Makalah Blok 22 Ora Handen

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH PRIBADIBLOK 22Neurology & Behaviour ScienceINSOMNIA

OLEH :

Kristina Aurora Handen10 . 2009 . 136

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTA [email protected]

PENDAHULUAN

Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari - hari akan menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya insomnia. Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas sosial dan status kesehatan yang menderitanya.

Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.

ISIInsomnia (Gangguan Tidur)

DEFINISIInsomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Biasanya disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi keluhan ini adalah keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.1

Insomnia dikelompokkan menjadi: Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidakberhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat,depresi atau stres yang hebat.Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau masalah tidur utama.1Banyak penyebab insomniasementara dan jangka pendekyang samadan mereka termasuk2: Jet lag,perubahan dalam kerja shift,kebisingan yang berlebihan atau tidak menyenangkan,suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu dingin),stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, perceraian, atau perpisahan),akibat penyakit medis,bedah yang akutatau rumah sakit, efek sampingdari obat, alkohol, obat penenang, atau obat perangsang,Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka panjang atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau fisiologis (medis) .2 Insomnia terkait Psikologis. Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat menyebabkan insomnia mencakup: kecemasan,stres,skizofrenia,mania (bipolar disorder), dandepresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi.Banyak orang akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut.

Insomnia terkait Fisiologis.Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis), ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia:Sindrom nyeri kronik,sindrom kelelahan kronis,gagal jantung kongestif,angina (nyeri dada) waktu malam dari penyakit jantung,Acid reflux disease (GERD),Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan waktu malam),Apnea tidur obstruktif,penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu untuk penempatan panti jompo),Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak. Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia. Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu mungkin pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti : pelancong, pekerjashift yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja, wanita hamil, danwanita menopause. Insomnia terkait Obat.Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia, diantaranya adalah: Preparat pencegah asma dan flu. Resep obat tertentu yang mungkinjuga mengandung stimulan, dengan demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur. Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan dengan kurang tidur. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi, kecemasan, dan skizofrenia.Insomnia karena penyebab lain.5 Stimulan umum yang terkait dengan kurang tidur termasuk kafein dan nikotin. Anda harus mempertimbangkan tidak hanya membatasi penggunaan kafein dan nikotin dalam jam segera sebelum tidur, tetapi juga membatasi asupan harian total. Orang sering menggunakan alkohol untuk membantu mendorong tidur, sebagai minuman, namun, itu adalah pilihan yang buruk.Alkohol berhubungan dengan gangguan tidur dan menciptakan rasa tidur yang tidak segardi pagi hari. Partnertempat tidur yangmendengkur keras atau gerakan kaki secara berkala yangdapat mengganggu kemampuan Anda untuk mendapatkan tidur malam yang baik.

