Upload
firdha-aulia-noor-fadilah
View
33
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan
berbagai ragam bahasa daerah yang dimiliki memerlukan adanya satu bahasa
persatuan untuk menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini
sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari Indonesia.
Kesadaran inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa
persatuan, bahasa indonesia yang dapat menjembatani keinginan pemuda dari
berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu.
Dalam ilmu linguistik (ilmu yang mempelajari bahasa) yang dimaksud
dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh
para anggota kelompok masyarakat tertentu untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Pengertian bahasa dapat dipahami dari dua segi, yaitu dari segi
bentuknya (struktur luarnya) dan dari segi fungsinya. Dari segi bentuknya,
bahasa dapat dikatakan sebagai sistem lambang bunyi yang mengadung arti
dan dihasilkan oleh selaput suara manusia. Dari segi fungsinya, bahasa adalah
alat memahami pikiran dan perasaan, berpikir dan berasa, serta menyatakan
pikiran dan perasaan. Pikiran, perasaan, dan bahasa berkaitan erat dan saling
mempengaruhi ini sangat perlu diperhatikan dalam memahami hakekat
bahasa dari segi fungsinya.
Definisi bahasa dari segi fungsinya menyatakan bahwa bahasa
mempunyai tiga fungsi hakekat, yaitu:
1. Alat memahami pikiran manusia
2. Alat berpikir dan berasa
3. Alat menyatakan pikiran dan perasaan
1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Memahami definisi bahasa Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya bahasa Indonesia.
3. Memahami Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri dan Sifat Bahasa
Beberapa ciri atau sifat dari bahasa antara lain
1. Bahasa sebagai Sistem
Kata sistem bermakna cara atau aturan, dalam kaitan dengan keilmuan,
sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem,
bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa
tersusun menurut pola, tidak tersusun secara acak. Sedangkan sistemis,
artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari
sub-subsistem atau sistem bawahan.
2. Bahasa sebagai Lambang
Dalam ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, dibedakan beberapa
jenis tanda, yaitu tanda (sign), lambang (symbol), sinyal (signal), gejala
(simptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang atau
symbol tidak bersifat langsung atau alamiah. lambang menandai sesuatu
yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. karena
itu lambang sering disebut bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah
tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang
dengan yang dilambangkannya. Bahasa adalah suatu sistem lambang
dalam wujud bunyi bahasa, bukan dalam wujud lain.
3. Bahasa adalah Bunyi
Sistem bahasa itu bisa berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi.
Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983: 27) bunyi adalah kesan dari
3
pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi
karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Yang dimaksud bunyi
pada bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk
bunyi bahasa. Tetapi, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak, bersin, batuk-batuk, dan
sebagainya.
4. Bahasa itu Bermakna
Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi. yang dilambangkan
itu adalah suatu pengertian, konsep, ide, atau pikiran yang ingin
disampaikan dalam wujud bunyi. Karena lambang-lambang itu mengacu
pada suatu konsep, idea tau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa
itu mempunyai makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan
yang tidak mempunyai makna dapat dikatakan bukan bahasa.
5. Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka. yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu)
dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
6. Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep
tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat
bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan
untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
4
7. Bahasa itu Produktif
Arti produktif adalah banyak hasilnya, atau terus menerus menghasilkan.
Jika bahasa dikatakan produktif, artinya meskipun unsur-unsur itu
terbatas, tapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas tersebut dapat
dibuat satuan-satuan bahawa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara
relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya
dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Besar Huruf Bahasa
Indonesiakosa kata yang jumlahnya kurang lebih 60.000 buah, kita dapat
membuat kalimat bahasa Indonesia yang jumlahnya bisa sampai jutaan,
termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah dibuat orang lain.
8. Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh
yang lain. Bahasa dikatakan unik yang artinya setiap bahasa memiliki ciri
khas yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Salah satu keunikan bahasa
Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan
sintaksis, artinya jika kita memberi tekanan pada kata dalam kalimat
maka makna kata itu tetap.
