40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang terbesar dan sangat penting, oleh karena itu penting untuk menjaga hati agar tetap dapat berfungsi dengan baik. Hati berperan penting dalam berbagai proses kehidupan kita, yaitu sebagai proses pengolahan zat makanan yang diserap usus, penyimpanan & pembentukan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh, dan penetral obat/racun. Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Ada dua faktor penyebabnya, yaitu faktor infeksi dan non infeksi. 1 Faktor penyebab infeksi antara lain virus hepatitis yaitu A, B, C, D, E atau virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Alkohol bersifat toksik terhadap hati. Adanya penimbunan obat dalam hati (seperti acetaminophen) maupun gangguan pada metabolisme obat dapat menyebabkan penyakit pada hati. Salah satu gejala yang mudah terlihat pada penderita gangguan fungsi hati adalah kulit dan selaput putih mata yang mungkin akan berubah warna menjadi kuning, sehingga sering 1

Makalah Blok 17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cdad

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati adalah organ tubuh yang terbesar dan sangat penting, oleh karena itu penting untuk menjaga hati agar tetap dapat berfungsi dengan baik.Hati berperan penting dalam berbagai proses kehidupan kita, yaitu sebagai proses pengolahan zat makanan yang diserap usus, penyimpanan & pembentukan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh, dan penetral obat/racun.

Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Ada dua faktor penyebabnya, yaitu faktor infeksi dan non infeksi.1 Faktor penyebab infeksi antara lain virus hepatitis yaitu A, B, C, D, E atau virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Alkohol bersifat toksik terhadap hati. Adanya penimbunan obat dalam hati (seperti acetaminophen) maupun gangguan pada metabolisme obat dapat menyebabkan penyakit pada hati.

Salah satu gejala yang mudah terlihat pada penderita gangguan fungsi hati adalah kulit dan selaput putih mata yang mungkin akan berubah warna menjadi kuning, sehingga sering disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kuning. Warna kuning ini timbul disebabkan oleh cairan empedu yang sudah sangat berlebihan kadarnya di dalam darah.2Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler (hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna.3Hepatitis merupakan penyakit yang lebih sering menjangkiti anak-anak muda. Tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang tidak terjamin dan kurangnya makanan yang sehat sangat memegang peranan dalam menyebabkan timbulnya penyakit ini.2

Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar dapat mengetahui tentang penyakit hepatitis B akut lebih dalam lagi, mulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan, gejala yang akan ditimbulkan serta cara pengobatan dan pencegahannya.BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu tehnik wawancara antara dokter terhadap pasien yang mencakup identitas, riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, serta riwayat penyakit keluarga. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien. 4-6 Tujuan anamnesis adalah dokter dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan pasien, hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi peralanan penyakit atau proses pengobatan.7 IdentitasIdentitas meliputi nama lengkap pasien, umur atu tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua, pendidikan, pekerjaan sukubangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untukmemastikan bahwa pasien adalah benar pasien yang dimaksudkan. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi danlainnya.

Keluhan Utama (Presenting Symptom)Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi kedokter ataupun mencari pertolongan. Dalam keluhan utam harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasienmengalami hal tersebut. Riwayat Penyakit SekarangRiwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama pasien datang berobat. Riwayat perjalana penyakit disusun yang baik dan sesuai dengan apa yan diceritakan oleh pasien.

1. Waktu dan lama keluhan berlangsung2. Sifat dan beratnya serangan3. Lokalisasi dan penyebarannya, menjalar atau berpindah-pindah

4. Hubungannya dengan waktu misalnya pagi lebih sakit atau siang atau sore

5. Hubungan dengan aktivitas6. Keluhan-keluhanyang menyertai serangan

7. Apakah keluhan baru pertama kali atau berulang kali

8. Faktor risiko dan pencetus serangan. Riwayat penyakit dahuluBertujuan untuk mengtahui kemungkina-kemungkinan adanya hubungan yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan makanan, lama perwatan, apakah sembuh sempurna atau tidak.

Riwayat pribadiRiwayat pribadi meliputi data-data social, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Perlu diatnaya pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan hariannya seperti masalah keuangan, perkerjaan dan sebagainya. Kebiasaan yang ditanya adalah kebiasaan merokok, minum alkohol termasuk penyalah gunaan obat yang terlarang (narkoba). Pasien yang sering melakukan perjalanan juga harus ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untukmencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat perjalananya. Bila ada indikasi riwayat perkawinan dankebiasaan seksual juga harus ditanyakan.

