38
Tugas Mandiri Biokimia II PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP PROSES TRANSLASI RNA Penyusun : 1. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067 2. Yeni Puspitasari 021211131072 3. Felicia Lesmana 021211132001 4. Ariane Carissa W. 021211132003 5. Frida Chusna A. 021211132004 BIOKIMIA II DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR Semester Gasal 2013/2014

Makalah biokimia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FKG Unair semester 3

Citation preview

  • Tugas Mandiri Biokimia II

    PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP PROSES TRANSLASI RNA

    Penyusun :

    1. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067

    2. Yeni Puspitasari 021211131072

    3. Felicia Lesmana 021211132001

    4. Ariane Carissa W. 021211132003

    5. Frida Chusna A. 021211132004

    BIOKIMIA II DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR

    Semester Gasal 2013/2014

  • i

    Tugas Mandiri Biokimia II

    PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP PROSES TRANSLASI RNA

    Penyusun :

    1. Putrinadia Farisqaghina P. 021211131067

    2. Yeni Puspitasari 021211131072

    3. Felicia Lesmana 021211132001

    4. Ariane Carissa W. 021211132003

    5. Frida Chusna A. 021211132004

    BIOKIMIA II DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR

    Semester Gasal 2013/2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat

    Rahmat dan Kasih Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah

    berjudul Pengaruh Obat-obatan Terhadap Proses Translasi RNA dengan tepat

    waktu.

    Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mandiri seminar mata

    kuliah Biokimia II Semester Gasal. Pada makalah ini, penulis mendeskripsikan

    tentang sintesis protein dan bagaimana beberapa obat dapat mempengaruhi proses

    translasi RNA. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

    yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, antara lain:

    1. Indeswati Diyatri, drg., M. S. selaku pembimbing dan juga dosen mata kuliah

    ilmu Biokimia II Universitas Airlangga Surabaya.

    2. Seluruh dosen pengajar mata kuliah ilmu Biokimia Universitas Airlangga

    Surabaya.

    3. Orang tua penulis, yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan hingga

    terselesaikannya makalah ini.

    4. Teman-teman khususnya di FKG Universitas Airlangga angkatan 2012.

    5. Pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

    Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan

    makalah ini, baik dalam tutur kata maupun isi. Dan oleh karena itu penulis

    memohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk selanjutnya penulis berharap

    makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah

    ini, dan sedianya memberikan kritik dan saran yang membangun sebagai

    perbaikan penulis pada kesempatan lainnya.

    Surabaya, 21 Desember 2013

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    COVER DALAM i

    KATA PENGANTAR .. ii

    DAFTAR ISI .............. iii

    DAFTAR GAMBAR .. v

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang .. 1

    1.2 Tujuan penulisan .. 2

    1.3 Manfaat penulisan 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Protein ...... 3

    2.1.1 Komposisi kimia dan klasifikasi protein ........... 3

    2.1.2 Sumber protein .......................... 4

    2.1.3 Penggolongan dan struktur protein ................4

    2.1.3.1 Penggolongan protein berdasarkan bentuk ........................... 4

    2.1.3.2 Penggolongan protein berdasarkan struktur .......................................5

    2.1.4 Fungsi protein ................................................................................................7

    2.2 RNA ................. 8

    2.3 Kodon .......................................... 9

    2.4 Sintesis protein ................................................10

    2.4.1 Transkripsi ................................12

    2.4.2 Translasi ...................................................... 15

    2.5 Perbedaan proses transkripsi dan translasi pada prokariotik dan eukariotik ..1

  • iv

    BAB III PEMBAHASAN

    BAB IV RINGKASAN

    DAFTAR PUSTAKA

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur protein, 1) struktur primer, 2) struktur sekunder, 3) struktur

    tersier, 4) struktur kuartener ..... 5

    Gambar 2. Pasangan basa pada rantai DNA ......... 9

    Gambar 3. Proses pembawaan basa oleh RNA yang kemudian

    berpasangan....................................... 10

    Gambar 4. Proses splicing dari pematangan mRNA 11

    Gambar 5. Tahapan transkripsi RNA ......15

    Gambar 6. Tahapan inisiasi translasi ..................... 16

    Gambar 7. Tahap elongasi translasi ....... 17

    Gambar 8. Proses terminasi translasi ..... 18

    Gambar 9. Proses sintesis protein pada prokariota ..... 19

    Gambar 10. Daerah regulasi gen, exon, intron, dan signal akhir proses Transkripsi

    dari gen prokariota dan eukaryota ........................................................................ 20

    Gambar 11. Syntesis protein pathway ......................... 21

    Gambar 12. Inhibisi RNA ribosom 30 S .............................................................. 24

  • vi

  • vii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima

    ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang

    terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Protein yang tersusun dari rantai asam

    amino akan memiliki berbagai macam struktur yang khas pada masing-masing

    protein. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur

    tersier, dan struktur kuartener.

    Proses sintesis protein terbagi atas transkripsi dan translasi. Seperti kita

    ketahui DNA sebagai media untuk proses transkripsi suatu gen berada di kromosom

    dan terikat oleh protein histon. Saat menjelang proses transkripsi berjalan, biasanya

    didahului signal dari luar akan kebutuhan suatu protein atau molekul lain yang

    dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, dan fungsi lain

    di tingkat sel maupun jaringan. Transkripsi adalah sintesis RNA dibawah arahan

    DNA. Kedua asam nukleat menggunakan bahasa yang sama, dan informasi hanya

    ditranskripsi, atau disalin, dari satu molekul menjadi molekul lain. Translasi adalah

    sintesis polipeptida yang terjadi dibawah arahan mRNA. Selama tahap ini terjadi

    perubahan bahasa. Sel harus menerjemahkan alias menstranslasikan sekuens basa

    molekul mRNA menjadi sekuens asam amino polipeptida.

