23
LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424) 1. Tahapan perkembangan pada anak?

LBM 5 JIWA JOKO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sgd jiwa

Citation preview

Page 1: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

1. Tahapan perkembangan pada anak?

Page 2: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Page 3: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

2. Apa maksud dari IQ 50?dan derajatnya?

Tingkat-tingkat retardasi mental dibagi menjadi:

1) Retardasi Mental Ringan

Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan sosial dan komunikasinya

mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra sekolah. Tetapi pada saan anak menjadi lebih

besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak

dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. Biasanya

mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa. Namun, masih dapat berbicara

untuk keperluan sehari-hari dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari serta terampil

dalam perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran

sekolah.

2) Retardasi Mental Sedang

Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51. ketrampilan komunikasi

berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar.

Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan. Biasanya

lambat dalam perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa. Ketrampilan

merawat diri dan ketrampilan motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan

Page 4: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan

potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa ketrampilan dasar.

3) Retardasi Mental Berat

Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas dan perkembangan

motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah nyata ada gangguan. Pada masa usia

sekolah kemampuan bahasanya berkembang. Kebanyakan dengan gangguan motorik

yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.

4) Retardasi Mental Sangat Berat

Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. ketrampilan komunikasi dan

motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan

mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi juga masih membutuhkan

perawatan orang lain.

Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.

3. Apa macam gangguan perkembangan dan adaptasi pada anak?

Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive Developmental Disorders /PDD) terdiri dari

beberapa jenis di antaranya adalah:

1) Autism

2) Aspergers

3) Retts

4) Childhood Disintegrative Disorder (CDD)

5) Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak (Pervasive Developmental Disorder) or

Not Otherwise Specified (PDD:NOS)

DSM-IV

4. Mengapa anak mengalami gangguan tumbuh kembang dan adaptasi?

Page 5: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Senyawa/bahan kimia, mikroorganisme dan cemaran fisik berbahaya yang terdapat

pada produk perikanan antara lain disebabkan oleh lingkungan tempat hidup ikan,

termasuk lokasi budidaya. Logam berat terutama merkuri merupakan bahan cemaran

yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan efek akumulatif seperti halnya

penyakit Minamata di Jepang (Anon, 2000). Pada daerah perairan yang

berdampingan/berdekatan dengan industri berat diduga tingkat pencemarannya lebih

tinggi dibandingkan dengan perairan yang tidak berdekatan dengan industri berat. Hal

ini disebabkan senyawa logam berat banyak digunakan dalam industri sebagai bahan

baku, katalisator, fungisida maupun bahan tambahan lainnya. Menurut FDA di dalam

Anon (1998), selain merkuri (Hg), jenis logam berat yang membahayakan kesehatan

antara lain timbal (Pb), kadmium (Cd), arsen (As), khromiun (Cr) dan nikel (Ni). Jenis

biota laut yang sangat potensial terkontaminasi logam berat adalah kekerangan

mengingat cara makannya dengan menyaring air. Di samping itu, sifat kekerangan ini

lebih banyak menetap (sessile) dan bukan termasuk migratory (Wahyuni & Hartati,

1991), sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat

akumulasi logam berat pada organisme laut.

Berdasarkan Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) kadar

Hg maksimum pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0,5 ppm dan kadar Pb

sebesar 2 ppm. Menurut Inswiasri dkk. (1997), rata-rata kadar Hg dan Pb di perairan

Teluk Jakarta masing-masing adalah 0,004 ppm dan berkisar antara 0,00 – 1,57 ppm.

Page 6: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Kadar logam berat tersebut akan terakumulasi apabila limbah buangan industri di sekitar

perairan Teluk Jakarta meningkat terutama oleh pabrik penghasil peralatan listrik, pabrik

baterai dan industri penghasil tinta (Darmono, 1995).

Logam berat (Hg dan Pb) dalam air kebanyakan berbentuk ion dan logam tersebut

diserap oleh kerang secara langsung melalui air yang melewati membran insang atau

melalui makanan. Selain melalui insang, logam berat juga masuk melalui kulit (kutikula)

dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun dalam

jantung dan ginjal kerang (Noviana, 1994; Laws, 1981). Menurut Hutagalung (1991),

kemampuan biota laut (ikan, udang dan moluska) dalam mengakumulasi logam berat di

perairan tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi

lingkungan seperti pH, suhu dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka

akumulasi logam berat semakin meningkat. Toksisitas logam berat dalam kerang yang

ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan

kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya (Sukiyanti, 1987). Sifat toksik logam Hg

dalam bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian

pada larva bivalvia (muloska) dan konsentrasi Pb sekitar 2,75 ppm mulai bersifat letal

bagi biota perairan seperti krustasea (Mulyaningsih, 1998).