A. PEMERIKSAAN1. ANAMNESIS1. Tegakkan diagnosis gangguan yang mengawali dan mempertahankan tidur2. Catat riwayat penggunaan obat pasien, termasuk alkohol, kafein dan stimulansia lain, hipnotika sedatif, dan zat adiktif3. Berapa lama gejala itu sudah dialaminya, dan akibatnya?4. Adakah suatu perubahan di lingkungannya?5. Hanya terjadi di rumah sendiri atau hanya pada hari kerja?6. Gejala ikutan? Seperti mengorok, refluks gastroesofageal, kaki goyang (restless legs), dan kejutan mioklonik. Apakah pasien jadi nokturia sebagai akibat sekunder dari minum terlalu banyak semalam sebelumnya atau patologi saluran kemih?7. Higiene tidur? Apakah kamar tidur cukup menyenangkan dan tenang? Tempat tidur bersih?8. Apakah pasien berbuat sesuatu yang mengarahkan perhatian ke tempat lain seperti menonton televisi, makan dan membaca?9. Adakah keadaan yang secara psikologik merangsang saat mau tidur?10. Makan banyak, latihan fisik yang melelahkan, dan minuman alkohol lebih dari satu macam harus dihindarkan sebelum tidur.11. Apakah pasien tidur larut malam pada akhir minggu, sehingga tidak bisa tidur sore pada hari minggunya?2. FISIKPemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk untuk komorbiditas insomnia. Leher besar ukuran dari 18 inci atau lebih besar pada laki-laki, peningkatan BMI dari 30 kg/m2, pembesaran amandel, Mallampati Airway skor 3 atau 4 (lihat Media file 2), langit-langit lunak berbaring rendah terutama pada pasien dengan hipertensi atau penyakit jantung, dan apnea tidur obstruktif / hypopnea sindrom harus dipertimbangkan. Fitur lain termasuk diperbesar lidah, retrognathia, micrognathia, atau sudut rahang yang curam. Jika pasien memiliki neuropati perifer bukti (yaitu, distribusi stok hilangnya sensasi suhu) dengan atau tanpa perubahan trophic, mereka harus bertanya tentang gejala yang menyakitkan (yaitu, sensasi terbakar) di kaki mereka, dan sejarah diabetes, penyalahgunaan alkohol, dan neurologis konsultasi harus diminta. Jika pasien mengeluhkan gejala sindrom kaki gelisah atau gejala dari suatu kelainan neurologis, seperti kejang malam hari, penyakit Parkinson, atau gangguan neuromuskuler, konsultasi saraf harus diminta. Pada pasien dengan sindrom rasa sakit kronis atau sindrom rheumatologic, rujukan ke spesialis manajemen rasa sakit dan / atau rheumatologist harus dipertimbangkan. Jika dada pemeriksaan menunjukkan suara napas berkurang; clubbing atau mengi dalam pengaturan tanda-tanda klinis dan gejala dari penyakit paru obstruktif kronik, asma, atau sindrom hipoventilasi obesitas, paru konsultasi harus diminta.

3. PENUNJANGPolysomnographyMemberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG) terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara, oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol stimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di / tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi, seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen / desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama pengobatan. Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat penyakit Hipnosomnografi (elektroensefalogram, eletromiogram, analisa laboratonum untuk tidur) jarang diperlukanDIAGNOSAUntuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: - pola tidur penderita - pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang - tingkatan stres psikis - riwayat medis - aktivitas fisik. Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

B. ETIOLOGIPenyebab dari gangguan tidur biasanya dibagi menjadi 3 kondisi, yakni kondisi medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan. 1. Faktor biologik dan psikologik Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun (arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan sese-orang bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang, sehingga seseorang men-jadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang lebih tinggi. Seseorang yang menderita ke-adaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini, dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, se-hingga dapat memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini terdapat pula kondisi-kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai contoh dapat disebut: (1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Setiap jenis pe-rasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami insomnia pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasa-kan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang meng-ganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau infksi postoperatif, dan sebagainya.

(2) Apnoe sewaktu tidur. Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang ber-lebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran ini sering mendadak berhenti karena ada pe-nyumbatan pada alat pernapasan. Untuk menghindari ini pen-derita bergerak banyak, kadang-kadang sampai bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama peng-alaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibat-nya penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya ke-gemukan yang berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin se-perti hipertiroidi dan akromegali.

(3) Mioklonus nokturnal. Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak, berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi se-lama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.

(4) Faktor dietetik. Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem-pengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan jagung yang kurang di-variasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan di-kirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam penyelidikan.

(5) Efek obat dan efek putus obat. Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno-gram. Obat-obatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal, sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.

(6) Faktor psikologik. Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan skizofrenia.2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi Penderita insomnia sering berusaha mengobati diri sendiri dengan meng-gunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat keter-gantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang mengguna-kan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan perasaan kurang segar. Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena yang dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-kan obat penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ke-tergantungan psikik yang dapat menjadi ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh. 3. Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman, kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang me-rangsang sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan ter-lalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan Sunday night insomnia melakukan usaha yang memerlu-kan pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan sebagainya. 4. Pengkondisian negatif Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang ditakutkan itu ter-laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy).Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur; Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada pembuluh koroner Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena gangguan CNS Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan hipogonadism Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive sleep apnea syndrome). Penyakit muntahan cairan lambung Gangguan pada darah Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan bronkodilator Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye movement) Sindrom Post Trauma Obat-obatan psikotropika Pikiran yang membebani atau stress Tegang-cemasBeberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan tidur Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress tinggi Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan pagi) Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.C. EPIDEMIOLOGIDi amerika serikat kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan-pekerjaan yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3 : 2. Dengan bertambahnya usia bertambah pula angka.D. PATOFISIOLOGI Penelitian tidur di laboratorium dengan alat EEG menunjukkan adanya perbedaan antara sukarelawan yang normal dengan penderita depresi dan ansietas. Pada penderita depresi, ditemukan adanya Sleep Latency yang bertambah atau dapat juga normal. Sedangkan REM Latency jelas menjadi lebih pendek. Tidur Delta yang pada orang normal ditemukan sejumlah 20 - 30%, pada penderita depresi menjadi jauh berkurang. Hal ini yang menyebabkan penderita depresi mengeluh tidurnya kurang pulas.Penelitian dari Zung menunjukkan bahwa pada sukarelawan normal yang diberi rangsang suara-suara pada stadium Delta, tidak terbangun oleh hal itu. Tetapi pada penderita depresi sangat mudah terbangun. Karena itu penderita depresi mudah sekali terbangun oleh adanya perubahan suhu di dini hari, perubahan sinar dan suara-suara hewan di pagi hari. Pada fase awal penyakit, penderita. depresi akan mengalami penurunan dari Tidur REM nya sebanyak 10%. REM menunjukkan bahwa orang itu sedang bermimpi. Di laboratorium tidur, 85% dan mereka yang dibangunkan pada waktu tidur REM, mengaku sedang bermimpi. Penderita depresi biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan sehingga mereka terbangun karenanya. Dengan demikian tidur REM pun berkurang karena seringnya terbangun di malam hari. Di samping itu, telah diterangkan bahwa pada mereka yang menderita depresi, tidur REM lebih cepat datangnya. Secara fisiologik kekurangan tidur REM itu harus dibayar kembali. Dengan begitu, selang beberapa waktu, penderita depresi akan mengalami tidur REM yang berlebihan, dan penderita akan lebih sering terbangun dan bermimpi buruk. Jadi jelaslah mengapa di laboratorium tidur, ditemukan gambaran hipnogram yang acak-acakan atau iregular dari perpindahan satu stadium ke stadium yang lain pada penderita depresi; dan sering terbangun di malam hari. Pada penderita ansietas, dan hipnogram ditemukan Sleep Latency yang memanjang. Sedangkan REM Latency dapat normal atau lebih panjang dari pada sukarelawan normal. Berbeda dengan penderita depresi, pada penderita ansietas, tidur delta biasanya normal (20-30%), sedangkan tidur REM menjadi bertambah, terutama pada fase akhir dari tidur (di dini hari). Pada hipnogram juga ditemukan adanya gambaran yang ireguler dari perpindahan satu stadium tidur ke stadium tidur yang lain. Di bawah ini, digambarkan suatu skema perbedaan dari insomnia karena kondisi depresi dan ansietas, dilihat dari keluhan subyektif dan gambaran obyektif menurut hipnogramnya.

E. GEJALA DAN TANDAGejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam tidur, sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya mempertahankan tidur dan tidak dapat tidursecukupnya, hal ini mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum dia mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh irama sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh karena jet-lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih adalah gejala dari kurangnya kualitas dari tidur seseorang sehingga seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih lama dari normal. Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau tidur berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares)

Kriteria Diagnostik untuk insomnia Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama sekurang-kurangnya satu bulan Kelelahan di siang hari yang menyertai menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.Beberapa pemeriksaan laboratorium yang diperlukan Hemoglobin dan hematokrit, Gas darah, fungsi tiroid dan screening obat dan alcohol.F. KOMPLIKASI Efek fisiologis karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin. Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya. Efek fisik/somatik dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya. Efek sosial dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal

G. PENATALAKSANAAN Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal. Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik. Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu.8 MedikamentosaBila terdapat indikasi terapi dengan obat-obatan, pilihan obat tergantung pada penyebab. Bila ansietas merupakan penyebab utama, pengobatan dengan antiansietas dengan rasio potensi sedatif tinggi merupakan indikasi Obati insomnia yang menyertai depresi dengan sedatif antidepresan.Gunakan penginduksi tidur 'short-acting' pada insomnia tahap permulaan.Gunakan obat tidur pada gangguan yang telah lebih lama.Karena hipnotik long-acting' mungkin menyehabkan efek pusing ('hangover') dan gangguan penampilan, maka hanya boleh digunakan bila ansietas terjadi pada siang hari. Hipnotika baru diberikan sesingkat mungkin untuk memecahkan masalah.Terdapat kemungkinan penyalahgunaan obat yang potensial walaupun kecil dengan kebanyakan sedatif hipnotik dan masalah peracunan obat sendiri yang potensial.Obat hipnotik mungkin memperburuk gejala kilnik penderita dengan apne waktu tidur ('sleep apnea').Mulailah dari penggunaan obat non-benzodiazepin seperti obat antiinsomnia yang alami atau yang merupakan sintetik melatonin (merek dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa menggunakan obat antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk dagang Zolmia/Stilnox).7Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko ketergantungan, toleransi dosis ataupun efek putus zat. Penggunaan benzodiazepin seringkali diberikan kepada pasien oleh dokter umum atau spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat yang sering diberikan adalah estazolam (Esilgan), alprazolam (Xanax, Zypraz,Alganax) dan Diazepam (Valium). Sayangnya terkadang pasien terus menerus menggunakan obat ini untuk membantu tidurnya tanpa melakukan proses terapi untuk keluhan dasarnya, yaitu kecemasan atau depresi, sehingga seringkali ditemukan pasien memakan obat ini sampai bertahun-tahun. Apalagi seringkali mereka tidak kontrol atau membeli sendiri obat tersebut di pasar gelap yang menjual obat seperti ini. Penggunaan obat tidur yang biasanya merupakan golongan benzodiazepine haruslah hati-hati dan atas pengawasan ahli seperti seorang psikiater. Jika tidak perlu tidak perlu sampai menggunakan obat golongan tersebut. Jangan lupa pula untuk mengobati dasar dari gangguan ini. Biasanya jika gangguan dasarnya diobati maka insomnianya juga akan membaik sehingga tidak lagi memerlukan obat. Pesan saya terakhir adalah jangan makan obat tidur sembarangan, konsulkan dengan ahlinya jika mendapatkan obat tidur dari dokter umum atau spesialis non-psikiatri dalam jangka waktu yang cukup lama (lebih dari 3 bulan) dan usahakan untuk mengobati gangguan dasarnya bukan hanya gejalanya saja.7 Terapi Psikologi :Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi mudah yang dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya menyediakan jasa konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu orang-orang untuk menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan orang terdekat ataupun masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya susah tidur atau insomnia.Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di dalamnya cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi masalah kecemasan yang menganggu tidur dan juga membantu membangun pandangan positif mengenai tidur.2 Terapi cognitive behaviour :

Pengetahuan mengenai kebiasaan tidur yang baik. Kebersihan saat tidur yang dijadikan kebiasaan dapat membantu untuk meningkatkan kualitas tidur. Teknik relaksasi, seperti latihan pelemasan otot dan latihan pernafasan dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan menjelang tidur. Teknik ini membuat kita dapat mengontrol pernafasan, detak jantung, ketegangan otot serta suasana hati. Terapi kognitif, ini termasuk dengan menggantikan kecemasan mengenai tidak bisa tidur dengan hal lain yang positif. Kontrol stimulus, termasuk di dalamnya untuk membatasi aktivitas yang dilakukan di dalam kamar tidur hanya untuk istirahat saja.Pembatasan tidur, terapi ini membatasi waktu anda di tempat tidur, sehingga menjadi tidur pun berkurang dan menjadi lebih lelah keesokan malamnya. Begitu kualitas tidur sudah meningkat, maka waktu tidur pun akan meningkat kembali secara bertahap.H. DIAGNOSIS BANDINGGangguan Tidur tidak hanya Insomnia Keluhan gangguan tidur disebabkan terutama oleh kondisi kurang tidur (sleep deprivation.) Kondisi kurang tidur disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang atau kualitas tidur yang kurang. Sehingga keluhan pasien dengan kondisi kurang tidur bisa luas sekali, mulai dari sulit tidur, tidur-tidur ayam, tidur tidak dalam, bangun tidak segar, selalu mengantuk, cepat lelah, mudah tertidur, sakit kepala yang menetap, vertigo, depresi, hipertensi hingga berbagai gangguan jantung.Sayangnya di Indonesia frasa gangguan tidur terlanjur identik dengan insomnia. Sementara keluhan kantuk berlebih, juga biasa disebut hipersomnia, kurang diperhatikan. Padahal kantuk berlebih amat mengganggu produktivitas bahkan menyimpan potensi bahaya yang tidak kecil.5Persentase penderita gangguan tidur amat bervariasi. Di klinik gangguan tidur kami, yang terbanyak adalah kasus sleep apnea (henti nafas saat tidur,) diikuti dengan insomnia, sindroma tungkai gelisah, parasomnia baru lalu narkolepsi. Penderita sleep apnea terbanyak adalah pria dengan perbandingan 90% pria dan 10% wanita. Padahal berdasarkan penelitian di luar negri penderita pria dan wanita sama besarnya. Penyebabnya adalah gejala sleep apnea pada wanita tidak sejelas pada pria. Jika pria mendengkur keras, wanita mempunyai dengkuran yang lebih sopan. Dan lagi wanita lebih tahan kantuk dibanding pria, sehingga jika pada pria jelas terdapat kantuk berlebih, pada wanita hanyalah keluhan cepat lelah atau kesulitan berkonsentrasi. Di negara-negara maju, penanganan sleep apnea sudah menjadi bagian dari tata laksana hipertensi. Bahkan International Diabetes Federation, sejak Februari 2008 sudah menyarankan agar pasien diabetes diperiksakan kemungkinannya menderita sleep apnea.5Penderita dengan diagnosa insomnia dua pertiga-nya adalah wanita dengan sebaran usia terbanyak pada usia 40 tahunan. Patut diwaspadai juga, bahwa banyak remaja / dewasa muda yang mengeluhkan kesulitan tidur namun sebenarnya masih dalam batas normal. Begini, dalam tubuh kita ada jam biologis yang mengatur segala denyut kehidupan seperti rasa lapar, menstruasi dan kantuk. Usia dewasa muda mempunyai jam biologis yang unik, dimana mereka butuh tidur selama 8,5 jam 9,25 jam seharinya dengan jam kantuk baru lewat tengah malam. Tak heran, jika banyak orang muda yang merasa sulit tidur pada jam-jam 10 malam sementara orang lain di rumahnya sudah terlelap. Ini juga sebabnya banyak orang muda yang betah gaul hingga larut malam, dan tertidur di kampus atau kantor. Ini akan berlangsung hingga letupan-letupan hormon mereda di usia mendekati 30 tahun. Nah, banyak pasien di usia ini yang datang dengan keluhan sulit tidur namun akhirnya dinyatakan normal dan tidak menderita insomnia. Banyak juga pasien wanita yang datang dengan keluhan sulit tidur, ternyata terdiagnosa menderita sleep apnea atau sindroma tungkai gelisah. Mereka biasanya merasakan kualitas tidur yang buruk sehingga cepat merasa lelah di siang hari.Penderita sindroma tungkai gelisah tidak mengenal gender. Mereka mengeluhkan sulit tidur, akibat rasa tidak nyaman pada kaki yang mendorong mereka untuk menggerak-gerakkan kaki. Rasa tak nyaman ini digambarkan sebagai rasa pegal, sakit, keram atau sekedar kesemutan. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh penyakit syaraf degeneratif (parkinson, alzheimer), tingginya kadar ureum dalam darah atau malah kekurangan zat besi.Parasomnia adalah gerakan yang tidak diinginkan selama tidur. Bisa berjalan dalam tidur, berbicara, atau bahkan makan dalam tidur! Jumlah penderitanya tidaklah banyak dan tidak memerlukan tindakan khusus. Terutama pada anak-anak, gangguan ini bisa hilang dengan sendirinya. Yang diperlukan adalah edukasi pada keluarga penderita agar memahami gangguan tidur yang dialami. Salah satu parasomnia yang menakutkan adalah night terrors/pavor nocturnus dimana seorang anak, ditengah malam seolah duduk terbangun, dengan pandangan mata terfiksasi pada satu sudut, menangis keras tanpa bisa ditenangkan. Ketika ditenangkan ia malah menangis semakin keras. Tapi setelah beberapa menit, ia akan diam lalu kembali tidur atau terbangun dalam kondisi bingung. Si anak biasanya tidak ingat sama sekali episode ini, karena memang tidak terjadi pada tahap tidur mimpi.Narkolepsi tidak banyak diderita, hanya beberapa orang saja. Gangguan tidur ini ditandai dengan serangan kantuk tak tertahankan, otot lemas tiba-tiba setelah emosi kuat, dan fenomena 'tindihan.3,5 SkizofreniaSkizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk skizofrenia saat ini ada.3,6Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan suatu kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung.6Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek daripada mereka di masa sebelumnya. Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi, termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan zat seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang, kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, rata-rata harapan hidup orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun kurang daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan fisik dan tingkat bunuh diri lebih tinggi.3,6 GejalaIndikatorpremorbid(pra-sakit)pre-skizofreniaantara lain1. ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:1. Gejala-gejala PositifTermasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.2. Gejala-gejala NegatifGejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan sepertiautisme, sindromAspergeratauADHDatau gangguan perilaku dan gangguanPost Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.6Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktorpredisposisiskizofrenia, yaitu gangguan kepribadianparanoidatau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadianskizoidyaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguanskizotipalorang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiranobsesiftak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet ataustereotipikyang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren. Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnyastresorlingkungan dan faktorgenetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang sepertiganja,halusinogenatauamfetamin(ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejalapsikosis.6Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatanantipsikotikyang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.

AxietasAnxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya.5,6 Gejala Gejala psikologik:Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takutkehilangan kontrol dan sebagainya. Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain.

Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.5

Tipe anxietas Anxietas ringanAnxietas ringan Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati hati dan waspada.Respon FisiologisSesekali nafas pendekNada dan tekanan darah naikGejala ringan pada lambungMuka berkerut dan bibir bergetarRespon KognitifMampu menerima rangsang yang kompleksKonsentrasi pada masalahMenyelesaikan masalah secara efektifRespon Perilaku dan EmosiTidak dapat duduk tenangTremor halus pada tanganSuara kadang kadang meninggi

Anxietas sedangPada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.Respon fisiologikSering nafas pendekNadi dan tekanan darah naikMulut keringAnorexiaDiare / konstipasi, gelisahRespon kognitifLapang persepsi menyempitRangsang luar tidak mampu diterimaBerfokus pada apa yang menjadi perhatiannyaRespon perilaku dan emosiGerakan tersentak sentak / meremas tanganBicara banyak dan lebih cepatSusah tidurPerasaan tidak aman

Anxietas beratPada ansietas berat lahan persepsi menjadi sangat sempit kemudian tidak mampu berfikir.

I. PROGNOSISRespon terhadap pengobatan tcrgantung pada etiologi insomnia "Rebound insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat sedatif hipotik. Beberapa penderita mungkin memberikan respon terhadap cara-cara tanpa obat setelah masalah didiskusikan dan etiologinya ditemukan.

PENUTUP

Perempuan berusia 28 tahun, datang dengan keluhan sulit tidur sejak 2 bulan yang lalu, keluhan itu juga disertai prasaan cemas setiap malam jika ingin tidur. Cemasnya adalah pasien merasa jika malamnya pasti tidak bisa tidur, jika tertidurpun pasien bisa terbangun tiba-tiba dan akhirnya tidak bsa melanjutkan tidurnya lagi, pasien diduga menderita Insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiguna I Made S. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat tangerang ; 2010.2. Guze Barry, Richeimer S, Siegel DJ. Paikiatrik. Jakarta; EGC ; 19973. Maramis,Willy F. Gangguan psikiatrik lain yang khusus, Insomia. Surabaya : Universitas Airlangga; 2009.4. Sylvia A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta : EGC ; 20065. Rafknowledge. Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta: PT. Gramedia;20046. Penyakit Susah Tidur (Insomnia) di unduh dari : http://organisasi.org/penyakit-susah-tidur-insomnia-fungsi-manfaat-tidur-istirahat-jiwa-raga-untuk-kesehatan7. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2001.8. Comfort Ray. Overcoming insomnia. Jakarta: PT. Gunung Mulia; 2004.