    Perkembangan dari segi kesehatan tergolong maju, dari pengolahan bahan

    obat sampai kemajuan segi obat-obatan yang terbuat dari alam, sintetik, maupun

    semisintetik. Adapula obat-obatan yang mekanismenya menggunakan kerja translasi

    sel pada tubuh manusia. Banyaknya obat yang bekerja pada system translasi ini

    membuat suatu mekanisme kerja obat yang berbeda-beda sehingga menghasilkan

    efek yang berbeda-beda pula, yang dapat dilihat dari beberapa contoh obat seperti

    halnya entromisin, streptomisin, puromisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.

  • 2

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

    1. Memberi pengetahuan mengenai protein secara umum beserta fungsinya bagi

    tubuh.

    2. Mengetahui secara lebih dalam mengenai proses sintesis protein.

    3. Mengetahui bagaimana pengaruh beberapa obat terhadap proses translasi.

    1.3 Manfaat

    Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca

    lebih mengerti tentang protein, secara khususnya tentang proses sintesis protein

    beserta pengaruh beberapa obat terhadap proses translasi.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Protein

    Protein secara kimia lebih kompleks lagi, tetapi seperti karbohidrat dan lipid,

    protein juga tersusun dari senyawa gabungan yang sederhana semua protein

    mengandung atom karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen serta protein-protein yang

    mengandung sulfur dan fosfat. (Ethel Sloane 2003 : 24)

    Manusia maupun hewan tidak dapat mensintesis sepuluh dari dua puluh asam

    L- amino umum dalam jumlah yang memadai untuk menunjang pertumbuhan pada

    masa bayi atau mempertahankan kesehatan saat dewasa (Robert K. Murray 2009 :

    14).

    Protein mengalami perubahan fisik dan fungsional yang mencerminkan siklus

    hidup organisme tempat protein itu berada (Robert K. Murray 2009 22).

    2.1.1 Komposisi kimia dan klasifikasi protein

    Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima

    ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang

    terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur

    karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa asam amino disamping itu

    mengandung unsur-unsur fosfor, besi, sulfur, iodiom, dan kobalt. Unsur nitrogen

    adalah unsur utama protein, karena terdapat didalam semua protein akan tetapi tidak

    terdapat didalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat

    protein.

    Molekul protein lebih kompleks dari pada karbohidrat dan lemak dalam hal

    berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya. Berat

    molekul protein bisa mencapai 40 juta. Bandingkan dengan berat glukosa yang

    besarnya 180. Ada dua puluh jenis asam amino yang diketahui sampai sekarang yang

  • 4

    terdiri atas sembilan asam amino esensial ( asam amino yang tidak dapat dibuat tubuh

    dan harus didatangkan dari makanan ) dan sebelas asam amino nonesensial.

    2.1.2 Sumber Protein

    Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah

    maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein

    nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-

    kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai

    mutu atau nilai biologi tertinggi. Bahan makanan nabati yang kaya akan protein

    adalah kacang-kacangan.

    2.1.3 Penggolongan dan struktur protein

    2.1.3.1 Penggolongan protein berdasarkan bentuk

    Berdasarkan bentuknya protein dibedakan atas :

    - Protein globular,

    Protein Globular berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein

    ini larut dalam air, berdifusi cepat dan bersifat dinamis, mudah berubah dibawah

    pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi. Contohnya

    meliputi enzim, hormon dan protein darah.

    - Protein serabut (fibrous),

    Terdiri atas beberapa rantai peptida berbentuk spiral yang terjalin satu sama

    lain sehingga menyerupai batang yang kaku. Protein fibrous mempunyai bentuk

    molekul panjang seperti serat atau serabut, tidak larut dalam air. mempunyai kekuatan

    mekanis yang tinggi dan tahan terhadap enzim pencernaan. Protein ini terdapat dalam

    unsur-unsur struktur tubuh. Contohnya meliputi kolagen ; miosin ; fibrin ; dan karatin

    pada rambut, kuku, dan kulit.

  • 5

    2.1.3.2 Penggolongan protein berdasarkan struktur

    Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam

    struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam

    amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan terangkai melalui

    ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Selanjutnya

    protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang bermacam-

    macam. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur

    tersier, dan struktur kuartener.

    Gambar 1. Struktur protein, 1) struktur primer, 2) strutur sekunder, 3) struktur tersier, 4) struktur

    kuarterner

    Struktur primer

    Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan

    asam amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam

    sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui

    ikatan antara gugus amino dengan gugus karboksil. Ikatan tersebut dinamakan

    ikatan peptida atau ikatan amida (Berg et al., 2006; Lodish et al., 2003). Struktur ini

    dapat menentukan urutan suatu asam amino dari suatu polipeptida (Voet & Judith,

    2009).

    1

    2

    3

    4

  • 6

    Struktur sekunder

    Struktur sekunder merupakan kombinasi antara struktur primer yang linear

    distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus =CO dan =NH di sepanjang tulang

    belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur sekunder adalah -heliks dan -

    pleated. Struktur ini memiliki segmen-segmen dalam polipeptida yang terlilit atau

    terlipat secara berulang (Campbell et al., 2009; Conn, 2008).

    Struktur -heliks terbentuk antara masing-masing atom oksigen karbonil pada

    suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke gugus amida pada suatu ikatan

    peptida empat residu asam amino di sepanjang rantai polipeptida (Murray et al,

    2009).

    Pada struktur sekunder -pleated terbentuk melalui ikatan hidrogen antara

    daerah linear rantai polipeptida. -pleated ditemukan dua macam bentuk, yakni

    antipararel dan pararel. Keduanya berbeda dalam hal pola ikatan hidrogennya. Pada

    bentuk konformasi antipararel memiliki konformasi ikatan sebesar 7 , sementara

    konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu 6,5 (Lehninger et al, 2004). Jika

    ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua rantai polipeptida yang terpisah atau

    antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal yang melipat sendiri yang melibatkan

    empat struktur asam amino, maka dikenal dengan istilah turn (Murray et al, 2009).

