Upload
dikdik-somantri
View
953
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TUGAS
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan
terhadap perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus
selalu dirubah atau diperbaharui. Pertama, karena adanya perubahan filosofi tentang
manusia dan pendidikan, khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik
terhadap pendidikan/pembelajaran. Kedua, karena cepatnya perkembangan ilmu dan
teknologi, sehingga subject matter yang harus disampaikan kepada peserta didik pun
semakin banyak dan berragam. Ketiga, adanya perubahan masyarakat, baik secara
sosial, politik, ekonomi, mau pun daya dukung lingkungan alam, baik pada tingkat
lokal maupun global. Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka salah satu kriteria
baik buruknya sebuah kurikulum bisa dilihat pada fleksibilitas dan adaptabilitasnya
terhadap perubahan. Selain itu juga dilihat dari segi kemampuan mengakomodasikan
isu-isu atau muatan lokal dan isu-isu global. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik untuk hidup pada zaman
mereka, serta memiliki wawasan global dan mampu berbuat sesuai dengan kebutuhan
lokal.
Muatan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya, bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi
mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan
dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
nasional, dan global.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalaha sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana tujuan kurikulum?
3. Bagaimana struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
4. Bagaimana struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013?
5. Bagaimana perbandingan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan
Kurikulum 2013?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui tujuan kurikulum.
3. Untuk mengetahui struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
4. Untuk mengetahui struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013.
5. Untuk mengetahui perbandingan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan
Kurikulum 2013
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
B. Tujuan Kurikulum
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
D. Kurikulum 2013
E. Perbandingan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Kurikulum 2013
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis Kurikulum berasal dari bahasa latin yakni curro atau
currere dan ula atau ulums yang diartikan sebagai racecorse yakni lapangan pacuan
kuda, jarak tempuh untuk lomba lari, perlombaan, pacuan balapan, peredaran, gerak
berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta balap dan lain-lain. (Prent,
1969: 211; Webster, 1989: 340). Kemudian pengertian tersebut diadopsi ke dalam
dunia pendidikan dengan istilah curriculum (bahasa Inggris) atau kurikulum (bahasa
Indonesia), sehingga istilah kurikulum dimaksudkan sebagai “sebuah jalan atau
proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu atau “sejumlah materi atau
mata pelajaran (a course of study). Maka secara terminologis kurikulum diartikan
sebagai “sejumlah materi atau mata pelajaran yang harus dikuasai” (Zais, 1976: 7;
Giroux, H.A.,et.all,1981:35).
Dalam hal ini kurikulum merupakan sesuatu yang berisikan sejumlah data
atau informasi yang dipakai sebagai petunjuk pembelajaran atau dalam bentuk buku
teks yang berisikan sejumlah materi yang diperlukan untuk dicapai dalam sebuah
rencana pembelajaran.
B. Tujuan Kurikulum
Dalam kurikulum atau pembelajaran, tujuan memegang peranan penting
karena tujuan akan mengarahkan semua kegiatan pembelajaran dan memberi warna
setiap komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua
hal yaitu: 1) Perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. 2) Didasari
pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian filosofis, terutama filsafah Negara.
Dua hal tersebut maka secara hierarki tujuan kurikulum secara umum terbagi menjadi
empat bagian yaitu sebagai berikut.
4
5
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan
filosofis, yang merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap
usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu baik pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional formal yang bersumber dari system
pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yang
merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang
harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program disuatu lembaga pendidikan tertentu.
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang
harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu
dalam suatu lembaga pendidikan.
4. Tujuan Pembelajaran atau Intruksional
Tujuan Pembelajaran atau Intruksional merupakan tujuan yang paling khusus.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses merupakan sarat mutlak bagi
guru.
6
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari
kurikulum edisi 2004 atau lebih dikenal dengan kurikulum berbasisi kompetensi
(KBK). Dalam Pasal 1 Ayat 15 peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan dinyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing
satuan pendidikan, KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan
silabus serta rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Prinsip dan Acuan Operasional Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan oleh setiap kelompok
atau satuan pendidikan dibawah kordinasi dan super visi dinas pendidikan dan kantor
departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah dan sekolah luar biasa.
Ada beberapa prinsip dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yaitu sebagai berikut.
a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan dan Kepentingan Peserta Didik
dan Lingkungan
Untuk mendukung pencapaian tujuan pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Bergam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status
social, ekonomi dan gender.
