8
IKLAN MIKAFIP HARGA ISTIMEWA UNTUK KANTIN Tingginya harga makanan dan minuman di kantin sudah bu- kan rahasia lagi. Abdul Hadi, ma- hasiswa Bimbingan dan Konseling 2009 mengakui hal tersebut. “Harga di kantin mahal, bahkan lebih ma- hal dari harga di burjo,” ungkapnya membandingkan dengan tempat lain. Terkait dengan hal tersebut, Pembantu Dekan (PD) II FIP UNY, Tatang Amirin, M.Pd., mengatakan, “Jika merasa harga disana (kantin- red) mahal, pindah saja ke tempat lain.” Mahasiswa memang bisa me- lakukannya tapi sering kali mereka juga tak punya pilihan lain. “Mau bagaimana lagi? Namanya juga ter- paksa dari pada harus ribet keluar kampus,” kata Abdul Hadi. Fotografer Andrean Area kantin FIP UNY Manusia pasti bertemu malaikat pencabut nyawa. Proses itulah yang diangkat novel ini. Kematian dan Malaikat Pencabut Nyawa Menggugat Ekslusivisme Pendidikan Para orangtua siswa dihantui rasa cemas dan sedih dengan semakin melambungnya “harga pendidikan” yang seolah tak mau kalah dengan kenaikan harga cabai dan kebutuhan pokok lain. LKMM Ormawa FIP 2011 Latihan Kepemimpinan Mene- jemen Mahasiswa (LKMM) telah berlangsung pada 19-20 Maret 2011 lalu. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 145 peserta tersebut berlangsung sukses. Event Kampus Persepsi Resensi bersambung ke halaman 2 Harga yang diberlakukan di kantin FIP mahal. Anggapan tersebut sudah sangat sering didengungkan oleh mahasiswa. Seakan menjadi sebuah kewajaran, tak ada yang melontarkan protes nyata terkait hal tersebut. EDISI I, Maret 2011 Media Informasi Kampus FIP , Beritanya Mahasiswa Pendidikan..... Peran UNY dalam recovery Merapi dinilai tidak maksimal. Apa penyebabnya? Pentingnya Badan Tanggap Bencana Merapi Opini

Lingkar Hijau#1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Harga Istimewa untuk Kantin FIP

Citation preview

Page 1: Lingkar Hijau#1

IKLAN MIKAFIP

HARGA ISTIMEWA UNTUK KANTIN

Tingginya harga ma kan an dan minuman di kan tin sudah bu­kan rahasia la gi. Abdul Hadi, ma­ha siswa Bimbi ngan dan Konseling 2009 menga kui hal tersebut. “Harga di kantin mahal, bahkan lebih ma ­hal dari harga di burjo,” ungkapnya mem bandingkan dengan tempat lain.

Terkait dengan hal terse but, Pembantu Dekan (PD) II FIP UNY,

Tatang Amirin, M.Pd., mengatakan, “Ji ka merasa harga disana (kantin­red) ma hal, pindah saja ke tempat la in .” Mahasiswa memang bi sa me­la ku kannya tapi sering kali mereka ju ga tak punya pilihan lain. “Mau ba gaimana lagi? Namanya juga ter­paksa dari pada harus ribet keluar kam pus,” kata Abdul Hadi.

Fotografer AndreanArea kantin FIP UNY

Manusia pasti ber temu ma laikat pen cabut nyawa. Proses itulah yang diangkat novel ini.

Kematian dan Malaikat Pencabut Nyawa

Menggugat Ekslusivisme Pendidikan

Para orangtua siswa di hantui ra sa cemas dan se dih dengan se makin me lambungnya “har ga pendi dikan” yang seolah tak mau kalah dengan kenaikan harga cabai dan kebutuhan pokok lain.

LKMM Ormawa FIP 2011

Latihan Kepemimpinan Mene­jemen Mahasiswa (LKMM) te lah berlangsung pada 19­20 Maret 2011 lalu. Kegiatan yang di ikuti oleh sekitar 145 peserta ter sebut berlangsung sukses.

Event Kampus

Persepsi

Resensi

bersambung ke halaman 2

Harga yang diberlakukan di kantin FIP mahal. Anggapan tersebut sudah sangat sering didengungkan oleh mahasiswa. Seakan menjadi sebuah kewajaran, tak ada yang melontarkan protes nyata terkait hal tersebut.