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat

terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg),

kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co)

(Sutamihardja dkk, 1982).

Hg2+ >Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+> Cr2+ >Sn2+ > Zn2+

5. Mengapa anak lebih suka main dengan anak kecil dan sulit mengerti aturan main,

mengenal warna, nama benda, dan sulit mengingat nama binatang?

Idem no. 4

Intoksikasi logam beratdefek SSPgangguan pada pusat sensorium dan pusat

memorysulit mengenal warna, mengerti aturan bermain, nama benda, sulit

mengingat nama binatang dan orang.

Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.

Page 7: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

6. Apa hubungan ibu hamil makan seafood dengan kondisi anak sekarang?

Idem no. 4

7. Mengapa kemampuan bicara terhambat terutama untuk mengucapkan r, l, dan s?

Jenis retardasi mental :

a) Mental retardation ringan atau semu (Cultural familial retardation), disebabkan oleh

kondisi lingkungan dan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung.

b) Mental retardation berat, disebabkan oleh faktor genetik yang dibedakan menjadi:

a. Down syndrome, yang terdiri dari :

1) Trisomy 21, terjadi kelebihan kromosom pada pasangan kromosom 21 yang

terdiri atas tiga kromosom. Biasanya terjadi pada anak-anak yang berasal dari

ibu yang mengandung pada usia kritis yaitu usia di bawah 20 tahun atau di

atas 40 tahun.

2) Mosaicism, terjadi karena adanya kegagalan dalam perkembangan sel secara

sempurna sehingga menimbulkan kelebihan atau kekurangan kromosom

pada tubuh.

3) Translocation, terjadi akibat adanya pasangan kromosom yang melekat pada

pasangan kromosom lainnya, sehingga menimbulakan gangguan terhadap

fungsi intelektual penderitanya.

b. Phenylketonuria (PKU), kemampauan tubuh untuk mengubah phenylalanin

menjadi tirosin terganggu sehingga tidak memenuhi persyaratan yang

dibutuhkan tubuh.

c. Tay Sachs Disease, terjadi pembesaran pada tengkorak sehingga menimbulkan

kemunduran sistem syaraf. Penyakit ini biasa terdeteksi pada usia 6 bulan. Akibat

penyakit ini penderita kehilangan kemampuan intelektual dan otot-ototnya

menjadi lemah.

Intoksikasi logam beratdefek SSPgangguan pada pusat motorikbicara terhambat.

Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

8. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan?

Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik:

Page 8: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

1) Uji Laboratorium

Uji intelegensi standar dan uji perkembangan

Pengukuran fungsi adaptif

2) EEG (Elektro Esenflogram)

Gejala kejang yang dicurigai

Kesulitan mengerti bahasa yang berat

3) CT ata MRI

Pembesaran kepala

Dicurigai kelainan otak yang luas

Kejang lokal

Dicurigai adanya tumor intra kranial

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media

Aesculapius.

9. DD?

AUTISME

Definisi:

Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang

berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada

dunianya sendiri (Suryana, 2004).

Ciri-ciri autisme:

Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), kriteria

diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:

A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari

(1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3):

1. Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan

setidak-tidaknya dua dari hal berikut:

Page 9: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

a) Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non

verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur

untuk mengatur interaksi sosial.

b) Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat

menurut tahap perkembangan.

c) Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi

kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti

dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).

d) Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.

2. Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidak-

tidaknya satu dari hal berikut:

a) Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa

(tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam

alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik).

b) Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan

kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan

orang lain.

c) Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau

bahasa yang aneh.

d) Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan

atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.

3. Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan berbentuk tetap,

ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu

dari hal berikut:

a) Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang

berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.

b) Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang

spesifik.

c) Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau

mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari

keseluruhan tubuh).

Page 10: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

d) Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek

B. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya dalam 1 dari area berikut,

dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang

digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan simbolik atau imajinatif.

C. Gangguan tidak lebih baik bila dimasukkan dalam Rett’s Disorder atau Childhood

Disintegrative Disorder.