Pada kasus hepatitis B persoalan yang selalu dikemukakan adalah berkaitan dengan Keluhan, faktor risiko dan riwayat sakit pasien tersebut. Persoalan yang berkaitan dengan keluhan pasien adalah seperti: Adakah anggota keluarga pasien menghidap gejala yang sama. Apakah pasien tinggal satu rumah dengan pengidap hepatitis.

Apakah pasiesn pernah melakukan tranfusi darah. Apakah pasienmerupakan intravena drug user.

Bertanya kepada pasien tentang kehidupan seks nya. Mungkin pasien pernah melakukan hubungan seks dengan pelacur, mempunyai pasangan seks yang banyak atau pernah melakukan hubungan seks dengan orang yang menghidap Hepatitis B. Adakah pasien merasa perubahan pada tubuhnya. Apakah pasien pernah tertusuk dengan jarum yang telah digunakan atau tidak steril.

Apakah pasien bekerja sebagai ahli kesehatan atau pekerjaan lain yang mempunyai resiko tinggi terpapar dengan virushepatitis.

Apakah pasien pernah menggunakan pencukur dengan penghidap hepatitis B. Adakah pasien pernahmembuat tato atau bertindik.

Adakah pasiensering menggunakan obat-obatan atau sering meminum alkohol.

Adakah pasienmempunyai gejala pruritus dan ikterus.

Adakah terdapat perubahan pada siklus menstruasi pasien. Amenorrhea merupakan salah satu petanda terdapatnya penyakit hati kronis terutamanya sirosis.

Apakah pasien pernah terpapar padazat-zat hepatotoksin.2.2 Pemeriksaan

2.2.1 Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat dan menilai adanya kelainan atau gangguan pada tubuh pasien, baik terkait keluhan nya atau tidak.7Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada pemeriksaan untuk Hepatitis B pasien diminta untuk menanggalkan baju dan dilakukan pemeriksaan abdomen, pada pemeriksaan jika pasien mengalami komplikasi sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis B maka akan terlihat perutnya membuncit (Ascites), pembesaranparotid, spider nervi, kulit menjadi kuning dan dilihat juga adakah terdapat pergerakan atau pulsasi di bagian abdomen. Diinspeksi juga adakahterdapat benjolan seperti pembesaran hati.8Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan palpasi, pada pemeriksaan palpasi dirasakan adakah terdapat rigiditas, dan juga jangan lupa untuk meminta pasien untukmemberitahu jika terdapat rasa sakit apabila ditekan. Padahepatitis B juga terdapat nyeri tekan di bagian Hipokondrium kanan yang mungkin disebabkan oleh Kolesistitis dan sakit hepar. Jika terdapat kelainan di hepar harus dilaporkan bagaimana permukaan, tepi, konsistensi, nyeri danpembesarannya. 8Pada pemeriksaan perkusi,dilakukan perkusi secara acak dahulu kemudian perkusi untuk mencari ukuran pembesaran hati. 82.2.2 Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna antara lain untuk membantu memastikan diagnosis karena beberapa penyakit dapat memberikan keluhan dan gejala yang sama serta menilai fungsi organ.7Tes serologi

