41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas. Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat

Makalah Askep Solusio Plasenta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Askep Solusio Plasenta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta

adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus

uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam

plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat

nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam

masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya

perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas

solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat

pertolongan. Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati

akibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio

plasenta masih tetap menonjol.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada

plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar

melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang

berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah

sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam

keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar

diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus

berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan

15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan

sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan

makin bertambahnya usia ibu.

Page 2: Makalah Askep Solusio Plasenta

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap

klien dengan solusio plasenta

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.

Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.

Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari

solusio plasenta.

Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan

dari solusio plasenta.

Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang

dilakukan pada klien solusio plasenta

Page 3: Makalah Askep Solusio Plasenta

BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 Pengertian

Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental

haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes

diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan

perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi

tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan perdarahan

yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.

Gambar Normal dan Solutio Plasenta

2. 2 Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta

a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya

plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian

janin mudah di raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat

perdarahan hitam per vagina.

Page 4: Makalah Askep Solusio Plasenta

b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua

pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan

bagian janin sulit di raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai

IUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinan

telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.

c. Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga

bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut seperti

papan. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan

dalam ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat masuk otot rahim,

uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta perdarahan

pascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang dari

100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak.

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya

mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:

1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada

tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian

permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre

renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3

bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,

janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau

keseluruhan.

2. 3 Penyebab Solusio Plasenta

Trauma langsung Abdomen

Hipertensi ibu hamil

Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat

Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas

Tekanan pada vena kafa inferior

Preeklamsia/eklamsia

Page 5: Makalah Askep Solusio Plasenta

Tindakan Versi luar

Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak

pertama hamil ganda)

2. 4 Etiologi

Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa kondisi terkait, sebagai berikut: 

                                                                                       Ris Relatif

Faktor Risiko                                                                      (%)

 Bertambahnya usia dan paritas                                            NA

Preeklamsia                                                                      2.1-4.0

Hipertensi kronik                                                             1.8-3.0

Ketuban pecah dini                                                          2.4-3.0

Merokok                                                                          1.4-1.9

Trombofilia                                                                         NA

Pemakaian kokain                                                               NA

Riwayat solusio                                                                10-25

Leiomioma uterus                                                               NA NA = tidak tersedia

Dikutip dari Cunningham dan Hollier (1997); data risiko dari Ananth dkk. (1999a, 1999b) dan Kramer dkk. (1997).

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor yang menjadi predisposisi :

1. Faktor kardiorenovaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan

eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi

pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang

Page 6: Makalah Askep Solusio Plasenta

hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya

hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta

cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu

2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain:

Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3. Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer

mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45

kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di

RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-

ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi

paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

4. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa

terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan

meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur

ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan

solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang

mengandung leiomioma.

6. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan

peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas

terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat

terlepasnyaplasenta . Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.

Page 7: Makalah Askep Solusio Plasenta

Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain

dilaporkan berkisar antara 13-35%.

7. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio

plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus

per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi

tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada

mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko

terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu

merokok sampai terjadinya kehamilan.

8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat

solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada

kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil

lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus

pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya

kehamilan, dan lain-lain.

2. 5 Patologi

            Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua

kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke

endometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang paling awal

memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan pemisahan,

penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal

mungkin belum ada gejala klinis.

            Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga

menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak

pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah

Page 8: Makalah Askep Solusio Plasenta

dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh

hasil konsepsi, uterus tidak dapat beronntraksi untuk menjepit pembuluh darah

yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar

dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul

sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.

2. 6 Gambaran Klinis

Solutio plasenta ringan

Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginam

warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.

Tetapi bagian-bagian janin masih teraba

Solution plasenta sedang

Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan.

Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada  solution plasenta ringan atau

mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar

di raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan

pembekuan darah atau ginjal.

Solution plasenta berat

Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,

ibu syok janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri.

Perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar

kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal. 

2. 7 Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya

plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

1. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir

tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.

Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari

perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk

Page 9: Makalah Askep Solusio Plasenta

menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan

pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering

tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu

pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat

mungkin. Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio

plasenta berat. Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis

dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan

penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan

petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan

akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan

mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan

koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang

ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah

merah juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita

solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia

karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal

yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan

yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan

intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli

atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya

dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara

rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal

meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,

pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin

menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

3. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan

oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh

Page 10: Makalah Askep Solusio Plasenta

Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah

terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya.

Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450

mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma

kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.

Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:

a. Fase I

Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi

pembekuan darah, disebut disseminated intravasculer clotting.

Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu.

Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena

pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi

consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan

tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.

Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakan

jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakan

ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.

b. Fase II

Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk

membuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini

dilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malah

berakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadi

perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan

darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun di

klinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan

yang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan

waktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan

penderita saat itu.

4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim

dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.

Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna

Page 11: Makalah Askep Solusio Plasenta

uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus

couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak,

tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan

perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

1. Fetal distress

2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan

3. Hipoksia dan anemia

4. Kematian

2. 8 Diagnosis

Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.

Sebagai contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan

plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau

dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas

seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.

Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman

bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat

kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namun juga akibat intensitas

perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian transfusi sering tidak

memadai atau terlambat.

Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan

pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta.

Tabel Tanda dan Gejala Pada Solusio Plasenta

No. Tanda atau Gejala Frekuensi (%)

1. Perdarahan pervaginam 78

2. Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66

3. Gawat janin 60

4. Persalinan prematur idiopatik 22

5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17

6. Uterus hipertonik 17

Page 12: Makalah Askep Solusio Plasenta

7. Kematian janin 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan

gejala atau tanda dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.

Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik

umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada

bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai

ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang

tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut

jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan

dalam meraba bagian-bagian janin.

Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio

plasenta antara lain :

1. Anamnesis.

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat

menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.

Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-

konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan

darah yang berwarna kehitaman.

Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya

berhenti (anak tidak bergerak lagi).

Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.

Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar

pervaginam.

Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi.

Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3. Palpasi

Page 13: Makalah Askep Solusio Plasenta

Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois

(wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.

Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar

biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang

bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.

5. Pemeriksaan Dalam

Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang,

baik sewaktu his maupun di luar his.

Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta

ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut

prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.

6. Pemeriksaan Umum

Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya

menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh

dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.

7. Pemeriksaan Laboratorium

Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan

silinder dan leukosit.

Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match

test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan

darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot

Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan

tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).

8. Pemeriksaan Plasenta

Page 14: Makalah Askep Solusio Plasenta

Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan

cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum

atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang

disebut hematoma retroplacenter.

9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:

Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.

Darah.

Tepian plasenta.

Gambar Solutio Plasenta Berdasarkan Hasil USG

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau

ringannya gejala klinis, yaitu:

a. Solusio plasenta ringan

Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada

perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,

janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu

persalinan spontan.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio

plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio

plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila

janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi

disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

Page 15: Makalah Askep Solusio Plasenta

b. Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,

penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus

oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.

Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah

terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera

diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan

intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan

dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam

sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan

dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler

dimana-mana. Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus

oksitosin yang bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin

saja telah mengalami gangguan.

Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang

terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat

tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis

korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria, keadaan

umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat

diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara

rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi

yang disertai hipertensi menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal

meliputi penggantian darah yang hilang, pemberantasan infeksi yang

mungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan persalinan secepat

mungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan

pengamatan pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas

dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya

pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan pengobatan rutin.

Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat

mencegah kelainan pembekuan darah.

Page 16: Makalah Askep Solusio Plasenta

Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio

plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan

amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan

persalinan adalah seksio sesaria.

Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi

histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah

dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu dilakukan.

2. 9 Prognosis

Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,

banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia,

tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta

sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat

berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh

perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.

Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.

Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar

antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin

tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio

plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya

menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria

dapat mengurangi angka kematian janin

2. 10 Penatalaksanaan

1.      Konservatif

Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta

bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak

menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah

untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi

plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap

kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis

Page 17: Makalah Askep Solusio Plasenta

2.      Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.

Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat

dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya

sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam

kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi

bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric

yang menghalangi persalinan pervaginam.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3. 1 Pengkajian

Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri

dari informasi subjektif dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang

diidentifikasi pada daftar diagnose keperawatan pada tahun 1992 yang

dikembangkan oleh NANDA. Data subjektif yang dilaporkan oleh klien dan orang

terdekat, informasi ini meliputi persepsi individu; yaitu apa yang seseorang

inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu memperhatikan ketidak sesuaian

yang dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti kurang pengetahuan,

mitos, kesalahan konsep, atau rasa takut.

Adapun pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges

yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal solution plasenta

(tergolongi ntrapartum) terdiri dari :

a. Identitas klien secara lengkap.

b. Aktivitas atau istirahat.

Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir,

pekerjaan, kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri

dari pengkajian neuro muscular.

c. Sirkulasi.

Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah

jantung, keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan

Page 18: Makalah Askep Solusio Plasenta

oleh klien perihal sirkulasi. Dan secara obyektif yang terdiri dari TD

berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik kanan maupun kiri), nadi

secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu, warna, pengisian kapiler,

tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region tubuh.

d. Integritas Ego.

Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman

melahirkan sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan,

hubungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan (ayah), masalah financial,

religious, faktor budaya, adanya faktor resiko serta persiapan melahirkan.

Dan secara obyektif, terdiri dari respon emosi terhadap persalinan,

interaksi dengan orang pendukung, serta penatalaksanaan persalinan.

e. Eliminasi.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi

f. Makanan atau cairan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau

cairan yang masuk kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral

serta kelainan-kelainan yang terkait.

g. Higiene.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri

klien.

h. Neurosensori.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi

neurosensori dari klien.

i. Nyeri/Ketidaknyamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau

ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.

j. Pernafasan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta

kelainan-kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.

k. Keamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan

alergi/sensitivitas, riwayat PHS, status kesehatan, bulan kunjungan

Page 19: Makalah Askep Solusio Plasenta

prenatal pertama, masalah dan tindakan obstetric sebelumnya dan terbaru,

jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya, tranfusi, tinggi dan postur

ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis, persendian,

deformitas columna fertebralis, prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data

objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam, luka, memar,

jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung

hingga hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari

ketuban, golongan darah dari pihak ayah ataupun ibu, screening test dari

darah, serologi, kultur dari servik atau rectal, kutil atau lesi vagina dan

varises pada perineum.

l. Seksual.

Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaan-

keadaan terkait seksual dari ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat

melahirkan. Data objektif di dapat dari keadaan pelvis, prognosis untuk

melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga tes serologi.

m. Interaksi Sosial.

Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan

anggota keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung,

leporan masalah. Data objektif di dapat dari komunikasi verbal/non verbal

dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social (perilaku).

3. 2 Analisa data

Analisis meliputi pemeriksaan temuan pengkajian, pengelompokan temuan

yang berhubungan, dan membandingkan temuan terhadap parameter normal yang

dibuat. Kemudian, untuk membuat diagnose keperawatan manjadi akurat adalah

identifikasi masalah yang memfokuskan perhatian pada respon fisik atau perilaku

saat ini atau beresiko tinggi yang mempengaruhi kualitas hasrat hidup klien atau

pada apa yang menjadi kebiasaan (Doenges, 2001).

Diagnosa keperawatan menunjukkan masalah keperawatan/masalah klien,

orang terdekat, dan atau perawat yang memerlukan intervensi keperawatan dan

penatalaksanaan (Doenges, 2001:14).

Page 20: Makalah Askep Solusio Plasenta

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) telah

menerima definisi kerja dari diagnose keperawatan, yaitu: penilaian klinis tentang

respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah-masalah

kesehatan/proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnose keperawatan

memberikan dasar terhadap pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil dimana perawat dapat bertanggung gugat.

Diagnosa keperawatan dari ASKEP solution plasenta, diantaranya :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau

janin

3. Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur invasive.

3. 3 Rencana Keperawatan dan Implementasi

Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan

karena pesanan/ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatn yang

diberikan oleh semua disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan. Tindakan

keperawatan mandiri adalah bagian integral dari proses ini. Tindakan kolaboratif

didasarkan pada aturan medis sertan anjuran atau pesanan dari disiplin lain yang

terlibat dengan asuhan terhadap klien.

Pada bagian ini, mengkomunikasikan tindakan keperawatan yang

dilakukan untuk mencapai hasil klien yang diinginkan. Rasional untuk intervensi

perlu logis dan dapat dikerjakan dengan tujuan memberikan perawatan individual.

Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratifdan mencakup pesanan dari

keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges, 2001).

Dx 1 Nyeri (akut) berhubungan dendan trauma jaringan

Hasil yang diharapkan:

klien akan mengungkapkan penatalaksanaan/reduksi nyeri.

Intervensi :

Page 21: Makalah Askep Solusio Plasenta

1. Bantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan.

R/ mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan

mengontrol tingkat nyeri.

2. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bila

perlu.

R/ relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang

memperberat nyeri.

3. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran

bantal, pemebrian kompres sejuk, dll)

R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien.

4. Kolaborasi memberikan sedatif sesuai dosis

R/ meningkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.

Dx 2 Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada

klien/janin.

Hasil yang diharapkan:

Klien akan melaporkan ansietas berkurang dan/ atau teratasi, tampak rileks.

Intervensi:

1. Kaji status psikologis dan emosional

R/ adanya gangguan kemajuan normal dari persaliann dapat memperberat

perasaan ansietas dan kegagalan. Perasaan ini dapat mengganggu kerja

sama klien dan menghalangi proses induksi.

2. Anjurkan pengungkapan perasaan.

R/ Klien mungkin takut atau tidak memahami dengan jelas kebutuhan

terhadap induksi persalinan. Rasa gagal karena tidak mampu ”melahirkan

secara alamiah” dapat terjadi.

3. gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan

abnormalitas prosedur atau proses.

R/ Membantu klien/pasangan menerima situasi tanpa menuduh diri sendiri.

4. Dengarkan keterangan klien yang dapat menandakan kehilangan harga

diri.

Page 22: Makalah Askep Solusio Plasenta

R/ Klien dapat meyakini bahwa adanya intervensi untuk membantu proses

persalinan adalah refleksi negatif pada kemampuan dirinya sendiri.

5. Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses

pengambilan keputusan.

R/ Meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang

sedang terjadi diluar kontrolnya.

6. anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi.

R/ Membantu menurunkan ansietas dan bmemungkinkan klien

berpartisipasi secara aktif.

Dx 3 Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur invasive.

Hasil yang diharapkan:

Klien akan bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka

tanpa komplikasi.

Intervensi

1. Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.

R/ Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan

potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Risiko

korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, membuat ibu

dan janin pada berisiko. Adanya proses infeksi janin pada berisiko.

Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko kontaminasi janin.

2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya, peningkatan suhu,

nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).

R/ Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat

mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat

mengubah penyembuhan luka.

3. Kolaborasi melakukan persiapan kulit praoperatif; scrub sesuai

protokol.

R/ Menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan

risiko infeksi pascaoperasi.

4. Kolaborasi melakukan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai

indikasi.

Page 23: Makalah Askep Solusio Plasenta

R/ Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat

keterlibatan.

5. Kolaborasi dalam mencatat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht); catat

perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.

R/ Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat

bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

6. Kolaborasi dalam memberikan antibiotik spektrum luas pada pra

operasi.

R/ Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya

proses infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridetifikasi.

3. 4 Evaluasi

Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian

hasil yang diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di

dokumentasikan dalam rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses

keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan

tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses terus menerus. Revisi rencana

keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.

Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak

hanya hasil yang diharapkan terjadi pada klien di tinjau ulang atau bila keputusan

dibutuhkan apakah klien siap atau tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15).

Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan

perawatan tersebut telah efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat

terjadi. (Wong, 2002:366).

Page 24: Makalah Askep Solusio Plasenta

BAB IVPENUTUP

4. 1 KesimpulanSolulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental

haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam

berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume

perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.

Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau

lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada

vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution

plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu

sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata

lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya

solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin

tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya

solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat

mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat

berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.

Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara

konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut

mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

Page 25: Makalah Askep Solusio Plasenta

4. 2 Saran

Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami

dan mendalami dari solution plasenta.

Perawat serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan faktor

risiko dari solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan

status derajat kesehatan ibu dan anak.

Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana

dan prasarana yang dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu

terkait dengan kehamilan dan persalinan.

Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi

pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan

secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas padaibu dan janin.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan

mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan

pada masyarakat secara menyeluruh.

Page 26: Makalah Askep Solusio Plasenta

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21 th

edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 22 Maret 2008.

Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.