47
ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM Oleh : 1. RICHA MANDILLA (G2B009011) 2. RAHAYU FITRIANINGTYAS (G2B009018) 3. RINA AKHIRIANI (G2B009046) 4. RETYANINGSIH IDA Y (G2B009056) 5. SAFINA AFRIANI (G2B009059) 0

MAKALAH ABORSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH ABORSI

ABORSI

DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh :

1. RICHA MANDILLA (G2B009011)

2. RAHAYU FITRIANINGTYAS (G2B009018)

3. RINA AKHIRIANI (G2B009046)

4. RETYANINGSIH IDA Y (G2B009056)

5. SAFINA AFRIANI (G2B009059)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, 2009

0

Page 2: MAKALAH ABORSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan

hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa

ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana

dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh

remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau

dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia

ini. Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak

terhingga dari Allah SWT sebagai Sang Pencipta justru dianggap sebagai suatu

beban yang kehadirannya tidak diinginkan. Ironis sekali, karena di satu sisi sekian

banyak pasangan suami isteri yang mendambakan kehadiran seorang anak selama

bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi lain ada pasangan yang

membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa

pertimbangan nurani kemanusiaan.

Sebagian orang memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di

Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan

aborsi tersebut. Mereka mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Namun,

sebagian dari mereka cenderung berpendapat bahwa aborsi adalah suatu perbuatan

yang tidak terpuji dan bisa dikategorikan sebagai perbuatan pidana. Namun,

dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu

dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provokatus medicialis. Sedangkan

aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai

abortus provokatus criminalis. Terlepas dari persoalan apakah pelaku aborsi

melakukannya atas dasar pertimbangan kesehatan (abortus provokatus medicialis)

atau memang melakukannya atas dasar alasan lain yang kadang kala tidak dapat

diterima oleh akal sehat, seperti kehamilan yang tidak dikehendaki (hamil diluar

1

Page 3: MAKALAH ABORSI

nikah) atau takut melahirkan ataupun karena takut tidak mampu membesarkan

anak karena minimnya kondisi perekonomian keluarga, tetap saja angka kematian

akibat aborsi begitu mencengangkan dan sangat memprihatinkan. Data WHO

(World Health Organization) menyebutkan bahwa 15-50% kematian ibu

disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta

pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000

perempuan meninggal dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia

akibat aborsi yang tidak aman.1

Di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, dua badan utama, yaitu

Federal Centers for Disease Control (FCDC) dan Alan Guttmacher Institute

(AGI), telah mengumpulkan data aborsi yang menunjukkan bahwa jumlah nyawa

yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika -- yaitu hampir 2 juta jiwa -- lebih

banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang mana pun dalam

sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika Serikat

dari tiap-tiap perang adalah: Perang Vietnam 58.151 jiwa, Perang Korea 54.246

jiwa, Perang Dunia II 407.316 jiwa, Perang Dunia I 116.708 jiwa, Civil War

(Perang Sipil) 498.332 jiwa. Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian

karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang

jika digabungkan sekaligus (www.genetik2000.com).

Data tersebut ternyata sejalan dengan data statistik yang menunjukkan

bahwa mayoritas orang Amerika (62 %) berpendirian bahwa hubungan seksual

dengan pasangan lain, sah-sah saja dilakukan. Mereka beralasan toh orang lain

melakukan hal yang serupa dan semua orang melakukannya (James Patterson dan

Peter Kim, 1991, The Day America Told The Thruth dalam Dr. Muhammad Bin

Saud Al Basyr, Amerika di Ambang Keruntuhan, 1995, hal. 19).

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ini, sayang sekali ada

gejala-gejala memprihatinkan yang menunjukkan bahwa pelaku aborsi jumlahnya

juga cukup signifikan. Memang frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung

secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali

jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di rumah sakit. Akan tetapi,

berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi

2

Page 4: MAKALAH ABORSI

setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap

tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu (Aborsi.net). Pada 9 Mei 2001

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (waktu itu) Dra. Hj. Khofifah Indar

Parawansa dalam Seminar 'Upaya Cegah Tangkal terhadap Kekerasan Seksual

Pada Anak Perempuan' yang diadakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim

di FISIP Universitas Airlangga Surabaya menyatakan, 'Angka aborsi saat ini

mencapai 2,3 juta dan setiap tahun ada trend meningkat.” (www.indokini.com).

Ginekolog dan Konsultan Seks, dr. Boyke Dian Nugraha, dalam seminar

”Pendidikan Seks bagi Mahasiswa” di Universitas Nasional Jakarta, akhir bulan

April 2001 lalu menyatakan, setiap tahun terjadi 750.000 sampai 1,5 juta aborsi di

Indonesia (www.suarapembaruan.com). Dan ternyata pula, data tersebut selaras

dengan data-data pergaulan bebas di Indonesia yang mencerminkan dianutnya

nilai-nilai kebebasan yang sekularistik. Mengutip hasil survei yang dilakukan

Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu Jakarta, Prof.

Dr. Fawzia Aswin Hadis pada Simposium Menuju Era Baru Gerakan Keluarga

Berencana Nasional, di Hotel Sahid Jakarta mengungkapkan ada 42 % remaja

yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 % di antaranya masih aktif

menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok M, melibatkan 117

remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun. Kebanyakan dari mereka (60 %) adalah

wanita. Sebagian besar dari kalangan menengah ke atas yang berdomisili di

Jakarta Selatan (www.kompas.com).

Masalah aborsi di Indonesia sering dibicarakan dalam suatu forum diskusi

yang diselenggarakan oleh berbagai pihak yang terkait dengan masalah aborsi.

Sebagai contoh adalah forum simposium yang diselenggarakan oleh Ikatan

Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta pada bulan Desember 1964. dalam forum

tersebut yang dibicarakan adalah masalah aborsi yang ditinjau dari berbagai

aspek/sudut yaitu sudut susila kedokteran, sudut sosial kemasyarakatan, sudut

hukum psikiater, sudut agama islam dan sudut agama katholik.

Kemudian tahun 1973 diadakan lagi suatu forum diskusi yang

diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Jakarta di Jakarta. Dalam diskusi tersebut

diusulkan pembentukan suatu tim Advokasi aborsi di Jakarta (Indonesia).

3

Page 5: MAKALAH ABORSI

Membahas persoalan aborsi di Indonesia dikaitkan dengan profesi medis

atau dunia kedokteran serta dunia hukum, sepertinya belum ada titik terang dalam

sistem penegakan hukum. Dunia hukum seakan menutup mata atas persoalan ini

sekaligus diperparah lagi oleh dunia kedokteran yang seolah-olah menyelubungi

praktek-praktek aborsi yang nyata-nyata bertentangan dengan sumpah jabatan.

Untuk membahas permasalahan tersebut, ada baiknya kita menelusuri kembali

bagaimana sebenarnya kedudukan aborsi dalam pandangan Islam dan hukum

positif di Indonesia.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hukum abortus dalam Islam

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian abortus

b. Mengetahui alasan dilakukannya aborsi

c. Mengetahui pandangan aborsi dari beberapa segi

4

Page 6: MAKALAH ABORSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN ABORSI

Dalam mendefenisikan aborsi, terdapat sejumlah pendapat yang berbeda

satu sama lain, diantaranya adalah: Pertama, menurut Fact About Abortion,info

Kit on Woman.s Healt h,aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan

setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus),

sebelum usia janin (fetus) mencapai usia 20 minggu. Kedua, terjadinya keguguran

janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja

karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).2 Abortus menurut

pendapat Prof. M.A.Hanafiah berarti keluarnya isi rahim ibu yang telah

mengandung (hamil) hidup insani sebelum waktunya.

Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan,

yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja ataupun

tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan keempat

masa kehamilan).

Sedangkan di dalam hukum pidana Islam, aborsi yang dikenal sebagai

tindak pidana atas janin atau pengguguran kandungan terjadi apabila terdapat

suatu perbuatan \ maksiat yang mengakibatkan terpisahnya janin dari ibunya.

5

Page 7: MAKALAH ABORSI

BAB III

PEMBAHASAN

Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan

hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa

ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana

dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh

remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang tidak mau

dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia

ini. Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak

terhingga dari Allah SWT sebagai Sang Pencipta justru dianggap sebagai suatu

beban yang kehadirannya tidak diinginkan. Ironis sekali, karena di satu sisi sekian

banyak pasangan suami isteri yang mendambakan kehadiran seorang anak selama

bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi lain ada pasangan yang

membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa

pertimbangan nurani kemanusiaan.

Sebagian orang memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia

sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi

tersebut. Mereka mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Namun, sebagian dari

mereka cenderung berpendapat bahwa aborsi adalah suatu perbuatan yang tidak

terpuji dan bisa dikategorikan sebagai perbuatan pidana.

Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh wanita

akhir-akhir ini mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak alasan

mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut :

1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak

mampu membiayai atau membesarkan anak.

6

Page 8: MAKALAH ABORSI

2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau

menangguhkan perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan

atau ingin mencapai suatu karir tertentu.

3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.

4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau

kehamilan karena perkosaan dan incest sehingga seorang wanita

melakukan aborsi karena menganggap kehamilan tersebut merupakan

aib yang harus ditutupi.

5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik

bagi si ibu maupun bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.

Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan

sel sperma.

2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang

disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi

(dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah

pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai

penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang

dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang

dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang

dan tidak tergesa-gesa (www.genetik2000.com).

Pelaksanaan aborsi adalah sebagai berikut. Kalau kehamilan lebih muda,

lebih mudah dilakukan. Makin besar makin lebih sulit dan resikonya makin

7

Page 9: MAKALAH ABORSI

banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu bermacam-

macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya:

1. Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan

dengan MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam

alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat).

2. Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi

& Curetage.

3. Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya

harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan

cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus, obat itu

langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban, sehingga

anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati.

4. Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin

sehingga terjadi proses kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk

keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya.

5. Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa

(www.genetik2000.com).

1. ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi

terdapat di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan. Ketentuan di dalam KUHP yang mengatur masalah tindak pidana

aborsi terdapat di dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349.

Pasal 299 KUHP menyatakan bahwa :

1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu

rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika

8

Page 10: MAKALAH ABORSI

dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah

sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan

pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346 KUHP menyatakan bahwa :

“Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau memat ikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun penjara”.

Pasal 347 KUHP menyatakan bahwa :

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348 KUHP menyatakan bahwa :

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau memat ikan kandungan

seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan

pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349 KUHP menyatakan bahwa :

“Jika seorang tabib,bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang

tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak

untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan itu dilakukan”.

Di dalam KUHP sendiri istilah “aborsi” lebih dikenal dengan sebutan

“pengguguran dan pembunuhan kandungan” yang merupakan perbuatan aborsi

yang bersifat kriminal (abortus provokatus criminalis). Istilah kandungan dalam

konteks tindak pidana ini menunjuk pada pengertian kandungan yang sudah

berbentuk manusia maupun kandungan yang belum berbentuk manusia. Karena

9

Page 11: MAKALAH ABORSI

adanya dua kemungkinan bentuk kandungan tersebut maka tindak pidana yang

terjadi dapat berupa :

1. pengguguran yang berarti digugurkannya atau dibatalkannya kandungan

yang belum berbentuk manusia; atau

2. pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang

sudah berbentuk manusia

Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan sebagaimana yang

diatur dalam KUHP terdiri dari 4 (empat) macam tindak pidana, yaitu: 5

1. Tindak pidana pengguguran atau pembunuhan kandungan yang dilakukan

sendiri, yang diatur dalam Pasal 346 KUHP.

2. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan

oleh orang lain tanpa persetujuan dari wanita itu sendiri, yang diatur dalam

Pasal 347 KUHP.

3. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan

oleh orang lain dengan persetujuan wanita yang mengandung, yang diatur

dalam Pasal 348 KUHP.

4. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan

oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau

juru obat baik yang dilakukan atas persetujuan dari wanita itu atau tidak

atas persetujuan dari wanita tersebut, yang diatur dalam Pasal 349 KUHP.

Berdasarkan aturan-aturan yang terdapat dalam KUHP terlihat jelas bahwa

tindakan aborsi disini merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum karena

perbuatan aborsi yang dilakukan tanpa alasan kesehatan/alasan medis yang jelas.

Pelaku melakukan perbuatan aborsi karena memang sejak awal tidak

menginginkan keberadaan bayi yang akan dilahirkan, biasanya hal ini dilakukan

karena kehamilan yang terjadi di luar nikah atau karena takut akan kemiskinan

dan tidak mampu membiayai hidup anak tersebut kelak apabila telah lahir ke

dunia. Selain itu, jika melihat pada ketentuan yang terdapat dalam KUHP,

perbuatan aborsi (baik pengguguran maupun pembunuhan kandungan) harus

dapat dipertanggungjawabkan secara pidana oleh wanita hamil yang melakukan

aborsi maupun orang yang membantu proses aborsi tersebut. Dengan demikian,

10

Page 12: MAKALAH ABORSI

baik pelaku maupun yang membantu perbuatan aborsi dapat dikenakan sanksi

pidana.

Sedangkan di dalam undang-undang kesehatan tidak dijelaskan apa yang

disebut aborsi tetapi menggunakan istilah “tindakan medis tertentu”.Dalam Pasal

15 ayat (1)Undang -Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa dalam keadaan darurat upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan apa

yang dimaksud dengan “tindakan medis tertentu” tidak dijelaskan dalam undang –

undang tersebut.