    Struktur tersier

    Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas

    pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan

    antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino. Struktur ini merupakan

    konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial antar struktur

    sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni ikatan hidrogen,

    ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan

    hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik

    akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang tidak berikatan dengan air,

    sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara umum akan berada di sisi

  • 7

    permukaan luar yang berikatan dengan air di sekelilingnya (Murray et al, 2009;

    Lehninger et al, 2004).

    Stuktur kuartener

    Struktur kuarterner adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter

    protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein dengan

    struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional. ikatan yang

    berperan dalam struktur ini adalah ikatan nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis,

    hidrogen, dan hidrofobik. Protein dengan struktur kuarterner sering disebut juga

    dengan protein multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut

    dengan protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan protein

    tetramerik (Lodish et al., 2003; Murray et al, 2009).

    2.1.4 Fungsi protein

    1. Sebagai biokatalisator (enzim).

    2. Sebagai protein transport contohnya hemoglobin mengangkut oksigen

    dalam eritrosit, mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi diangkut

    dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks

    dengan feritin.

    3. Sebagai pengatur pergerakan. Protein merupakan komponen utama

    daging. Gerakan otot terjadi karena ada dua molekul (aktin dan miosin) protein

    yang saling bergeseran. Pergerakan silia dan flagela pada organisme protista

    akibat dari protein tubulli pada organel tersebut.

    4. Sebagai penunjang mekanis. Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan

    tulang disebabkan adanya kolagen. Pada persendian ada elastin. Pada kuku, bulu

    rambut ada protein keratin.

    5. Pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi. Suatu protein khusus yang

    mengikat benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri dan lain

    lain.

  • 8

    6. Sebagai media perambatan impuls saraf. Protein ini biasanya

    berbentuk reseptor misalnya rodopsin suatu protein yang bertindak sebagai

    reseptor atau penerima warna atau cahaya pada sel sel mata.

    7. Sebagai pengendalian pertumbuhan. Protein bekerja sebagai reseptor

    yang dapat mempengaruhi fungsi bagian bagian DNA yang mengatur sifat dan

    karakter.

    2.2 RNA

    Dalam rangkaian pembentukan protein melalui proses penterjemahan kode,

    setelah pemutusan atau pemotongan rantai DNA maka langkah selanjutnya adalah

    proses penterjemahan yang dilakukan oleh RNA atau ribosa nucleat acid ( Suparmuji,

    2012).

    RNA adalah asam nukleat yang terbentuk dari proses penterjemahan rantai

    sense DNA, memiliki struktur rantai yang lebih pendek daripada DNA karena hanya

    memuat 3 kode triplet pada tiap rangkaian rantainya. Rantainya juga tidak berstruktur

    ganda, hanya berstruktur tunggal. Sama-sama memiliki 2 pasangan basa yaitu basa

    purin dan basa pirimidin, hanya terdapat perbedaan pada salah satu jenis basa

    pirimidinnya. Pasangan Basa pada Rantai RNA antara lain :

    A. Basa Purin, terdiri atas Adenin (A) dan Guanin (G)

    B. Basa Pirimidin, terdiri atas Urasil (U) dan Sitosin (C)

    RNA terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

    1. RNA messenger/duta, rantai RNA yang terbentuk sebagai hasil terjemahan dari

    rantai DNA sense dalam nukleus.

    2. RNA transfer, RNA yang bertugas menterjemahkan rantai RNA messenger/duta.

  • 9

    3. RNA ribosom, adalah RNA yang berperan dalam menterjemahkan kodon RNA

    transfer menjadi rangkaian asam amino (Suparmuji, 2012).

    Pada tahun 1950, Paul Zamecnik melakukan percobaan untuk mengetahui

    tahapan dan tempat terjadinya sintesis protein. Paul menginjeksikan asam amino

    radioaktif ke tubuh tikus dan berhasil menjelaskan temapt terjadinya sintesis protein,

    yaitu di dalam ribososom. Selanjutnya, penelitian dilakukan bersama dengan Mahlon

    dan menyimpulkan bahwa molekul RNA pemindah (RNA t) berperan dalam sintesis

    protein. Akhirnya, Francis Crick menemukan bahwa RNA pemindah harus mengenali

    urutan nukleotida untuk disusun sebagai asam amnio sesuai pemesanan, yang

    kemudian dibaa oleh RNA pembawa pesan ( Rochman, 2009).

    2.3 Kodon

    Kodon (kode genetik) adalah urutan nukloetida yang terdiri dari 3 nukloetida

    berurutan sehingga sering disebut sebagai triplet codon yang menyandi suatu asam

    amino tertentu. Kodon inisiasi translasi merupakan kodon untuk asam amino

    metionin yang mengawali struktur suatu polipeptida (protein). Pada prokariot, asam

    amino awal tidak berupa metionin tetapi formil metionin (fMet). Dalam proses

    translasi, rangkaian nukleotida pada mRNA akan dibaca tiap tiga nukleotida sebagai

    satu kodon untuk satu asam amino, dan pembacaan dimulai dari urutan kodon

    metionin.

    Gambar 2. Pasangan basa pada rantai DNA

  • 10

    Gambar 3. Proses pembawaan basa oleh RNA yang kemudian berpasangan

    2.4 Sintesis protein

    Sintesis protein atau pembentukan protein memerlukan adanya molekul RNA

    yang merupakan materi genetik di dalam kromosom, serta DNA sebagai pembawa

    sifat keturunan. Gen menspesifikasikan protein melalui transkripsi dan translasi

    (Campbell, 2002).

    Gen menyediakan instruksi untuk membuat protein spesifik. Akan tetapi, gen

    tidak membangun protein secara langsung. Jembatan antara DNA dan sintesis protein

    adalah asam nukleat RNA. RNA mirip dengan DNA secara kimiawi, hanya saja RNA

    mengandung gula ribosa sebagai pengganti deoksiribosa dan mengandung basa

    bernitrogen urasil sebagai pengganti timin. Dengan demikian, setiap nukleotida di

    sepanjang untai DNA mengandung A, G, C, atau T sebagai basanya, sedangkan

    setiap nukleotida disepanjang untai RNA mengandung A, G, C, atau U sebagai

    basanya. Molekul RNA biasanya terdiri atas satu untai tunggal (Watson, 2008).

