32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Safrina, 2011). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab

MAKALAH ASFIKSIA RINGAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur

penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi

dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang

paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Safrina, 2011).

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian

bayi  ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat

satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di

Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2

kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes RI,

2008).

Faktor yang menyebabkan kejadian Asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia ibu

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (DepKes RI, 2009). Kehamilan pada

usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi

dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu

maupun janin (Widiprianita, 2010).

Baru baru lahir dengan asfiksia merupakan salah salah satu faktor risiko yang

mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kematian bayi khususnya pada

masa perinatal. Selain itu bayi baru lahir yang asfiksi sangat rentan terpengaruh bila

tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Tingginya kematian bayi karena kasus asfiksia membuat kami tertarik untuk

mengambil kasus asfiksia ini di Puskemas Pleret.

B.     Tujuan Penulisan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.       Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

bernapas secara spontan dan teratur. Bayi yang mengalami gawat janin sebelumnya

sering akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.

Penyebab terjadinya asfiksia adalah beberapa keadaan ibu seperti

preeklampsia dan eklampia, perdarahan abnormal (plasenta previa, solusio placenta),

partus lama/partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria,sifilis,

TBC, HIV), kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa

keadaan Tali pusat seperti Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan

prolaps tali pusat yang mengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran

oksigen ke janin juga berkurang yang mengakibatkan terjadinya gawat janin yang

menyebabkan asfiksia bayi baru lahir. Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa

didahului tanda gawat janin, seperti bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan),

persalinan sulit (letak lintang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep),

kelainan congenital, air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan

mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan

gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi

kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,

2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas

scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam

uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam

kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan

bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.

Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,

1999) .

B.       Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.

Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut

menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia

pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

Lilitan tali pusat

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi

untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka

hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya

tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau

(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,

penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan

persalinan.

C.       Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan

dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian

asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi.

Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya

berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan

TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan

keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi

asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses

metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen

tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan

terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya

:

1.      Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2.      Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

3.      Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya

resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem

sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

Warna kulit kebiruan

Kejang

Penurunan kesadaran

D.       Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /

hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan

tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan

lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada

presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus

diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan

mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat

sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini

diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun

sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin

disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan

resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian

tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,

yaitu :

Penafasan

Denyut jantung

Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau

membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan

menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera

ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan

positif (VTP).