Apabila dicermati, ketentuan Pasal 15 undang-undang tersebut diatas

merupakan suatu rumusan yang “mendua hati” atau ambigu dan bertentangan

dengan prinsip pembuatan suatu undang-undang, yaitu clear, complete, and

coherent (jelas, lengkap dan terpadu). Dari ketentuan Pasal 15 ini terlihat tidak

adanya kejelasan, keserbatercakupan dan keterpaduan antara ketentuan yang satu

dengan yang lainnya.Penggunaan ist ilah “tindakan medis tertentu” dapat

dijadikan justifikasi bagi para dokter yang melakukan tindakan yang secara

materil merupakan tindakan aborsi sehingga ia dapat berlindung dibalik Pasal 15

Undang-Undang Kesehatan. Ketentuan ini sangat membuka peluang semakin

maraknya praktik aborsi yang terjadi akhir-akhir ini.

Karena ketentuan yang ambigu tadi, seorang dokter atau bidan bisa saja

membantu seorang wanita hamil untuk menggugurkan kandungannya dengan

alasan kesehatan, padahal alasan tersebut tidak masuk akal. Misalnya seorang

wanita yang hamil diluar nikah karena takut kehamilannya diketahui oleh orang

lain atau ia beranggapan bahwa kehamilannya merupakan suatu aib sehingga

harus digugurkan, bisa saja mendatangi klinik dokter terselubung yang mau

melakukan aborsi. Bila dilihat dari ketentuan Pasal 349 KUHP, perbuatan yang

demikian patut diduga dan sangat berindikasi kuat bahwa hal yang dilakukan

tersebut merupakan perbuatan pidana. Namun karena adanya ambiguitas undang-

undang kesehatan yang menghindari penyebutan aborsi dan hanya menggunakan

istilah “tindakan medis tertentu”, para tenaga medis lebih cenderung berlindung

dibalik undang-undang tersebut dengan mengedepankan azas “lex specialis

11

Page 13: MAKALAH ABORSI

derogat lex generalis”(aturan hukum yang lebih khusus dapat mengenyampingkan

aturan hukum yang lebih bersifat umum) agar terbebas dari jerat hukum. Dengan

kata lain, apabila seorang tenaga medis membantu perbuatan aborsi dan

perbuatannya tersebut diduga sebagai tindak pidana, maka orang yang mempunyai

kualitas tertentu tadi (dalam hal ini tenaga medis tersebut) dapat saja berlindung

dibalik Undang-Undang Kesehatan dengan mengedepankan prinsip “lex

specialis”agar tidak dihukum.

Sejalan dengan hal diatas, tidak tegasnya pengaturan masalah aborsi dalam

hukum positif di Indonesia juga memberi peluang menjamurnya praktik-praktik

aborsi yang illegal. Seharusnya pemerintah tidak menutup mata menempatkan

persoalan aborsi pada kondisi yang tidak jelas, baik dari segi penegakan hukum

maupun dari segi pelayanan medis yang legal dalam memfasilitasi pasien yang

akan melakukan aborsi.

Melihat dari kondisi tingginya praktek aborsi illegal yang dilakukan oleh

klinik-klinik terselubung serta tingginya angka kematian akibat aborsi yang tidak

aman dan bahkan membahayakan si pasien serta dapat menyebabkan kematian,

dipandang perlu untuk mengeliminasi praktik-praktik terselubung yang nyata-

nyata merupakan kejahatan terhadap nyawa manusia. Namun sejauh ini razia atau

sweeping terhadap praktik-praktik terselubung aborsi hampir tidak pernah ada.

Beratus bahkan beribu nyawa janin melayang ditangan para medis dan di ujung

tajamnya jarum suntik yang dapat mempercepat proses aborsi. Dengan mudahnya

para pelaku aborsi bergelimang darah menghabisi hak hidup ciptaan Allah Yang

Maha Kuasa.

Tidaklah adil apabila pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia

hanya ditujukan kepada prajurit yang mengusung misi integritas demi bersatunya

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sementara para pelaku aborsi tangannya

bergelimang darah menghabisi nyawa manusia yang tidak berdosa tanpa tersentuh

hukuman yang setimpal. Apabila hukum positif sudah tidak berdaya lagi untuk

mengeliminasi tingkat aborsi yang ada di Indonesia, sudah tentu kita perlu

membuka kembali hukum kodrat yang menegaskan bahwa hukum harus sejalan

dengan akal budi dan nurani setiap individu. Selain itu harus ditambah dengan

12

Page 14: MAKALAH ABORSI

meningkatkan penanaman nilai-nilai moral dan agama, baik itu bagi para pelaku

maupun pembantu aborsi yang terpelajar (dalam hal ini dokter atau bidan)

maupun kepada dukun pijat atau dukun bayi.