9. Bahasa itu Universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia. Ciri-ciri
yang universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa
dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat bahasa lain. Karena bahasa itu
berupa ucapan, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah
bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan
konsonan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa
mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna. Namun, bagaimana
satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu
bersifat khas, maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri
5
itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu golongan
bahasa, maka ciri tersebut menjadi universal.
10. Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu
sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterkaitan
bahasa itu dengan manusia, dalam kehidupan bermasyarakat kegiatan
manusia tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi
ikut berubah, menjadi tidak tetap dan tidak statis. Karena itulah bahasa
itu disebut dinamis.
11. Bahasa itu Bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang
berbeda. Anggota masyarakat bahasa itu ada yang berpendidikan dan ada
juga yang tidak, ada yang tinggal di kota dan ada yang tinggal di desa,
ada orang dewasa dan ada anak-anak. Oleh karena latar belakang dan
lingkungannya tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi
bervariasi dan beragam.
12. Bahasa itu Manusiawi
Bahasa bersifat manusiawi, artinya hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas.
Walaupun ada binatang yang dapat mengerti dan memahami bahasa
manusia adalah berkat latihan yang diberikan kepadanya.
6
B. Definisi Bahasa Indonesia Menurut Ahli
1. Prof. Dr. A. Teeuw
Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh
dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah
bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada abad XX diangkat dan
dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan.
2. Amin Singgih
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta
digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia sehingga bebas dari unsur-
unsur bahasa daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan. Dengan
kata lain bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah menyatu
dengan bahasa suku-suku bangsa yang ada di kepulauan nusantara.
3. Prof. Dr. R.M. Ng. Purbatjaraka
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah
menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca di seluruh Asia Tenggara.
Jadi, bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang telah menyatu
dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang berkembang di Indonesia.
Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut :
a. Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
b. Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, kerena telah
dikenal dan digunakan sebagai bahasa pergaulan.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, maksudnya tidak membeda-bedakan
tingkatan dalam pemakaian sehingga meniadakan sifat feodal dan
memudahkan orang mempelajarinya.
d. Bahasa Melayu bersifat reseptif, artinya mudah menerima masukan dari
bahasa daerah lain dan bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan
bahasa Indonesia di masa mendatang.
7
C. Sejarah Bahasa Indonesia
1. Sebelum Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Pada zaman sebelum
kemerdekaan, bahasa melayu ini telah digunakan masyarakat sebagai alat
perhubungan atau disebut lingua franca di seluruh nusantara bahkan di
wilayah Asia Tenggara. Bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia
juga menggunakan bahasa melayu untuk berkomunikasi dengan
masyarakat di Indonesia.
Bukti dari digunakannya bahasa melayu sejak dulu adalah dengan
adanya beberapa prasasti yang menggunakan bahasa Melayu kuno, seperti
Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Talang Tuo (684 M) di Palembang,
Prasasti Kota kapur (686 M) di Bangka, dan Prasasti Karang Birahi (688
M) di dekat Sungai Musi. Prasasti tersebut merupakan prasasti
peninggalan kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa
Melayu kuno telah digunakan oleh masyarakat di zaman Kerajaan
Sriwijaya. Selain itu, di Pulau Jawa juga ditemukan prasasti berbahasa
Melayu Kuno seperti Prasasti Gandasuli (832 M) dan Prasasti Bogor (942
M). hal ini membuktikan bahwa bahasa Melayu kuno tidak hanya
digunakan di Sumatera tetapi juga digunakan di Jawa.
Beberapa hal bersejarah mengenai Bahasa Indonesia sebelum
kemerdekaan :
a. Pada zaman kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu berfungsi sebagai
bahasa kebudayaan, bahasa perhubungan, bahasa perdagangan serta
bahasa kerajaan.
b. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai
perhubungan masyarakat Indonesia. Pada masa ini, banyak surat kabar
yang diterbitkan dan ditulis dengan bahasa Melayu.
c. Pada tanggal 28 Oktober 1928 saat diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu telah diubah namanya menjadi Bahasa Indonesia oleh seluruh
pemuda di tanah air. Sehingga saat itu, bahasa Indonesia telah resmi
diakui sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional.
8
d. Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah melarang menggunakan
bahasa Belanda. Sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan di bidang
politik maupun pemerintahan. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa
pengantar dalam lembaga pendidikan dan pengembangan IPTEK.
Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan
perkembangan bahasa Melayu di Indonesia sebelum kemerdekaan, antara
lain :
a. Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Van Ophujisen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad taib
Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
b. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit
buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Pada tahun 1917 badan ini diubah menjadi
balai Pustaka. Badan ini menerbitkan novel seperti Siti Nurbaya dan
Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan.
c. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek kajo menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Hal ini merupakan pidato pertama
menggunakan bahasa Indonesia dalam siding Volksraad.
d. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin
mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia
yang kemudian disebut bahasa Indonesia.
e. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
f. Pada tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia.
g. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
9
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
2. Sesudah Kemerdekaan
Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan UUD
1945 yang pada pasal 36 berbunyi “ Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia”. Dengan demikian, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi
bahasa resmi Negara sehingga dalam semua urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan, kenegaraan, pendidikan mengguanakan bahasa Indonesia.
Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan
perkembangan bahasa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia, antara lain :
a. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-Undang Dasar
1945 yang pada pasal 36 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara.
b. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijisen yang berlaku
sebelumnya.
c. Tanggal 28 Oktober sampai tanggal 02 November 1954
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini
merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa Negara.
d. Tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan siding DPR yang dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
e. Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
10
Disempurkanan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
f. Tanggal 28 Oktober sampai 02 November 1978 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam
rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuahn, dan perkembanganbahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia.
g. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Dalam putusannya disebutkan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih
ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam GBHN, yang
mewajibkan semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat tercapai semaksimal
mungkin.
h. Tanggal 28 Oktober sampai 3 November 1988 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini ditandatangani
dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
i. Tanggal 28 Oktober samapai 2 November 1993 diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres mengusulkan agar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
j. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
11
D. Fungsi Bahasa
1. Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi
Indikator kemampuan berbahasa Indonesia yang komunikatif mencakup :
a. Kemampuan organisasional yang terdiri atas kemampuan gramatikal
(kosakata, dialek/ragam, morfologi, sintaksis, fonologi/grafologi) dan
kemampuan tekstual (retorika dan kohesi).
b. Kemampuan pragmatik yang terdiri atas kemampuan ilokusionari
(fungsi ideasional, manipulatif, heuristik, imajinatif) dan kemampuan
sosiolinguistik (kepekaan pada dialek/ragam, kewajaran, register, dan
kiasan).
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan,
tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya komunikasi
ilmiah, bisnis, kerja, sosial, dan budaya. Untuk itu, pemakai bahasa
komunikatif memerlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan
berbagai ragam bahasa yang dapat mendukung pengembangan
pengetahuan, keterampilan, pemikiran, dan sikap yang akan
dikomunikasikan.
2. Bahasa Sebagai Sarana Integrasi dan Adaptasi
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara merupakan fungsi integratif. Indikator kedudukannya sebagai
bahasa nasional yaitu :
a. Lambang nasional yang dapat memberikan kebanggaan jati diri
pemakainya sebagai bangsa Indonesia.
b. Lambang identitas nasional yang dapat dikenali oleh masyarakat
pemakai dan diluar pemakainya.
c. Alat pemersatu penduduk antarpulau di seluruh wilayah Indonesia.
d. Alat komunikasi antardaerah dan antarbudaya.
12
Indikator kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
berfungsi sebagai :
a. Bahasa dalam kegiatan resmi kenegaraan.
b. Bahasa pengantar di sekolah.
c. Alat komunikasi pada tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan.
d. Alat pengembang budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dengan bahasa, manusia dapat menyatakan hidup bersama dalam
suatu ikatan. Misalnya integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas
karyawan dalam sebuah departemen, integritas kerja sama dalam bidang
bisnis, integritas berbangsa dan bernegara, dan lainnya. Bahkan bahasa
menimbulkan suatu kekuatan yang merupakan sinergi dengan kekuatan
orang lain dalam integritas tersebut. Kemampuan berintegritas dan
beradaptasi dibangun melalui aturan verbal (dan nonverbal dalam bentuk
simbol), yaitu bahasa.