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. MR : 1242

Tanggal Masuk : 20 Mei 2013

Pukul : 11.30 WIB

I.     PENGKAJIAN

A.    Data Subyektif

1.      Identitas

Nama bayi : bayi ny. N

Umur bayi : 0 jam

Tanggal lahir : 20 Mei 2013

Status register

Berat badan : 2500 gram

Panjang badan : 47 cm

Identitas orang tua : Ny. N dan Tn. A

Agama : Islam

Pendidikan : SMU

Alamat : Kowen II Timbulharjo

2.      Anamnesa

a.       Riwayat kehamilan : G2P2Ab0Ah2

Hamil : 39 minggu

Frekuensi ANC : TM I 2X, TM II 2X, TM III 3X

Imunisasi TT :TT1 : SD

TT2 : SD

TT3 : Sebelum menikah

TT4 : 1 tahun setelah TT3 tahun 2008

Kenaikan BB hamil : 9 kg

Kejadian waktu hamil : tidak ada

b.      Riwayat penyakit / kehamilan

Perdarahan : Tidak ada

Eklamsia : Tidak ada

Pre Eklamsia : Tidak ada

Penyakit Kelamin : Tidak ada

c.       Kebiasaan waktu hamil

Makanan : Tidak ada masalah

Obat-obatan / jamu : ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-

obatan warung atau jamu kecuali obat dari bidan

Merokok : ibu mengatakan bukan perokok aktif maupun pasif

Lain-lain : -

d.      Komplikasi Persalinan : Lilitan tali pusat

e.       Riwayat Persalinan Terakhir

Lama Kala I : 6 jam

Lama Kala II : 1 jam

Lama Kala III : 15 menit

Warna air ketuban : Jernih

Jumlah air ketuban : 500 cc

Jenis Persalinan : spontan

Penolong : Bidan

Jam / tanggal : 13.45 WIB / 20 Mei 2013

Jenis Kelamin : Perempuan

BB PB : 2500 gram / 47 cm

Caput : ada

Komplikasi Persalinan: Lilitan tali pusat

f.       Keadaan Bayi Baru Lahir

Nilai APGAR : 1 menit / 5 menit / 10 menit : 8 / 9 / 9

No. Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit

1. Denyut jantung 2 2 2

2. Usaha nafas 1 1 2

3. Tonus otot 1 2 2

4. Reflek 2 2 2

5. Warna kulit 1 2 2

Total 7 9 10

B.     Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum

a.       Keadaan Umum : Baik

b.      Kesadaran : Composmentis

c.       BB : 2500 gram

d.      PB : 47 cm

e.       R : 30x/m

f.       S : 36,3o C

g.      N : 110x/m

2.      Pemeriksaan Fisik

a.       Kepala : bentuk kepala mesosephal, ada caput

sucsadenium, tidak ada cepal hematom,

tidak ada molage

b.      Ubun-ubun : tidak bengkak, belum menutup

c.       Sutura : terpisah

d.      Muka : simetris, tidak ada oedema

e.       Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih tidak

ikterik

f.       Hidung : hidung simetris, ada lubang

g.      Bibir : tidak ada labiopalatoskisis

h.      Telinga : simetris,sejajar dengan mata, tidak ada

tanda infeksi

i.        Leher : tidak ada pembengkakan dan tidak ada

benjolan

j.        Dada : putting menonjol, tidak ada bunyi bising

k.      Perut : bentuk normal, tidak ada perdarahan tali

pusat,ada penonjolan tali pusat menegang

jika menangis, jika tidak menangis tali

pusat melembek

l.        Punggung : tidak ada cekungan kelainan pada tulang

belakang

m.    Genitalia : ada labia mayora, ada labia minora, ada

lubang vagina, ada lubang uretra

n.      Anus : dalam observasi selama 12 jam

o.      Ekstremitas : atas : pergerakan normal, simetris, jumlah

jari lengkap (10)

Bawah : pergerakan normal,simetris, jumlah jari lengkap (10)

p.      Kulit : vernius ada, warna kulit merah muda, tidak

ada bercak hitam, tidak ada tanda lahir

3.      Eliminasi

a.       Miksi : belum miksi

b.      Defekasi : belum defekasi

II.  INTERPRETASI DATA

A.    Diagnosa Kebidanan

Bayi baru lahir, bayi Ny. N usia 0 jam dengan asfiksia ringan

Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 20 Mei 2013 pukul 13.45 WIB dengan umur

kehamilan 39 minggu secara normal

Data Obyektif

KU : baik

BB : 2500 gram

PB : 47 cm

LK : 30 cm

LD : 33 cm

S : 36,5o C

R : 30x/m

APGAR SCORE :

1 menit : 7

5 menit : 9

10    menit : 10

B.     Masalah

Sesak nafas

III.   DIAGNOSA POTENSIAL

Asfiksia Ringan, hipotermi

IV.   ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

HAIKAL

V.      PERENCANAAN

1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2.      Menjaga kehangatan bayi

3.      Lakukan HAIKAL

4.      Lakukan pengukuran Antropometri

5.      Beri injeksi Vitamin K

6.      Beri salep mata

7.      Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

8.      Dokumentasi semua tindakan

VI.   PELAKSANAAN

1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mengalami asfiksia ringan atau

sesak nafas.

2.      Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering dan bersih

dan menyalakan lampu penghangat.

3.      Melakukan HAIKAL (langkah awal) pada bayi, dengan menghangatkan bayi,

mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap lender, keringkan sambil menggosok

punggung bayi dan memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan

melakukan evaluasi. Bayi sudah menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan

aktif.

4.      Lakukan pengukuran Antropometri

a.       Berat Badan : 2500gram

b.      Panjang Badan : 47 cm

c.       LILA : 10 cm

d.      Lingkar Dada : 33 cm

e.       Lingkar Kepala : 30 cm

5.      Memberi Injeksi Vitamin K

Injeksi Vitamin K berguna untuk mencegah perdarahan.

Persiapan alat : 0,1 ml vit K dalam spuit, kapas dtt

Persiapan bayi : bayi tidur terlentang

Pelaksanaan :

Cuci tangan 7 langkah

Memakai sarung tangan

Usap 1/3 bagian lateral paha kiri dengan kapas dtt

Suntikkan vit K secara IM, masukkan obat sebelumnya aspirasi.

Keluarkan jarum lalu tekan dengan kapas dtt.

Rapikan bayi

Bersihkan alat

Cuci tangan

6.      Memberikan salep mata

Tujuannya agar mata tidak infeksi.

7.      Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga kehangatan bayi.

8.      Mendokumentasikan semua tindakan.

VII.EVALUASI

1.      Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan

2.      Bayi sudah terjaga kehangatannya

3.      HAIKAL sudah dilakukan bayi sudah menangis kuat, warna kulit kemerahan,

gerakan aktif

4.      Sudah dilakukan Antropometri

5.      Injeksi Vit K telah diberikan

6.      Salep mata tekah diberikan

7.      Bayi sudah disusui ibunya

8.      Dokumentasi sudah dilakukan

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari beberapa tinjauan teori mengenai asfiksia ringan dibandingkan dengan

intervensi yang diberikan di lahan praktek. Adapun persamaan dan perbedaan

intervensi antara teori dengan praktek yaitu :

1.      Cara identifikasi masalah pada bayi ny. N sudah sesuai teori, diagnosa yang

ditetapkan sesuai dengan ciri bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir yang

asfiksia yang ada di teori.

2.      Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia ringan di Puskesmas

Pleret sudah sesuai dengan SOP teori.

3.      Dalam perencanaan Asuhan Kebidanan yang diberikan dalam penanggulangan

kasus BBL dengan bayi asfiksia ringan dengan SOP yang berlaku, yaitu pada kasus

BBL usia 0 jam dengan bayi asfiksia ringan pada SOP yaitu menghangatkan dan

mengeringkan bayi dengan segera, melakukan isap lendir, melakukan rangsangan

taktil pada telapak kaki serta menggosok punggung, mengeringkan lagi dan

melakukan evaluasi, melakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran antropometri

segera, memberikan injeksi vitamin k dan salep mata, serta memindahkan bayi ke box

penghangat untuk menjaga kestabilan suhu tubuh bayi.

4.      Pada pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan teori, yaitu :

a.       Untuk prosedur pelaksanaan bayi yang asfiksia sudah sesuai dengan teori yaitu

HAIKAL

b.      Untuk melakukan antoprometri sudah sesuai dengan teori yaitu dari mengukur BB,

PB, LILA, LD, dan LK

c.       Untuk menjaga kehangatan bayi sudah dilakukan yakni meletakkan bayi yang

sudah dipakaikan sarung tangan dan baju serta kain penghangat di dalam box bayi

sehingga bayi terhindar dari hipotermi

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kami dapat simpulkan bahwa pembuatan makalah

yaitu untuk mengetahui kesenjangan antara teori dengan praktek.

Adapun persamaan yang ada meliputi :

1.      Dalam penangan BBL dengan asfiksia ringan sudah sesuai teori yaitu dilakukan

HAIKAL

2.      Telah dilakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaaan fisik

3.      Untuk menjaga kehangatan bayi sudah sesuai dengan prosedur

4.      Injeksi vit K dan pemberian salep mata teori dan praktek tidak ada perbedaan

B.     Saran

1. Untuk mahasiswa :

a. Diharapkan mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir patologi sesuai 7 Langkah Varney

2. Untuk lahan :

a.       Diharapakan dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan

bimbingan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan

pendidikan.

b.      Diharapkan dengan adanya presentasi dapat meningkatkan asuhan pelayanan sesuai

dengan prosedur dan teori.

3. Untuk institusi :

a.       Diharapkan dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan klarifikasi

antara teori di kampus dengan di lahan

b.      Diharapkan mahasiswa diberikan waktu praktik yang berbeda agar nanti mampu

menambah ilmu dan pengalaman di lahan praktik dan memberikan asuhan kebidanan

sesuai dengan teori

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

http://www.tokoaank.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=88&Itemid=86

Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita/Ai Yeyeh Rujukiyah, S,Si.T, Lia Yulianti,

Am.keb, MKM, ; Jakarta: Trans info Media, 2010

Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Marmi S.ST. dan Kukuh

Rahardjo.Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012

Label: Makalah Kebidanan