37
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR Disusun Oleh: Diajeng Sekar Ayu Kinasih NIM: 1102026

LP Fraktur Femur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fraktur

Citation preview

Page 1: LP Fraktur Femur

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Disusun Oleh:

Diajeng Sekar Ayu Kinasih

NIM: 1102026

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN STIKLES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

Page 2: LP Fraktur Femur

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Pedahuluan Fraktur Femur ini sudah diteliti dan disetujui oleh

Pembimbing Laboratorium Klinik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

Yogyakarta, November 2013

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Isnanto, S.Kep.,Ns Ns. FA Muji Raharjo,S.Kep

Mengetahui,

Ka Prodi S1 Ilmu Keperawatan

Nurlia Ikaningtyas, M.Kep.,Sp.Kep.MB

2

Page 3: LP Fraktur Femur

BAB I

LANDASAN TEORI FRAKTUR FEMUR

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Fraktur adalah hi;langnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik

yang bersifat total maupun sebagian.

Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas

tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung,

kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau

osteoporosis.

(Arif Muttaqin, 2008)

2. Epidemiologi

Fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada wanita tua dengan

usia lebih dari 60 tahun dimna tulang sudah mengalami osteoporosis,

trauma yang dialami oleh lansia biasanya ringan (karena terpeleset di

kamar mandi) sedangkan pada penmderita muda ditemukan riwayat

mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, femur

supracondyler, fraktur intercondyler , fraktur condyler femur banyak

terjadi pada penderita laki-laki dewasa karena kecelakaan ataupun

jatuh dri ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi

karena jatuh waktu bermain.

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomu Tulang

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh

dan menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang

3

Page 4: LP Fraktur Femur

menggerakkan tubuh. Tulang dlh jaringan terstruktur dengan baik

dan mempunyai 5 fungsi utama:

1) Membentuk rangka badan

2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot

3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan

mempertahankan alat-alt dalam (otot, sumsum tulang

belakang, jantung, dan paru-paru)

4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat,

magnesium dan garam.

5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang

mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan

hemopoetik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah

putih, dan trombosit.

Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan

organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat

membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun

pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang

juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen

tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik

lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6;

1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna,

humerus.

2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal

3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan

pelvis.

4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra

5) Tulang Sesmoid: tulang patella

6) Tulang Sutura: atap tengkorak

4

Page 5: LP Fraktur Femur

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya

yang disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi

periosteum.

b. Fisiologi tulang

Tulang terdiri dari 3 jenis sel:

1) Osteoblast

Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid

melalui suatu proses yangh disebut osifikasi.

2) Osteosit

Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang

padat.

3) Osteoklas

Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini

menghasilkan enzim proteolitik, yang memecah matriks

dan beberapa asam yang melarutklan mineral tulang

sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

(Arif Muttaqin, 2008)

c. Os Femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung

dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput

femoris. Disebelah atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju

yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Di bagian

ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan

yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara

kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang

tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.

5

Page 6: LP Fraktur Femur

Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah

tulang paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda

bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis

atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya lebih kecil, pada pangklal

melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian

dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os

maleolus medialis.

(Syaifuddin, 2006)

4. Etiologi

Penyebab fraktur femur antara lain:

a. Fraktur femur terbuka

Disebabkan oleh trauma langsung pad paha

b. Fraktur femur tertutup

Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti

degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang

paha yang menyebabkan fraktur patologis.

(Arif Muttaqin, 2011)

6

Page 7: LP Fraktur Femur

5. Patofisiologi

6. Tanda dan gejala

a. Nyeri

Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan

bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan

antar fragmen tulang.

b. Gerakan luar biasa

Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak

secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.

c. Pemendekan tulang

Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat

di atas dan dibawah tempat fraktur.

d. Krepitus tulang (derik tulang)

Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.

7

Page 8: LP Fraktur Femur

e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang

Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

terjadi setelah beberapa jam atau hari.

(Brunner Suddarth, 2001)

7. Klasifikasi

Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;

a. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi,

panggul, dan melalui kepala femur (fraktur kapital).

b. Fraktur ekstrakapsular

1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur

yang lebih besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.

2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak

lebih dari 2 inci di bawah trokanter minor.