Tingkat kecerdasan anak autis:

Pusponegoro dan Solek (2007) menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak autis

dibagi mejadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a) Low Functioning (IQ rendah)

Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning (IQ rendah), maka

dikemudian hari hampir dipastikan penderita ini tidak dapat diharapkan untuk hidup

mandiri, sepanjang hidup penderita memerlukan bantuan orang lain.

b) Medium Functioning (IQ sedang)

Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning (IQ sedang), maka

dikemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita ini masih bisa masuk

sekolah khusus yang memang dibuat untuk anak penderita autis.

c) High Functioning (IQ tinggi)

Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning (IQ ”tinggi”), maka

dikemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya,

dapat juga hidup berkeluarga.

RETARDASI MENTAL

Definisi:

1. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO,

MENKES 1990).

2. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah

yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi

terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter

CH, Toback C).

Page 11: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Etiologi:

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktor-faktor yang

potensial sebagai penyebab Retardasi Mental:

Non organik:

Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.

Faktor sosiokultural.

Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.

Penelantaran anak.

Organik:

Faktor Pra-konsepsi

Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan

neurocutaneous).

Kelainan kromosom.

Faktor Pre-natal

Gangguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom

Infeksi intra uterin, misal HIV

Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)

Disfungsi plasenta

Kelainan konginetal dari otak

Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

Infeksi intra uterin, misal HIV

Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)

Ibu DM, PKU

Toksemia gravidarum

Disfungsi plasenta

Ibu malnutrisi

Faktor Peri-natal

Sangat prematur

Asfeksia neotorum

Page 12: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Trauma lahir

Meningitis

Kelainan metabolik

Faktor Post Natal

Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat

Neurotoksin

CVA

Anoksia, misalnya tenggelam

Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal

Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis

Patofisiologi:

Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul

pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi

kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-

keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa,

ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana

prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan keamanan akademik

fungsional bersantai dan bekerja.

Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis itu

meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan

muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi

tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan

muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya

dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul berbagai masalah

dalam keperawatan.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media

Aesculapius.

Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.

Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

ADHD

Page 13: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Definisi:

ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,

(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan

Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan

pemusatan perhatian disertai hiperaktif.

Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang

memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,

hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian

besar aktivitas hidup mereka.

Etiologi:

Bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil penelitian Faron dkk, 2000,

Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF Baihaqi & Sugiarmin, 2006), yang

mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya

ADHD, yaitu:

Faktor genetika

Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting

dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga

ADHD memiliki gangguan, yaitu jik orang tua mengalami ADHD, maka anaknya

beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami.

ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD.

Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul

genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan

demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu

menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.

Faktor neurobiologis

Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa

terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul

pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan

pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi

lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi

Page 14: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

tinggi)menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini

meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam

bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia.

Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan

respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan

ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD

mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD.

Ciri-ciri ADHD:

a. Inatensi

Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak

mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah

teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh

perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu

mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,

sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.

b. Impulsifitas

Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak

disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga

sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk

mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan

ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun

lingkungannya.

c. Hiperaktivitas

Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang

dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak

bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang

aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak

mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya,

sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.

Page 15: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk

memusatkan perhatian.

American Psychiatric Assosiations (2005). Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders (DSM IV). Washington, DC. American Psychiatric Associations.

Alberto, P. A,. & Anne, C. A,. (1986). Applied Behavior Analysis for Teachers. Ohio:

Merrill Publishing Company.

Grad, L. Flick. (1998). ADD/ADHD Behavior-change Resource Kit. New York: The

Center for Applied Research in Education.

10. Macam Penanganan dari DD dan alasanya?

Penatalaksanaan Medis

Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier:

a) Pencegahan primer

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang

menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari

profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik dapat membantu.

b) Pencegahan sekunder

Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit.

c) Pencegahan tertier

Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi

Dalam pelaksanaannya, kedua jenis ii dilakukan bersamaan meliputi:

a) Pendidikan untuk anak mancakup latihan ketrampilan adaptif, sosial dan kejuruan.

b) Terapi pra luka agresif dan melukai diri

c) Kognitif dan psikodinamika

d) Pendidikan keluarga

e) Intervensi farmakologis:

Obat-obatan psikotropika (Tioridasin/Mellaril) untuk remaja dengan perilaku

yang membahayakan diri sendiri.