    Dalam RNA atau DNA, monomer adalah keempat tipe nukleotida, yang

    berbeda dalam kandungan basa benitrogen. Gen umumnya memiliki panjang yang

    mencapai ratusan atau ribuan nukleotida; masing-masing gen mengandung sekuens

    basa spesifik. Setiap polipeptida dari suatu protein juga mengandung monomer-

  • 11

    monomer yang tertata dalam urutan linear tertentu (struktur primer protein), namun

    monomer-monomernya merupakan asam amino (Campbell, 2002).

    Proses sintesis protein terbagi atas transkripsi dan translasi. Seperti kita

    ketahui DNA sebagai media untuk proses transkripsi suatu gen berada di kromosom

    dan terikat oleh protein histon. Saat menjelang proses transkripsi berjalan, biasanya

    didahului signal dari luar akan kebutuhan suatu protein atau molekul lain yang

    dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, dan fungsi lain

    di tingkat sel maupun jaringan. Kemudian RNA polymerase II akan mendatangi

    daerah regulator element dari gen yang akan ditranskripsi. Kemudian RNA

    polymerase ini akan menempel (binding) di daerah promoter spesifik dari gene yang

    akan disintesis proteinnya, daerah promoter ini merupakan daerah consesus

    sequences, pada urutan -10 dan -35 dari titik inisiasi (+1) yang mengandung urutan

    TATA-Box sebagai basal promoter. Setelah itu, polimerase ini akan membuka titik

    inisiasi (kodon ATG) dari gene tersebut dan mengkopi semua informasi secara utuh

    baik daerah exon maupun intron, dalam bentuk molekul immature mRNA (messenger

    RNA).

    Kemudian immature mRNA ini diolah pada proses splicing dengan

    menggunakan small nuclear RNA (snRNA) complex yang akan memotong hanya

    daerah intron, dan semua exon akan disambungkan menjadi satu urutan gen utuh

    tanpa non-coding area dan disebut sebagai mature mRNA (Fatchiyah&Estri, 2006).

    Gambar 4. Proses splicing dari pematangan mRNA (Fatchiyah&Estri, 2006).

  • 12

    2.4.1 Transkripsi

    Transkripsi adalah sintesis RNA dibawah arahan DNA. Kedua asam nukleat

    menggunakan bahasa yang sama, dan informasi hanya ditranskripsi, atau disalin, dari

    satu molekul menjadi molekul lain. Selain menjadi cetakan untuk sintesis untai

    komplementer baru saat replikasi DNA, untai DNA juga bisa berperan sebagai

    cetakan untuk merakit sekuens nukleotida RNA komplementer. Untuk gen pengode

    protein, molekul RNA yang dihasilkan merupakan transkrip akurat dari instruksi

    pembangun protein yang dikandung oleh gen. molekul RNA transkrip bisa

    dikirimkan dalam banyak salinan. Tipe molekul RNA ini disebut RNA duta

    (messenger RNA, mRNA) karena mengandung pesan genetik dari DNA ke

    mekanisme penyintesis protein sel. (Campbell, 2002)

    Transkripsi menghasilkan 3 macam RNA yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA.

    1. mRNA (messenger RNA) fungsinya membawa informasi DNA dari inti sel ke

    ribosom. Pesan-pesan ini berupa triplet basa yang ada pada mRNA yang disebut

    kodon. Kodon pada mRNA merupakan komplemen dari kodogen (agen

    pengode), yaitu urutan basa-basa nitrogen pada DNA yang dipakai sebagai pola

    cetakan. Peristiwa pembentukan mRNA oleh DNA di dalam inti sel, disebut

    transkripsi.

    2. tRNA (RNA transfer) fungsinya mengenali kodon dan menerjemahkan menjadi

    asam amino di ribosom. Peran tRNA ini dikenal dengan nama translasi

    (penerjemahan). Urutan basa nitrogen pada tRNA disebut antikodon. Bentuk

    tRNA seperti daun semanggi dengan 4 ujung yang penting, yaitu: 1) Ujung

    pengenal kodon yang berupa triplet basa yang disebut antikodon. 2) Ujung

    perangkai asam amino yang berfungsi mengikat asam amino. 3) Ujung pengenal

    enzim yang membantu mengikat asam amino. 4) Ujung pengenal ribosom.

    3. rRNA (RNA Ribosom) fungsinya sebagai tempat pembentukan protein. rRNA

    terdiri dari 2 sub unit, yaitu: 1) Sub unit kecil yang berperan dalam mengikat

    mRNA. 2) Sub unit besar yang berperan untuk mengikat tRNA yang sesuai.

  • 13

    Transkripsi terjadi di dalam sitoplasma dan diawali dengan membukanya

    rantai ganda DNA melalui kerja enzim RNA polimerase. Sebuah rantai tunggal

    berfungsi sebagai rantai cetakan atau rantai sense, rantai yang lain dari pasangan

    DNA ini disebut rantai anti sense. Tidak seperti halnya pada replikasi yang terjadi

    pada semua DNA, transkripsi ini hanya terjadi pada segmen DNA yang mengandung

    kelompok gen tertentu saja. Oleh karena itu, nukleotida nukleotida pada rantai sense

    yang akan ditranskripsi menjadi molekul RNA dikenal sebagai unit transkripsi.

    (Campbell, 2002)

    Transkripsi meliputi 3 tahapan, yaitu tahapan inisiasi, elongasi, dan terminasi.

