80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak dimiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang 1

makalah 7 diagnosa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contohmakalah jiwa tujuh diagnosa dan asuhan keperawatan

Citation preview

Page 1: makalah 7 diagnosa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber

seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan

takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini

merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang

akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi

ancaman. Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak dimiliki objek yang spesifik. Kondisi

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan

mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu

kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru

dirasakan (NANDA, 2005)

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain ( Stuart & Sundeen, 1995 ). Konsep diri

terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya citra tubuh.

Citra tubuh adalah sekumpulan sikap yang didasari atau tidak disadari oleh

individu terhadap tubuhnya. Citra tubuh meliputi meliputi persepsi saat ini

dan masa lampau. Citra tubuh juga dapat diartikan sebagai sikap, persepsi,

keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap

tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan

1

Page 2: makalah 7 diagnosa

objek yang kontak secara terus menerus (anting, make-up, kontak lensa,

pakaian, kursi roda) baik masa lampau maupun sekarang.

Gangguan Citra Tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, sturktur, fungsi, keterbatasan,

makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Masalah

Psikososial : Askep Pada Pasien Dengan Kecemasan, Ketidakberdayaan

Dan Gangguan Citra Tubuh ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui dan

memahami konsep tentang Asuhan Keperawatan Masalah

Psikososial : Askep Pada Pasien Dengan Kecemasan,

Ketidakberdayaan Dan Gangguan Citra Tubuh, sehingga mahasiswa

diharapkan dapat mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari

sebagai anggota masyarakat atau mahasiswa keperawatan.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Mengidentifikasi konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan

masalah psikososial dan gangguan kesehatan jiwa (Kecemasan,

Ketidakberdayaan Dan Gangguan Citra Tubuh).

2. Melakukan pengkajian dengan masalah psikososial dan gangguan

kesehatan jiwa (Kecemasan, Ketidakberdayaan Dan Gangguan

Citra Tubuh).

3. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan masalah

psikososial dan gangguan kesehatan jiwa (Kecemasan,

Ketidakberdayaan Dan Gangguan Citra Tubuh).

4. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah

psikososial dan gangguan kesehatan jiwa (Kecemasan,

Ketidakberdayaan Dan Gangguan Citra Tubuh).

2

Page 3: makalah 7 diagnosa

5. Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan

masalah psikososial dan gangguan kesehatan jiwa (Kecemasan,

Ketidakberdayaan Dan Gangguan Citra Tubuh).

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini

adalah pola deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan

kembali apa yang telah penulis dapat dan telah penulis pelajari sebelumnya

dari berbagai sumber yang telah penulis padukan menjadi satu rangkaian

berdasarkan pemahaman penulis, berdasarkan study literature dalam blok

Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan adalah

sebagai berikut:

1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan

materi

2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan

3. Mencari jurnal yang berhubungan dengan pembahasan

4. Mencari ke internet , dll.

D. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang : latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan, sistematika penulisan

Bab II Tinjauan teoritis

Bab ini berisi mengenai teori tentang kecemasan, ketidakberdayaan,

gangguan citra tubuh, dan dilanjutkan dengan asuhan keperawatan dari

ketiga pembahasan

BAB III Simpulan

Bab ini berisikan kesimupulan dari pembahasan yang sudah di bahas

3

Page 4: makalah 7 diagnosa

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

a. Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau

kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan

aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman

yang tidak jelas, non spesifik.

b. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan

perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat

menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya (Rivai,2000).

c. Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang

tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik

dipacu oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru

(Stuart dkk,1998)

d. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak,

khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik,

dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului

oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal.

2. Etiologi

Hingga saat ini ada 3 pemikiran yang bisa menjelaskan penyebab dari

serangankecemasan yang dialami seseorang, yaitu:

a. Biologis

Semua manusia memiliki kode ketakutan di dalam gennya, jadi

setiap orangsebenarnya memiliki potensi untuk mengalami

kecemasan. Tapi kondisi ini bisa sangatmempengaruhi seseorang

4

Page 5: makalah 7 diagnosa

tapi tidak dengan orang lain. Hal ini kemungkinan turutdipengaruhi

oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang

membuatkecemasan atau ketakutan menjadi abnormal.

b. Perilaku

Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan

caraberbeda. Misalnya jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku

main sendiri atau tidakterlalu bersosialisasi, maka kondisi ini bisa

terbawa hingga dewasa yang membuatnyamenjadi takut atau cemas

untuk berhadapan dengan orang lain.