EDISI I, Maret 2011

Media Informasi Kampus FIP , Beritanya Mahasiswa Pendidikan.....

Peran UNY dalam recovery Merapi dinilai tidak maksimal. Apa penyebabnya?

Pentingnya Badan Tanggap Bencana Merapi

Opini

Page 2: Lingkar Hijau#1

Editorial Laporan Utama

Diterbitkan oleh Dept. Kominfo BEM FIP UNY

Alamat Redaksi : Gedung Ormawa FIP Lantai 1, Kampus Karang Malang Yogyakarta 55281

email : [email protected] website : www.mikafip.com

PELINDUNG: Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum PEMBIMBING: Bambang Saptono, M.Si PENASEHAT: Sisca

Rahmadona, M.Pd PENANGGUNGJAWAB: Ali Wafa Mukhtar PEMIMPIN PROYEK: Akhmad Akbarudin REDAKTUR

PELAKSANA: Rima Sekarani Imamun Nisaa’ REDAKTUR & REPORTER: Akhmad Akbarudin, Andrean Wahyu Effendy,

Cipto Wardoyo, Gilang Primada, Rima Sekarani Imamun Nisaa’, Yuliani Haj Mukaromah, Yocta Nur Rahman

ARTISTIK: Andrean Wahyu Effendy

Redaksi menerima tulisan dalam bentuk opini, artikel, surat pembaca dan berhak mengedit tulisan tanpa merubah isi.

Bukan tanpa alasan jika se ba gian besar mahasiwa FIP me­ngeluh kan harga di kantin yang ti­dak rasional. Bila dibandingkan, se­li sih harga beberapa jajanan yang di patok kantin dengan tempat lain pa da umumnya memang memiliki se lisih yang tidak sedikit. “Disini na­si, sayur, tempe, dan minum jadi Rp 6.000,­ tapi kalau di luar harga se­

gitu sudah sama ayam,” kata Firda Malaya Dewi, mahasiswa Kebija kan Pendidikan 2010. Contoh lain adalah air mineral ukuran 350 ml dijual se­harga Rp 2500,­ dan Rp 3.500,­ un­tuk ukuran 600 ml. Pihak kantin me nyebutkan bahwa harga tersebut di sesuaikan dengan harga yang di­beri kan distributor.

Tanggapan yang berbeda di­berikan Sugiyatno, M.Pd., dosen Bimbingan dan Konseling. “Harga di kantin masih terjangkau, namun dengar­dengar dari mahasiswa, kata­nya jajan di tempat itu mahal,” tutur­nya. Beliau menambahkan bah wa

soal kualitas jajanan di kantin FIP dinilai sama dengan beberapa kan tin di fakultas lainnya tapi secara kuan­ti tas memang ku rang. Bagi kalangan dosen, mengkonsumsi jajanan di kan­tin bukanlah menjadi rujukan utama da lam urusan isi mengisi masalah perut.

“Pengelolaan kantin kami serah kan kepada Dharma Wanita,”

ung kap PD II FIP. Terkait masalah har ga yang diterapkan, Ibu Sugiman, pe ngelola kantin, mengungkapkan bah wa tersebut telah disesuaikan de­ngan harga yang berlaku di pa saran. Se lain itu harga­harga ter sebut juga te lah disesuaikan dengan kantong kon sumen. Lebih lanjut beliau me­nam bahkan bahwa pa da da sarnya a da selisih harga yang diberlakukan an tara dosen dan mahasiswa. “Harga yang di berikan pada mahasiswa relatif le bih dimurahkan dibandingkan dosen,” jelasnya.

Bangunan lokasi kantin di­se wa pihak pengelola sebesar Rp

Banyak yang berpandangan bahwa kan tin FIP itu ma hal, me­lebih i har ga pa sa ran umumnya. Pi­hak kam pus mengungkapkan bah­wa pe nyelenggaraan Kantin FIP dikelola oleh Dharma Wanita. Hal tersebut belum cukup untuk men­jelaskan ten tang tingginya harga yang dipatok kantin. Angka yang di tawarkan se harusnya disesuaikan dengan kon disi konsumen yang ma­yo ritas merupakan mahasiswa.

Pihak kampus memang mem berlakukan sistem sewa tahun­an. Mungkin hal itu yang menjadi sa lah satu alasan tingginya harga. Ji ka merasa bahwa harga di kantin ma hal, kampus menyarankan maha­sis wa men cari tempat makan la in. Per nyataan tersebut tidak lan tas me nyelesaikan perkara. Jam kuliah yang padat, memaksa mahasiswa tak meninggalkan kampus hanya

se kedar untuk mencari makan.