Klasifikasi fraktur femur:

a. Fraktur leher femur

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua

terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang

osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak anak jarang

ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki

daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden

tersering pada usia 11-12 tahun.

b. Fraktur subtrokanter

Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang

hebat. Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi

dibawah trokanter minor.

8

Page 9: LP Fraktur Femur

c. Fraktur intertrokanter femur

Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang

femur. Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi

antara trokanter mayor dan minor. Frkatur ini bersifat

ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang jatuh dan

mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang

terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen

proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat

kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.

d. Fraktur diafisis femur

Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya

karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh

dari ketinggian.

e. Fraktur suprakondilar femur

Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal

kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma

yang mengenai femur terjadi karena adanya tekanan varus dan

vagus yang disertai kekatan aksial dan putaran sehingga dapat

menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran terjadi karena

tarikan otot.

(Arif Muttaqin, 2008)

8. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:

a. Fraktur leher femur

Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis

pengobatan yang dapat diberikan.

9

Page 10: LP Fraktur Femur

b. Fraktur subtrokanter

Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di

bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal,

oblik atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal

dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen distal dlam posisi adksi

bergeser ke proksimal.

c. Fraktur diafisis femur

Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas

berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin

datang dengan keadaan syok.

d. Fraktur suprakondilar femur

Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.

(Arif Muttaqin, 2008)

9. Penatalaksanaan

a. Fraktur Femur Terbuka

Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan

cermt untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi

luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi

tersebut meliputi:

1) Profilaksis antibiotik

2) Debridemen

Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan

sedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang

mati dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka

yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup

dengan debridemen terbatas saja.

3) Stabilisasi

Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.

10

Page 11: LP Fraktur Femur

4) Penundaan tertutup

5) Penundaan rehabilitasi

b. Fraktur Femur Tertutup

Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif

dalam melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan

medis, perawat dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan

medis yang dilakukan.

1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:

a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang

dilanjutkan dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn

alternaltif pelaksanaan pada klien usia muda.

b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan

pilihan dengan memergunakan plate dan screw.

2) Fraktur diafisis femur, meliputi:

a) Terapi konserfativ

b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum

dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.

c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi

lutut. Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat

kominutif dan segmental.

d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union

fraktur secara klinis

3) Terapi Operasi

a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis

atau distal femur

11

Page 12: LP Fraktur Femur

b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan

operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail

terutama adalah farktur diafisis.

c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur

kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka

dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:

a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan

penahan lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.

b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat

direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan

mempergunakan nail-phorc dare screw dengan berbagai tipe

yang tersedia.

(Arif Muttaqin, 2011)

10. Komplikasi

a. Fraktur leher femur

Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang

bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias,

dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur

femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran.

Apabila lokasi fraktur lrbih ke proksimal, kemungklinan terjadi

nekrosis avaskular lebih besar.

b. Fraktur diafisis femur

1) Komplikasi dini

Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh

perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

fraktur diafisis femur. Perawat dapat melakukan pengenalan dini

dan pengawasan yang optimal apabila telah mengenal konsep

anatomi, fisiologi, dan patofisioloigi patah tulang.

12

Page 13: LP Fraktur Femur

Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur

adalah sebagai berikut:

a) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur

bersift tertutup.

b) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda

dengan fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan

gas darah.

c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang

menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis

sehingga menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong

sama sekali.

d) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan

fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari

neuropraksia sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat

terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu

nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.

e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama,

misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami

komplikasi trombo-emboli.

f) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang

terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan

operasi.

2) Komplikasi lanjut

Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan komplikasi

bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap perawat penrlu

memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar

komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada

beberapa situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur

diafisis femur yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang

mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat

13

Page 14: LP Fraktur Femur

mengidenmtifikasi kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap

lanjut dari fraktur diafissi femur.

Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis

femur adalah sebagai berikut:

a) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami

union dalam empat bulan.

b) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan

sklerotik, perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh

karena itu, diperlukan fiksasi internal dan bone graft.

c) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung

fragmen, diperlukan pengamatan terus menerus selama

perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Mal union juga

mnyebabkan pemendekan tungkai sehingga dipelukan

koreksi berupa osteotomi.

d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi

kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari

apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan

lebih awal.

e) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union

yang solid.