3. Bahasa Sebagai Sarana Kontrol Sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling
memahami. Masing-masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol-
simbol lain yang menunjukkan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat
diwujudkan dalam bentuk aturan, anggaran dasar, undang-undang, dan
lainnya. Dalam kegiatan harian dapat berbentuk komunikasi timbal balik,
baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, dapat pula saling memberi
saran, kritik, nasihat, petunjuk atau sekedar bertegur-sapa.
4. Bahasa Sebagai Sarana Memahami Diri
Dalam membangun karakter, seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Setiap orang harus dapat
menyebutkan potensi dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasannya,
13
kemampuan intelektualnya, kemauannya, temperamennya, dan
sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi,
intelegensi, kecerdasan, psikis, dan psikososial. Dari pemahaman atas
dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan
mengembangkan potensi serta kemampuannya menciptakan kreativitas
baru.
5. Bahasa Sebagai Sarana Ekspresi Diri
Bahasa sebagai ekspresi (pengungkapan) diri atas pemahaman
dirinya dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai tingkat
yang kompleks. Ekspresi sederhana seperti untuk menyatakan
kekecewaan, rasa cinta, dan kesedihan. Tingkat ekspresi diri yang
kompleks dapat berupa pernyataan mengerjakan proyek-proyek besar
dalam bentuk proposal yang sulit, menulis laporan (formal, artikel, teknis,
praktikum), menulis publikasi dalam media elektronik, dan sebagainya.
6. Bahasa Sebagai Sarana Memahami Orang Lain
Untuk menjamin efektivitas komunikasi, seseorang perlu memahami
orang lain. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakai bahasa dapat
mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya seperti potensi
biologis, intelektual, emosional, karakter, paradigma, pemikiran, tipologi
dasar temperamennya, bakat, kreativitas, kemampuan inovasi, dan
motivasi. Melalui pemahaman orang lain yang dihadapinya, seseorang
akan memperoleh wawasan yang luas dalam berbagai tingkat pergaulan,
dalam penulisan cerita, dan kemampuan berpikir sinergis dengan
memadukan pengalaman orang lain bersamaan dengan potensi dirinya
sehingga menghasilkan kreativitas baru.
7. Bahasa Sebagai Sarana Mengamati Lingkungan Sekitar
Manusia merupakan bagian dari lingkungan sekitar, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam. Bahasa sebagai alat untuk mengamati
14
masalah atau lingkungan sekitar harus diupayakan kepastian konsep,
kepastian makna, dan kepastian proses berpikir sehingga dapat
mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Keberhasilan
seseorang menggunakan kecerdasannya ditentukan oleh kemampuannya
memanfaatkan situasi lingkungannya.
8. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Logis
Kemampuan berpikir logis memungkinkan seseorang dapat berpikir
induktif, deduktif, sebab-akibat,atau kronologis, sehingga dapat menyusun
konsep atau pemikiran secara jelas, runtut, dan konseptual. Melalui proses
berpikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus
dilakukan. Proses berpikir logis merupakan hal yang abstrak. Untuk itu
diperlukan bahasa yang efektif dan sistematis dengan ketepatan makna,
sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi
konkret.
9. Bahasa Membangun Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan memanfaatkan, potensi,
pengalaman, pengetahuan, dan situasi sehingga menghasilkan kreatifitas
baru yang menguntungkan dirinya maupun masyarakat. Kecerdasan
berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi
bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraph, wacana argumentasi,
narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan
menggunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan
kreativitas baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
Dalam kajian bahasa, indikator kecerdasan seseorang dapat diamati
pada:
a. Peningkatan kemampuan menyusun berbagai deskripsi, analisis,
argumentasi, persuasi, dan narasi yang berlangsung secara konstituen
dan maju berkelanjutan.