Sebagai upaya keluar dari

ce kikan harga, tidak ada pilihan lain

ke cuali melakukan kontrol harga

oleh birokrat kepada pedagang.

Pe luang mengadakan kantin yang

“bersahabat” harus dijadikan ke­

bijak an yang berani dan konsisten

ba gi kampus yang bernurani ini. Bi­

rokrasi tak seyogyanya lepas ta ngan

meski tanggungjawab berada pa da

Dharma Wanita. Partisipasi ak tif

mahasiswa yang bukan hanya re to­

ri ka pun sudah pasti ditunggu.

Redaksi

Fotografer AndreanArea kantin FIP UNY

Mr. Guwek : Eh, kita makan di kantin yuk!Si Cojo : Nggak, ah.Mr. Guwek : Lhoh, kenapa?Si Cojo : Kantin kita terlalu hu­manis, sih.

Pojok

Kontrol terhadap Kantin

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 2

Page 3: Lingkar Hijau#1

Mereka Bicara

Awal masuk semester pertama, mengenali kampus baru yaitu kampus Bantul yang letaknya cukup jauh dari kampus pusat. Suasana yang ada sangat asik dan menyenangkan. Kampus Bantul yang dahulu dikenal sebagai UPP 2 dapat dikatakan erat dengan nuansa alam yang asri dan mendukung aktivitas akademik.

Ada beberapa hal yang dapat ditangkap dari pengalaman­pengalaman kuliah selama kurang lebih tujuh bulan di kampus ini. Di sini, seluruh kegiatan berpusat di pendopo, mulai dari online, diskusi, rapat/kajian keormawaan, tenis meja, menulis dan membaca, mengobrol, bahkan kadang kegiatan perkuliahan juga memanfaat pendopo tersebut.

Dalam kegiatan rutin perkuliahan, ada beberapa keluhan yang sering diucapkan oleh para mahasiswa terkait fasilitas kampus. Fasilitas tersebut antara lain belum adanya AC di setiap ruang kelas, laboratorium komputer yang baru dijamah sekali saat pelatihan ICT, gamelan yang tidak digunakan untuk kreativitas seni dan budaya mahasiswa, dan perangkat alat musik modern. Meskipun terdapat hotspot area di pendopo, namun cukup sering tidak terhubung (di­offkan). Banyak pula keluhan mahasiswa tentang kantin kampus yang dianggap menjual makanan dengan harga mahal.

Saya berharap, Kampus Bantul mendapat­kan perlakuan yang sama seperti mahasiswa di kam­pus pusat. Keinginan terbesar mahasiswa kampus Bantul adalah ingin memiliki laboratorium SD seperti laboratorium yang dimiliki oleh mahasiswa PG PAUD.

3.000.000,­ per tahun. Uang sewa ter sebut dibayarkan pada Kepala Bagian Keuangan FIP. Keuntungan yang didapatkan kantin rata­

Mulai dari tanggal 7 Maret 2011, saya selaku mahasiswa FIP merasa digegerkan dengan kehadiran kardus makanan di depan ruang kuliah saya waktu itu. Pernahkan sebelumnya anda melihat kardus dagangan dengan nama “Kantin Kejujuran” berisi sejumlah maka nan dengan label harga yang sudah terpampang tanpa ada pemiliknya?

Kardus­kardus itu sekarang sudah tersebar de ngan merata di sejumlah titik yang sering dilalui ma ha­siswa FIP. Kardus ter­sebut ditempatkan di atas kursi di de pan ruang kuliah ma ha­sis wa, lengkap de ngan

makanan yang ter bung kus rapi dan label har ga. Apa se benar nya tujuan yang mengilhami mereka un tuk membuka kan tin kejujuran itu?

Apakah hal itu hanya sebuah tes uji coba tingkat kejujuran mahasiswa yang ada di FIP, kampus hijau yang terkenal dengan sebutan pencetak guru itu? Ataukah hanya sebagai penambah penghasilan mahasiswa yang entah dari mana asalnya?

Saya pun tidak mengetahui dengan pasti sejak jam berapa kardus itu di letakkan dan jam berapa kardus itu diambil oleh pemiliknya. Semua itu masih menjadi misteri yang belum bisa terungkap kebenarannya. Siapakah sebenarnya pemilik kantin kejujuran itu?