Apabila hukum positif sudah tidak bisa sejalan lagi dengan akal budi dan

nurani setiap individu maka sudah seharusnyalah hukum positif tersebut

disandingkan dengan hukum agama agar para penegak hukum dapat bertindak

tegas terhadap pelaku aborsi, baik itu terhadap si wanita hamil itu sendiri yang

nyata-nyata mengizinkan kehamilannya dihentikan maupun terhadap pembantu

aborsi yang terpelajar. Dengan demikian, apabila kepastian hukum telah terwujud,

maka diharapkan tindakan aborsi maupun praktek-praktek aborsi illegal pada

klinik-klinik terselubung dapat dieliminasi sehingga nyawa-nyawa janin yang

tidak berdosa dapat terselamatkan dari perbuatan yang tidak bertanggung jawab.

2. ABORSI MENURUT SUSILA KEDOKTERANKode Inernasional susila kedokteran yang berkaitan dengan aborsi

menyatakan bahwa seorang dokter wajib memelihara kedua insan mulai dari

pembuahan sampai meninggalnya.

Sebelum itu ada sumpah dokter berdasarkan pernyataan Jenewa 1948 yang

ditetapkan dengan PP No.26 tahun 1960 yang berlaku bagi dokter-dokter

Indonesia yang isinya kurang lebih berbunyi : “Saya akan menghormati setiap

hidup insani mulai saat pembuahan.”

Dari penjelasan di atas kita lihat bahwa berdasarkan susila kedokteran,

perbuatan aborsi juga dilarang karena adanya suatu kewajiban dari seorang dokter

untuk memelihara hidup insani mulai dari pembuahan.

3. ABORSI MENURUT PANDANGAN ISLAMAborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang

manusia, jelas merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat-ayat Al-Quran

yaitu pada Surat Al Maidah ayat 32, setiap muslim meyakini bahwa siapapun

membunuh manusia, hal ini merupakan membunuh semua umat manusia.

Selanjutnya Allah juga memperingatkan bahwa janganlah kamu membunuh

anakmu karena takut akan kemiskinan atau tidak mampu membesarkannya secara

13

Page 15: MAKALAH ABORSI

layak. Dalam studi hukum Islam, terdapat perbedaan satu sama lain dari keempat

mazhab Hukum Islam yang ada dalam memandang

persoalan aborsi, yaitu: 4

1. Mazhab Hanafi merupakan paham yang paling fleksibel, dimana sebelum

masa empat bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam

kehidupan si perempuan (pengandung).

2. Mazhab Maliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.

3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak

boleh diganggu, dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.

4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa dengan adanya pendarahan yang

menyebabkan miskram menunjukkan bahwa aborsi adalah suatu dosa.

Membahas mengenai aborsi, ditinjau dari segi Syariah Islam akan

memperoleh kejelasan apabila kita menyinggung dahulu mengenai pandangan

Islam terhadap manusia menurut Al quran dan hadits-hadits Nabi Muhammad

SAW.

Pandangan Islam terhadap Manusia

Al quran menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang

diciptakan sebagai badan yang berjiwa dan jiwa berbadan dalam susunan dan

bentuk yang sebaik-baiknya dan dibekali kemampuan untuk mengembangkan

kehidupan dengan perantara ilmu pengetahuan.

Dengan segala kemampuan, kelengkapan, beban amanat dan

pertanggungjawaban yang ada pada manusia itu, maka manusia di tempat Allah

sebagai makhluk-Nya yang utama, melebihi makhluk lainnya.

Proses Kejadian Manusia

Al quran menandaskan bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari tanah

liat. Manusia diciptakan secara bertahap-tahap. Adapun proses kejadian manusia

menurut al quran adalah sebagai berikut :

Nuthfah, merupakan tahap pertama kejadian manusia sebagai hasil

pembuahan setelah terjadi pertemuan antara bibit laki-laki dan bibit

perempuan di dalam rahim.

Alaqah, merupakan tahap buah melekat pada dinding rahim.