Page 16: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan

konsentrasi/gangguan hiperaktif.

Antidepresan (Imipramin/Trofanil)

Karbamazepin (Tegretol) dan Propanolol (Inderal)

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media

Aesculapius.

11. Factor yang berpengaruh terhadap terapi gangguan perkembangan?

1. Berat ringannya derajat kelainan

Semakin ringan gangguan autis maka kesembuhan anak autis akan berjalan lebih cepat

daripada yang menderita autis berat.

2. Usia anak saat pertama kali ditangani

Terapi yang dimulai sedini mungkin sebelum usia 5 tahun lebih membantu kesembuhan

anak autis karena perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia 2-3 tahun.

Sebaliknya penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih lambat. Jika

sudah terdeteksi sejak dini tentunya akan semakin cepat proses penanganannya. Banyak

metode dan cara untuk mendidik anak autis.

3. Proses pendidikan dan pengajaran

Proses pendidikan dan pengajaran tersebut baik datang dari anak, orang tua, lingkungan

keluarganya juga sarana prasarana dan strategi belajar.

Lingkungan keluarga yang mendukung kesembuhan anak autis akan lebih membantu

keberhasilan anak autis dalam pendidikannya daripada lingkungan keluarga yang tidak

menerima kehadirannya, menyembunyikan dan tidak mengakui anak autis tersebut.

Penerimaan di sini bukan hanya secara moral saja, tetapi dapat diaplikasikan ke dalam

bentuk perilaku yang memberikan pendidikan pada anak autis dengan menyekolahkan pada

sekolah khusus autisme atau lembaga pusat terapi anak kebutuhan khusus. Pendidikan anak

autisme tidak hanya dari sekolah atau terapi saja tetapi juga dibutuhkan peran orang tua

dan anggota keluarga di rumah. Adapun pendidikan di rumah adalah menyesuaikan dengan

tugas perkembangan anak dan melanjutkan materi dari sekolah khusus autisme.

Peran orang tua dalam penyembuhan anak penderita autisme sangatlah penting. Pertama

adalah pekerjaan rumah, kedua generalisasi yaitu mentranfer kegiatan yang dipelajari di

sekolah ke tempat lain. Hal ini membutuhkan peran dari orang tua. Juga mengenai sosialisasi

orang tua harus ikut berperan sebab waktu di sekolah hanya sekitar 6 jam saja, sisa waktu

Page 17: LBM 5 JIWA JOKO

LBM 5 PERILAKU & JIWA JOKO WIBOWO SENTOSO (012116424)

lebih banyak di rumah karena itu kerja sama antara orang tua dan guru perlu sekali. Orang

tua adalah orang yang paling kenal dengan anak, jadi guru, dokter, dan terapis harus

mendengar informasi dari orang tua anak autis. Orang tua harus mempunyai pemahaman

tentang anak autis. Selain harus melakukan pengobatan secara medis, orang tua juga ditun-

tut bijak dan sabar menghadapi kondisi anak.

Selain itu strategi belajar juga sangat menentukan, penggunaan sarana prasarana serta

metode yang dipakai untuk menerapi anak autis. Terapis yang kreatif dan berpengalaman,

metode terapi yang disertai media belajar yang mendukung, akan membantu kesembuhan

anak autis lebih cepat dibandingkan dengan terapis yang ala kadarnya serta sarana dan

prasarana yang seadanya. Intensitas waktu terapi anak autis juga ikut berpengaruh dalam

cepat lambatnya kesembuhan. Apapun metode dan terapi yang dipilih penanganan harus

terstruktur, terpola, konsisten, kontinyu dan terprogram. Penanganan harus

dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan usia anak.

4. Kesehatan

Anak autis yang sakit-sakitan akan memperlambat kesembuhannya. Gizi dan nutrisi anak

autis yang tercukupi mempengaruhi perkembangan fisik sekaligus kemampuan berpikir si

anak. Anak autis biasanya memiliki gangguan metabolisme dan problem pencernaan.

5. Kecerdasan

Semakin cerdas anak autis, maka semakin cepat daya penangkapan materi. Dengan

demikian anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata akan lebih lambat daripada anak autis

yang memiliki IQ rata-rata maupun di atas rata-rata.

SUMBER :

Maulana Mirza. 2007. A