Umi Masitoh, Mahasiswa TP 2010

rata Rp 1.000.000,­ setiap bulan. “Keuntungan yang didapatkan oleh pi hak kantin sepenuhnya masuk ke kantong pribadi pengelola, ti dak ada potongan yang mengalir ke pihak kampus,” tegas ibu Sugiman.

Kantin yang beroperasi se­lama lima hari kerja ini men jadi­kan ma hasiswa sebagai konsumen utama. Arus pemasukan yang ter­jadi di kantin sangat dipengaruhi oleh daya beli mahasiswa. Pada hari­hari tertentu seperti Jumat, kan­

tin memang cenderung sepi bila di­bandingkan dengan hari lain. Hal ter­sebut disebabkan ka rena jam masuk kuliah yang tidak penuh dan banyak ma hasiswa yang tidak masuk kuliah pa da siang hari. Selain itu, mahasiswa ju ga merasa enggan ke kantin. “Aku me mang nggak suka makan di kantin. Ka lau nggak kepepet, ya nggak makan dikantin,” kata Firda Malaya Dewi.

Yocta Nur RahmanAkbar, Andrean, Cipto, Rima

Minimnya Fasilitas Kampus Bantul

Kantin Kejujuran Misterius

Siapakah Pemilik Kantin Kejujuran di FIP ?

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 2 LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 3

Ika Susanti Mahasiswa PGSD 2010

Page 4: Lingkar Hijau#1

OPINI

Akhir tahun lalu kita di­hadap kan dengan bencana erupsi merapi yang dahsyat. Dampak yang dialami pun sangat besar. Ratusan orang dan ri buan rumah, hingga hewan milik warga pun tak urung menjadi korban da ri keganasan wedhus gembel gu nung merapi. Ancaman lahar dingin a kibat pendangkalan sungai–sungai di sekitar merapi merupakan dam pak da ri banyaknya ma­te rial sisa eks ploi tasi eru psi merapi saat itu. UNY se bagai salah sa tu Perguruan Tinggi Ne ­geri di Yogyakarta mem­punyai pe ran strategis dalam menyikapi rea­lita di atas. Namun pa da ke nyata annya pe ran­peran itu belum mam pu diperankan lebih optimal.

Menurut analisis penulis, ter dapat beberapa kelemahan yang membuat peran UNY dalam me­

nanggapi masalah bencana tahun la lu menjadi kurang optimal. Sa lah satunya adalah belum adanya ba dan otonom yang secara langsung ber­tang gungjawab pada masalah mitigasi ben cana. Pada penanganan recovery Merapi lalu pihak jajaran pimpinan UNY masih menjadikan koordinasi Re ktorat dan Fakultas sebagai pintu

u tama dalam melakukan tanggap ben cana. Hal ini berimplikasi pada mun culnya kendala yang dihadapi be rupa krisis peran keberlanjutan ke­

pemimpinan dan penanggungjawab

lang sung dalam penaganan bencana.

Realita ini mengindikasikan ke siap siagaan UNY belum lah op ti­mal. Hal tersebut juga ditambah de­ngan sistem koordinasi dan pem ben­tu kan Tim Recovery UNY di bidang Pen didikan yang masih semerawut. Lem baga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNY yang ditunjuk sebagai koor dinator program ini dinilai kurang agresif dan akomodatif terhadap gerak re lawan UNY. Hal ini mengkibatkan realisasi dari program ini menjadi ter sendat di awal pembentukannya.

Melihat kenyataan ini, ja jar an pimpinan UNY harus berusaha men­cari solusi untuk penanganan yang le­bih baik. Salah satu cara yang harus di tempuh adalah dengan membentuk ba dan otonom yang bergerak di bidang mitigasi bencana. Kebutuhan a kan sistem koordinasi yang jelas de­ngan fokus masalah yang fokus di­harapkan akan mengoptimalkan peran UNY di bidang mitigasi bencana.

Masalah lainnya berupa ke­butuhan jumlah relawan serta pen­danaan yang sempat menjadi peng­hambat di awal gerak program recovery. Hal tersebut diharapkan dapat teratasi dengan baik. Peran UNY dalam penaganan bencana Merapi lalu menjadikan kampus pendidikan ini dipandang mempunyai peran strategis khususnya di bidang Pendidikan. Sa­ngat disayangkan tentunya jika peran strategis semacam ini diabaiakan ka­rena hal ini menyangkut nama besar UNY di mata masyarakat. Bravo UNY!