(Arif Muttaqin, 2008)

11. Prognosis

Penderita fraktur femur setelah operasi pemasngan fiksasi interna

denmgan plate dan screw bila tanpa komplikasi dan mendapat

p[elayanan fisioterapi yang cepat dan adekuat diharapkan kemampuan

fungsionalnya membaik.

14

Page 15: LP Fraktur Femur

B. Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesis

1) Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang

digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah

sakit, dan diagnosis medis.

Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah

rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang

lengkap mengenai rasa nyeri klien, perawat mengunakan

OPQRSTUV.

O (onset)

P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri

adalah trauma bagian pada

Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.

R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha

yang mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi

atau istirahat.

S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien

antara 2-4 pada skala pengukuran 0-4

T (Treatment)

U (Understanding)

V (Value)

2) Riwayat penyakit sekarang

Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang

paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah

berobt ke dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya

kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang

lain.

15

Page 16: LP Fraktur Femur

3) Riwayat penyakit dahulu

Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget

menybabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk

menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki

sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan kronis dan penyaklit

diabetes melitus menghambat proses penyembuhan tulang.

4) Riwayat penyaklit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha

adalah faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis

yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang

yang cenderung diturunkan secara genetik.

5) Riwayat psikospiritual

Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya,

peran klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga

maupun masyarakat.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum

(status gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan

pemeriksaan setempat (lokal)

1) Keadaan umum

Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu

dicatat adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah,

komposmetis yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan

atau keadaaan penyakit (akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan

pada kasus fraktur biasanya akut) tanda vital tidak nmormal

karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.

2) B1 (Breathing)

Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien

fraktur femur tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi

16

Page 17: LP Fraktur Femur

thorak, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada

auskultasi tidak terdapat suara tambahan.

3) B2 (Blood)

Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak

teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4) B3 (Brain)

a) Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.

Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris.,

tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.

Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan,

reflek menelan ada.

Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah

yang lain tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk.

Wjah simetris, tidak ada lesi dan edema.

Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis (pada

klien dengan patah tulang tertutup tidak terjadi perdarahan).

Klien yang mengalami fraktur femur terbuka biasanya

mengfalami perdarahan sehingga konjungtiva nya anemis.

Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal.

Tidak ada lesi dan nyeri tekan.

Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping

hidung.

Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak

terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

b) Pemeriksaan fungsi serebral

Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien.

Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

c) Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I: fungsi pendiuman tidak ada gangguan.

Saraf II: ketajaman penglihatan normal

17

Page 18: LP Fraktur Femur

Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak

mata, pupil isokor.

Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan

reflek kornea tidak ada kelainan.

Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan

wajah simetris.

Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik

Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan

trapezius.

Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi

dan tidak ada faskulasi. Indra pengecapan normal.

d) Pemeriksaan refleks

Biasnya tidak ditemukan reflek patologis.

d) Pemeriksaan sensori

Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada

bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan

kognitifnya tidak menga;lami gangguan. Selian itu, timbul

nyeri akibat fraktur.

5) B4 (Bladder)

Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine,

termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak

mengalami gangguan ini.

6) B5 (Bowel)

Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:

turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk teraba.

Perkusi: suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi

peristaltik normal. Inguinal,genital: hernia tidak teraba, tidak ada

pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB.

18

Page 19: LP Fraktur Femur

7) B6 (Bone)

Adanmya fraktur femur akan mengganggu secara lokal, baik fungsi

motorik, sensorik maupun peredaran darah.

8) LOOK

Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah

trauma meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan

adanya pembengklakan yang tidak biasa (abnormal) dan

deformitas. Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada bagian

distal fraktur femur. Apabila terjadi fraktur terbuka, perawat dapat

menemukan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sam[pai

kerusakann intergritas kulit. Fraktur obli, spiral atau bergeser

mengakibatkan pemendekan batang femur. Ada tanmda cedera dan

kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskular (saraf dan

pembuluh darah) paha, sepertoi bengkak atau edema.

Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.

9) FEEL

Kaji adnya nyeri tekan dan krpitasi pada daerah paha.

