38
KELOMPOK 5 FEBRIA WULANDHANI GITA AYU MAYACITA IMAS NURHASANAH MIAR NUR TRIANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR

LUKA BAKAR KEL 5.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

PowerPoint Presentation

KELOMPOK 5FEBRIA WULANDHANIGITA AYU MAYACITAIMAS NURHASANAHMIAR NUR TRIANAASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas :api, air, panas, listrik atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Purwadianto & Sampurna, 2000).

1. PENGERTIAN

Sesak napasSerakStridor atau mengiRasa gatal umumnya dialami selama proses penyembuhanMati rasa atau kesemutan dirasakan dalam waktu yang lama (cedera listrik)Tanda Gejala

Berdasar :1. Derajat (kedalaman)2. Luas 3. Derajat Tingkat keparahan3. DIAGNOSIS LUKA BAKAR

.

DERAJAT KEDALAMAN

Derajat I hanya mengenai lapisan luar epidermis; kulit merah, sedikit edema dan nyeri. tanpa terapi sembuh dalam 2-7 hari.

2. Derajat II mengenai epidermis dan sebagian dermis; terbentuk bullae pecah tampak daerah merah yang mengandung banyak eksudat. Sembuh dalam 3-4 minggu.

3. Derajat III mengenai seluruh lapisan kulit dan kadang-kadang mencapai jaringan dibawahnya. Tampak lesi pucat kecoklatan dengan permukaan lebih rendah daripada bagian yang tak terbakar. Tak ada rasa nyeri (dibuktikan dengan tes pin-prick. Akan sembuh dalam 3-5 bulan dengan sikatriks.

Anak-anak -dihitung menurut rumus Lund dan Browder:

Dewasa-dihitung menurut rumus rule of nine

Derajat luas luka bakar:a. Ringan luka bakar derajat ILuka bakar derajat II seluas 10 %Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 voltLuka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak atau gangguan jalan napas.

DERAJAT TINGKAT KEPARAHAN

1. FASE AKUTSejak terjadinya trauma sampai 48 jamProblema Fase Akut :- Gangguan pada jalan nafas(trauma inhalasi)- Shock- Cairan dan elektrolitFASE PADA LUKA BAKAR

2. FASE PASCA AKUTProblema Fase Pasca Akut :- Infeksi : nosokomial, terjadi 48 jamsetelah MRS- Sepsis : febris, septic shock- Penyembuhan luka : Luka derajat I & II dangkal epithelisasi Derajat II dalam dan III Skin Graft- Fungsi anggota gerak : kontraktur

FASE..

a. Pertolongan pertama dan transportasi di tempat kejadian1. Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplai) dengan oksigen dengan menutup tubuh penderita dengan selimut, handuk, sprei dan lain-lain.2. Perhatikan keadaan umum penderita3. Pendinginan:Membuka pakaian penderita.Merendam dalam air (20-30 C) atau air mengalir selama 20-30 menit; untuk daerah wajah cukup dikompres dengan air.Bila disebabkan oleh zat kimia, selain air dapat digunakan NaCl fisiologik (untuk zat korosif) atau gliserin (untuk fenol).Pendinginan ini tak berguna lagi untuk luka bakar >1 jam.

4. Penatalaksanaan Luka Bakar

4. Mencegah infeksiLuka ditutup dengan perban atau kain bersih kering dan tak dapat melekat pada luka.Penderita dikerudungi kain bersih.Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, minyak, kecap.5. Pembersih sedatif morfin 10 mg i.m (dewasa) atau 1 mg/tahun usia i.m (anak-anak), diberikan dalam 24-48 jam pertama (di RS).

PENATALAKSANAAN..

6. Bila luka bakar luas, penderita dipuasakan; kecuali bila cairan parenteral tak dapat diberikan dalam 30 menit dan bising usus baik, dapat diberikan larutan garam peroral saja.7. Transportasi ke fasilitas yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam 1 jam; bila tak mungkin, masih dapat dilakukan dalam 24-48 jam, pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan. 8. Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh; perhatikan kemungkinan edema larings. PENATALAKSANAAN..

b. Terapi cairanRumus Baxter : Cairan 2-4 cc x BB x % Luas luka bakar /24 jam. Untuk anak : 2 cc x BB x % Luas luka bakar.Kebutuhan faal : < 1 tahun : BB x 100 cc1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc diberikan 8 jam pertama diberikan 16 jam TERAPI CAIRAN

Rumus modifikasi Brooke dan Parkland Rumus: Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 2-4 ccDi berikan 8 jam pertama setengah dari kebutuhan cairan dan setengahnya di berikan pada 16 jam berikutnya.TERAPI CAIRAN.