Ali Wafa Mukhtar

Koordinator Relawan Recovery Merapi GOR UNY

Pentingnya Badan Tanggap Bencana di UNYKeberadaan Yogyakarta sebagai sa lah satu daerah di Indonesia yang sa ngat rentan dengan bencana me ngisyaratkan kepada se­mua orang yang berada di sekitarnya agar selalu was pada ketika se waktu­waktu terjadi be ncana. Kita masih ingat saat tahun 2006 gem pa dahsyat mengguncang Yo gyakarta dan sekitarnya.

www.muslimmaya.com

Posko Peduli Merapi GOR UNY

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 4

Page 5: Lingkar Hijau#1

PERSEPSI

Para orangtua siswa kini selalu dihantui rasa cemas dan se­dih akibat semakin melambungnya “harga pendidikan” yang seolah tidak mau kalah dengan kenaikan harga cabai dan kebutuhan­kebutuhan po­kok lainnya. Rasanya semakin sulit mencari sekolah yang tetap idealis dan merakyat. Nampaknya vi­rus ka pi ta lis me global benar­benar berhasil menjangkit sistem pen­didikan kita saat ini. Keadaan ter se­but membangkitkan hasrat ko mer­sial isasi di dalam pendidikan me la lui berbagai cara dan alasan yang se ring­ka li dibuat­buat. Sejumlah kasus pungutan bi a ya sangat tinggi oleh beberapa se kolah yang marak terjadi pada se­tiap tahun ajaran baru menjadi bukti nya ta adanya komersialisasi dalam tubuh pendidikan kita. Apalagi pu ­ngutan itu digunakan untuk se­jumlah kebutuhan sekolah yang sesungguhnya tidak substansial da­lam proses pendidikan. Salah satu kasus yang cukup mencengangkan akhir­akhir ini yaitu pungutan biaya seragam sekolah yang sangat tinggi, bahkan ada yang mencapai Rp 1,8 juta per siswa. Ini tentu sangat mem ­prihatinkan, karena disamping mem­beratkan para orangtua atau wali murid, otomatis juga akan menutup kesempatan kaum miskin yang se­jatinya memiliki hak sama dalam memperoleh pendidikan berkualitas. Seragam sekolah pada awal digulirkannya memang memiliki tu­juan yang mulia, yakni menghapus kesenjangan sosial­ekonomi antar siswa. Diharapkan, kecemburuan so­sial antara siswa yang kaya dengan siswa yang berasal dari kelurga ku ­rang mampu dapat dihindari. Sa­yang nya, tujuan mulia seragam te lah menyimpang menjadi alat eks klusivi­tas sekolah. Buktinya dalam satu se­kolah saja setiap siswa me miliki ba­

nyak jenis seragam beserta atribut dan aksesoris pelengkapnya. Hal i ni tentu menuntut biaya pungutan cu­kup besar yang ditanggungkan ke­pa da para wali. Padahal banyaknya

se ragam beserta kelengkapannya i tu tidak ada korelasinya terhadap e se nsial proses pendidikan, justru me nimbulkan eksklusivisme pendi­dikan. Gejala eksklusivisme sis tem pendidikan kita semakin tam pak jelas dengan berkembangnya pen ­didikan yang sarat akan kriteria, pe­nolakan, serta pengabaian terhadap ka rakteristik dan keunikan setiap sis wa peserta didik. Sekolah pun cen de rung mengelompokkan dan meng ko tak­kotak siswa sesuai de­ngan kri teria tertentu yang me­nimbul kan dis kriminasi. Apalagi de­ngan makin menjamurnya se kolah ber taraf internasional. Ini ten tu ber tentangan dengan konstitusi ki­ta yang menyebutkan bahwa setiap war ga negara memiliki hak yang sa­ma dalam mendapatkan pen didik an ber kualitas. Gejala eksklusivisme di sekolah dan dalam sistem pendidikan se cara umum, jika terus dibiarkan

a kan menghambat terwujudnya pe me rataan pen didikan ber­kualitas bagi se luruh warga negara Indonesia. Akhirnya segala ben tuk

komersialisasi pendi dikan dan me ­wabahnya gejala eks klusivitas da­lam sekolah me rupakan sebuah ma ­salah krusial pendidikan yang ha­rus segera dituntaskan. Pemerintah per lu membuat ke bijak an yang mam pu mengakhiri se ga la bentuk praktik komersialisasi pen didikan yang semakin menjamur itu. Lem­baga pendidikan harusnya mam pu mengarahkan setiap peserta di dik­nya agar mampu merakyat dan de­kat dengan rakyat, tanpa harus me­nonjolkan seragam dan atribut se­kolah yang justru semakin mem per­tajam adanya eksklusivisme da lam sistem pendidikan kita. Se moga!