    1) Inisiasi (Permulaan)

    Jika pada proses replikasi dikenal daerah pangkal replikasi, pada transkripsi ini

    dikenal promoter, yaitu daerah DNA sebagai tempat melekatnya RNA polimerase

    untuk memulai transkripsi. RNA polymerase melekat atau berikatan dengan

    promoter, setelah promoter berikatan dengan kumpulan protein yang disebut faktor

    transkripsi. Kumpulan antara promoter, RNA polimerase, dan faktor transkripsi ini

    disebut kompleks inisiasi transkripsi. Selanjutnya, RNA polymerase membuka rantai

    ganda DNA. (Watson, 2008)

    2) Elongasi (Pemanjangan)

    Pada proses elongasi ini diperlukan elongation factor complex. Seperti juga

    proses inisiasi enzim tRNA-amino acid synthethase berperan dalam pembentukan

    cognate antara tRNA dan asam amino lainya dari sitoplasma yang sesuai dengan

    urutan kodon mRNA tersebut. Proses elongasi akan berhenti sampai kodon terminasi

    dan poly-adenyl (poly-A), dan diakhiri sebagai proses terminasi yang dilakukan oleh

    rho-protein. Polipeptida akan diproses sebagai molekul protein yang fungsional

    setelah melalui proses posttranslation di retikulum endoplasmik (RE) hingga tingkat

    jaringan (Fatchiyah&Estri, 2006). Setelah membuka pilinan rantai ganda DNA, RNA

    polimerase ini kemudian menyusun untaian nukleotida-nukleotida RNA dengan arah

    5 ke 3. Pada tahap elongasi ini, RNA mengalami pertumbuhan memanjang seiring

  • 14

    dengan pembentukan pasangan basa nitrogen DNA. Pembentukan RNA analog

    dengan pembentukan pasangan basa nitrogen pada replikasi. Pada RNA tidak terdapat

    basa pirimidin timin (T), melainkan urasil (U). Oleh karena itu, RNA akan

    membentuk pasangan basa urasil dengan adenin pada rantai DNA. Tiga macam basa

    yang lain, yaitu adenin, guanin, dan sitosin dari DNA akan berpasangan dengan basa

    komplemennya masing-masing sesuai dengan pengaturan pemasangan basa. Adenin

    berpasangan dengan urasil dan guanin dengan sitosin (Campbell, 2002).

    3) Terminasi (Pengakhiran)

    Penyusunan untaian nukleotida RNA yang telah dimulai dari daerah promoter

    berakhir di daerah terminator. Setelah transkripsi selesai, rantai DNA menyatu

    kembali seperti semula dan RNA polymerase segera terlepas dari DNA. Akhirnya,

    RNA terlepas dan terbentuklah mRNA yang baru. Pada sel prokariotik, RNA hasil

    transkripsi dari DNA, langsung berperan sebagai mRNA. Sementara itu, RNA hasil

    transkripsi gen pengkode protein pada sel eukariotik, akan menjadi

    mRNA yang fungsional (aktif) setelah melalui proses tertentu terlebih dahulu.

    Dengan demikian, pada rantai tunggal mRNA terdapat beberapa urut-urutan basa

    nitrogen yang merupakan komplemen (pasangan) dari pesan genetik (urutan basa

    nitrogen) DNA. Setiap tiga macam (Watson, 2008)urutan basa nitrogen pada

    nukleotida mRNA hasil transkripsi ini disebut sebagai triplet atau kodon (Campbell,

    2002).

  • 15

    Gambar 5. Tahapan Transkripsi RNA (perpustakaancyber.blogspot.com)

    2.4.2 Translasi

    Translasi adalah sintesis polipeptida yang terjadi dibawah arahan mRNA.

    Selama tahap ini terjadi perubahan bahasa. Sel harus menerjemahkan alias

    menstranslasikan sekuens basa molekul mRNA menjadi sekuens asam amino

    polipeptida. Tempat terjadinya translasi adalah ribosom, partikel-partikel kompleks

    yang memfasilitasi penautan teratur asam amino menjadi rantai polipetida. Translasi

    merupakan proses penerjemahan beberapa triplet atau kodon dari mRNA menjadi

    asam amino-asam amino yang akhirnya membentuk protein. Urutan basa nitrogen

    yang berbeda pada setiap triplet, akan diterjemahkan menjadi asam amino yang

    berbeda. Misalnya, asam amino fenilalanin diterjemahkan dari triplet UUU (terdiri

    dari 3 basa urasil), asam amino triptofan (UGG), asam amino glisin (GGC), dan asam

    amino serin UCA. Sebanyak 20 macam asam amino yang diperlukan untuk

    pembentukan protein merupakan hasil terjemahan triplet dari mRNA. Selanjutnya,

  • 16

    dari beberapa asam amino (puluhan, ratusan, atau ribuan) tersebut dihasilkan rantai

    polipeptida spesifik dan akan membentuk protein spesifik pula. (Watson, 2008)

    Langkah-langkah pada proses translasi adalah sebagai berikut:

    1) Inisiasi Translasi

    Gambar 6. Tahapan Inisiasi Translasi

    Ribosom sub unit kecil mengikatkan diri pada mRNA yang telah membawa

    sandi bagi asam amino yang akan dibuat, serta mengikat pada bagian inisiator tRNA.

    Selanjutnya, molekul besar ribosom juga ikut terikat bersama ketiga molekul tersebut

    membentuk kompleks inisiasi. Molekul-molekul tRNA mengikat dan memindahkan

    asam amino dari sitoplasma menuju ribosom dengan menggunakan energi GTP dan

    enzim. Bagian ujung tRNA yang satu membawa antikodon, berupa triplet basa

    nitrogen. Sementara, ujung yang lain membawa satu jenis asam amino dari

    sitoplasma. Kemudian, asam amino tertentu tersebut diaktifkan oleh tRNA tertentu

    pula dengan menghubungkan antikodon dan kodon (pengode asam amino) pada

    mRNA. Kodon pemula pada proses translasi adalah AUG, yang akan mengkode

    pembentukan asam amino metionin. Oleh karena itu, antikodon tRNA yang akan

    berpasangan dengan kodon pemula adalah UAC. tRNA tersebut membawa asam

    amino metionin pada sisi pembawa asam aminonya (Watson, 2008).