Contoh:Ada seorang korban dengan luka bakar seluas 40%,dengan berat badan 50 Kg maka kebutuhan cairannya adalah:= LB x BBx4cc= 40x50x4= 8000 cc8jam pertama adalah 8000x1/2=4000 cc16 jam berikutnya 8000x1/2 =4000 cc

CONTOH PENGHITUNGAN

c. Perawatan Selanjutnya1. Luka dibersihkandengan air, jaringan yang mati dibuang, bullae dapat dipecahkan atau tidak.2. Perawatan luka dapat secara : - Terbuka: untuk luka bakar yang hanya mengenai epidermis, kecuali daerah tangan. - Tertutup: untuk semua jenis luka bakar; luka dilapisi kasa steril yang mengandung obat topical; pada luka dangkal pembalut dapat dibiarkan sampai 10 hari, sedang bila luka dalam harus diganti 1-2 hari sekali. Pembalut harus diganti bila basah, berwarna dan berbau.3. Obat topical yang diberikan harus bersifat antiseptic seperti salep asam borat, cream savlon, betadhine, sulfadiazin. Tak perlu diberikan antibiotic topical.4. Antibiotic (topikal/sistemik) hanya diberikan bila ada tanda infeksi.5. ATS 1500 U dan toksoid tetanus 31.6. Penderita dipuaskan sampai peristaltic normal.7. Posis anggota tubuh selama perwatan:-siku, maksimum fleksi 30-aksila, minimum abduksi 60 -lipat paha, abduksi 10-lutut, sedikit fleksi (10)-Tumit 90 Lakukan fisioterapi sedini mungkin untuk mencegah kontraktur.

PengkajianPengkajian PrimerAman penolong, aman lingkungan, aman pasien dan cek kesadaranPemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B, C,D,E. a. AirwayAda tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasib. BreathingPada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas, pengembangan dada

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar

c. CirculationPengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaranRJP di lakukan apabila tidak ada nadi dan pernafasan.d. DisabilityYang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil

e. ExposureSetelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari cidera

Data subjektif:Informasi bisa didapat dari korban dan orang lain. Data hendaknya bisa menyatakan:Bagaimana luka bakar terjadi.Bila luka bakar terjadi.Lamanya kontak dengan bahan yang membakar.Lokasi (daerah yang tertutup yang memungkinkan terjadinya inhalasi asap atau dan keracunan karbon monoksida).Terjadi ledakan (mengingatkan adanya cedera yang lain).Data objektif:Luka bakar dapat dikategorikan luka bakar berat, sedang, dan ringan dan juga menurut luasnya yang cedera dan faktor yang menambah komplikasi.Pengkajian tingkat kegawatan luka bakar.Luas dan kedalaman luka bakar.Umur korban.Bagian tubuh yang terbuka.Bahan yang membakar.

2) Pengkajian Sekunder

Data tergantung pada tipe berat dan permukaan tubuh yang terkena:a. Aktifitas/ istirahatTanda: penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentan gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.b. SirkulasiTanda: hipotensi (syok).(dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik), takikardia (syok/ ansietas/ nyeri), distritmia (syok listrik), dan pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).

c. Integritas egoGejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.d. EliminasiTanda: haluaran urin menurun/ tak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam sirluasi), penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stess penurunan motilitas/ peristaltik gastrik.

e. Makanan/ cairanTanda: edema jaringan umum, anoreksia, mual/ muntah.f. NeurosensoriGejala: area kebas, kesemutan.Tanda: perubahan orientasi, afek, prilaku, penurunan reflek tendon dalam (RTD) pada cedera ekstrimitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera istrik pada aliran saraf).

g. Nyeri/ kenyamananGejala: berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrim sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

h. PernapasanGejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).i. KeamananTanda:Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

3) Pemeriksaan Diagnostik1. Hitung darah lengkap2. SDP : leukositosis3. Elektrolit4. Alkalin fosfat.5. GDA6. COHbg (carboksi hemoglobin) : peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida/ cedera inhalasi.7. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.8. Natrium urine

9. Glukosa serum : peninggian menunjukkan respon stres10. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi11. Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi12. EKG: tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.13. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjalBronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.14. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairanLoop aliran volume : memberikan pengkajian non invasif terhadap efek/ luasnya cedera inflamasi.15. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

4) Prioritas KeperawatanMempertahankan potensi jalan napas/ fungsi pernapasan.Memperbaiki stabilitas hemodinamik/ volume sirkulasi.Menghilangkan nyeri.Mencegah komplikasi.Memberikan dukungan emosi pada pasien/ orang terdekat.Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan.5) Tujuan PemulanganHomeostatis tercapai.Nyeri terkontrol/ menurun.Komplikasi dicegah/ minimal.Menerima situasi secara realitas.Kondisi/ prognosis dan program terapi dipahami.

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.2) Nyeriberhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50%-60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat). Katabolisme protein.4) Gangguan perubahan citra tubuh: penampilan peran barhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik, kecacatan dan nyeri.5) Resiko tinggi kekurangan volume cairanberhubungan dengankehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidakcukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.

2. Diagnosa Keperawatan

6) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan denganobstruksi trakheobronkhial; edema mukosa dan hilangnya kerja sillia (inhalasi asap); luka bakar seputar leher, kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterbatasan pengembangan dada.7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengancedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.8) Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler periferberhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contohluka bakar seputar ekstremitas dengan edema.9) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat : kerusakan perlindungan kulit, jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat: penurunan Hb, penekaan respon inflamasi.

PERENCANAANPERENCANAANgadar

Doenges, E. Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.Long, Barbara C. (1996).Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.Purwanto & Sampurna. (2000). Kedaruratan medik. Jakarta: Binarupa Aksara.Sabiston. (1995). Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC.

DAFTAR PUSTAKA

TERIMA KASIH