14

Page 16: MAKALAH ABORSI

Mudhghah, merupakan tahap dimana embrio berangsur-angsur

berkembang hingga berbentuk calon bayi yang lengkap anggotanya. Pada

saai inilah janin mulai diberi keistimewaan insaniah sebagai makhluklain

yang pertumbuhannya berbeda dengan pertumbuhan janin hayawani.

Menurut Al Bukhari yang meriwayatkan hadits Nabi Muhammad SAW

yang berasal dari Ibnu Mas’ud r.a menyatakan bahwa kejadian manusia pertama-

tama merupakan bibit yang dibuahi dalam rahim ibu selama 40 hari. Kemudian

menjadi alaqah dengan 40 hari, setelah ini Allah mengutus malaikat yang

diperintahkan menulis 4 hal yaitu amalnya, rezekinya, ajalnya, dan nasibnya.

Sedangkan menurut muslim yang meriwayatkan hadits Naba SAW yang

berasal dari Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa nutfah telah mengalami

perkembangan selama 42 hari.

Menurut hasil penyelidikan ilmu embriologi, janin mulai membentuk diri

dan melengkapi anggota fisiknya hingga mulai tampak jelas bentuk manusianya

pada umur janin kira-kira 47 hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu

perkembangan janin dalam rahim kita lebih mantab menggunakan hadits riwayat

Muslim.

Persoalan kita adalah tentang peniupan ruh yang disebutkan secara jelas

dalam al quran dan hadits bukhari. Peniupan ruh pada janin setelah berbentuk

manusia lengkap dapat diartikan dengan “ruh insaniah” yang berbeda dengan “ruh

hayawani”. Ruh insaniah adalah pemberian Allah setelah diriupkan ketika janin

masih dalam rahim ibu yang memberikan keistimewaan pada manusia yang

memungkinkan mampu memikul amanat dan tanggung jawab kepada Allah.

Sedangkan ruh hayawani sebenarnya telah dimiliki pada saat pembuahan trjadi,

sebab pembuahan secara biologis hanya mungkin apabila bibit laki-laki dan

perempuan merupakan bibit-bibit yang hidup pula.

Aborsi menurut para Fuqoha

Aborsi yang dapat terkena ketentuan hukum, hanya aborsi yang dilakukan

dengan sengaja (abortus provocantus) bukan aborsi yang terjadi dengan

sendirinya (abortusspontaneus).

Aborsi sebelum ditiupkan ruh

15

Page 17: MAKALAH ABORSI

Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi

Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat

dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan

setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa

kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan

keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi

dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan

sebagiannya mengharamkannya.

Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain

Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan

karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya

makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.

Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu

Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam

kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor

Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel

sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada

kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan

persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama

manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin

jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan

akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan

sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita

Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al

Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57;

Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad

Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai

Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).

Kalangan madzab Hanafi berpendapat bahwa aborsi sebelum janin

bernyawa diperbolehkan, tapi ada segolongan ulama adzab ini yang

menyatakan makruh, bila tanpa uzur dan dapat dipandang sebagai uzur

16

Page 18: MAKALAH ABORSI

apabila air susu ibu terputus setelah tampak ada kehamilan, padahal ayah

anak tidak mampu menyusukan anaknya kepada orang lain dan

dikhawatirkan anak akan mati. Riwayat yang memperbolehkan aborsi yang

diperoleh ulama madzab hanafi ditafsirkan oleh sebagian ulama madzab ini

bila dalam keadaan uzur.

Kalangan madzab maliki berpendapat bahwa mengeluarkan mani

yang telah berada dalam rahim meskipun belum melalui masa 40 hari adalah

haram. Namun, ada sebagian kecil ulama pada madxab ini yang menyatakan

makruh bila dikeluarkan sebelum melalui masa 40 hari setelah pembuahan.

Kalangan madzab syafi’i berselisih tentang hukum aborsi sebelum

berumur 120 hari. Ada ulama yang berpendapat boleh seperti Abu Ishaq Al-

wazi, Abu baker bin sa’id Al-Furati, Al-Qalyubi. Ulama yang berpendapat

makruh seperti Al-Ramli. Sedangkan yang berpendapat haram seperti Al-

ghazali, Ibnu Hajar, dan Syaikh Al-Kurdi.

Kalangan madxab hambali berpendapat bahwa perempuan yang

melakukan aborsi sebelum membentuk manusia tidak dikenai sanksi apa

pun, sebab tidak dipandang sebagai janin. Ibnu Qadamah hanya

membicarakan dari segi sanksi hukumnya, tidak jelas mengatakan boleh atau

tidaknya (haram/halal).