3. Klasifikasi tingkat kecemasan

Menurut Carpenito (2001) klasifikasi tingkat kecemasan dibagi menjadi

4 tingkatan yaitu:

a. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsi. Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian

meningkat, waspada, mampu mengatasi situasi bermasalah dapat

mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa yang

akan datang.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan seseorang pada hal

yang nyata dan mengesampingkan yang lain, sehingga mengetahui

perhatian yang sedikit, tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih

terarah. Tanda dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi agak

menyempit secara selektif, tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan

perhatian.

c. Kecemasan berat

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak dapat berfikir tentang hal yang lalin. Semua perilaku ditujukan

untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

5

Page 6: makalah 7 diagnosa

pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain. Tanda dan

gejala dari kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang,

berfokus pada hal yang detail, tidak dapat berkonsentrasi lebih,

sangat mudah mengalihkan perhatiaan, serta tidak mampu

berkonsentrasi.

d. Tingkat panic

Berhubungan dengan terpengaruh ketakutan dan teror. Tanda dan

gejala dari tingkat panik yaitu peningkatan aktifitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, dan

persepsi yang menyimpang.

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

a. Umur

Prawirohardjo (2003) menspesifikasikan umur kedalam tiga

kategori, yaitu: kurang dari 20 tahun tergolong muda, 20-30 tahun

tergolong menengah, dan lebih dari 30 tahun tergolong tua.

Soewandi (1997) mengungkapkan bahwa umur yang lebih muda

lebih mudah menderita stress dari pada umur tua.

b. Keadaan fisik

Menurut Carpenito (2001) penyakit adalah salah satu faktor yang

menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang menderita

penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan

dengan orang yang tidak sedang menderita penyakit.

c. Sosil budaya

Menurut Soewardi (1997), cara hidup orang dimasyarakat juga

sangat memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai

cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas

sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga

dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah.

6

Page 7: makalah 7 diagnosa

d. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari

luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang

berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan.

Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian

pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya

kecemasan (Raystone, cit Meria 2005).

e. Tingkat pengetahuan

Soewandi (1997) mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah

mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress. Ketidaktahuan

terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat

mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan

kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan

yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang

diperoleh.

5. Tanda dan gejala kecemasan

Menurut Carpenito (2001), sindrom kecemasan berfariasi tergantung

tingkat kecemasan yang dialami seseorang, yang manifestasi gejalanya

terdiri dari :

a. Gejala fisiologis

Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafsu, gemetar, mual

muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan,

kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (dada,

punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing.

b. Gejala emosional

Individu mengatakan merasa , ketakutan, tidak berdaya, gugup,

kehilangan percaya diri, tegangtidak dapat rileks, individu juga

memperlihatkan peka terhadap rangsang, tidak sabar, mudah marah,

7

Page 8: makalah 7 diagnosa

menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri

sendiri dan orang lain.

c. Gejala kognitif

Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan,

pelupa (ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang

berlebihan.

6. Rentang respon Ansietas

RENTANG RESPON ANSIETAS

Respon Adpatif Respon Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

7. Faktor penyebab Kecemasan/ Ansietas

a. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan

dalam kehidupan tersebut dapat berupa :

1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

8

Page 9: makalah 7 diagnosa

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik

yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

8) Kajian biologis, medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan

adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena

benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino

butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi

kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam

integritas fisik yang meliputi :

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal

(misalnya : hamil).

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal.

9

Page 10: makalah 7 diagnosa

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di

rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

8. Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan

atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal

dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi,

kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini.

Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi

strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

9. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau

tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,

mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola

koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan

adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,

olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada

orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik

membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping

yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan

yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu

mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara

10

Page 11: makalah 7 diagnosa

objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik, dan

memenuhi kebutuhan secara realitas.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi

hambatan pemenuhan kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun

psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa di

lakukan individu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek

kebutuhan personal.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak

selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali

digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme

pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk

mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme

pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi

hal-hal berikut :

1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme

pertahanan klien.

2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa

pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan

kesehatan klien.

4) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

10. Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan

dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan

psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.

11

Page 12: makalah 7 diagnosa

2) Tidur yang cukup.

3) Cukup olahraga.

4) Tidak merokok.

5) Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak

(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat

anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,

lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan

atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang

ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi

bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali

(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat

stressor.

