22
LBM 4 SGD 6 MODUL MUSCULOSKELETAL STEP 1 1. Fraktur : Retaknya tulang yang biasanya ditandai dengan cedera di jaringan sekitarnya. 2. Imobilisasi : Penatalaksanaan pada fraktur untuk mengurangi pergerakan tulang yang patah. Suatu keadaan dimana lengan yang fraktur di fiksasi. STEP 2 Skenario : 1. Mengapa salah satu tungkai lebih pendek? 2. Mengapa bisa terjadi pembengkakan dan nyeri tekan? 3. Mengapa dokter melakukan tindakan imobilisasi? 4. Mengapa bertambah nyeri bila diangkat atau digeser? 5. Kenapa tidak ditemukannya luka pada tempat yang sakit? Non Skenario : FRAKTUR 1. Definisi 2. Klasifikasi 3. Etiologi 4. Patofisiologi 5. Manifestasi Klinik 6. Predisposisi 7. Cara Diagnosis (PP) 8. Penatalaksanaan 9. Komplikasi DISLOKASI 1. Definisi 2. Klasifikasi 3. Etiologi 4. Manifestasi Klinik 5. Penatalaksanaan

Lbm 4 Sgd 6 Modul Musculoskeletalthemy

Embed Size (px)

Citation preview

LBM 4 SGD 6 MODUL MUSCULOSKELETALSTEP 1 1. Fraktur : Retaknya tulang yang biasanya ditandai dengan cedera di jaringan sekitarnya. 2. Imobilisasi : Penatalaksanaan pada fraktur untuk mengurangi pergerakan tulang yang patah. Suatu keadaan dimana lengan yang fraktur di fiksasi. STEP 2 Skenario 1. 2. 3. 4. 5. :

Mengapa salah satu tungkai lebih pendek? Mengapa bisa terjadi pembengkakan dan nyeri tekan? Mengapa dokter melakukan tindakan imobilisasi? Mengapa bertambah nyeri bila diangkat atau digeser? Kenapa tidak ditemukannya luka pada tempat yang sakit?

Non Skenario : FRAKTUR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Definisi Klasifikasi Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinik Predisposisi Cara Diagnosis (PP) Penatalaksanaan Komplikasi

DISLOKASI 1. 2. 3. 4. 5. Definisi Klasifikasi Etiologi Manifestasi Klinik Penatalaksanaan

STEP 3 Skenario :

1. Mengapa salah satu tungkai lebih pendek? Adannya frakmen tulang yang overlapping sehingga terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena terdapat kontraksi otot tulang. Terjadi dislokasi cum contraction ( karena tarikan tonus otot). 2. Mengapa bisa terjadi pembengkakan dan nyeri tekan? Jatuh hematom Reaksi Inflamasi pengeluaran bradikinin pengeluaran histamine tumor,rubor,dolor,kalor,fungsiolesa. Tulang patah pembuluh darah disekitar tulang ada sebagian yang putus darah keluar ke jaringan (hematom) 3. Mengapa dokter melakukan tindakan imobilisasi? Untuk mempertahankan posisi tulang pada saat masa penyembuhannya , agar tidak geser lagi. 4. Mengapa bertambah nyeri bila diangkat atau digeser? Karena terjadinya spasme otot (kontraksi otot involunteer yang terjadi disekitar fraktur) terasa sakit Karena adanya tekanan patahan dari tulang itu sendiri, menekan saraf. 5. Kenapa tidak ditemukannya luka pada tempat yang sakit? Karena fraktur tertutup.

Non Skenario : FRAKTUR 1. Definisi Retaknya tulang yang biasanya ditandai dengan cedera di jaringan sekitarnya. 2. Klasifikasi Fraktur tertutup tulang patah tapi tidak tampak diluar Fraktur terbuka (majemuk) tulang patah tampak dari luar Fraktur kompresi Karena penekanan , wanita yang lansia Fraktur avulsi Karena kontraksi otot yang kuat biasanya mengenai tumit dan tungkai Fraktur Patologis tumor Fraktur karena tergilas Fraktur Traumatik mengalami trauma yang tiba-tiba

Berdasarkan sudut patah

:

Fraktur transversal arah patahannya melintang dan merupakan akibat trauma langsung Fraktur obliq Arah garis patah membentuk sudut terhadap garis tulang , trauma langsung Fraktur spiral arah garis patahan spiral , trauma rotasi :

Berdasarkan usia

Fraktur anak-anak (Green stick) Dewasa Orang tua

Berdasarkan Garis Patahan dan bentuk patahan Fraktur kominutif garis patah lebih dari satu dan berhubungan Fraktur segmental Garis patah > 1 dan tidak berhubungan Fraktur Multipel garis patah > 1 tapi pada tulang yg berlainan tempatnya