10) MOVE

Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat

keluhan nyeri pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang

gerak. Dilakukan pemeriksaan gerak aktif dan pasif. Berdasar

pemeriksaan didapat adanya gangguan / keterbatasan gerak

tungkai, ketidakmampuan menggerakkan tungkai, penurunan

kekuatan otot.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang, penurunan

kekuatan otot.

19

Page 20: LP Fraktur Femur

c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan

gangguan muskuloskeletal, hambatan mobilitas.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi

interna.

f. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.

20

Page 21: LP Fraktur Femur

3. Nursing Care Plan

No Diagnosa Keperawatan Rencana Perawatan

Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisik.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri hilang/ berkurang

dengan kriteria hasil:

a. Melaporkan nyeri pada

skala 0-1

b. TTV dalam batas normal

c. Ekspresi wajah tidak

menahan nyeri

a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian

nyeri OPQRSTUV

b. Kendalikan faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan (misal

suhu ruangan, pencahayaan, dan

kegaduhan)

c. Berikan teknik relaksasi

d. Ajarkan manajemen nyeri (misal

nafas dalam)

e. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik.

2 Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal, kerusakan integritas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pasien mampu

a. Kaji mobilitas yang ada dan

observasi terhadap peningkatan

kerusakan

21

Page 22: LP Fraktur Femur

struktur tulang, penurunan kekuatan

otot.

melakukan aktifitas fisik sesuai

dengan kemampuannya dengan

kriteria hasil:

a. Mampu melakukan

perpindahan

b. Meminta bantuan untuk

aktifitas mobilisasi.

c. Tidak terjadi kontraktur

b. Pantau kulit bagian distal setiap hari

terhadap adanya iritasi, kemerahan.

c. Ubah posisi pasien yang imobilisasi

minimal setiap 2 jam.

d. Ajarkan klien untuk melakukan

gerak aktif pada ekstremitas yang

tidak sakit.

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

untuk latihan fisik klien.

3 Defisit perawatan diri (mandi,

eliminasi) berhubungan dengan

gangguan muskuloskeletal, hambatan

mobilitas.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pasien mengalami

peningkatan perilaku dalam

merawat diri dengan kriteria hasil:

a. Klien mampu melakukan

aktifitas perawatan

dirisesuai denmgan tingkat

kemampuan

b. Mengungkapkan secara

a. Kaji kemampuan penggunaa alat

bantu

b. Kaji kondisi kulit saat mandi

c. Berikan bantuan sampai pasien

mampu secara mandiri untuk

melakuakn perawatan diri

d. Letakkan sabun, handuk, peralatan

mandi, peralata BAB/BAK, didekat

klien.

e. Ajarkan pasien atau keluarga untuk

22

Page 23: LP Fraktur Femur

verbal kepuasan tentang

kebersihantubuh, hygiene

mulut.

menggunakan metode alternaltif

dalam mandi, hygiene mulut,

BAB/BAK.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian supositoria kalau terjadi

konstipasi

4 Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan tonjolan tulang.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi kerusakan

integritas kulit secara luas dengan

kriteria hasil:

a. Nyeri lokal ekstremitas

tidak terjadi

b. Menunjukkan rutinitas

perawatan kulit yang

efektif.

a. Kaji adanya faktor resiko yang

menyebabkan kerusakan integritas

kulit

b. Observasi kulit setiap hari dan catat

sirkulasi dan sensori serta perubahan

yang terjadi

c. Berikan bantalan pada ujung dan

sambungan traksi

d. Jika memungkinkan ubah posisi 1-2

jam secara rutin

e. Konsultasikan ka ahli gizi untuk

maknan tinggi protein untuk

membantu penmyembuhan luka

23

Page 24: LP Fraktur Femur

5 Ansietas berhubungan dengan stres,

krisis situasional.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tingkat kecemasan

berkuranmg dengan kriteria hasil:

a. Tidak menunjukkan

perilaku agresif

b. Melaporkan tidak ada

manifestasi kecemasan

secara fisik.

a. Kaji dan dokumentasikan tingkat

kecemasan klien

b. Kaji cara pasien untuk mengatasi

kecemasan

c. Sediakan informasi yang aktual

tentang diagnosa medis dan

prognsis

d. Ajarkan ke pasien tentang

peggunaan teknik relaksasi

24

Page 25: LP Fraktur Femur

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

Vol 3. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta:EGC.

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

Arif Muttaqin. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi

pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

25