12

Page 13: makalah 7 diagnosa

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya

ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa

seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga

mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,

agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor

keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem

kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

11. Asuhan Keperawatan Kecemasan

a. Pengkajian

1. Identitas Klien

2. Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku

melalui gejala ataumekanisme koping sebagai pertahanan terhadap

kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami

ansietas adalah sebagai berikut Menurut (Stuart & Sundeen,1995) :

1. PerilakuAnsietas dapat diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologisdan perilaku secara tidak langsung

melaluitimbulnya gejala atau mekanisme kopingsebagai upaya

untuk melawan ansietas.

a) Faktor Predisposisi

b) Faktor Presipitasi

c) Stresor Pencetus

13

Page 14: makalah 7 diagnosa

a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas

fisiologis yang akanterjadi atau penurunan kemampuan

untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas, harga diridan fungsi sosial.

d) Penilaian Stresor

Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan

persepsi klien dalammengembangkan intervensi yang tepat.

Sehingga pemahaman ansietasmemerlukan integrasi banyak

faktor seperti pengetahuan dari perspektif psikoanalisis,

interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.

e) Sumber Koping

Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada

disekitar lingkingandapat mengatasi stres dan ansietas yang

dialami oleh individu. Sumber kopingtersebut berupa

modal ekonomi, kemampuan menyelelesaikan

masalah,dukungan sosial dan keyakinan budaya.

f) Mekanisme Koping

Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif

merupakan penyebabutama terjadinya perilaku patologis.

Pola mekanisme koping yang biasadigunakan untuk

mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun

ketikaansietas menjadi lebih intens.ansietas ringan lebih

sering ditangani tanpa sadar.Ansietas sedang dan berat

menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya

yang disadari dan berorientasi pada tindakan

untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk

menghilangkan ataumengatasi hambatan

pemunuhan kebutuhan.

14

Page 15: makalah 7 diagnosa

b. Perilaku menarik diri digunakan utntuk

menjauhkan diri darisumber ancaman, baik

secara fisik maupun psikologis.

c. Perilaku kompromi digunakan untuk

mengubah cara yang biasanya dipakai

individu, mengganti tujuan atau

mengorbankankebutuhan personal.

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi

ansietas ringan dansedang. Tetapi karena respon

tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak sadar dan

mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka

mekanisme inidapat menjadi respon maladaptif

terhadap stres.

2. Analisa Data

No. Data Masalah

1. DS :

- Pasien mengatakan masih

memikirkan keadaannya,

merasa cemas

DO :

- Pasien tampak gelisah dan

sedikit berkeringat

- TTV:

Suhu : 37,90C

Nadi : 100 x/ mnt

RR : 24 x/ mnt

TD :130/90 mmHg

Ansietas ringan

2. DS`:

- Klien mengatakan sering

merasakan gelisah

Ansietas sedang

15

Page 16: makalah 7 diagnosa

- Susah untuk tidur

- Sering ragu ragu

DO :

- Keadaan umum lemah

- Cemas

- Tegang diwajah

3. DS :

- Klien mengatakan sering

merasakan takut yang

berlebihan

- Klien mengatakan susah

tidur

- Sulit untuk berkosentrasi

- Sering gelisah

DO :

- Klien tampak sangat gelisah

- Klien menundukan

kepalanya

- Klien tampak sedih

- RR : 30 x / menit

Ansietas berat

3. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas ringan

b. Ansietas Sedang

c. Ansietas Berat

16

Page 17: makalah 7 diagnosa

b. Rencana Asuhan Keperwatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ansietas ringan - Tupen :

Klien sudah tidak cemas

- Tupan :

pasien akan mengurangi ansietasnya

sampai tingkat sedang atau ringan

1. Dukung dan terima

mekanisme pertahan diri

klien

2. Bersikap tenang

terhadap klien, Kurangi

stimulus lingkungan

3. Ikutlah terlibat dengan

1. Ansietas berat dan

panic dapat

dikurangi dengan

mengizinkan klien

untuk menentukan

besarnya stress

yang dapat

ditangani.

2. Perilaku dapat

dimodifikasi

dengan mengubah

lingkungan dan

interkasi klien

dengan lingkungan

3. Dengan mendorong

17

Page 18: makalah 7 diagnosa

aktivitas klien untuk

memberikan dukungan

pada penguatan perilaku

produktif secara social

4. Berikan medikasi yang

dapat membantu

mengurangi rasa tidak

nyaman klien, Amati

efek samping medikasi

dan lakukan penyuluhan

kesehatan yang relevan

aktivitas ke luar

rumah, perawat

membatasi waktu

klien yang tersedia

untuk mekanisme

koping destruktif

sambil

meningkatkan

partisipasi dan

meninkmati aspek

kehidupan lainnya

4. Efek hubungan

yang terapeutik

dapat ditingkatkan

jika kendali

kimiawi terhadap

gejala

kemungkinan klien

untuk mengarahkan

18

Page 19: makalah 7 diagnosa

perhatian pada

konflik yang

mendasari

2. Ansietas Sedang Tupen :

Konsep dan Percaya diri normal

Tupan :

Kecemasan dan ketakutan teratasi

Kriteria Hasil :

- Rasa takut berlebih (-)

- Perilaku menantang dan

menghindar(-)

- Gelisah dan tegang diwajah(-)

- Susah tidur(-)

- KU normal

1. Identifikasi dan ketahui

persepsi pasien terhadap

ancaman/situasi. Dorong

mengekspresikan dan

jangan menolak

perasaan

marah,kehilangan dan

takut

2. Catat adanya

kegelisahan, menolak

atau menyangkal (afek

tak tepat atau menolak

1. Pasien dapat takut

mati atau cemas

tentang lingkungan.

Cemas

berkelanjutan

mungkin terjadi

dalam berbagai

derajat selama

beberapa waktu dan

dapat

dimanifestasikan

oleh gejala depresi

2. Penelitian terhadap

frekuensi hidup

antara individu tipe

A/tipe B dan

19

Page 20: makalah 7 diagnosa

mengikuti program

medis).

3. Mempertahankan gaya

percaya (tanpa

keyakinan yang salah)

4. Kaji tanda verbal/non

dampak penolakan

telah berarti dua.

Namun penelitian

menunjukkan

beberapa hubungan

antara derajat

ekspresi marah atau

gelisah.

3. Pasien dan orang

terdekat dapat

dipengaruhi oleh

cemas/ketidaktenan

gan anggota tim

kesehatan.

Penjelasan yang

jujur dapat

menghilangkan

kecemasan

4. Pasien mungkin

20

Page 21: makalah 7 diagnosa

verbal kecemasan dan

tinggal dengan pasien.

lakukan tindakan bila

pasien menunjukkan

perilaku merusak.

tidak menunjukkan

masalah secara

langsung, tetapi

kata-kata/tindakan

dapat menujukkan

rasa agitasi,marah

dan

gelisah.Intervensi

dapat membantu

pasien

meningkatkan

kontrol terhadap

perilakunya sendiri

3. Ansietas berat Tupen :

Klien akan mengurangi ansietasnya

sampai tingkat sedang atau ringan.

Tupan :

Klien sudah tidak merasa cemas

Kriteria hasil

1. Dukung dan terima

mekanisme pertahanan

diri klien.

1. Ansietas berat dan

panik dapat

dikurangi dengan

mengizinkan klien

untuk menentukan

besarnya stres yang

21

Page 22: makalah 7 diagnosa

- RR kembali normal (20-24x/menit)

- Wajah klien tidak tampak sedih 2. Berikan umpan balik

pada klien tentang

perilaku, stresor dan

sumber koping. Hindari

perhatian terhadap fobia,

ritual, atau keluhan fisik.

3. Pada awalnya, berbagi

aktivitas dengan pasien

untuk memberikan

dukungan dan penguatan

perilaku produktif secara

sosial.

dapat ditangani.

2. Jika klien tidak

mampu

menghilangkan

ansietas,

ketegangan dapat

mencapai tingkat

panik dan klien

dapat kehilangan

kendali.

3. Dengan mendorong

aktifitas keluar

rumah perawat

membatasi waktu

pasien yang tersedia

untuk mekanisme

koping destruktif

sambil

meningkatkan

22

Page 23: makalah 7 diagnosa

partisipasi

danmenikmati

aspek kehidupan

lainnya

23

Page 24: makalah 7 diagnosa

c. Implementasi

Implementasi yang dilakukan antara lain membantu klien mengatasi

situasi yang menimbulkan ansietas, memberikan informasi dan pendidikan

kesehatan pada klien dan keluarga mengenai ansietas. Dimulai dari

pemahaman tentang pengertian ansietas, tanda dan gejala ansietas,

tingkatan ansietas, penyebab munculnya ansietas serta cara mengatasi

ansietas.

d. Evaluasi

Evaluasi, didapatkan data bahwa klien mengatakan rasa takut dan khawatir

berkurang. Klien terlihat tidak gelisah, tubuhnya rileks dan klien tidak

mengalami keterbatasan pola pikir. Hasil pemeriksaan tekanan darah

110/80 mmHg, frekuensi nadi 92X/menit dan frekuensi pernapasan

19X/menit.

24

Page 25: makalah 7 diagnosa

B. Konsep Ketidakberdayaan

1. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak

akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana

individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang

baru dirasakan (NANDA, 2005)

2. Etiologi

a. Gayah hidup ketidak berdayaan

b. Lingkungan perawatan kesehatan

c. Kurangnya umpan balik positif

d. Umpan balik negative yang konsiten

3. Tanda dan Gejala

a. Data subyektif:

1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai

kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.

2. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu

3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap

ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas

sebelumnya

4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran

5. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.

b. Data Obyektif:

1. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan

2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat

diberikan kesempatan

3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan

iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.

25

Page 26: makalah 7 diagnosa

5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan

orang lain ketika mendapat perlawanan.

6. Apatis dan pasif

7. Ekspresi muka murung

8. Bicara dan gerakan lambat

9. Tidur berlebihan

10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan

11. Menghindari orang lain

c. Scaning diagnosa ketidakberdayaan

Terlampir

4. Batasan karakteristik

a. Akspresiperbal dari tidak adanya control atau pengaruh atau

situasi,hasil atau perawatan diri

b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan ataupengambilan keputusan saat

kesempatan yang diberikan

c. Mengekspresikan keraguan –keraguan yang berkenaan dengan

pelaksanaan peran

d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya, takut diasingkan

dari pengaruh apatis

5. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Identitas Klien

2. Keluhan utama atau alasan masuk

3. Faktor predisposisi

4. Aspek fisik atau biologis

5. Aspek psikososial

6. Status mental

7. Kebutuhan persiapan pulang

26

Page 27: makalah 7 diagnosa

8. Mekanisme koping

9. Masalah psikososial dan lingkungan

10. Pengetahuan

11. Aspek medik

12. Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,

Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

13. Analisa Data

No. Data Masalah

1. DS :

Klien mengatakan “hidupku sudah

tidak ada artinya pingin mati saja.”

DO :

Wajah klien tegang, merah

Resiko menciderai

diri

2. DS:

Klien mengatakan malu karena

ketidakberdayaan yang ada pada

dirinya

DO:

Klien menunduk, bicara pelan,

tangan memegangi keningnya.

Gangguan konsep

diri : harga diri

rendah

3. DS :

Klien mengatakan sering

mendengar suara-suara aneh yang

menyuruhnya untuk marah-marah,

kadang-kadang suara ayahnya

yang menuntutnya untuk cepat

bekerja.

DO :

Pandangan mata tidak terfokus

Perubahan persepsi

sensori : halusinasi

akustik.

27

Page 28: makalah 7 diagnosa

Klien terlihat bingung dan tidak

ada kontak mata dengan perawat.

4. DS :

Klien mengatakan malu karena

ketidakberdayaan yang ada pada

dirinya

DO :

Selama berada di Rumah klien

lebih senang di kamar atau melihat

TV dari pada kumpul dengan

teman-temannya.

Isolalasi Sosial :

menarik diri

b. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai diri

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi akustik.

4. Isolasi Sosial : menarik diri

28

Page 29: makalah 7 diagnosa

c. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Resiko menciderai diri Tupen :

Klien tidak menciderai

dirinya sendiri

Tupan :

Keadaan umum klien

sudah kembali pulih, dan

dapat membina

kepercayaan dengan orang

sekitar

Kriteria Hasil :

- Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

- Klien dapat terlindung

dari perlaku

1. Bina Hubungan saling

percaya.

2. Beri kesempatan pada klien

untuk mengungkapkan

perasaannya.

1. Hubungan saling

percaya

memungkinkan

terbuka pada

perawat dan

sebagai dasar

intervensi

selanjutnya.

2. Informasi dari

klien penting

bagi perawat

untuk membantu

klien dalam

masalah yang

29

Page 30: makalah 7 diagnosa

menciderai dirinya

- Klien dapat

mengekspresikan

perasaannya

3. Anjurkan klien

mengungkapkan penyebab

rasa jengkel/kesal

4. Anjurkan klien klien untuk

mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan.

5. Bicarakan akibat/kerugian

dan perilaku kekerasan

yang dilakukan klien

konstruktif.

3. Pengungkapan

perasaan dalam

suatu lingkungan

yang tidak

mengancam

akan menolong

pasien untuk

sampai kepada

akhir

penyelesaian

persoalan.

4. Memudahkan

dalam

pemberian

tindakan klien.

5. Mencari metode

koping yang

tepat dan

30

Page 31: makalah 7 diagnosa

konstruktif.

2. Gangguan konsep diri :

harga diri rendah

Tupen :

Klien dapat berhubungan

dengan orang lain secara

optimal

Tupan :

Klien dapat membina

hubungan saling percaya

Kriteria Hasil :

- Ekspresi wajah

bersahabat,

- menunjukkan rasa

senang, a

- da kontak mata,

- mau berjabat tangan,

mau menyebutkan

nama,

- mau menjawab

salam,

1. Bina hubungan saling percaya:

Sapa klien

Beri salam/panggil nama

klien

Tanyakan nama panggilan

kesukaan klien

Sebutkan nama perawatan

sambil berjabat tangan

Jelaskan maksud

hubungan interaksi

Jelaskan kontrak yang

akan dibuat

Beri rasa aman dan sikap

empati

Beri perhatian pada klien

dan perhatikan kebutuhan

dasar klien

1. Bina hub. Saling

percaaya untuk

kelancaran

hubungan

interaksi

selanjutnya

31

Page 32: makalah 7 diagnosa

- klien mau duduk

berdampingan

dengan perawat

2. diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

klien

3. Setiap bertemu klien

hindarkan dari memberi

penilaian negatif

4. Utamakan memberi pujian

yang realistic

2. Diskusikan tingkat

kemampuan klien

seperti menilai

realita, kontrol

diri, atau integritas

ego, diperlakukan

sebagai dasar

asuhan

keperawatan

3. Reinforecement

akan

meningkatkan

harga diri klien

4. Pujian realistic

tidak

menyebabkan

klien melakukan

32

Page 33: makalah 7 diagnosa

kegiatan hanya

karena ingin

mendapatkan

pujian

3. Perubahan persepsi

sensori : halusinasi

akustik.

Tupen :

Klien dapat berinteraksi

dengan orang lain

sehingga tidak terjadi

halusinasi

Tupan :

Klien dapat membina

hubungan saling percaya

Kriteria Hail :

- Klien dapat

menyebutkan

penyebab menarik diri

yang berasal dari:

Dirisendiri, orang

1. Bina hubungan saling

percaya : salam terapeutik,

perkenalan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang,

buat kontrak yang jelas

(waktu, tempat dan topik

pembicaraan)

2. Observasi tingkah laku klien

terkait dengan

halusinasinya : penglihatan,

jika menemukan klien yang

sedang halusinasi

3. Diskusikan dengan klien apa

1. Hubungan saling

percaya

merupaka

landasan utama

untuk hubungan

selanjutnya

2. Observasi yang

tepat dapat

membantu klien

untuk mengatasi

halusinasinya.

3. dengan

33

Page 34: makalah 7 diagnosa

lain, lingkungan yang dirasakan jika terjadi

halusinasi dan beri

kesempatan mengungkapkan

perasaannya

4. diskusikan dengan keluarga

(pada saat pertemuan

keluarga/ kunjungan rumah

mengungkapkan

perasaan klien,

perawat dapat

mengidentifikasi

halusinasi klien

dan membantu

untuk

mengatasinya.

4. Keluarga dapat

memahami dan

mengerti

bagaimana cara

merawat klien

dengan halusinasi

di rumah

5.

4. Isolalasi Sosial :

menarik diri

- Tupen :

Klien dapat

1. Bina hubungan saling percaya

dengan :

1. Hubungan saling

percaya

34

Page 35: makalah 7 diagnosa

berinteraksi dengan

lingkungannya

- Tupan :

Klien dapat membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat

- Kriteria Hasil :

Klien dapat

mengungkapkan

perasaanya secara

verbal

Membalas sapaan

Dapat

mengungkapkan

perasaannya

- beri salam setiap

berinteraksi

- Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat, dan

tujuan perawat berkrnalan

- Tanyakan dan panggil

nama kesukaan klien

- Tunjukan sikap jujur dan

menepati janji setiap kali

berinteraksi

- Tanyakan perasaan dan

masalah yang dihadapi

klien

2. Diskusikan bersama klien

tentang manfaat berhubungan

sosial dan kerugian menarik

diri

3. Observasi perilaku klien

tentang berhubungan sosial

merupakan

langkah awal

untuk melakukan

interaksi

2. Reinforcement

dapat

meningkatkan

harga diri klien

3. Mengetahui

sejauh mana

35

Page 36: makalah 7 diagnosa

pengetahuan klien

tentang

berhubungan

dengan orang lain

36

Page 37: makalah 7 diagnosa

4. Implementasi

Sp I Pasien

1. Membina hubungan saling percaya dengan klien

2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

3. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.

4. Melakukan kontrak treatment

5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Sp II Pasien

1. Mengidentisifikasi aspek positif pasien

2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri

3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang

berharga

Sp III Pasien

1. Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien

2. Menilai pola koping yng biasa dilakukan

3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

4. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif

5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam

kegiatan harian

Sp IV Pasien

1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

3. Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih

masa depan yang realistis

SP 1 Keluaga

1. Mendiskusikan massalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

2. Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis

prilaku yang di alami pasien beserta proses terjadinya

37

Page 38: makalah 7 diagnosa

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang

dialami pasien beserta proses terjadinya.

SP II Keluarga

1. Melatih keluarga: mempraktekan cara merawat pasien dengan

resiko bunuh diri

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

resiko bunuh diri.