Cipto Wardoyo

Menggugat Eksklusivisme Pendidikan

Repro / Akbar

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 4 LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 5

Page 6: Lingkar Hijau#1

PROFIL

Mumuk Mulyasih, Mahasis­wa Prodi Kebijakan Pendidi kan Fakultas Ilmu Pendidikan ini telah menorehkan berbagai prestasi di UNY. Pe rempuan kelahiran Purworejo 27 Oktober 1990 tersebut telah menekuni mi natnya di bidang olah raga sejak tingkat SD. Dari kesenangannya mengikuti berbagai lomba cabang olah raga atletik, lari, lompat tinggi, dan lompat jauh ternyata membawa hasil yang menguntungkan. Terbukti sejak masuk dibangku perkuliahan ta hun 2008 hingga tahun 2010, Mumuk telah menyabet juara I kata beregu senior putri dan juara I kumite ­55 kg senior putri dalam Kejuaraan Kabupaten Sleman. Perempuan yang hobi olah raga dan membaca ini juga meraih juara III kumite +60 kg Under 21 dalam kejuaraan UNY CUP IV se­Jawa­Bali. Prestasi lainnya pun bisa kita temukan di Kejuaraan Daerah INKAI untuk Juara 3 Kumite ­55 kg senior putri.

Bagi Mumuk, begitulah dia akbrab disapa, cabang olah raga karate diminatinya saat awal duduk

dibangku kuliah. Mengasah bakat di bidang karate tak mudah baginya. “Kalau latihannya sih seperti bia­sanya, latihan teknik­teknik karate gitu,” ungkap Mumuk. Memang tidak seberapa latihan yang dijalaninya, tapi membutuhkan keseriusan men­jalaninya. “Intinya kalau setiap lati­han kita harus selalu semangat,” jelas Mumuk.

Dalam perjalanan karateka yang ia tekuni, banyak support yang ia peroleh dari berbagai pihak. PD III FIP, Bambang Saptono, M.Si., pun memberi perhatian penuh pada Mumuk untuk terus melangkah maju. “Pak Bambang memberi sema­ngat untuk tetap meraih prestasi baik dalam hal akademik maupun non akademik,” kata Mumuk. Tak heran, hambatan yang ditemui Mumuk menjadi terasa tak berarti. Penghargaan dari FIP secara khusus pun telah ia dapatkan saat perayaan tahun baru, 1 Januari 2011 lalu.

Kini, meja kuliah semester VI menjadi aktivitas yang padat baginya. Selain itu, kesibukannya bertambah dengan menjadi pengajar privat bagi

anak tingkat SD. Waktu yang dia miliki coba dia organisasikan dengan sebaik mungkin. “Kalau manajemen waktunya sih dibikin jadwal, biar nggak tabrakan waktunya. Ya pintar­pintar aja bagi waktu,” ungkap Mumuk se rius. Manajemen waktu bukan hal yang sulit lagi. Semua usaha yang ditempuh pun dapat menuaikan hasil. Tetap berusaha, itulah yang menjadi keyakinan Mumuk.

Atlet yang jago tidak harus berasal dari keilmuwan olah raga. Mumuk Mulyasih membuktikan bah­wa dari kampus FIP pun bisa muncul atlet kompeten. “Sebenarnya sih kayaknya banyak juga atlet di FIP tapi mereka semua belum terekspos saja. Mungkin karena FIP juga kampus pendidikan, jadi semuanya pendidikan terus, untuk olahraganya kurang,” tuturnya.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sudah memberi arti tersendiri bagi Mumuk. Bakatnya ia asah disana. Ibarat Beruang hanya hidup di lingkungan yang dingin, kemampuan menumbuhkan bakat memang harus pada tempatnya. Memang, skill yang terus dipelihara membawa arti dan pengalaman tersendiri. “Tetap berjuang dalam meraih prestasi dan cita­cita. Janganlah mundur hanya karena sesuatu hal yang kecil, tetap semangat selalu!” kata Mumuk.