3. Etiologi Akibat peristiwa trauma : pemukulan , terjatuh Akibat peristiwa tekanan : atlet dan penari os. Tibia , os. Fibula Akibat Patologi : kelemahan tulang 4. Patofisiologi Ketika patah tulang kerusakan di korteks , pembuluh darah , jaringan lunak terjadi perdarahan , kerusakan tulang dan jaringan sekitar hematom pada kanal tepi bawah Periosteum 5. Manifestasi Klinik 6P :

- Pain Nyeri Konstan - Palor (Pucat) - Paraestesi (Kesemutan) - Pulses (Nadinya kecil) - Paralisis (Kelumpuhan) - Pressure (Penekanan) Menekan jaringan sekitar !!!

6. Predisposisi Usia anak anak lebih mudah terkena karena tulangnnya masih elastic , orang tua pasca menopause Pekerjaan Atlet dan pekerja proyek Jenis Kelamin wanita tua lebih mudah patah , Laki-laki 60 Adanya penyakit pada tulang 7. Cara Diagnosis Anamnesis Posisi waktu terjadi trauma, konsumsi obat,riwayat penyakit patologi tulang Inspeksi Keadaan umum , tingkat kesadaran , frakturnya terbuka/tertutup , pasien kesakitan (-/+) , pembengkakan (-/+) , tambah pendek atau enggak Palpasi ketika dipegang ada nyeri tekan atau tidak , gerakan terganggu (-/+) PP Foto Rontgen CT scan MRI 8. Penatalaksanaan Imobilisasi : Pembidaian Pemasangan gips Penarikan Fiksasi internal Terapi Fisik 9. Komplikasi Perdarahan Kolaps kardiovaskuler (syok) Infeksi Mal union suatu keadaan yang telah sembuh tetapi tidak pada posisi yang tidak seharusnya Delayed Union Proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi lambat Non Union Patah tulang yg tidak menyambung kembali

DISLOKASI 1. Definisi Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi , bisa sebagian atau seluruh komponen tulang Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis , tulang lepas dari sendinya 2. Klasifikasi Dislokasi Kongenital Keturunan Dislokasi Traumatik akibat dari suatu trauma (kecelakaan) Dislokasi Patologi terjadi suatu kelemahan otot-otot karena suatu penyakit shg mudah terlepas dari tempatnya Menurut Traumatik Dislokasi Posterior Terjadinya dislokasi pada saat panggul dlm keadaan fleksi dan adduksi Dislokasi Anterior Tungaki terkangkang, lutut lurus Dislokasi sentral Contoh : Fraktur Acetabulum

Dislokasi Ringan dan Berat ?? 3. Etiologi Trauma JATUH Cidera Olahraga Patologis 4. Manifestasi Klinik Hambatan Gerak Nyeri Krepitasi Gerak Caput tulang teraba dari luar Pada ekstremitas didpt pnjng lengan atau tungkai berbeda dg yg normal 5. Penatalaksanaan o Dislokasi Ringan Di reposisi tanpa anestesi o Dislokasi berat Reposisi dengan anestesi kemudian di imobilisasi

Sistematika kerangka tubuh manusia Hubungan antar tulang Proses penyembuhan fraktur Patogenesis Osteoporosis dan Osteomalasie STEP 4 MAPPING STEP 5 LEARNING ISSUEE STEP 6 BELAJAR MANDIRI STEP 7 Skenario 1. 2. 3. 4. 5. :

Mengapa salah satu tungkai lebih pendek? Mengapa bisa terjadi pembengkakan dan nyeri tekan? Mengapa dokter melakukan tindakan imobilisasi? Mengapa bertambah nyeri bila diangkat atau digeser? Kenapa tidak ditemukannya luka pada tempat yang sakit?

Non Skenario : FRAKTUR 1. Definisi 2. Klasifikasi Berdasarkan hubungannya dengan dunia luar Fraktur tertutup (closed) Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar Fraktur terbuka Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Menurut R. Gustillo fraktur terbuka ada 3 derajat :

a. Derajat I o Luka < 1 cm o Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk o Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan o Kontaminasi minimal b. Derajat II o Laserasi > 1 cm o Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulsi o Fraktur kominutif sedang o Kontaminasi sedang c. Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.Fraktur derajat III terbagi atas : Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka o Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif o Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak (Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius) Deskripsi Fraktur a. Komplit/tidak komplit Fraktur komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang Fraktur tidak komplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti : - Hairline fracture (patah retak rambut) - Buckle fracture atau torus fracture : bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya biasanya pada distal radius anak-anak - Greenstick fracture : mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak o

b. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsung Garis patah oblik : trauma angulasi Garis patah spiral : trauma rotasi Fraktur kompresi : trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa Fraktur avulsi : trauma tarikan / traksi otot pada insersinya di tulang misalnya fraktur patella

c. Jumlah garis patah Fraktur kominutif : garis patah > 1 dan saling berhubunga

Fraktur segmental : garis patah > 1 tapi tidak berhubungan. Bila 2 garis patah disebut pula fraktur bifokal