  • 17

    2) Elongasi

    Gambar 7. Tahap elongasi translasi

    Tahap pengaktifan asam amino terjadi kodon demi kodon sehingga dihasilkan

    asam amino satu demi satu. Asam-asam amino yang telah diaktifkan oleh kerja tRNA

    sebelumnya, dihubungkan melalui ikatan peptida membentuk polipeptida pada ujung

    tRNA pembawa asam amino. Misalnya, tRNA membawa asam amino fenilalanin,

    maka anticodon berupa AAA kemudian berhubungan dengan kodon mRNA UUU.

    Fenilalanin tersebut dihubungkan dengan metionin membentuk peptida. Melalui

    proses elongasi, rantai polipeptida yang sedang tumbuh tersebut semakin panjang

    akibat penambahan asam amino. (Campbell, 2002)

  • 18

    3) Terminasi

    Proses translasi berhenti setelah antikodon yang dibawa tRNA bertemu

    dengan kodon UAA, UAG, atau UGA. Dengan demikian, rantai polipeptida yang

    telah terbentuk akan dilepaskan dari ribosom dan diolah membentuk protein

    fungsional (Watson, 2008).

    Gambar 8. Proses terminasi translasi

    2.5 Perbedaan proses transkripsi dan translasi pada prokariotik Dan eukariotik

    Mekanisme dasar transkripsi dan translasi mirip pada prokariotik dan

    eukariotik, namun ada perbedaan penting dalam aliran informasi genetik pada sel-sel.

    Karena sel prokariotik tidak memiliki nukleus, DNAnya tidak disegregasi dari

    ribosom dan peralatan penyintesis protein lain. Ketiadaan segregasi ini

    memungkinkan translasi mRNA dimulai saat transkripsi masih berlangsung.

    Sebaliknya, dalam sel eukariotik, selaput nukleus memisahkan tempat dan waktu

    berlangsungnya transkripsi dan translasi. Transkripsi terjadi di dalam nukleus, dan

    mRNA ditranspor ke sitoplasma, tempat translasi terjadi. Namun sebelum bisa

    meninggalkan nukleus, transkrip RNA eukariotik dari gen pengode protein

    dimodifikasi dalam berbagai cara untuk menghasilkan mRNA akhir yang fungsional.

  • 19

    Transkripsi gen eukariotik pengode protein menghasilkan pre-mRNA, dan

    pemrosesan lebih lanjut menghasilkan mRNA akhir. Awal transkrip RNA dari gen

    apapun, termasuk yang mengodekan RNA yang tidak ditranslasi menjadi protein,

    secara umum disebut transkrip primer (primary transcript) (Campbell, 2002).

    Gambar 9. Proses sintesis protein pada prokariota

  • 20

    Gambar 10. Daerah regulasi gen, exon, intron, dan signal akhir proses Transkripsi dari gen prokariota

    dan eukaryota

  • 21

    Gambar 11. Synthesis Protein pathway (Kromosom, Gen, DNA, Synthesis Protein Dan

    Regulasi. 2006)

  • 22

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Di zaman yang modern ini, perkembangan dari segi kesehatan tergolong

    maju, dari pengolahan bahan obat sampai kemajuan segi obat-obatan yang terbuat

    dari alam, sintetik, maupun semisintetik. Adapula obat-obatan yang mekanismenya

    menggunakan kerja translasi sel pada tubuh manusia . Cara kerja obat bermacam-

    macam ada yang bekerja pada system transport zat, sintesis protein (translasi),

    sintesis protein (transkripsi), pada system replikasi, dan ada pula yang bekerja pada

    system sitoskleton. Pengaruh pada proses translasi adalah yang dibahas. Translasi

    merupakan proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA

    menjadi rangkaian asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein. RNA

    yang ditranslasi adalah mRNA, sedangkan tRNA dan rRNA tidak ditranslasi.

    Banyaknya obat yang bekerja pada system translasi ini membuat suatu

    mekanisme kerja obat yang berbeda-beda sehingga menghasilkan efek yang berbeda-

    beda pula, hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh obat seperti halnya entromisin,

    streptomisin, puromisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.

    1. ENTROMISIN

    Entromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal

    berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut lebih baik

    dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam,

    kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro

    paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral entromisin yang disimpan pada

    suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada

    suhu 5 biasanya tahan sampai beberapa minggu. Eritromisin dimetabolisme secara

    ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya

    dengan sistemsitokrom P-450. Entromisin menghambat sintesis protein yang

    tergantung RNA. Pada sub unit ribosom 50 S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi

    dan translokasi. Terdapat bukti yang menggambarkan bahwa eritromisin dapat paling

  • 23

    sedikit sebagian menempati suatu tempat pengikatan bersama-sama dengan

    klindamisin. Resistensi terhadap entromisin dapat terjadi oleh mekanisme berikut ini :

    Ketidakmampuan antibiotika untuk menembus mikroba.

    Perubahan tempat reseptor pada ribosom 50 S.

    Metilasi adenin.

    2. STREPTOMISIN

    Streptomisin yang merupakan antibakteri kelompok aminoglikosida mengikat

    protein S12 pada subunit kecil ribosom, sehingga menyebabkan ribosom salah

    menterjemahkan urutan nukleotida mRNA. Pada konsentrasi rendah, streptomisin

    salah menterjemahkan pirimidin (C dan U) di posisi pertama dan kedua dari kodon

    mRNA (sehingga C dapat keliru untuk U atau U untuk C), dan salah membaca dari

    pirimidin untuk A di posisi pertama. Hal ini menyebabkan kesalahan yang konsisten

    dalam sintesis protein yang menghasilkan pertumbuhan lambat (tapi bukan kematian)

    dari sel rentan streptomisin. Dalam konsentrasi tinggi, streptomisin sepenuhnya

    menghambat inisiasi sintesis protein, yang mengakibatkan kematian sel.Sekarang

    streptomisin jarang digunakan kecuali untuk mengobati tuberculosis. Aminoglikosida

    lainnya tidak hanya mengikat protein S12 ribosom 30S, tetapi juga mengikat protein

    L6 ribosom 50S. L6 adalah salah satu protein yang paling dilestarikan dan hadir

    dalam ribosom dari semua organisme pada atau dekat lokasi elongation-factor

    binding site

    Aminoglikosida, sebagai contoh streptomisin, menambahkan aminoglikan pada

    reseptor protein spesifik pada subunit 30S mikrobia, kemudian aminoglikosida

    memblokir aktivitas normal pembentukan peptida, dan terakhir pesan mRNA salah

    dibaca pada daerah pengenalan ribosom sehingga pada akhirnya dihasilkan protein

    nonfungsional.