Akhmad Akbarudin

Prestasi Atlet Karate dari FIPLH Edisi I I Maret 2011 I Hal 6

Penyerahan Piala kepada Para Juara, (mumuk sebelah kanan)

Page 7: Lingkar Hijau#1

RESENSI

Judul : Kau Memanggilku Malaikat Penulis : Arswendo Atmowiloto Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tebal : 272 halaman Cetakan : November 2008, April 2009

Kematian dan Malaikat Pencabut NyawaKematian adalah sesuatu yang pasti dihadapi manusia. Sebelum meng hadapi kematian, malaikat pencabut nyawa utusan Tuhan da­tang menjemput. Proses itulah yang hendak digambarkan penulis novel “Kau Memanggilku Malaikat”. No­vel karya Arswendo Atmowiloto ini men ceritakan pengalaman­penga la­man malaikat pencabut nyawa ke­tika sedang bertugas. Malaikat me­njemput berbagai manusia dengan sifat dan nasibnya masing­masing. Dikisahkan tentang orang­orang yang memiliki kehidupan dan cara mati yang berbeda. Seorang istri setia dan tulus bernama Tessarini. Setelah mati akibat kanker, dia ingin menemui suami yang telah me­ngkhianatinya. Seorang preman yang dibakar hidup­hidup dan tak mau di ­kasihani. Dia tak henti me ngumpati semuanya, termasuk ma laikat, sam­pai waktunya di dunia habis. Ada juga seorang gadis re maja yang mati ditembak polisi ka rena menolak di­perkosa. Seorang pengemudi bus yang ta hu bahwa kendaraannya ku rang layak jalan, meninggal da­lam kecelakaan maut. Dia terus me­nyalahkan dirinya sendiri, bahkan setelah mati, karena kelalaiannya me nyebabkan anak­anak sekolah yang akan berlibur justru menemui ajalnya. Tugas malaikat berjalan de­ngan lancar. Malaikat bisa menemui mereka di saat terakhir hidup, di be­berapa tempat berbeda dalam wak­tu yang sama. Sampai kemudian di ceritakan tentang seorang anak perempuan kecil yang bisa mengenali sang malaikat. Namanya Di. Anak lucu dan cerdas yang mengaku

pernah bertemu malaikat ketika dalam kandungan ibunya. Di bisa be rada dalam pangkuan kedua o rang tuanya saat sudah seharusnya meninggalkannya. Kisah tentang Di yang me­narik perhatian malaikat secara per­lahan diangkat sebagai tema utama dalam novel ini. Bersama Di yang telah meninggal, malaikat menemani anak itu berkeliaran di sekitar orang yang Di sayangi. Keberadaan Di masih dapat dirasakan oleh orangtuanya. Apa yang dikatakan Di mendapat respon dari orangtuanya. Seperti ketika Di meminta agar mayatnya dipakaikan longdress, me ngingatkan ayahnya yang belum me motong kuku, dan ketika ibunya menghampiri

ayah untuk membantu memotong kuku sambil berkata ,”Di yang menyuruh.” Di juga mengajak malaikat menemui Um, teman ayahnya yang sudah seperti pamannya sendiri. Di bisa menghentikan niat Um yang ingin membunuh lelaki selingkuhan istrinya. Malaikat se­makin heran karena Di juga bisa merasakan getaran kematian dan kemudian meredamnya. Malaikat menyadari bahwa Di bukan arwah manusia biasa. Mungkinkah Di juga malaikat? Kendati laris di pasaran, ter dapat cacatan yang harus di­perhatikan pembaca dalam menik­mati kisah ini. Imajinasi penulis yang sangat luas mungkin akan mengerutkan dahi pembaca. Pe­nulis menyampaikan se buah kon­sep perjalanan kematian dan ba­gaimana malaikat pencabut nyawa menjalankan tugasnya. Bagi agama tertentu, konsep tersebut sungguh berbeda. Pembaca harus lebih bijak dalam memaknai gagasan penulis. Gaya bahasa yang lugas mam pu mengajak pembaca masuk ke dalam alur yang disajikan. Pembaca tidak merasa jenuh meski menikmatinya tanpa jeda. No vel dewasa ini syarat akan pe­lajaran kehidupan yang mem pe­ngaruhi seseorang dalam meng­hadapi kematian. Penulis mencoba mengatakan lewat novelnya ini bah­wa kematian sesungguhnya sangat indah dan menyenangkan.

Rima S.I.N.