7
c. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan.
d. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencangkup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar jenjang pendidikan.
e. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung
sepanjang hayat.
f. Seimbang Antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Selain prinsip-prinsip pengembangan sebagai mana diuraikan di atas, KTSP
juga disusun dengan memperhatikan acuan-acuan oprasional sebagai berikut:
a. Peningkatan Iman dan Taqwa Serta Akhlak Mulia
Keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadiaan peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh mungkin
semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
Peningktan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
b. Beragam dan Terpadu
Pendidikan merupak proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia
secara holistic (kaffah) yang memungkinkan potensi diri (efektif , kognitif dan
psikomotor) berkembang secara optimal sejalan dengan itu, kurikulum disusun
8
dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan
intelektual, emosional dan social, spiritual dan kinestetik peserta didik.
c. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
d. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, untuk mewujudkan pendidikan
yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
e. Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
secara didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.
f. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Pendidikan harus terus menerus melakukian adaptasi dan penyesuaian
perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan.
g. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat
beragama.
h. Dinamika Perkembangan Global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun
bangsa.
i. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum harus dapat mendorong berkembangnya wawasan dan sikap
kebangsaan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa.
j. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
9
Kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik social budaya
masyarakat setempat dan menunjang pelestarian keragaman budaya.
k. Kesetaraan Gender
Kurikulum harus diarahkan kepada terwujudnya pendidikan yang berkeadilan
dan mendukung upaya kesetaraan gender.
l. Karakteristik Satuan Pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai visi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas
suatu pendidikan.
3. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP sebagai suatu sistem memiliki empat komponen yaitu:
a. Komponen tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai kejuruannya.
b. Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertentu dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran.
1) Kelompok mata pelajran agama dan akhlak mulia.
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
10
c. Kalender pendidikan
Suatu pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan
sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagai dimuat dalam
standar is.
d. Silabus
Menurut Salim (1987) silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar,
ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran.
4. Kelebihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan
kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh
Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai
potensi keunggulan lokal.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap
paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut
ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
11
g. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah,
kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
h. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan
pekerjaan masyarakat sekitar.
i. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik
kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
j. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan
diberikan oleh lingkungan.
k. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan
tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama
menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
l. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan
potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar sekolah.
m. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
12
s. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
5. Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang
pengembangannya diserahkan kesetiap satuan pendidikan. Beragamnya kompetensi
guru diberbagai wilayah membuat implementasi kurikulum KTSP rentan terhadap
multitafsir, sehingga mutu kompetensi peserta didik sulit terstandarisasi. Karena
kemampuan dan kesiapan setiap satuan pendidikan beragam, akan timbul fenomena
copy-paste kurikulum baik pada dokumen I maupun dokumen II (Silabus dan RPP).
Hal ini menjadi budaya di kalangan pendidik. Akibatnya karena seharusnya potensi
kearifan lokal dikembangkan seiring diterapkannya kurikulum 2006 maka prosesnya
menjadi tidak sesuai dengan potensi sekolah satuan pendidikan masing-masing.
Karena kurikulum yang digunakannya mengacu pada potensi satuan pendidikan lain
dan tanpa adanya proses adaptasi terhadap kurikulum yang digunakan. Selain
kelemahan tersebut ada beberapa kelemahan lainnya, diantaranya sebagai berikut.
a. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan
profesi.
13
6. Stuktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan
kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan
dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar
yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan
Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan
dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan
diri seperti tertera pada Tabel 3. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler
untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan local
ditentukan oleh satuan pendidikan.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan ”IPA
Terpadu”dan ”IPS Terpadu”.
c. Pembelajaran pada Kelas I–III dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangkan pada Kelas IV–VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera
dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34–38 minggu.
14
Adapun muatan kurikulum SD/MI seperti ketentuan tersebut tersusun dalam
tabel berikut.
KomponenKelas dan Alokasi waktu
I II III IV-VIA. Mata Pelajaran1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 23. Bahasa Indonesia 54. Matematika 55. Ilmu Pengetahuan Alam 46. Ilmu Pengetahuan Sosial 37. Seni Budaya dan Keterampilan 48. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan4
A. Muatan Lokal9. Bahasa Jawa10. Pertanian11. Bahasa Inggris
112
B. Pengembangan Diri*12. Pramuka13. Komputer
11
Jumlah 26 27 28 27
D. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirintis untuk melanjutkan kurikulum 2004 yang mencakup
kompetensi sikap pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan
kurikulum ini merupakan bagian strategi meningkatkan pencapaian pendidikan.
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan amanat
dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 dalam pasal 35 menyatakan bahwa
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan seseuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Secara konseptual kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan
generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas
15
intelektualnya, tetapi cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan
terintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 menjadi salah satu solusi menghadapi perubahan zaman yang
kelak akan mengutamakan kompetensi yang disinergikan dengan nilai-nilai karakter.
Dalam implementasi kurikulum 2013, belajar merupakan hasil dari suatu
pengalaman. Maka dari itu, guru harus menjadi aktor dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Guru harus benar-benar siap, mulai dari menyusun perencanaan
pembelajaran, penilaian, analisis hingga tindak lanjutnya.
2. Struktur Kurikulum 2013
Adapun Struktur Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.
MATA PELAJARANALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
I II III IV V VIKelompok A1. Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 42. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 5 6 6 6 6 6
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 104. Matematika 5 6 6 6 6 6Kelompok B1. Seni Budaya dan Keterampilan
(termasuk muatan lokal) 4 4 4 6 6 6
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal)
4 4 4 4 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Integrasi konten
IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten dan
bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
16
3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif,dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element)
kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan
pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.
Organisasi vertical Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi
Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan
antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu
mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2),
pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
17
pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti
kelompok 4).
Sementara Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber
dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada
filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi
konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang
diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme.
Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di
bagian landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk
kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi
esensialisme dan perenialisme. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar
SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,
PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Prakarya, dan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta Daftar Tema dan Alokasi
Waktunya.
4. Pembelajaran Tematik Integratif
Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif
dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalamberbagai tema.
18
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga
peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif,
tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II,
dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata
pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA
dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut
pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami
konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu
berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang
kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran
tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum
secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir
selanjutnya.
5. Kelebihan Kurikulum 2013
Ada beberapa kelebihan-kelebihan dari kurikulum 2013 antara lain sebagai
berikut.
a. Siswa harus aktif dan kreaktif tak seperti kurikulum sebelumya materi di
kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan masalah. Jadi siswa untuk aktif mencari
informasi agar tidak ketinggalan materi pembelajar.
19
b. Penilaian di dapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya di
dapat dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi,
praktek, sikap dan lain-lain.
6. Kekurangan Kurikulum 2013
Ada beberapa kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kurikulum 2013
adalah sebagai berikut.
a. Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum
hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak
didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan
pemangku pendidikan.
b. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai
kapasitas yang sama.
c. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN)
masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan
sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada
dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata
pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan
pendidikan.
d. Pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar.
20
E. Perbandingan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013
Ada perbedaan mendasar dari kedua kurikulum tersebut yang disajikan dalam
tabel perbandingan yaitu sebagai berikut.
Perbandingan Kurikulum 2006 Kurikulum 2013
Kompetensi lulusan 1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter.
2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan.
3. Pengetahuan-pengetahuan lepas.
1. Berkarakter mulia.2. Keterampilan yang
relevan.3. Pengetahuan-
pengetahuan terkait.
Materi pembelajaran 1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan.
2. Beban belajar terlalu berat.
3. Terlalu luas dan kurang mendalam.
1. Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan.
2. Materi esensial.3. Sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Proses pembelajaran 1. Berpusat pada guru (teacher centered learning).
2. Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks.
3. Buku teks hanya memuat materi bahasan
1. Berpusat pada peserta didik (student centered active learning).
2. Sifat pembelajaran yang kontekstual.
3. Buku teks memuat materi dari proses pembelajaran, sistem penilaian dan kompetensi yang diharapkan.
Penilaian 1. Menekankan aspek kognitif (pengetahuan).
2. Test menjadi cara penilaian yang dominan.
1. Menekankan aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik secara proporsional.
2. Penilaian test dan portofolio saling melengkapi.
Pendidik dan tenaga kependidikan
1. Memenuhi kompetensi profesi saja.
2. Fokus pada ukuran
1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.
21
kinerja. 2. Motivasi mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dikuasai oleh peserta didik di setiap jenjang pendidikan. Dalam kurikulum 2006,
proses pengembangannnya dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan. Karena
dalam kurikulum 2006 ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada
disetiap satuan lingkungan pendidikan. Ada delapan mata pelajaran dalam struktur
kurikulum 2006 sekolah dasar yang terbagi kedalam dua bagian. Untuk kelas rendah
yaitu kelas I sampai kelas III pembelajarnnya dengan menggunakan pendekatan
tematik. Dan untuk kelas tinggi yaitu kelas IV sampai kelas VI menggunakan
pendekatan mata pelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pada ketiga aspek
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor secara proporsioanl. Secara
konseptual kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa
depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi
cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan terintegrasikannya nilai-
nilai karakter ke dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Kurikulum merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Karena
pentingnya peran kurikulum, kurikulum harus mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman tanpa mengesampingkan potensi setiap satuan pendidikan dan
juga aspek perkembangan anak. Maka dari itu, saran yang dapat kami sampaikan
melalui makalah ini adalah bahwa hakikatnya kurikulum itu harus mendukung
potensi yang dimiliki peserta didik sebagai produk generasi bangsa. Dan juga potensi
22
23
setiap daerah harus lebih diperhatikan dalam aspek pendidikannya. Sehingga akan
tercapai tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2013. Kompetensi Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Poerwati, L. E., dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.
http://gladysnereweb.blogspot.com/2013/05/kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-
2013.html?m=1.
24