Tes serologi dilakukan dengan cara memeriksa kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab penyakit hepatitis. Tes ini untuk memastikan diagnosis hepatitis serta mengetahui jenis virus penyebabnya.7a. Pemeriksaan IgM antihepatitis AIgM Anti hepatitis A virus adalah seromaker untuk mendiagnosa hepatitis A akut. IgM positif pada awal gejala hepatitis A dan negatif apabila pasien telah sembuh dan diganti dengan IgG.9b. Pemeriksaan seromaker hepatitis B:i. HBsAg yaitu antigen permukaan virus hepatitis B yang merupakan envelop hepatitis B virus. Jika tes HBsAG positif, berarti individu tersebut terinfeksi virus hepatitis B, karier hepatitis B, menderita hepatitis B akut atau kronik. HBsAg menetap lebih dari 6 bulan atau sering meningkat naik dalam 6 bulan berarti hepatitis B kronik atau karier. ii. Anti-HBsAg merupakan antibodi terhadap HBsAg yang memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Anti-HBsAg positif menandakan individu tersebut pernah terinfeksi dan telah sembuh dari hepatitis B dan pernah mendapat vaksin atau immunoglobulin hepatitis B.iii. HBeAg merupakan antigen e virus hepatitis B yang terdapat didalam alirandarah. Positif pada tes antigen ini bermaksud virus hepatitis B sedang aktifbereplikasi dan individu tersebut bisa menularkan hepatitis B kepada orang lain termasuk janinnya.iv. Anti HBe-Ag merupakan antibodi terhadap HBeAg. Positif berarti virus hepatitis dalam keadaannon-replikatif.v. HBcAg merupakan antigen core virus hepatitis B yaitu protein yang dibuat didalam inti sel hati yang terinfeksi. Positif berarti adanya protein dari inti virus hepatitis B.vi. Anti-HBc merupakan antibodi terhadap HBcAg. Terdiri daripada dua yaitu IgM dan IgG. IgM yang tinggi menunjukkan infeksi akut hepatitis B. ApabilaIgG positif berarti IgM negatif dan ini menunjukkan infeksi kronis atau pernah terinfeksi virus hepatitis B.9

Tabel 2: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B

HBsAgAnti-HBsAnti-Hbc (total)Anti-HBc IgMHBeAgAnti-HBeHBV DNAInterpretasi

+-+++++Tahap awal infeksi akut

+-++-+-Tahap Kemudian infeksi akut

--++-+-Tahap kemudian infeksi akut

-++----Kesembuhan dengan kekebalan

-+-----Vaksinasi yang sukses

+-+-+-+Infeksi kronis dengan reproduksi aktif

+-+--+-Infeksi kronis dalam tahap tidak aktif

+-+--++Infeksi kronis dengan reproduksi aktif

--+--+ / --Kesembuhan, Hasil positif palsu, atau infeksi kronis

c. Pemeriksaan anti HCvAnti HCvmerupakan antibodi yangterhasil terhadap virus hepatitis C. terbagi kepada dua yaitu IgM dan IgG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa hepatitis C karena pemeriksaan antigen hepatitis C masih belum ada. Postitif berarti individu pernah terinfeksi hepatitis C namun harus ditegakkan dengan pemeriksaan virus hepatitis C.9Tes biokimia hati

Tes biokimia hati dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan atau diproses oleh jaringan hati. Tes ini dapat menggambarkan derajat keparahan atau kerusakan sel sehingga dapat menilai fungsi hati.7Parameter biokimia hati:

Aminotransferase (transaminase)

Parameter yang termasuk golongan enzim ini adalah Aspartat aminotransferase (AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Enzim-enzim ini merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya kerusakan sel hati dan sangat membantu dalam mengenali penyakit pada hati yang bersifat akut seperti hepatitis. ALT lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati dibandingkan AST. ALT meningkat 3-10 kali nilai normal pada hepatitis kronis aktif dan lebih dari 20 kali nilai normal pada hepatitis akut dan hepatitis toksik.7 Alkalin fosfatase (ALP)

Enzim ini ditemukan pada sel-sel hati yang berada didekat saluran empedu. Peningkatan kadar ALP merupakan salah satu petunjuk adanya sumbatan atau hambatan pada saluran empedu. Peningkatan ALP dapat disertai dengan gejala warna kuning pada kulit, kuku, atau bagian putih bola mata.7 Serum protein

Serum protein yang dihasilkan oleh hati, antara lain albumin, globulin, dan faktor pembekuan darah. Peningkatan albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati, tapi kurang sensitif.Globulin merupakan protein yang membentuk gammaglobulin. Gammaglobulin meningkat pada penyakit kronik hati seperti hepatitis kronis atau sirosis. Umur faktor-faktor pembekuan darah lebih singkat dibandingkan albumin, sehingga pemeriksaan lebih baik dibandingkan dengan albumin untuk menentukan fungsi sintesis hati. Terdapatnya kelainan pada protein-protein pembekuan darah dapat dideteksi dengan menilai waktu protrombin yaitu ukuran kecepatan perubahan protrombin menjadi thrombin. Lamanya waktu protrombin ini bergantung pada fungsi hati dan asupan vitamin K. Kerusakan sel-sel hepatosit memperpanjangkan waktu protrombin terutama pada hepatitis kronis dan sirosis.7 Bilirubin

Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver).Bilirubindikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.