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 6 LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 7

Page 8: Lingkar Hijau#1

EVENT KAMPUS

Talkshow Kewirausahaan HIMA PLS

Kamis (17/3), Himpunan Mahasiswa Pendidikan Lu ar Se ko lah (HIMA PLS) menyelenggarakan talk show ke­wirausahaan bertajuk “Membangun Jiwa Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan.” Acara yang berlangsung di Abdullah Sigit Hall FIP UNY ini diikuti oleh hampir 200 orang. “Talkshow ini bertujuan untuk membangun jiwa kewirausahaan mahasiswa dan menemukan pe­luang­peluang yang ada,” ungkap Dwi Marfuji, Kabid Kewirausahaan HIMA PLS. Selain mahasiswa FIP, talkshow tersebut juga diikuti mahasiswa fakultas lain, bahkan universitas lain seperti UIN Sunan Kalijaga dan UGM.

Yocta

Campversary #8

Rabu (22/3), Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Musik CAMP merayakan ulang tahun yang ke 8. Acara tersebut diselenggarakan di halaman Gedung Rektorat UNY. Ulang tahun CAMP juga dimeriahkan oleh Inspico, D’Friends, Evidence, Banana Cake, Oktavana, Atra, Edsacoustic, Sekrup, Afrojava, Summer Fun, Trimor, Brother Beer, Ancoust, Holide, My Day, sicma, Heavens Note, Sandwich, Aquila, dan Fadhalus.

Akbar

Open House Hima PLB

Rabu (22/3) bertempat di halaman depan gedung Orma­wa, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (HIMA PLB) menggelar Open House bertajuk Menggapai Asa de ngan Karya. “Kegiatan ini untuk mengenalkan se­perti apa HIMA PLB dan program kerja mereka. Bagi ABK (anak berkebutuhan khusus­red) sebagai sarana untuk belajar tampil di depan dan membantu mereka ber­sosialisasi dengan orang­orang di sekitarnya. Acara ini juga menyadarkan kita bahwa mereka sebenarnya sama dengan kita, hanya kebutuhannya yang berbeda,” ungkap Wening Prabawa

Rima

LKMM ORMAWA FIP 2011

Latihan Kepemimpinan Manajemen Maha­siswa (LKMM) telah berlangsung pada 19­20 Ma ret 2011 lalu. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 145 pe­serta tersebut dilakukan di dua tempat, Abdullah Sigit Hall, FIP UNY dan Wisma Anoman, Parangtritis.

Malamnya, setelah diadakan ramah­tamah se­lu ruh pengurus baru ORMAWA, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FIP UNY memimpin sosialisasi program kerja tiap lembaga. Kegiatan itu digunakan untuk mengantisipasi adanya bentrokan agenda an­tarlembaga.

Foto bersama kabinet ORMAWA kemudian dilaksanakan untuk memenuhi kelengkapan admis­tratif pengurus. Kemudian dilanjutkan dengan koor­dinasi program dan kebijakan bersama ORMAWA yang di harapkan akan menghasilkan sebuah Surat Ke putusan Bersama (SKB). Sayangnya, dalam ke­se mpatan ini belum ada kesepakatan untuk SKB ter sebut, terutama dalam pemberlakuan jam malam ORMAWA.

LKMM ditutup dengan wisata ke Pantai Para ngtritis. Ditambah lagi dengan kegiatan kado silang sebelum peserta pulang. Secara umum, acara memberikan kesan tersendiri bagi tiap peserta. “Seru, sih. Nggak ada waktu kosong,” kata Rini Sundari, sekretaris HIMA Kebijakan Pendidikan 2011.

Rima

Upgrading BEM FIP UNY

BEM FIP UNY mengadakan Up Grading pengurus 2011 pada Minggu, 13 Maret 2011 lalu. Acara ter sebut difasilitatori oleh Departemen PSDM BEM FIP UNY. Up Grading dikemas dalam konsep eksplorasi kota Yogyakarta. Para pengurus dibagi menjadi tiga kelompok untuk menjalankan sebuah misi yang ditugaskan oleh PSDM. Mereka kemudian berangkat dari kampus pusat FIP menuju jalan P.Mangkubumi. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga area Malioboro dan berakhir di depan Gedung Agung. “Kegiatan ini sebenarnya bertujuan untuk refreshing dan mengakrabkan antar pengurus BEM FIP,” ungkap Tri Yogi F, Kadept PSDM BEM FIP UNY.

Haj

LH Edisi I I Maret 2011 I Hal 8