tersebut  ialah; Sungging Perbangkara,  cariang, babi hutan Si

Wayungyang, Dayang Sumbi atau Rarasati, anjing Si Tumang, Sangkuriang, taropong

(torak), Wetan (Timur), Kulon (Barat), Citarum,  Sanghyang Tikoro, Guriang, Gunung Putri,

Gunung Manglayang, Ujungberung, kembang Jaksi, boeh rarang, Gunung Bukit Tungggul,

Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, dan Talaga Bandung.

B. Saran

            Dengan adanya makalah ini penulis hanya bisa menyarankan kepada pembaca,

khususunya bagi siswa Mts. Negeri Pandeglang II dapat membangun  kehidupan bersama,  yaitu 

kehidupan yang saling memperhatikan, silih asih, silih asah dan silih asuh, kemudian ciptakan

suasana hidup yang harmonis, damai, aman dan tentram. Tidak lupa untuk terus menggali ilmu

pengetahuan di berbagai mata pelajaran, khususunya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan

bisa mengkaji lebih dalam lagi sebuah cerita legenda Sangkuriang.