  • 24

    Gambar 12. Inhibisi RNA ribosom 30 S

    3. PUROMISIN

    Proses pemanjangan polipeptida dihambat oleh puromisin, mempunyai

    struktur yang mirip dengan suatu aminoasil-tRNA sehingga dapat melekat pada sisi A

    ribosom. Jika puromisin melekat pada sisi A, maka selanjutnya dapat membantuk

    ikatan peptida dengan peptida yang ada pada sisi P dan menhasilkan peptidil

    puromisin. Peptidil puromisin tidak dapat

    melekat kuat pada ribosom sehingga akhirnya terlepas. Hal ini menyebabkan

    terjadinya terminasi translasi secara prematur. Mekanisme inilah yang menyebabkan

    puromisin dapat membunuh bakteri dan sel lainnya.

    4. TETRASIKLIN

    Tetrasiklin erikatan dengan subunit ribosom 30 S bakteri dan mencegah

    aminoasil-tRNA berikatan dengan tempat A pada ribosom. Efek obat ini bersifat

    reversible, sehingga apabila obat dikeluarkan bakteri dapat memulihkan sintesis

    protein dan pertumbuhannya, sehingga infeksi kembali bangkit. Selain itu tetrasiklin

    kurang baik untuk diserap oleh usus dan kosentrasinya dapat meningkat di sisi usus

    sehingga terjadi perubahan flora saluran cerna, karena obat ini telah lama digunakan

  • 25

    untuk mengobati infeksi pada manusia, dan sebagai bahan tambahan dalam makanan

    hewan , untuk mencegah infeksi pada hewan. Manusia telah sering menggunakan

    tetrasiklin sehingga timbul galur bakteri yang resisten terhadap tetrasiklin.

    5. KLORAMFENIKOL

    Kloramfenikol berikatan dengan subunit ribosom 50 S bakteri dan mencegah

    pengikatan pada asam amino pada aminoasil-tRNA, sehingga kerja

    peptidiltransferase terhambat secara efektif. Antibiotic ini hanya digunakan untuk

    infeksi tertentu yang sangat serius, misalnya meningitis dan deman tiroid.

    Kloramfenikol mudah masuk ke dalam mitokondria manusia tempat obat itu

    menghambat sintesis protein. Pada penderita yang diobati oleh Kloramfenikol , sel

    susmsum tulang dapat gagal berkembang, dan penggunaan antibiotic ini telah

    dikaitkan dengan timbulnya diskrasia darah yang fatal, termasuk anemia aplastik.

    Antibiotik yang efektif secara klinis

    Antibiotik yang efektif secara klinis adalah yang menunjukkan toksisitas

    selektif. Maksud toksisitas selektif adalah antibiotik yang berbahaya bagi parasit

    namun tidak berbahaya bagi inangnya. Toksisitas selektif terjadi karena obat-obatan

    antibiotik mengganggu proses atau struktur bakterial yang tidak ada pada sel

    mamalia. Sebagai contoh, beberapa agen antibiotik bekerja pada sintesis dinding sel

    bakteri, dan yang lainnya mengganggu fungsi ribosom 70 S pada bakteri tapi tidak

    pada ribosom eukariotik 80 S.

    Kebanyakan inhibitor translasi protein atau sintesis protein bereaksi dengan

    kompleks ribosom-mRNA. Walaupun sel manusia juga memiliki ribosom, ribosom

    pada eukariotik berbeda dalam ukuran dan struktur dari ribosom prokariotik.

    Konsekuensi yang potensial terjadi dari penggunaan antimikrobia ini adalah

    kerusakan ribosom mitokondria eukariotik yang mengandung ribosom yang sejenis

    dengan prokariotik. Dua target pada ribosom yang dapat diganggu adalah subunit 30S

    dan subunit 50S. Aminoglikosida, sebagai contoh streptomisin, menambahkan

    aminoglikan pada reseptor protein spesifik pada subunit 30S mikrobia, kemudian

  • 26

    aminoglikosida memblokir aktivitas normal pembentukan peptida, dan terakhir pesan

    mRNA salah dibaca pada daerah pengenalan ribosom sehingga pada akhirnya

    dihasilkan protein nonfungsional. Tetrasiklin merintangi penempelan tRNA pada

    situs penerimaan A dan secara efektif menghentikan sintesis lebih jauh. Antibiotik

    lain menempel pada subunit 50S dan mencegah pembentukan ikatan peptida dengan

    menghambat enzim peptidil transferase.

    Selain itu, gangguan sintesis asam nukleat juga dapat disebabkan oleh inhibitor

    kompetitif, sebagai contoh sulfonamide dan trimetoprim. Sulfonamide adalah struktur

    yang analog dengan asam p-aminobenzoat (PABA) yang merupakan metabolit

    penting dalam pembentukan asam folat. Sulfonamide masuk ke dalam reaksi dimana

    terdapat PABA dan bersaing pada sasaran enzim yang aktif. Sebagai hasilnya,

    dibentuk asam folat analog yang nonfungsional, sehingga pertumbuhan bakteri

    tertekan. Trimetoprim memiliki struktur yang analog dengan bagian pteridine pada

    molekul asam folat. Trimetoprim secara selektif menghambat aktivitas dihidrofolat

    reduktase bakteri, yang mengkatalisis perubahan folat pada bentuk koenzim yang

    kurang aktif.