15
b. Peningkatan menggunakan kata, frasa, dan klausa dalam menyusun
kalimat.
c. Peningkatan kemampuan menggunakan unsur-unsur kalimat.
d. Peningkatan kemampuan membuat kalimat efektif.
e. Peningkatan kemampuan membuat paragraf.
f. Peningkatan kemampuan menyusun karangan ilmiah secara logis dan
sistematis.
g. Peningkatan kemampuan membaca secara kritis, analisis, sintesis, dan
sinergis sehingga dapat menciptakan kreativitas baru.
h. Peningkatan kemampuan menulis naskah yang dapat diterima oleh
orang lain berdasarkan kaidah yang berlaku.
i. Pengaplikasian lebih lanjut dapat menulis karangan yang berkualitas,
proposal yang rumit dan sulit, laporan berkualifikasi nasional yang baik
dan benar, dan sebagainya.
j. Bahasa Mengembangkan Kecerdasan Ganda
Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan
mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki
kecerdasan yang produktif. Ini berarti, bahwa orang itu memiliki
kecerdasan ganda. Sebaliknya, beberapa kecerdasan yang dimiliki itu
dapat terkonsentrasi secara sinergis ke dalam satu keahlian.
10. Bahasa Membangun Karakter
Kecerdasan merupakan bagian dari karakter manusia. Kemampuan
berbahasa yang efektif, logis, sistematis, lugas, jelas dan mudah dipahami
merupakan refleksi kecerdasan. Kecerdasan berbahasa memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan
kecerdasan bahasanya, orang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan
potensi diri. Kecerdasan linguistik yang didukung kecerdasan lain
memungkinkan seseorang menjadi lebih potensial dalam memilih dan
mengembangkan profesinya. Kecerdasan bahasa yang dikembangkan dan
16
didukung kecerdasan lain secara sinergis memungkinkan seseorang
memiliki kecerdasan ganda dan orang tersebut dapat memiliki beberapa
profesi sekaligus. Hal ini merupakan indicator bahwa kecerdasan
berbahasa berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian seseorang.
11. Bahasa Mengembangkan Profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran
dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh
selama proses belajar, tetapi berakumulasi dengan pengalaman barunya.
Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier atau profesi. Puncak
pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi.
Untuk itu, kaum professional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan
keefektifan dalam berbahasa Indonesia sehingga mampu menciptakan
kreativitas baru dalam profesinya.
12. Bahasa Sarana Menciptakan Kreativitas Baru
Setiap orang memiliki bakat alam sejak lahir berupa dorongan untuk
berekspresi dan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa sebagai sarana
berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi sarana berpikir logis
yang memungkinkan pemakainya untuk mengembangkan segala
potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang
berkembang menjadi bakat intelektial melalui pendidikan. Bakat alam dan
bakat intelektual ini dapat berkembang secara sinergis untuk menghasilkan
kreativitas baru.
Seseorang akan mampu menciptakan kreativitas baru berdasarkan
potensi alam, potensi akademis, potensi social, potensi ekonomi, dan
potensi lainnya. Untuk menciptakan kreativitas baru ini, setiap mahasiswa
harus mengkaji konsep dasar secara menyeluruh dan tuntas dilanjutkan
dengan aplikasi konsep, studi kasus baik yang positif maupun negative dan
dilanjutkan dengan memikirkan solusinya, dan menciptakan kreativitas
17
baru bagi kasu spositif sebagai pengembangan dan kreativitas baru sebagai
solusi terhadapat kasus negatif.
E. Kedudukan Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan sebagaimana
dijelaskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
membuktikan bahwa pengakuan bertanah air satu, berbangsa satu
Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda menyatakan “Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertanah air satu – tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Dengan pernyataan Sumpah Pemuda tersebut menegaskan bahwa
setiap warga negara Indonesia senantiasa berkepribadian, berperilaku, dan
berbudi bahasa khas Indonesia. Dampaknya, persatuan para pemuda yang
dahulu terpisah-pisah dalam berbagai organisasi pemuda yang bersifat
kedaerahan menyatakan tekadnya yang bulat untuk bersatu sebagai
pemuda Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap
komunikasi nasional. Sampai sekarang, bahasa Indonesia efektif sebagai
bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia.
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya dalam Undang-Undang
Dasar 1945 BAB XV Pasal 36 yang berbunyi “Bahasa Negara adalah
Bahasa Indonesia”. Penegasan ini menunjukkan kedudukan dan fungsi
yang bersifat formal dalam kegiatan kenegaraan. Selain itu, bahasa
Indonesia juga digunakan sebagai bahasa nasional dalam berbagai
komunikasi yang bersifat nasional, kedinasan, dan kegiatan nasional dalam
lembaga pemerintah maupun nonpemerintah.
18
Sejak Proklamasi, setiap komunikasi formal maupun nonformal
masyarakat dan bangsa Indonesia senantiasa menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian bahasa Indonesia telah
berakar pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam suasana
keakraban. Fungsi ini berkembang menjadi simbol (lambang) nasional,
negara, semangat untuk bersatu, dan kepribadian.
Kemudian tahun 2002 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai mata
kuliah wajib bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi dalam kelompok
mata kuliah pengembang kepribadian. Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945 bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, UU No. 20 tahun
2003 dan PP No. 19 tahun 2005 menetapkan bahasa Indonesia sebagai
mata kuliah wajib di seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta. Secara
operasional, SK Dikti No. 43 tahun 2006 mengukuhkan bahasa Indonesia
sebagai Mata Kuliah Pengembang Kepribadian (MPK) dengan bobot 3
SKS. Mahasiswa dibekali keterampilan berbahasa yang secara alami
diawali dengan pemahaman fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi
dalam berbagai ragam kebahasaan untuk mewujudkan kecerdasan yang
didukung kepribadian dan moral yang tinggi.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh para
anggota kelompok masyarakat tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasi diri.
2. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang telah digunakan
masyarakat sebagai alat perhubungan. Bukti dari digunakannya bahasa
melayu sejak dulu adalah dengan adanya beberapa prasasti yang
menggunakan bahasa Melayu kuno peninggalan kerajaan Sriwijaya.
3. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang telah menyatu dengan bahasa
daerah dan bahasa asing yang berkembang di Indonesia yang digunkan oleh
masyarakat Indonesia untuk bekerja sama dan berkomunikasi.
4. Pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkan UUD 1945 BAB XV pasal 36
yang berbunyi “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Sejak saat itu
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Negara.
5. Ciri dan sifat bahasa antara lain :
a. Bahasa sebagai system
b. Bahasa sebagai lambang
c. Bahasa adalah bunyi
d. Bahasa itu bermakna
e. Bahasa itu arbitrer
f. Bahasa itu konvensional
g. Bahasa itu produktif
h. Bahasa itu unik
i. Bahasa itu universal
j. Bahasa itu dinamis
k. Bahasa itu bervariasi
20
l. Bahasa itu manusiawi
6. Fungsi Bahasa Indonesia, diantaranya:
a. Bahasa sebagai sarana komunikasi
b. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
c. Bahasa sebagai sarana control sosial
d. Bahasa sebagai sarana memahami diri
e. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
f. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
g. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
h. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
i. Bahasa membangun kecerdasan
j. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
k. Bahasa membangun karakter
l. Bahasa mengembangkan profesi
m. Bahasa sarana menciptakan kreativitas baru
7. Kedudukan Bahasa Indonesia dibagi menjadi dua yaitu :
a. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
21
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Imam Syamsul. 2012. Sejarah, Perkembangan dan Harapan Bahasa
Indonesia. http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/19/sejarah-
perkembangan-dan-harapan-bahasa-indonesia/ (diakses pada tanggal 2
Maret 2013).
Akhadiah, Sabarti, Maidar Arsad, Sakura Ridwan. 1999. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.
http://books.google.co.id/books?
id=8rt2JikaPCoC&printsec=frontcover&dq=bahasa&hl=en&sa=X&ei=Ygc
yUduuB4XKrAfu3oH4BA&redir_esc=y#v=onepage&q=bahasa&f=false
Gramedia (diakses pada hari Sabtu, 2 Maret 2013).
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
http://books.google.co.id/books?
id=krw0HDEejFMC&pg=PA7&dq=sejarah+bahasa+indonesia&hl=en&sa=
X&ei=Zw0yUdzxI4aSrgfI14EY&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah
%20bahasa%20indonesia&f=false Grasindo (diakses pada hari Sabtu, 2
Maret 2013).
Sihombing, Liberty P., et al. 1994. Bahasawan Cendekia Seuntai Karangan untuk
Anton M. Moeliono. Jakarta : PT Intermasa.
Wahyu, Asisda. 2012. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta :
Aqsamas Press.
22
23