Kalangan madzab zhahiri berpendapat bahwa seorang wanita yang

melakukan aborsi sebelum ditiupkan ruh diwajibkan membayar diyat berupa

budak laki-laki/perempuan kepada suaminya. Jadi dari sanksinya yang

berupa membayar diyat, maka dapat disimpulkan bahwa aborsi sebelum

ditiupkan ruh hukumnya adalah haram.

Aborsi setelah ditiupkan ruh

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya

melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada

kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa

kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah SAW telah

bersabda :

17

Page 19: MAKALAH ABORSI

“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu

selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’

selama itu pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula,

kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,

Ahmad, dan Tirmidzi)

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram,

karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Hal ini termasuk

dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada

dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT :

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan.

Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (QS Al

An’aam : 151)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin.

Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (QS Al Isra` :

31 )

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).”

(QS Al Isra` : 33)

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa

apakah ia dibunuh.” (QS At Takwir : 8-9)

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang

bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti

aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan

Islam.

Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah

diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan

18

Page 20: MAKALAH ABORSI

tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al

Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai

berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat

puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan

janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum

keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin.

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari

atau 40 malam adalah hadits Nabi SAW berikut :

'Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka

Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah

tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya,

dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada

Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki

atau perempuan ?' Maka Allah kemudian memberi keputusan...' (HR.

Muslim dari Ibnu Mas’ud RA)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

'(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...'

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan

penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42

malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu

penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai

manusia yang terpelihara darahnya (ma'shumud dam). Tindakan

penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya,

ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila

kandungannya telah berumur 40 hari.

19

Page 21: MAKALAH ABORSI

Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan,

berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang

mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak

laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10

ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam

masalah tersebut. Rasulullah SAW bersabda :

'Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang

perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu

ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan...' (HR. Bukhari dan

Muslim, dari Abu Hurairah RA) (Abdul Qadim Zallum, 1998).

Rasulullah SAW telah membolehkan 'azl kepada seorang laki-laki yang

bertanya kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak

perempuannya, sementara dia tidak menginginkan budak perempuannya

hamil. Rasulullah SAW bersabda kepadanya :

'Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka ! ' (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu

Dawud)

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel

telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada

kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya

tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi

bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam

sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut

Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963)

halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al

qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya

pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan,

dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan

sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat

20

Page 22: MAKALAH ABORSI

kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan,

niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi,

kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma

sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi

setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya

kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada

pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah).

Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya

pertemuan sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel

telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah

pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan

kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat

upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan

pada sel sperma dan sel telur (sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah

dibolehkan oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, pendapat yang

menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma

dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-

hadits yang membolehkan ‘azl.

Aborsi dalam keadaan darurat

Apabila terjadi suatu keadaan darurat yang benar-benar mendesak

dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun

setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan

bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu

dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan

aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.

Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,

sesuai firman Allah SWT :

21

Page 23: MAKALAH ABORSI

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS Al Maidah :

32)

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya

pengobatan. Sedangkan Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya

untuk berobat. Rasulullah SAW bersabda :

'Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia

ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !' (HR. Ahmad)

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan :

“Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan birtikabi

akhaffihima”

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih

yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi`

Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan

kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,

meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan

kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu

jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak

syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan

madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan

kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman

Al Baghdadi, 1998).

Aborsi karena faktor lain

22

Page 24: MAKALAH ABORSI

Aborsi sering dilakukan karena didorong oleh rasa malu, factor

ekonomi, dan sosial. Al quran sangat mengancam tindakan aborsi yang

disebabkan oleh factor-faktor di atas.

Aborsi yang didorong oleh rasa malu karena hamil di luar nikah agar

tindakannya itu tidak diketahui oleh orang lain maka ibu melakukan aborsi.

Secara tegas tindakan aborsi semacam itu dilarang, karena yang

bersangkutan telah melakukan dua macam larangan yaitu larangan hubungan

di luar nikah dan larangan aborsi.

Aborsi atas dasar khawatir tidak mapu mencukupi kebutuhan anak,

dapat dilihat dari Q.S Al-Isro’ :31 yang melarang membunuh anak karena

takt miskin, padahal Allah yang menjamin sumber rezeki untuk si anak dan

orang tuanya. Q.S Hud:6 menyatakan secara jelas bahwa tidak ada makhluk

hidup di dunia yang tidak disediakan sumber rezeki oleh Allah.

4. ABORSI MENURUT PANDANGAN AGAMA KRISTIANI

Alkitab & Aborsi

Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk

mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas

pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.

Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu

belum memiliki nyawa.

Kej 16:11 dan Kej 25:21-26 ~ Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu

kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-

laki dan akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang

penindasan atasmu itu. ~ Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya,

sebab isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka,

23

Page 25: MAKALAH ABORSI

isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam

rahimnya dan ia berkata:

5. ABORSI MENURUT PANDAGAN AGAMA HINDU

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang

disebut “Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan

dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian

yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah

“atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi

sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh

manusia. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah

ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam “Lontar Tutur Panus Karma”,

penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi

dalam manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”.

Selanjutnya Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-

teman” adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I

Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom.

Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama

menjadi masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya

setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas,

Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara yang selalu

membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak

berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang

bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas

mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.

Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan

menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7

menyatakan : “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” artinya : Janganlah

24

Page 26: MAKALAH ABORSI

mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29 : “Anagohatya

vai bhima” artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan

Atharvaveda X.1.29 : “Ma no gam asvam purusam vadhih” artinya :

Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri

Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan,

karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan

istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul

selamanya.Aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak

dibenarkan.

6. ABORSI MENURUT AGAMA BUDHA

Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan

pengguguran kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada

dalam rahim seorang ibu. Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk

hidup:

a. Mata utuni hoti : masa subur seorang wanita

b. Mata pitaro hoti : terjadinya pertemuan sel telur dan sperma

c. Gandhabo paccuppatthito : adanya gandarwa, kesadaran penerusan

dalam siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari

kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi karma

Dari penjelasan diatas agama Buddha menentang dan tidak

menyetujui adanya tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila

Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu pembunuhan

telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut :

a. Ada makhluk hidup (pano)

b. Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)

c. Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)

d. Melakukan pembunuhan ( upakkamo)

e. Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan,

maka telah terjadi pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila

25

Page 27: MAKALAH ABORSI

berhubungan erat dengan karma maka pembunuhan ini akan berakibat

buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang

mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja

yang melakukan tindak pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal

yang sama. Bagaimanapun mereka telah melakukan tindak kejahatan dan

akan mendapatkan akibat di kemudian hari, baik dalam kehidupan

sekarang maupun yang akan datang.

Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan

wanita yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta

membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan

yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di

mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".

Bagi mereka yang menyediakan jasa aborsi tidak resmi dan

ketahuan tentu akan mendapat ganjaran menurut hukum negara, setelah

melalui proses peradilan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Ini juga

sebagai akibat dari perbuatan (karma) buruk yang dilakukan saat ini.

26

Page 28: MAKALAH ABORSI

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun

juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban

Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-

fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada

peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat

yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban

Islam yang manusiawi dan adil.

Aborsi menurut Undang-undang dikategorikan sebagai suatu kejahatan,

sehingga hal itu dilarang dan orang yang melakukannya akan dikenakan sanksi

pidana.

Aborsi menurut susila kedokteran juga dilarang karena ada suatu

kewajiban dari dokter untuk memelihara hidup insani mulai dari pembuahan.

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika

umur kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin.

Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat.

Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat

yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau

42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan

pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan

yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak

apa-apa.

B. SARAN

1. Berpikir positif dalam segala hal

27

Page 29: MAKALAH ABORSI

2. Kembangkan good beaviour dalam kehidupan sehari-hari

3. Janin yang sudah tertanam dalam rahim ibu seharusnya tidak perlu

dilenyapkan selama janin tersebut tidak membahayakan diri ibu

dan janin itu sendiri

4. Sebaiknya jangan melakukan tindakan aborsi karena menurut

pandangan Islam itu merupakan dosa besar dan jangan melakukan

freesex.

28

Page 30: MAKALAH ABORSI

DAFTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman. 1998. Emansipasi Adakah Dalam Islam. Jakarta:

Gema Insani Press.

Azhar Bosyir, Ahmad. 1993. Refleksi atas Persoalan Keislaman. Bandung:

Mizan.

___________.1973. Aborsi Ditinjau dari Syari’ah Islamiyah. Yogyakarta : Mizan

Hakim, Abdul Hamid. 1927. Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id

Al Fiqhiyah. Jakarta: Sa’adiyah Putera.

Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah

Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Mahjuddin. 1990. Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi

Hukum Islam Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia.

Uman, Cholil. 1994. Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern.

Surabaya: Ampel Suci.

Zallum, Abdul Qadim. 1998. Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan

Islam : Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung,

Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati. Bangil:

Al-Izzah.

Zuhdi, Masjfuk. 1993. Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta:

Haji Masagung.

29