  • 27

    BAB IV

    RINGKASAN

    - Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima

    ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam

    amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida.

    - Protein berdasarkan bentuknya dibagi menjadi protein globular, dan protein

    serabut, sementara berdasarkan strukturnya dibagi menjadi struktur primer,

    sekunder, tersier, dan kuartener.

    - Ada berbagai macam fungsi protein, yaitu sebagai biokatalisator, protein

    transport, pengatur pergerakan, penunjang mekanis, pertahanan tubuh dalam

    bentuk antibodi, media perambatan impuls saraf, dan pengendalian

    pertumbuhan.

    - RNA (Ribosa Nucleat Acid) adalah asam nukleat yang terbentuk dari proses

    penterjemahan rantai sense DNA, memiliki struktur rantai yang lebih pendek

    daripada DNA karena hanya memuat 3 kode triplet pada tiap rangkaian

    rantainya. Pasangan basa pada rantai RNA yaitu Basa purin (Adenin dan

    Guanin) dan basa pirimidin (Urasil dan Sitosin).

    - Kodon (kode genetik) adalah urutan nukloetida yang terdiri dari 3 nukloetida

    berurutan sehingga sering disebut sebagai triplet codon yang menyandi suatu

    asam amino tertentu.

    - Sintesis protein atau pembentukan protein memerlukan adanya molekul RNA

    yang merupakan materi genetik di dalam kromosom, serta DNA sebagai

    pembawa sifat keturunan.

    - Proses sintesis protein terbagi atas transkripsi dan translasi. Transkripsi adalah

    sintesis RNA dibawah arahan DNA. Kedua asam nukleat menggunakan

    bahasa yang sama, dan informasi hanya ditranskripsi, atau disalin, dari satu

    molekul menjadi molekul lain. Transkripsi menghasilkan 3 macam RNA yaitu

    mRNA, tRNA, dan rRNA. mRNA (messenger RNA) fungsinya membawa

    informasi DNA dari inti sel ke ribosom. tRNA (RNA transfer) fungsinya

  • 28

    mengenali kodon dan menerjemahkan menjadi asam amino di ribosom. rRNA

    (RNA Ribosom) fungsinya sebagai tempat pembentukan protein. Transkripsi

    meliputi 3 tahapan, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.

    - Translasi adalah sintesis polipeptida yang terjadi dibawah arahan mRNA.

    Selama tahap ini terjadi perubahan bahasa. Sel harus menerjemahkan alias

    menstranslasikan sekuens basa molekul mRNA menjadi sekuens asam amino

    polipeptida. Langkah-langkah pada proses translasi meliputi inisiasi translasi,

    elongasi, dan terminasi.

    - Adapula obat-obatan yang mekanismenya menggunakan kerja translasi sel

    pada tubuh manusia. Salah satunya adalah mempengaruhi proses translasi

    RNA. Banyaknya obat yang bekerja pada system translasi ini membuat suatu

    mekanisme kerja obat yang berbeda-beda sehingga menghasilkan efek yang

    berbeda-beda pula.

    - Entromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Entromisin

    menghambat sintesis protein yang tergantung RNA. Pada sub unit ribosom 50

    S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi dan translokasi.

    - Streptomisin yang merupakan antibakteri kelompok aminoglikosida mengikat

    protein S12 pada subunit kecil ribosom, sehingga menyebabkan ribosom salah

    menterjemahkan urutan nukleotida mRNA.

    - Puromisin menghambat proses pemanjangan polipeptida, mempunyai struktur

    yang mirip dengan suatu aminoasil-tRNA sehingga dapat melekat pada sisi A

    ribosom.

    - Tetrasiklin erikatan dengan subunit ribosom 30 S bakteri dan mencegah

    aminoasil-tRNA berikatan dengan tempat A pada ribosom.

    - Kloramfenikol berikatan dengan subunit ribosom 50 S bakteri dan mencegah

    pengikatan pada asam amino pada aminoasil-tRNA, sehingga kerja

    peptidiltransferase terhambat secara efektif.

    - Antibiotik yang efektif secara klinis adalah yang menunjukkan toksisitas

    selektif. Maksud toksisitas selektif adalah antibiotik yang berbahaya bagi

    parasit namun tidak berbahaya bagi inangnya. Toksisitas selektif terjadi

  • 29

    karena obat-obatan antibiotik mengganggu proses atau struktur bakterial yang

    tidak ada pada sel mamalia. Sebagai contoh, beberapa agen antibiotik bekerja

    pada sintesis dinding sel bakteri, dan yang lainnya mengganggu fungsi

    ribosom 70 S pada bakteri tapi tidak pada ribosom eukariotik 80 S.

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier, S.2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitcherll, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa Lestari, R. et

    al. Erlangga. Jakarta.

    Fatchiyah, Estri Laras Arumingtyas. 2006. Kromosom, gen,DNA, synthesis protein

    dan regulasi. Malang

    Funatsu G, Wittmann HG. 1972. Journal of Molecular Biology. 68(3):547-50.

    Murray, RK. Granner, DK. Victor W. Radwell. 2009.Biokimia Harper Edisi

    27.Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran (EGC)

    Sloane, E.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran (EGC)

    Stelzl Ulrich, Christian M. T. Spahn, and Knud H. Nierhaus. 2000. Selecting rRNA

    binding sites for the ribosomal proteins L4 and L6 from randomly fragmented

    rRNA: Application of a method called SERF . Paris : Institute of Physico-

    Chemical Biology

    Watson, J.D., T.A. Baker, S.P. Bell, A. Gann, M.Levine, R.Losick. 2008. Molecular

    Biology of The Gene. Person Education, Inc, San Francisco.

    Wikipedia.2012.Srtreptomycin. (http://en.wikipedia.org/wiki/Streptomycins Diakses

    pada tanggal 12 Desember 2013)

    Wikipedia.2012.Translasi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Translasi_%28genetik%29

    Diakses pada tanggal 12 Desember 2013)

    Yuwono,Triwibowo. 2010 . Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga