MAKALAH 3 GERIATRI

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL ORGAN GERONTOLOGI MEDIK Seorang Laki-laki 70 Tahun dengan Keluhan Berdebar-debar

KELOMPOK 6

030.08.177 030.08.178 030.08.189 030.08.211 030.08.218 030.09.054 030.09.055 030.09.056 030.09.057 030.09.058 030.09.112 030.09.113 030.09.114 030.09.115 030.09.116

Ni Putu Devia Suciyanti Ni Putu Indra Dewi Oryza Sativa Riski Dianti Fitri Sari Putri Utami Citra Indah Puspita Sari Claudia Marisca Cynthia Ayu Permatasari Dani Fahma Qurani Debby Adelayde Hikmah Soraya I Gusti Agung Ayu Widyarini I Made Setiadji I Nyoman Gde Danu Kumara I.G.A Sattwika Pramita

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA, 16 DESEMBER 20110

BAB I

PENDAHULUANPada Lansia, dekompensasi cordis atau gagal jantung ini adalah keadaan yang biasanya disebabkan oleh karena terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung. Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep Faktor Resiko dan Penyakit Degeneratif. Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas, yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain. Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001, penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%, Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%, Gagal jantung 2%, Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%. Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF. CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sistolik jantung ditentukan oleh empat determinan utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir diastolik dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload kearah ventrikel, dan frekuensi denyut jantung.6

1

BAB II

LAPORAN KASUSSaudara sedang bertugas di RS Trisakti, malam hari datang seorang laki-laki 70 tahun yang dirujuk dari RS setempat dengan keluhan berdebar-debar cepat sejak sore sebelumnya, setelah datang dari bepergian keluar kota. Pada anamnesa selanjutnya didapati keterangan bahwa debar-debar disertai sesak napas, malam ini terbangun dari tidur karena sesak napas disertai batuk dengan dahak berbuih, kemerahan. Mengaku tekanan darah tinggi berobat ke dokter, merasa sembuh obat tidak dimakan lagi. Pada pemeriksaan fisik didapati hal sebagai berikut : sadar, orthopnoe dengan respirasi rate 24x/menit, TD 170/80 mmHg, heart rate 150x/menit, irregular, nadi cepat, irregular dalam hal ritme dan pengisian, jugular vein 5+3 cm, thrill dan bruit A.carotis tidak ada, ictus ICS VI, 2 jari lateral dari midaxillar line kiri, S1-S2 irreguler, pansystolic murmur grade III/6, punctum maximum di apex menjalar ke axilla, ronchi basah pada kedua paru terutama pada basal, hepatomegali (-), lien tidak teraba, udem tungkai (-). Hasil laboratorium klinik sebagai berikut : Hb = 13g/dl Ht = 40 vol% Erirosit = 4,5 juta/dl Lekosit = 6000/dl Diff. Count = -/2/4/56/30/8 LED = 30 mm/jam GDS = 120 mg/dl Ureum = 30 mg/dl Creatinin = 1,2 mg/dl Cholesterol total = 320 mg/dl HDL = 40 mg/dl LDL = 150 mg/dl Triglyceride = 150 mg/dl2

3

BAB III

PEMBAHASANIdentitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku bangsa Alamat Keluhan utama Dada berdebar debar cepat :: 70 tahun : Laki-laki : ::-

Riwayat penyakit sekarang Keluhan dada berdebar cepat sejak hari sebelumnya. pasien mengalami sesak napas pada malam hari sehingga terbangun dari tidurnya. Pasien batuk disertai dahak berbuih kemerahan.

Riwayat penyakit dahulu Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), pasien merasa sembuh sehingga obat tidak dikonsumsi lagi. Riwayat pengobatan Pernah berobat ke dokter untuk keluhan hipertensi karena merasa sembuh obat dihentikan.4

Riwayat kebiasaan dan kehidupan pribadi Baru pulang dari luar kota.

Riwayat Pendidikan -

Riwayat Sosial Ekonomi -

Riwayat penyakit keluarga Adapun anamnesis tambahan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan serta sosio-ekonomi. Anamnesis Tambahan Riwayat Penyakit Sekarang Apakah keluhan timbul pada saat tertentu atau terus menerus? Adakah faktor pemicu timbulnya keluhan keluhan tersebut? Pada sesak napas, sebelum terjadi sesak apakah pasien melakukan aktivitas tertentu atau makan makanan tertentu sehinggu memicu sesak? Adakah hal hal yang memperberat atau memperingan sesak napasnya? Apakah ada keluhan penyerta seperti nyeri dada? Apakah ada bunyi ngik saat bernapas? Sesak napas timbul berlahan atau mendadak?

5

-

Apakah pasien sedang mengalami stress, sehingga menimbulkan keluhan dada berdebar dan sesak napas?

Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya? Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung? Apakah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes? Apakah pasien memiliki riwayat alergi?

Riwayat Penyakit Keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi atau penyakit lainnya? Apakah ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien?

Riwayat Pengobatan Apakah pasien sudah pernah memeriksakan diri ke dokter? Terapi apa saja yang pernah dilakukan? Apakah mengkonsumsi obat obat tertentu saat ini? Indikasinya apa?

Riwayat Kebiasaan Bagaimana pola makan pasien sehari-hari? Teratur atau tidak? Apakah makanannya mencukupi pola gizi seimbang? Bagaimana pola tidur pasien? Bagaimana aktivitas sehari-hari pasien? Apakah terganggung dengan adanya keluhan keluhan tersebut? Apakah pasien melakukan aktivitas/pekerjaan yang berat? Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alcohol?

Riwayat Sosial dan Ekonomi Pasien tinggal dimana? Bagaimana keadaan lingkungan sekitar pasien?6

-

Keadaan rumah? Kamar tidur pasien ? apakah cukup ventilasinya? Dengan siapa pasien tinggal? Apakah pasien masih bekerja untuk mencukupi kehidupan keluarganya? Apa pekerjaan pasien?

Dari anamnesis yang didapatkan, pasien mengeluh berdebar-debar sejak sore, hal ini diduga karena adanya kelainan pada jantung yang menyebabkan palpitasi. Biasanya diakibatkan karena gagal jantung yang disebabkan oleh hipertensi, tubuh melakukan kompensasi dengan melepaskan adrenalin dan noradrenalin dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah sehingga kerja jantung menjadi lebih kuat untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pemompaan jantung dan curah jantung bisa kembali normal, biasanya hal ini disertai dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung (palpitasi). Selain itu, pasien juga mengeluh sesak napas, diduga adanya kelainan pada paru-paru, jantung, dan dugaan lain adalah anemia dan obesitas. Pada malam hari terbangun dari tidur karena sesak napas disertai batuk dengan dahak berbuih kemerahan, pasien mengalami Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND). Yaitu dispnea yang terjadi saat malam hari, hal ini terjadi karena cairan ekstravaskular masuk ke dalam intravascular dengan akibat venous return meningkat. Pada keadaan gagal jantung kiri dimana ventrikel kanan masih kompeten menyebabkan tekanan vena pulmonalis dan cabangcabangnya meningkat, terjadi udem alveoli, mukosa bronchial dan interstisial. Udem menekan bronkus kecil dengan akibat menambah kesukaran bernapas. Pasien mengalami batuk dengan dahak berbuih kemerahan ( frothy sputum ) hal ini terjadi karena bercampurnya darah dan udara pada alveoli sering terjadi pada penderita gagal jantung dengan udem paru. Masalah, Dasar Masalah, Hipotesis Masalah Berdebar-debar (Palpitasi) Dasar Masalah Anamnesis : berdebardebar cepat sejak sore sebelumnya setelah bepergian keluar kota PF : HR = 150 x/menit, irreguler Hipotesis AF Paroxysmal Atrial Takikardi AV Block SA node disease

-

-

-

7

Sesak napas (Dyspnea)

-

-

Froti sputum

-

-

Hipertensi

-

LVH

-

-

Dilatasi LA

-

Hiperkolesteronemia

-

Nadi cepat, irreguler dalam hal ritme dan pengisian Anamnesia : malam ini terbangun dari tidur dengan sesak napas (PND) PF : Orthopnea Respiration rate = 24x/menit Anamnesis : batuk dengan dahak berbuih kemerahan PF : ronkhi basah pada kedua paru terutama basal Anamnesia : mengaku hipertensi PF : TD 170/80 mmHg (ISH) PF : ictus di ICS VI, 2 jari lateral dari midaxillar line kiri Ro. Thorax : Pembesaran melewati 2/3 hemithoprax kiri Apex jantung tertanam ke diafragma CTR > 50% EKG Ro Thorax : pinggang jantung hilang (tumpul) Echogram Pemeriksaan Laboratorium Anamnesis PF EKG Ro. Thorax Echogram

-

-

Jantung : decompensatio cordis kiri Penyakit paru Anemia

-

Decompensatio cordis kiri

-

Idiopatic Herediter Pola makan yang buruk (tinggi garam) Hipertensi (ISH)

-

LVH

-

Decompensatio Cordis Kiri

-

-

Pola makan yang buruk (tinggi lemak dan kolesterol) Hipertensi LVH

8

Pemeriksaan Fisik I. Status Generalis Keadaan Umum a. Tingkat Kesadaran Kesadaran pasien compos mentis. b. Kesan sakit Pasien mengeluh berdebar-debar. II. Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Suhu Denyut nadi Irama denyut Tekanan darah Pernafasan Tidak diketahui 150x/menit Irreguler 170/80mmHg 24x/menit Nilai Normal 36,5 - 37,2C 60-100 X/menit teratur(reguler) 120/80 mmHg(optimal) 14-18 x/menit

Status Lokalis Pemeriksaan Mata Telinga Kepala Hidung Mulut Tenggorokan Leher Hasil pemeriksaan Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui

9

-

Arteri carotis: tidak ada thrill dan bruit

-

Ictus ICS VI, 2 jari lateral dari

Thorax

Cor -

midaxillar kiri S1-S2 irreguler Pansystolic murmur grade III/6 Puctum maximum di apex menjalar ke axila

Pulmo

Ronchi basah pada basal kedua paru

Usus

Tidak diketahui

Abdomen

Hepar Tidak ditemukan kelainan Lien

Punggung Ekstremitas

Tidak diketahui Tidak ada edema

Pasien mengalami othopnoe, dimana pasien merasa kesulitan bernafas/sesak pada pasien ketika berbaring. Terdapat juga hiperventilasi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan paru atau pun jantung. Pada gangguan jantung orthopnoe disesbabkan oleh venous return yang meningkat ketika berbaring sedangkan ventrikel kiri mengalami kegagalan dalam menerima venous return yang bertambah sehingga terjadi ldilatasi dan meningkatnya tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan terjadinya udema intertisialis, compliance pulmonal berkurang, resistansi jalan nafas yang menyebabkan terjadinya dispnea. Pada pasien terdapat hipertensi sistolik terisolasi akibat adanya gangguan pada elastisitas arteri karena proses menua. Pada pasien juga terdapat palpitasi dan takikardi yang10

disebabkan karena adanya gangguan irama pada jantung yang disebabkan oleh gangguan pada jantung dimana jantung yang telah mengalami kegagalan dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga terjadi kompensasi dengan perangsangan simpatis untuk memperkuat kontraktilitas jantung. Ictus jantung dan punctum maksimum yang bergeser tempatnya menandakan adanya pembesaran dari jantung bagian kiri. Dalam hal ini terjadi pelebaran dari ventrikel kiri. S1 menandakan mulai menutupnya katup mitral dan trikuspid. S2 menandakan akhir sistole ventrikel dimana berkaitan dengan penutupan katup aorta dan pulmonal. Adanya gangguan pada S1S2 menandakan adanya gangguan pada katup-katup tersebut. Pansistolik murmur muncul sepanjang sistole dikarenakan adanya gangguan pada katup mitral seperti mitral regurgitasi. III/6 menyatakan bunyi murmur tidak keras, akan tetapi lebih keras daripada grade II. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Diff. Count LED Gula Darah Sewaktu Ureum Kreatinin Kolestrol total LDL HDL Trigliserida 13 g/dl 40% 4,5 juta/dL 6000/uL -/2/4/56/30/8 30mm/jam 120mg/dL 30mg/dL 1,2mg/dL 320mg/dL 150mg/dL 40mg/dL 150mg/dL 140/60th : 1600kkal/ hari. mengkonsumsi: o Karbohidrat 60% dari asupan keseluruhan/hari o Protein 25% dari asupan keseluruhan/hari o Lemak 15% dari asupan keseluruhan/hari o Meningkatkan asupan vitamin, kalsium dan fosfor untuk menunjang kesehatan tulang dan menghindari fakor resiko fraktur o Mengkonsumsi makanan berserat; sayur-sayuran dan buah-buahan sebanyak 250mg/hari Pembatasan asupan garam. Mengurangi konsumsi garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida perharinya (dengan asupan kasium, kalium dan magnesium). Anjuran untuk berolahraga karena memiliki efek positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohumoral. Diperlukan motivasi atau dukungan pada pasien lansia. Tirah baring jangka pendek dapat membantu perbaikan gejala karena mengurangi metabolisme serta meningkatkan perfusi ginjal. Mendaftarkan diri dan mengikuti kegiatan puskesmas santun usia lanjut/posyandu lansia dan pembinaan kelompok lanjut usia. Mengurangi aktifitas yang berat untuk mencegah relaps penyakit. Kontrol secara berkala ke Rumah Sakit untuk mengevaluasi perjalanan penyakit.

Medika-mentosa5 Gagal jantung akut merupakan kondisi emergensi dimana memerlukan penatalaksanaan yang tepat, termasuk mengetahui penyebab, perbaikan hemodinamik, menghilangkan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan.

20

-

Tindakan pertama : Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi dengan masker.

-

Pemberian loop diuretic intravena seperti furosemid akan menyebabkan venodilatasi yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Dengan dosis awal 2040 mg, dengan monitoring elektrolit, ureum, kreatinin, asam urat, Hb, Ht, dan eritrosit.

-

Opioid parenteral seperti morfin dapat menurunkan kecemasan, nyeri, dan stress, serta menurunkan kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload dan tekanan pengisian ventrikel serta udem paru. Dosis pemberian 2-3 mg intravena.

-

Pemberian obat dari golongan ACE inhibitor (Captopril) dengan dosis 6,25 mg 2x sehari, kemudian titrasi beberapa hari. Efek ACE inhibitor adalah dilatasi arteriol, mengurangi aktivitas simpatik dan produksi noradrenalin, dan penurunan aldosteron berakibat sekresi Na dan retensi K.

-

Pemberian digoksin/digitalis untuk menambah kontraksi miokard baik kecepatan dan kekuatan kontraksi. Penggunaan digoksin dikombinasikan dengan diuretic dan ACE inhibitor pada pasien dengan atrial fibrilasi. Dosis untuk efek digitalisasi cepat 11,5ug/hari (dosis rendah karena pasien lansia). Dilanjutkan dengan dosis pemeiharaan : 62,5-500ug/hari.

-

Rawat inap atas indikasi NYHA kelas IV, diperlukan untuk mengontrol tanda vital pasien agar tidak mengalami perburukan.

Komplikasi Gangguan Gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomiting, distensi abdomen, sakit perut. Gejala-gejala ini diakibatkan karena melebarnya vena akibat kongesti gastrointestinal. pada mukosa

Stroke Hipertensi baik sistolik maupun diastolik merupakan faktor resiko dominan untuk terjadinya stroke baik hemoragik maupun non hemoragik.

21

Gagal Jantung Kongestif pada gagal jantung kiri kronik biasanya mengakibatkan gagal jantung kanan (akibat sekunder) yang dapat juga ditandai dengan peningkatan tekanan vena jugularis, ascites, edema perifer yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intersisiel.

Gagal ginjal Karena aliran darah ke ginjal kurang.

PrognosisAd Vitam : Dubia ad malam

Dikarenakan keadaan multipatologis dari ini, dilanjutkan adanya kegagalan dari fungsi jantung dalam memompa aliran darah, dimana pada kelompok kami, kami mendiagnosis adanya gagal jantung kiri dan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, disertai adanya mitral regurgitasi, odem paru, hipertensi dan melihat pada pasien ini terdapat peningkatan kolesterol darah yang akan berkomplikasi pada penyakit-penyakit jantung lainnya seperti congestive heart failure. Kemudian pada pasien geriatri (>60 tahun) dimana daya tahan tubuh sudah sangat menurun dapat menyebabkan infeksi yang tidak fatal bagi usia muda menjadi sangat fatal walaupun sudah diterapi dengan baik. Ad Fungtionam : Ad malam

Keadaan pasien yang dinilai dari foto rontgen thorax, yang dinilai gambarannya sudah tidak terlihat adanya pinggang jantung, kemudian apex dari jantung sudah tertanam di diagfragma hal ini menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri dan hipertrofi ventrikel kiri. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi fisiologi jantung sudah tidak dapat menahan beban dari kerja jantung. Ditambah lagi keadaan pasien ini sudah berumur 70 tahun, dimana fungsi untuk organ-organ dalam seperti paru, ginjal, dan hepar pada pasien geriatric sudah sangat menurun. Ditambah lagi ada riwayat

hipertensi pada pasien ini dan atrial fibrilasi yang terlihat dengan penilaian ekg akan tambah memperburuk kerja dari jantung si pasien ini. 22

Ad Sanationam

: Dubia ad malam

Dengan melihat faktor multipatologis pada pasien ini, walaupun sudah ditunjang dengan berbagai pengobatan yang sudah memadai, tidak menutup kemungkinan akan terulang lagi gejala yang dialami pasien ini. Seperti sesak nafas berulang yang mengganggu tidurnya. Karena pada pasien lansia, kita harus memberikan ektra waktu dan perhatian dalam merawat keadaan ini.

23

BAB IV TINJAUAN PUSTAKAAnatomi Jantung1 Rongga thorax dapat dibagi menjadi bagian median yang disebut mediastinum, dan paru serta pleura yang terletak di lateral. Mediastinum meluas ke depan sampai sternum dan posterior sampai pars thoracica columna vertebralis. Mediastinum berisi sisa thymus, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, trachea dan oesophagus, ductus thoracicus dan kelenjar limfe, nervus vagus dan nervus phrenicus, dan truncus symphaticus. Mediastinum superior didepan dibatasi manubrium sterni dan dibelakang oleh empat vertebrae thoracicae yang pertama. Mediastinum inferior didepan dibatasi oleh corpus sterni dan dibelakang oleh delapan vertebrae thoracicae bagian bawah. Pericardium merupakan sebuah kantong fibroserosa yang membungkus jantung dan pangkal pembuluh-pembuluh besar. Pericardium fibrosum adalah bagian fibrosa kuat dari kantong pericardium. Pericardium fibrosum didepan melekat pada sternum melalui ligamentum

sternopericardiaca. Pericardium serosum mempunyai lamina parietalis yang membatasi pericardium fibrosum dan melipat di sekeliling pangkal pembuluh-pembuluh darah besar untuk melanjut menjadi lamina viseralis pericardium serosum yang meliputi permukaan jantung. Lamina viseralis berhubungan dengan jantung ( epicardium ). Ruang diantara lamina parietalis dan lamina viseralis pericardium serosum disebut cavitas pericardiaca. JANTUNG Merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mirip pyramid dan terletak didalam pericardium di mediastinum. Permukaan jantung terbagi menjadi tiga yaitu facies sternocostalis (anterior), facies diaphragmatica (inferior), dan basis cordis (facies posterior) dan juga memiliki apex yang arahnya ke bawah, ke depan, dan kiri. Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium dextra, batas kiri oleh auricular sinistra dan dibawah oleh ventrikulus sinister. Batas bawah dibentuk oleh ventrikulus dexter tetapi juga oleh atrium dexter dan apex oleh ventrikulus sinister.

24

Anatomi Jantung. Available at : http://www.healthcentral.com/common/images/8/8672_13379_5.jpg

Jantung dibagi oleh septum vertical menjadi empat ruang, yaitu : atrium dexter, atrium sinister, ventrikulus dexter, dan ventrikulus sinister. Dinding jantung tersusun atas otot jantung, myocardium, yang diluar terbungkus oleh pericardium serosum yang disebut epicardium, dan dibagian dalam diliputi oleh selapis endotel disebut endokardium. Atrium dexter terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auricula. Pada permukaan jantung, pada tempat pertemuan atrium kanan dan auricular kanan terdapat sebuah sulcus vertical, sulcus terminalis, yang pada permukaan dalamnya berbentuk rigi disebut crista terminalis. Muara pada atrium dexter adalah Vena cava superior, Vena cava inferior, Sinus coronaries, dan Ostium atrioventriculare dextra. Ventriculus dexter berhubungan dengan atrium dexter melalui ostium atriventriculare dextra dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium trunci pulmonalis. Dinding ventrikel dextra jauh lebih tebal dibandingkan atrium dextra. Rigi-rigi yang menonjol menyebabkan dinding ventrikel terlihat seperti busa dan dikenal trabeculae carnae. Tabeculae carnae dibagi menjadi tiga jenis, yaitu musculi papillares yang menonjol ke dalam, melekat melalui basis pada dinding ventrikel, puncaknya dihubungkan oleh tali-tali fibrosa (chordae tendinae) ke cuspis valve tricuspidalis. Jenis kedua yang melekat dengan ujungnya pada ventrikel, dan bebas pada tengahnya yaitu trabecula septomarginalis. Jenis ketiga hanya terdiri dari rigi-rigi yang menonjol. Valva tricuspidalis melindungi ostium atrioventriculare dan terdiri dari tiga cuspis yang dibentuk oleh lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa yang meliputinya, cuspis anterior, septalis, dan inferior (posterior). Valva trunci pulmonalis melindungi ostium trunci pulmonalis dan terdiri dari tiga valvula semilunaris yang dibentuk dari lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa. Atrium sinister terdiri atas rongga utama dan auricular sinistra. Atrium sinister terletak dibelakang atrium dexter dan membentuk sebagian besar basis atau facies posterior jantung. Muara pada atrium sinister adalah empat vena pulmonales, dua dari masing-masing paru-paru bermuara pada 25

dinding posterior dan tidak mempunyai katup. Ostium atrioventrikularis sinister dilindungi oleh valve mitralis. Ventriculus sinister berhubungan dengan atrium sinister melalui atrioventriculare sinister dan dengan aorta melalui ostium aortae. Dinding ventrikulus sinister tiga kali lebih tebal daripada ventriculus dexter. Valva mitralis melindungi ostium atrioventriculare. Valve terdiri dari dua cuspis, anterior dan posterior. Valve aortae melindungi ostium aortae dan mempunyai struktur yang sama dengan struktur valve trunci pulmonalis. Satu cuspis terletak di anterior (semilunaris dexter) dan dua cuspis terletak di dinding posterior (semilunaris sinistra dan posterior). Histologi Pembuluh Darah Arteri sedang (muskular) dapat mengendalikan banyaknya darah yang menuju organ dengan mengontraksi atau merelaksasi sel-sel otot polos tunika media. Tunika intima memiliki lapisan subendotel yang agak lebih tebal daripada di arteriol dan lamina elastika interna, yaitu komponen terluar dari intima, tampak jelas dan tunika media dapat dapat terdiri atas lapisan-lapisan sel otot polos sampai 40 lapisan. Sel-sel ini berbaur dengan dengan lamela-lamela elastis (tergantung ukuran pembuluh) maupun serat-serat retikulin dan proteoglikan, yang dihasilkan serabut otot polos dalam jumlah yang bervariasi. Lamina elastika eksterna, yaitu komponen terakhir dari tunika media, hanya terdapat pada arteri muskular yang lebih besar. Adventisia terdiri atas jaringan ikat. Kapiler limfe, vasa vasorum, dan saraf juga terdapat di dalam adventisia dan struktur ini dapat masuk sampai tunika media bagian luar.

Fisiologi Jantung2 Aktivitas listrik Jantung Nodus sinoatrius adalah pemacu jantung normal. Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membrane sel-sel otot. Jantung berdenyut atau berkontraksi secara berirama akibat

26

potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung :

Sel kontraktil yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel otoritmik tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensia aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.

Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut :

1. Nodus Sinoatrium (SA) daerah kecil khusu di dinding atrium kanan dekat lubang vena kava superior. Potensial aksi yang dihasilkan per menit adalah 70-80. 2. Nodus atrioventrikel (AV) berkas kecil sel-sel oto jantung khusus di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel. Potensial aksi yang dihasilkan adalah 40-60. 3. Berkas His suatu jaras sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antarventrikel, tempat berkas bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalanke bawah melalui septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar. 4. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting pohon.Berkas His dan Serat Purkinje mengahasilkan potensial aksi per menit 20-40. Penggabungan Eksitasi-Kontraksi di sel kontraktil.

Gagal Jantung3 Gagal jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan patofisiologi dimana terdapat kelainan daripada fungsi jantung yang bertanggungjawab terhadap gagalnya jantung untuk memompa darah. Tidak semua pasien dengan disfungsi ventrikel memiliki sindroma klinis gagal jantung. Dalam mengenali asal dari disfungsi ventrikel yg kontinu dan berkelanjutan, gagal jantung dibagi menjadi 4

27

stadium: pada stadium A pasien memiliki faktor resiko gagal jantung (hipertensi, obesitas, PJK, diabetes) tetapi normal pada fungsi ventrikel dan tidak ada gejala gagal jantung; pasien stadium B memiliki kelainan struktural tetapi tidak terdapat gejala gagal jantung; pasien stadium C memiliki disfungsi ventrikel dengan gejala curah jantung yang inadekuat; pasien dengan stadium D memiliki gejala yang lebih lanjut dan ketidakmampuan yang parah. Stadium stadium ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita (gambar 1). GAGAL JANTUNG SISTOLIK DAN DIASTOLIK Gagal jantung sistolik mengacu pada kondisi paftofisiologi dimana kontraksi sistol ventrikel terganggu. Gagal jantung diastolik adalah kondisi dimana terdapat resistansi untuk mengisi satu atau dua ventrikel, yang memicu peningkatan tekanan pengisian ventrikel dan gejala kongestif pada fungsi sistolik yang normal atau mendekati normal.

PENYEBAB DISFUNGSI SISTOLIK VENTRIKULAR Disfungsi sistolik dan gagal jantung kongestif merupakan titik akhir yang biasa ditemukan pada proses penyakit kardiovaskular. Pada Framingham Heart Study, hipertensi merupakan prekursor utama terhadap perkembangan gagal jantung. Dilatasi ventrikular global dan disfungsi sistolik sering juga dinamakan cardiomyopathy. Penyebab dari dilatasi cardiomyopathy dan disfungsi sistolik dapat dilihat pada tabel 1.

28

Tabel 1. Etiologi kardiomiopati dilatasi.

PENYEBAB DISFUNGSI DIASTOLIK VENTRIKULAR Kondisi utama yang berkaitan dengan disfungsi diastolik ventrikular adalah hipertensi dan penyakit arteri koroner. Cardiomyopati infiltratif hanya menyebabkan disfungsi diastolik ventrikel dalam jumlah yang sangat kecil. PRESENTASI KLINIS GAGAL JANTUNG Gejala-gejala klinis gagal jantung dapat dilihat pada tabel 2.

29

Tabel 2. Gejala gagal jantung kongestif

Gejala pada disfungsi sistolik maupun diastolik ventrikular terlihat mirip. Dyspnea on exertion dan kelelahan merupakan gejala awal pada gagal jantung, tetapi amat tidak spesifik. Penyakit paru, obesitas, deconditioning, dan usia lanjut dapat pula menyebabkan gejala tersebut. Edema juga tidak spesifik pada gagal jantung. Paroxysmal nocturna dyspnea dan orthopnea lebih spesifik pada gagal jantung, tetapi bukan merupakan indikator yang sensitif. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada tabel 3 juga kurang spesifik dan sensitif untuk gagal jantung.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan fisik gagal jantung.

Pasien dengan gejala ventrikular yang lebih lanjut mungkin memiliki beberapa tanda dan gejala tipikal dari gagal jantung. Kriteria diagnostik gagal jantung sudah ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan noninvasif fungsi sistol dan diastol. Kriteria klinis Firmingham (tabel 4) digunakan untuk mengindentifikasi gagal jantung pada studi epidemiologi. Kriteria ini spesifik, tetapi tidak sensitif. Apabila dicurigai gagal jantung, klinisi harus memperkirakan kelas fungsional dari pasien lewat kriteria New York Heart Association (NYHA, tabel 5). Kriteria ini berfungsi untuk memberikan informasi dalam memberikan prognosis.

30

EVALUASI GAGAL JANTUNG Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:

1. Untuk menentukan tipe dari disfungsi jantung (sistolik vs diastolik, ventrikel kanan vs ventrikel kiri, valvural vs myocardial). 2. Untuk menemukan faktor etiologi yang dapat diperbaiki. 3. Untuk menentukan prognosis. 4. Sebagai petunjuk terapi.Sebagai tambahan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, evaluasi lab rutin untuk gagal jantung atau disfungsi ventrikular dapat dilihat pada tabel 6.

31

Angiografi koroner Karena banyak pasien dengan disfungsi sistolik memiliki penyakit arteri koroner, maka penting untung mengetahui luas dari penyakit tersebut. Revaskularisasi harus dipertimbangkan untuk mencegah kerusakan iskemik lanjut dan untuk mengembalikan fungsi hibernating myocardium, tetapi peran dari CABG (coronary artery bypass grafting) pada pasien tanpa angina sampai saat ini belum jelas. Biopsi endomyocardial Biopsi endomyocardial untuk mendeteksi myokarditis limfositik sudah tidak dianjurkan lagi. Cara ini dianjurkan apabila dicurigai adanya penyakit sistemik (amiloidosis atau hemokromatosis). Tes gerak badan pada gagal jantung Klasifikasi fungsional berdasarkan pertukaran gas pernapasan dan VO2 max dapat dilihat pada tabel 7. Karena VO2 max merefleksikan curah jantung selama aktivitas puncak, tingkat koresponden dari indeks jantung juga terpresentasikan. VO2 max yang kurang dari 14mL/kg per m2 mensugestikan keburukan dari 1-year survival

Tabel 7. Klasifikasi fungsional gagal jantung

Hipertensi Sistolik Terisolasi7,8

PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.32

KLASIFIKASI

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain ETIOLOGI Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada : Elastisitas dinding aorta menurun Katub jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

33

a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ) Kegemukan atau makan berlebihan Stress Merokok Minum alcohol Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

PATOFISIOLOGI / PATHWAY Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

34

hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.35

b.

Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. PENATALAKSANAAN Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 36

Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh Penurunan berat badan Penurunan asupan etanol Menghentikan merokok

25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : Kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :37

Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain

Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

38

Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

39

BAB V KESIMPULAN

Ditinjau dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (EKG, chest x-ray, echocardiogram) yang ada, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi gagal jantung kiri pada pasien. Gagal jantung kiri ini disebabkan oleh faktor resiko yang dimiliki pasien sebagai etiologinya yaitu hipertensi dan juga proses degenerative yang terjadi. Hipertensi yang biasa di alami oleh lansia dan juga pada kasus ini adalah isolated systolic hypertension, dimana di dapatkan tekanan sistolik lebih dari 140 dan tekanan diastolic kurang dari 40. ISH juga disebabkan dari faktor degenerative yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu berhubungan dengan atrial compliance yang menurun, proses atherosclerosis dan atheriosclerosis, sehingga terjadi penurunan fleksibelitas dan adanya keakuan pembuluh darah pada lansia. Pada Lansia, dekompensasi cordis atau gagal jantung ini adalah keadaan yang biasanya disebabkan oleh karena terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung.

40

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Clinical anatomy for medical student. 6th ed. Jakarta:EGC.2006 2. Sherwood.L.Fisiologi manusia dari sel ke system.2nd ed.Jakarta:EGC.2001.p.26680 3. Kratz A, Pesce MA, Fink DJ. Appendix:laboratory values of clinical importance. In : Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braun Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. USA : McGrawHill; 2008. 4. Medscape reference. Heart Failure. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/163062-treatment#aw2aab6b6b2.Accessed on December 15, 2011. 5. Lipi. Gagal Jantung. Available at

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91088596.pdf.Accessed on December 15, 2011. 6. Mayo Clinic. Heart Failure. Available at http://www.mayoclinic.com/health/heartfailure/DS00061.Accessed on December 15, 2011.7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Ilmu Penyakit Dalam. 5 th ed. Jakarta : Interna Publishing; 2009.p.900 8. Martono H.H, Pranarka K. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).4th ed. Jakarta: FKUI;2010.p.495-500

41