Bilirubin ditemukan dalam darah dalam 2 bentuk yaitu bilirubin direk dan indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin, sedangkan bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total adalah penjumlahan bilirubin direk dan indirek.

Peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati. Sebaliknya, bilirubin direk yang meningkat hampir selalu menunjukan adanya penyakit pada hati dan atau saluran empedu.

2.2.3 Penunjang

Pemeriksaan penunjang berguna untuk menentukan dengan tepat letak kelainan pada tubuh bagian dalam atau menilai derajat suatu penyakit.7

USG (ultrasonografi)

Fungsi USG adalah untuk mengetahui adanya kelainan organ dalam atau tidak. Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi mengenai pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum, atau ada tidaknya sumbatan saluran empedu. Tepi hati yang tumpul menunjukan adanya perbesaran hati. USG juga dapat melihat banyak tidaknya jaringan ikat (fibrosis). Selain itu, karena hepatitis merupakan proses peradangan maka pada USG densitas (kepadatan) hati terlihat lebih gelap jika dibandingkan dengan densitas ginjal yang terletak dibawahnya. Pemeriksaan USG pada hepatitis akut tidak akurat, karena pada hepatitis akut belum terjadi kerusakan jaringan.7 USG bermanfaat untuk mendiagnosis kanker hati dan sirosis hati.10Biopsi hati (penyedotan)

Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi. Biopsy hati dilakukan jika ada fase kolestatik yang menonjol.Ct-ScanCt-Scan dilakukan untuk memperjelas apakah ada tumor di organ hati. 10

2.3 Working diagnosis

Hepatits B akut didefinisikan sebagai peradangan hati yang terjadi dalam waktu singkat. Hepatitis B akut umumnya sembuh dalam waktu 6 bulan. Hepatitis B dan D masa inkubasi 30 180 hari ( 4 12 minggu). Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal dan penularan horizontal. VertikalPenularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya. Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus.

HorizontalCara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B kepada individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau melalui selaput lendir.a. Melalui KulitAda dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit yang disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya melalui suntikan, transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal dari darah dan tattoo. Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.b. Melalui Selaput LendirSelaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin. Melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius.

2.4 Diagnosis diferential

Hepatitis B kronis

Hepatits B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit. Obat-obat yang sekarang dalam penggunaan untuk hepatitis B kronis termasuk interferonsdannucleoside/nucleotide analogues. Interferon bekerja melawan virus hepatitis B dengan menstimulasi sistim imun tubuh untuk membersihkan virus.Nucleoside/nucleotide analogues (NAs) adalah kimia-kimia yang dibuat manusia yang meniru nucleosides dan nucleotides yang digunakan untuk membuat DNA.Efek samping interferon: kelelahan, sakit-sakit otot keseluruhan, demam, kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala seperti flu ini terjadi pada kira-kira 80% dari pasien-pasien yang dirawat;

turun naiknya suasana hati, depresi, ketakutan dan efek-efek neuropsychiatric lain mungkin terjadi; dan

kelainan-kelainan kelenjar tiroid yang berakibat adahypothyroidism(terlalu sedikit hormon tiroid);

penindasan yang signifikan dari sumsum tulang dan produksi dari sel-sel darah;

infeksi; kehilangan rambut (rontok) mungkin terjadi.Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga fase penting yaitu :

1. Fase Imunotoleransi

Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam darah tinggi, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.

2. Fase Imunoaktif (Fase clearance)

Pada sekitar 30% individu dengan persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi Alanine Amino Transferase (ALT). Pada keadaan ini pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.

3. Fase Residual

Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang menjadi negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal.

Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positifPada penderita ini sering terjadi kenaikan ALT (eksaserbasi) dan kemudian penurunan ALT kembali (resolusi). Siklus ini terjadi berulang-ulang sampai terbentuknya anti HBe. Sekitar 80% kasus pengidap ini berhasil serokonversi anti HBe positif, 10% gagal serokonversi namun ALT dapat normal dalam 1-2 tahun, dan 10% tetap berlanjut menjadi hepatitis B kronik aktif.2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positifPrognosis pada pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan VHB DNA yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat dideteksi diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko menderita kanker hati.3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas.Kemajuan pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya HBV DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.Hepatitis C

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Virus hepatitis C adalah virus RNA dari famili Flavivirus. Ia memiliki genom yang sangat sederhana yang terdiri dari hanya tiga dan lima gen structural nonstruktural. Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggigit penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal. Pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati.Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat sepertiInterferon alfa, Pegylated interferon alfadanRibavirin.Infeksi HCV dapat dibagi dalam dua fase, yaitu :1. Infeksi HCV akut

HCV menginfeksi hepatosit (sel hati). Masa inkubasi hepatitis C akut rata-rata 6-10 minggu. Kebanyakan orang (80%) yang menderita hepatitis C akut tidak memiliki gejala. Awal penyakit biasanya berbahaya, dengan anoreksia, mual dan muntah, demam dan kelelahan, berlanjut untuk menjadi penyakit kuning sekitar 25% dari pasien, lebih jarang daripada hepatitis B. Tingkat kegagalan hati fulminan terkait dengan infeksi HCV sangat jarang. Mungkin sebanyak70% -90% dari orang yang terinfeksi, gagal untuk membunuh virus selama fase akut dan akan berlanjut menjadi penyakit kronis dan menjadi carrier.

2. Infeksi HCV kronis

Hepatitis kronis dapat didefinisikan sebagai penyakit terus tanpa perbaikan selama setidaknya enam bulan. Kebanyakan orang (60% -80%) yang telah kronis hepatitis C tidak memiliki gejala. Infeksi HCV kronis berkembang pada 75%-85% dari orang dengan persisten atau berfluktuasi ALT kronis. Pada fitur epidemiologi antara pasien dengan infeksi akut ditemukan peningkatan penyakit hati aktif, berkembang dalam 60% -70% dari orang yang terinfeksi telah ditemukan sudah menjadi penyakit hati kronis.

Hepatitis kronis dapat menyebabkan sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (HCC). Sirosis terkait HCV menyebabkan kegagalan hati dan kematian pada sekitar 20% -25% kasus sirosis. Sirosis terkait HCV sekarang merupakan sebab utama untuk transplantasi hati. 1%-5% orang dengan hepatitis C kronis berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. Pengembangan HCC jarang terjadi pada pasien dengan hepatitis C kronis yang tidak memiliki sirosis.

Periode masa penularan dari satu minggu atau lebih sebelum timbulnya gejala pertama dan mungkin bertahan pada sebagian besar orang selamanya. Infeksi HCV tidak menyebabkan kegagalan hati fulminan (mendadak, cepat) namun, menjadi penyakit hati kronis seperti infeksi HBV kronis, dan dapat memicu gagal hati.

Penularan terjadi melalui paparan perkutan terhadap darah yang terkontaminasi. Jarum suntik yang terkontaminasi adalah sarana penyebaran yang paling penting, khususnya di kalangan pengguna narkoba suntikan. Transmisi melalui kontak rumah tangga dan aktivitas seksual tampaknya rendah. Transmisi saat lahir dari ibu ke anak juga relatif jarang.

2.5 Epidemiologi

Di seluruh dunia daerah prevalensi infeksi HBV tertinggi adalah Afrika subsahara, Cina, bagian-bagian Timur Tengah, lembah Amazone dan kepulauan Pasifik. Dengan kelompok umur 20-39 tahun ada pada resiko terbesar. Jumlah kasus baru pada anak rendah, tetapi sukar diperkirakan karena sebagian besasr infeksi pada anak tidak bergejala.112.6 Etiologi (faktor resiko)HBV adalah anggota famili hepadnavirus, diameter 42-nm, kelompok virus DNA hepatotropik nonsitopatogenik. HBV mempunyai genom DNA sirkuler, sebagian helai ganda tersusun sekitar 3.200 nukleotid. Empat gena telah dikenali: gena S, C, X, dan P. Permukaan virus termasuk dua partikel yang ditandai antigen hepatitis permukaan (hepatitis B surface antigen [HBsAg] )= partikel sferis diameter 22-nm dan partikel tubuler lebar 200 nm. Bagian dalam virion berisi antigen core hepatitis B (hepatitis B core antigen [HBcAg] dan antigen nonstruktural disebut hepatitis B e antigen (HBeAg) antigen larut-nonpartikel berasal dari HBcAg yang terpecah sendiri oleh proteolitik. Replikasi HBV terjadi terutama dalam hati tetapi juga terjadi dalam limfosit, limpa, ginjal dan pankreas.122.6.1Faktor Host (Penjamu)

Umur Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%. Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.

Jenis kelamin Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria. Mekanisme pertahanan tubuh Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna. Kebiasaan hidup Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur. Pekerjaan Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).

2.6.2Faktor Agent

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya. Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.

2.6.3Faktor Lingkungan

Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:

! Lingkungan dengan sanitasi jelek

! Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi

! Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.

! Daerah unit laboratorium

! Daerah unit bank darah

! Daerah tempat pembersihan

! Daerah dialisa dan transplantasi.

! Daerah unit perawatan penyakit dalam.32.7 Patogenesis

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati.

Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi.

Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.32.8 Manifestasi Klinis

Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat tahap yang timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :

1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan saat timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi.

2. Fase Prodromal

Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering terjadi seperti : malaise, rasa lemas, lelah, anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak enak/nyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase prodromal ini berlangsung antara 3-14 hari.

3. Fase Ikterus

Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.

4. Fase Penyembuhan

Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhankeluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang masih terus dirasakan, hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya berkisar antara 2-21 minggu.32.9 Penatalaksanaan

Pengobatan oral:

Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.

Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.

Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

Pengobatan dengan injeksi/suntikan:

Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.

Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol. Pengobatan tradisionalTumbuhan obat atauherbalyang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruhzat toksikyang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitutemulawak(Curcuma xanthorrhiza), kunyit(Curcuma longa),sambiloto(Andrographis paniculata),meniran(Phyllanthus urinaria),daun serut/mirten,jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica),rumput mutiara(Hedyotis corymbosa),pegagan(Centella asiatica). Perawatan hepatitis BPasien yang menderita hepatitis B dianjurkan untuk istirahat yang cukup, dan banyak makan yang mengandung nutrisi tinggi. Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati, oleh karena itu upaya meningkatkan tubuh bagi penderita hepatitis B sangat diperlukan untuk mencegah hepatitis kronik.132.10 Komplikasi Kanker hati (karsinoma hepatoseluler) adalahkanker yang timbul dari hati yang juga dikenal sebagaikanker hatiprimer atau hepatoma. Gagal hati Sirosis hepatis

Pada sirosis, kerusakan sel diganti oleh jaringan parut (sikatrik). Gejala sirosis antara lain: kelelahan, gangguan makan, perbesaran hati, gatal, bagian tubuh tertentu berwarna kuning, asites, edema. 7 Nekrosis hepatic masif adalah gangguan fungsi hati secara mendadak dan parah. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala) Penyakit hati kronis Hepatitis fulminan (ganas) adalah suatu jenis klinis hepatitis yang jarang terjadi, dimana perjalanan penyakitnya berkembang dengan cepat, terjadi ikterus yang semakin berat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi atau ensefalopati hepatic, kemudian masuk kedalam keadaan koma dan gagal hati akut.14 Immunodefisiensi.152.11 Pencegahan

Menurut Park ada lima pokok pencegahan yaitu : 1. Health Promotion, usaha peningkatan mutu kesehatan 2. Specifik Protection, perlindungan secara khusus 3. Early Diagnosis dan Prompt Treatment, pengenalan dini terhadap penyakit, serta pemberian pengobatan yang tepat 4. Usaha membatasi cacat 5. Usaha rehabilitasi.3Menurut Effendi pencegahan dilakukan dengan menggabungkan antara pencegahan penularan dan pencegahan penyakit.

A. PENCEGAHAN PENULARAN HEPATITIS B

Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion baik pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap penularan.

Health Promotion terhadap hos berupa pendidikan kesehatan, peningkatan higiene perorangan, perbaikan gizi, perbaikan sistem transfusi darah dan mengurangi kontak erat dengan bahan-bahan yang berpotensi menularkan virus VHB.

Pencegahan virus hepatitis B melalui lingkungan, dilakukan melalui upaya: meningkatkan perhatian terhadap kemungkinan penyebaran infeksi VHB melalui tindakan melukai seperti tindik, akupuntur, perbaikan sarana kehidupan di kota dan di desa serta pengawasan kesehatan makanan yang meliputi tempat penjualan makanan dan juru masak serta pelayan rumah makan.

Perlindungan Khusus Terhadap Penularan Dapat dilakukan melalui sterilisasi benda-benda yang tercemar dengan pemanasan dan tindakan khusus seperti penggunaan sarung tangan bagi petugas kesehatan, petugas laboratorium yang langsung bersinggungan dengan darah, serum, cairan tubuh dari penderita hepatitis, juga pada petugas kebersihan, penggunaan pakaian khusus sewaktu kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita pada tempat khusus selain itu perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg petugas kesehatan (Onkologi dan Dialisa) untuk menghindarkan kontak antara petugas kesehatan dengan penderita. B. PENCEGAHAN PENYAKIT

1. Immunisasi Aktif

Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif, sedang pada negara yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada orang yang mempunyai resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara intra muskular sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2 tahun. Program pemberian sebagai berikut:

Dewasa: Setiap kali diberikan 20 g IM yang diberikan sebagai dosis awal, kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.

Anak: Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai dosis awal , kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.

2.Immunisasi Pasif

Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan immunisasi pasif dimana daya lindung HBIG diperkirakan dapat menetralkan virus yang infeksius dengan menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan perlindungan terhadap Post Expossure maupun Pre Expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu, yang HBsAs positif diberikan HBIG 0,5 ml intra muscular segera setelah lahir (jangan lebih dari 24 jam). Pemberian ulangan pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada orang yang terkontaminasi dengan HBsAg positif diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan dalam 24 jam post expossure dan diulang setelah 1 bulan.32.12 Prognosis

Data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia satu tahun mempunyai risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi VHB terjadi pada usia antara 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10% untuk terjadi kronisitas. BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Hepatitis B merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis B. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak dengan darah/produk darah, saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis B dan inokulasi perkutan dan subkutan secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis B di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.3.2 Saran

Banyak sekali penyakit yang dapat menular dari darah. Oleh karena itu hendak nya kita masing-masing berhati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam seperti jarum suntik.DAFTAR PUSTAKA1. Chandra Putra Pradana, Sri Kusumadewi. Aplikasi diagnosis penyakit hepatitis untuk mobile devices menggunakan J2ME. Media informatika, vol 5 no 2. Fakultas teknologi indutri universitas islam indonesia. 2007. 2. Winartini. Hepatitis. 30 Desember 20033. Siregar F.A. hepatitis B ditinjau dari kesehatan masyarakat dan upaya pencegahan. Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Sumatra utara. 2003.

4. Upartondo, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Anamnesis. Ed.5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 25-8.5. Nah YK, Santoso M, Rumawas JSP, Winaktu GJMT, Sularyo TS, Adam H. Buku Panduan Ketrampilan Medik (Skills Lab). Ed.1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2010. h.4-8.6. Daldiyono, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Nyeri Abdomen Akut. Ed.5. J.1. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h. 474-6.7. Sari W, Indrawati L, Djing O.G. Care your self: hepatitis. Jakarta: Penebar +. 2008. h. 12-42.8. Dr. Sadikin Darmawan. Kumpulan Kuliah Patologi Anatomi: Hati dan SaluranEmpedu. Jakarta: FKUI. h.226-249.9. Rifai Amirudin. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fisiologi dan Biokimia Hati. Edisi 5. 2006.10. Chayono S.B. Hepatitis B: cegah kanker hati. Yogyakarta: karnisius. 2010. h.55-56.

11. Arvin, Behrman, Nelson, Kliegman. Ilmu kesehatan anak. Ed 15. Vol 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2000. h.1120-1123. 12. Ranuh I.G.N. Buku Imunisasi Di Indonesia. Edisi I. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. 2001. hal: 83-85.13. Asrul. Hepatitis B. Juni 2010.14. Irawan D. Hepatitis fulminan. Feb 2009.15. Betz C.L, Sowden L.A. Buku saku keperawatan pediatri. Ed 5. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2004. h. 224-225. EMBED Word.Document.8 \s

24

_1370097344.doc