SP III Keluarga

1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk

minum obat

2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga

5. Evaluasi

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien terlindung dari perilaku resiko bunuh diri

3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik

4. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

5. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif

dari masalahnya

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

38

Page 39: makalah 7 diagnosa

C. Konsep Gangguan Citra Tubuh

1. Pengertian

a. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuart & Sundeen, 1995 ).

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya citra tubuh.

b. Citra tubuh adalah sekumpulan sikap yang didasari atau tidak disadari

oleh individu terhadap tubuhnya. Citra tubuh meliputi meliputi

persepsi saat ini dan masa lampau. Citra tubuh juga dapat diartikan

sebagai sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara

sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk,

struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara

terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda)

baik masa lampau maupun sekarang.

c. Gangguan Citra Tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, sturktur, fungsi,

keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

2. Tanda dan Gejala

a. Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

c. Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.

d. Mengungkapkan keputusasaan.

e. Mengungkapkan ketakutan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan citra tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan

fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan

penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh

dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan

39

Page 40: makalah 7 diagnosa

nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan

pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan

pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai

dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik

terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan

membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan

meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif

perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan

mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila

dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005).

4. Negatif dan positif Citra tubuh

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai

bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh

individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang

menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah

tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan

khawatir akan badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah

terhadap badannya (Dewi, 2009).

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang

bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan

individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan

kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang.

Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang

unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat

badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi

badannya (Dewi, 2009).

40

Page 41: makalah 7 diagnosa

5. Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh

a. Pengkajian

1. Identitas klien

2. Data demografi

a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan

perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama

perawat, nama klien, panggilan perawatan, panggilan

klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan

dibicarakan.

b. Usia dan nomor rekam medic

c. Menuliskan sumber data yang didapat

b. Analisa Data

No

.

Data Masalah

1. DS :

- Klien mengatakan bahwa

hidupnya sudah tidak berguna

lagi

- Klien mengatakan tidak mau

bergaul dengan orang lain

- Klien mengatakan bahwa

dirinya pernah mengalami

- S

DO :

- Klien banyak menunduk

- Kontak mata kurang

- Klien berbicara lamban dan

Harga diri rendah

41

Page 42: makalah 7 diagnosa

suara klien kecil

- Klien mengalihkan pembicaraan

dalam pandangan

2. DS :

- Klien mengatakan minder untuk

tertarik pada lawan jenis karena

merasa tidak ganteng/cantik

DO :

- Klien tampak sedih

- Terlihat ada perubahan pada

penampilan (jerawat)

Gangguan Citra tubuh

3. DS :

- Klien mengatakan malas untuk

bergaul dengan orang orang

dilingkungan sekitar

- Klien mengatakan jarang ke luar

rumah

DO :

- Klien menjawab seperlunya saja

- Klien tampak menundukan

kepalanya

- Kontak mata klien kurang

- Klien sering menyendiri

Isolasi Sosial

4. DS :

- Klien mengatakan dahulu

pernah melihat bayangan hitam

pada malam hari

- Klien dapat mengontrol

halusinasinya dengan baik

Resiko gangguan sensori

persepsi halusinasi

42

Page 43: makalah 7 diagnosa

DO :

- Klien tampak melamun

- Ketika diberi pertanyaan,

jawaban yang diberikan klien

terkadang tidak nyambung

c. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah

2. Gangguan Citra tubuh

3. Isolasi social

4. Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi

43

Page 44: makalah 7 diagnosa

6. Rencana Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Harga diri

rendah

- Tupen :

klien dapat

meningkatkan

interaksi dengan

prang lain secara

optimal

- Tupan :

Klien dapat

membina saling

percaya dengan

perawat

- kriteria hasil :

ekspresi wajah

klien bersahabat

1. Beri kesempatan klien

mengungkapkan

perasaannya :

a. Bimbing klien

mengungkapkan

perasaannya

b. Gunakan pertanyaan

terbuka

c. Dengarkan ungkapan

klien dengan aktif

7. Beri respon yang tidak

menghakimi :

a. Tidak menyalahkan

pendapat klien

1. Dengan

mengungkapkan

perasaannya beban

klien akan

berkurang

2. Respon

menghakimi dapat

merusak hubungan

saling percaya dan

44

Page 45: makalah 7 diagnosa

mau

mengutarakan

masalah yang

sedang dihadapi

kontak mata ada

b. Menerima pendapat

klien

8. Ciptakan lingkungan yang

tenang dengan cara

mengurangi stimulus

eksternal yang berlebihan

dalam interaksi

9. Diskusikan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

klien

menurunkan harga

diri klien

3. Lingkungan yang

tenang mampu

membantu klien

dalam

memfokuskan

pikiran

4. Memotivasi klien

memandang dirinya

secara positif,

Penilaian negatif

semakin menambah

rasa tidak percaya

diri klien

2. Gangguan cita

tubuh

1. Binalah hubungan saling

percaya antara klien dengan

perawat

1. Dasar

mengembangkan

tindakan

keperawatan

45

Page 46: makalah 7 diagnosa

2. Berikan kesempatan

pengungkapan perasaan

3. Bantu klien yang cemas

mengembangkan

kemampuan untuk menilai

diri dan mengenali

masalahnya

4. Dukung upaya klien untuk

memperbaiki citra diri

5. Dorong klien agar

bersosialisasi dengan orang

lain

2. Klien membutuhkan

pengalaman

didengarkan dan

dipahami

3. Menetralkan

kecemasan yang

tidak perlu terjadi

dan memulihkan

realitas situasi,

ketakutan merusak

adaptasi klien

4. Membantu

meningkatkan

penerimaan diri dan

sosialisasi

5. Membantu

meningkatkan

penerimaan diri dan

sosialisasi

46

Page 47: makalah 7 diagnosa

3. Isolasi sosial - Tupen :

Klien dapat

berinteraksi dengan

lingkungannya

- Tupan :

Klien dapat

membina hubungan

saling percaya

dengan perawat

- Kriteria Hasil :

Klien dapat

mengungkapkan

perasaanya

secara verbal

Membalas

sapaan

1. Bina hubungan saling

percaya dengan :

- beri salam setiap

berinteraksi

- Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat, dan

tujuan perawat

berkrnalan

- Tanyakan dan panggil

nama kesukaan klien

- Tunjukan sikap jujur dan

menepati janji setiap kali

berinteraksi

- Tanyakan perasaan dan

masalah yang dihadapi

klien

4. Hubungan saling

percaya merupakan

langkah awal untuk

melakukan interaksi

47

Page 48: makalah 7 diagnosa

Dapat

mengungkapkan

perasaannya

2. Diskusikan bersama klien

tentang manfaat

berhubungan sosial dan

kerugian menarik diri

3. Observasi perilaku klien

tentang berhubungan sosial

5. Reinforcement

dapat meningkatkan

harga diri klien

6. Mengetahui sejauh

mana pengetahuan

klien tentang

berhubungan

dengan orang lain

4. Resiko gangguan

sensori persepsi

halusinasi

- Tupen :

- Tupan :

- Kriteria Hasil :

-

1. Observasi tingkah laku

klien terkait dengan

halusinasinya : penglihatan,

jika menemukan klien yang

sedang halusinasi

2. Diskusikan dengan klien

apa yang dirasakan jika

terjadi halusinasi dan beri

1. Observasi yang

tepat dapat

membantu klien

untuk mengatasi

halusinasinya.

2. dengan

mengungkapkan

perasaan klien,

48

Page 49: makalah 7 diagnosa

kesempatan

mengungkapkan

perasaannya

3. diskusikan dengan keluarga

(pada saat pertemuan

keluarga/ kunjungan rumah)

4. kolaborasi : memberian

terapi aktivitas kelompok

perawat dapat

mengidentifikasi

halusinasi klien dan

membantu untuk

mengatasinya.

3. Keluarga dapat

memahami dan

mengerti bagaimana

cara merawat klien

dengan halusinasi di

rumah

4. Meingkatkan

keterampilan

aktivitas klien

49

Page 50: makalah 7 diagnosa

5. Evaluasi

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat

diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan

sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan

cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra

tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat,

memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan

mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan

seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi,

mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998).

Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:

1) Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak

perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma

ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah ada (paska

operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa

ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan

tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan

seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan

keseimbangan diri.

2) Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari

kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka pasien

menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,

tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam

perawatannya.

3) Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan

kenyataan manka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase

ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang

baru.

4) Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa

bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah

50

Page 51: makalah 7 diagnosa

perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat,

1998).

51

Page 52: makalah 7 diagnosa

BAB III

SIMPULAN

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali

tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi

sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan

mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang

dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan

Gangguan Citra Tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan

oleh perubahan ukuran, bentuk, sturktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek

yang sering kontak dengan tubuh

52

Page 53: makalah 7 diagnosa

DAFTAR PUSTAKA

Carman, Linda Copel. 2007, Kesehatan Jiwa & Psikiatri : Pedoman Klinis

Perawat, Jakarta : EGC

Gail W, Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT

Refrika Aditama

http://nersnova.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-jiwa-dengan-

resiko.html diunduh pada tanggal 09 November 2012 pukul 14.50 WIB

53

Page 54: makalah 7 diagnosa

LAMPIRAN

54