Fraktur multipel : garis patah > 1 tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya misalnya fraktur femur, fraktur tulang belakang d. Bergeser/tidak bergeser Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh

Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi : - Dislokasi ad longitudinum cum contractionum : pergeseran searah sumbu dan overlapping - Dislokasi ad axim : pergeseran yang membentuk sudut - Dislokasi ad latus : pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauhi e. Terbuka tertutup f. Komplikasi tanpa komplikasi Bila ada harus disebut. Komplikasi dapat berupa komplikasi dini atau lambat, lokal atau sistemik, oleh trauma atau akibat pengobatan (Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius) Berdasarkan penyebab a. Ekskoriasi atau luka lecet atau gores: cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing b. vulnus scissum: luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan c. vulnus laceratum atau luka robek: luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compangcamping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul d. vulnus punctum atau luka tusuk: luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya e. vulnus morsum: luka karena gigitan binatang f. vulnus combutio: luka bakar Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan a. ekskoriasi b. skin avulsion, degloving injury c. skin loss Berdasarkan derajat kontaminasi a. luka bersih - luka sayat elektif - steril, potensial terinfeksi - tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktus genitourinarius b. luka bersih tercemar - luka sayat elektif - potensial terinfeksi : spillage minimal, flora normal - kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktus genitourinarius - proses penyembuhan lebih lama - contoh : apendektomi, operasi vaginal c. luka tercemar

potensi terinfeksi : spillage dari traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktus genitourinarius - luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi d. luka kotor - akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi - perforasi visera, abses, trauma lama (Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu) -

3. EtiologiFraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: a. Fraktur akibat peristiwa trauma Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh. c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh (http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html)

4. Patofisiologi 5. Manifestasi KlinikLewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut: Nyeri Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

Bengkak/edema Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya. Memar/ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. Spame otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur. Penurunan sensasi Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. Paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf. Mobilitas abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan. Deformitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. Shock hipovolemik Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat. Gambaran X-ray menentukan fraktur Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur (http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html)

6. Predisposisi 7. Cara DiagnosisAnamnesis Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien

atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistemik dari kepala, muka, leher, dada dan perut (Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu) PF Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis. Fraktur terbuka : tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi. Pemeriksaan status lokalis: lock, cari apakah terdapat : Deformitas Function lasea Lihat juga ukuran panjang tulang feel: apakah terdapat nyeri tekan move Krepitasi Nyeri bila digerakan Seberapa gangguan-gangguan fungsinya, gerakan yang tidak dilakukan (Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu) 1. Inspeksi : Bandingkan dengan bagian yang sehat Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam atau sampai beberapa hari Perhatikan adanya deformitas, misalnya angulasi, rotasi dan kependekan Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain. Perhatikan kondisi mental penderita Keadaan vaskularisasi 2. Palpasi Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang harus diperhatikan : Temperatur setempat yang meningkat

PP

Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi, dapat dialkuak dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati. Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan kuku yang terkena. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

Pemeriksaan radiologik Dibuat 2 foto dari aarah AP dan lateral Dibuat proyeksi yang tegak lurus Adakalanya dibuat proyeksi Khusus misalnya proyeksi aksial fraktur pada femur proksimal atau humerus prokismal (radiology diagnostic) Pemeriksaan penunjang : Foto polos Tomografi,misalnyapada fraktur vertebra atau kondilus tibia CT-SCAN MRI Radioisotop scanning.

8. PenatalaksanaanAnalgesik yang sering digunakan Nama Obat Aspirin Kalium Diklofenak Natrium Diklofenak Ibuprofen Indometasin Ketoprofen Dosis 325-1000 mg 50-200 mg 50 mg 200-800 mg 25-50 mg 25-75 mg Jadwal 4-6 jam sekali 8 jam sekali 8 jam sekali 4-8 jam sekali 8-12 jam sekali 6-12 jam sekali

Asam Mefenamat Naproxen Piroksikam Tenoksikam Meloksikam Celecoxib Nimesulide Ketorolak Asetaminofen Tramadol*

250 mg 250-500 mg 10-20 mg 20-40 mg 75 mg 100 mg 100 mg 10-30 mg 500 mg 50-100 mg

6 jam sekali 12 jam sekali 12-24 jam sekali 24 jam sekali 24 jam sekali 12 jam sekali 12 jam sekali 4-6 jam sekali 6-8 jam sekali 8 jam sekali

Dikutip dari: Lucas Meliana 2003 Keterangan: Tramadol termasuk analgesik opioid dengan kerja selektif pada reseptor MU, kurang/tidak menimbulkan adiksi asetaminofen, daya anti inflamasi lemah. Waspada hepatotoksik Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat cara berikut ini: 1) Traksi Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk. 2) Fiksasi interna

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dpat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi. 3) Fiksasi eksterna Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini. 4) Cast bracing (Djuwantoro Dwi 1997.Fraktur Batang Femur.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16FrakturBatangFemur120.pdf/16FrakturBatangF emur120.html.di akses tanggal 4 Juli 2011)

9. KomplikasiKomplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain : a. b. c. d. e. f. Shock Infeksi Nekrosis divaskuler Cidera vaskuler dan saraf Mal union Borok akibat tekanan http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html Komplikasi segera (saat terjad patah tulang atau segera setelahnya) Lokal: kulit: abrasi (luka korek), laserasi (luka coretan), penetrasi, dan kontusio (mudah terinfeksi dan perdarahan->osteomielitis) Pembuluh darah: robek. Sistem saraf: sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik. Otot Organ dalam: jantung, paru, hepar, limpa (pada fraktur kosata), kandung kemih (pada fraktur pelvis).

Umum: - Rudapaksa mutipel. - Syok: hemoragik, neurogenik. Komplikasi dini (beberapa hari setelah kejadian) Lokal: nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartmen, trombosis vena, infeksi sendi, osteomielitis umum. - ARDS, emboli paru, tetanus. Komplikasi lama Lokal: Sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal (sendi kaku). Tulang: gagal taut/taut lama/salah taut karena perdarahan lokar atau umum tidak memadai), distrofi refleks (tandanya: nyeri kontinyu berat, nyeri tekan difus, bengkak, hiperemia, indurasi tangan, dan kekuan yang bisa berakhir menjadi hipotropi otot, osteoporosis pascatrauma (karena hiperremik lokal yang masuk pada proses penyembuhan), gangguan pertumbuhan (bila mengenai epifisis anak), osteomielitis, patah tulang ulang. - Otot/tendo: penulangan otot, ruptur tendon - Saraf: kelumpuhan saraf lambat. Umum: - batu ginjal (akibat imobilasi lama di tempat tidur) (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat R.2004.Buku Ajar lmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran)

DISLOKASI 1. Definisi 2. Klasifikasi Dislokasi Ringan dan Berat ?? 3. Etiologi 4. Manifestasi Klinik 5. Penatalaksanaan Sistematika kerangka tubuh manusia Hubungan antar tulang

Proses penyembuhan fraktur

Proses Penyembuhan TulangFase inflamasiberakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan.

Fase reparatifUmumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak.

Fase remodellingMembutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur (McCormack,2000).

-

Proses penyembuhan patah tulang Patah tulang Kerusakan di korteks Pembuluh darah Sumsum tulang Jaringan di sekitarnya respon terhadap Perdarahan sirkulasi jaringan Kerusakan nekrotik tulang dan jaringan disekitarnya

vasodilatasi plasma dan leukosit

respon inflamasi

Hematom pada kanal medulla antara tepi tulang bawah periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur Tekanan kapiler >> Stimulasi histamin Protein plasma hilang edema Menekan ujung saraf Syndrome compartemen Tekanan dalam sumsum tulang >>

(http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html)

Tulang patah

Jaringan lunak di sekitarnya rusak

Periosteum terpisah dari tulang

Perdarahan

Bekuan

osteogenik

Kondroblas

Merangsang fosfat Merangsang deposisi kalsium

Lap tebal di sekitar lokasi fraktur

Menebal, meluas

Menyatu antar dua fragmen

Trabekula

Transformasi metaplastik

Kalus tulang

Osteoblas

(Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 4.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC)

-

Penyembuhan abnormal a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai. b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai. c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna. 20 minggu d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini. e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi - (Djuwantoro Dwi 1997.Fraktur Batang Femur.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16FrakturBatangFemur120.pdf/16FrakturBatangF emur120.html.di akses tanggal 4 Juli 2011)

-

-

Patogenesis Osteoporosis dan OsteomalasiePatogenesis Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut remodeling tulang, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah tua untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada saat pembentukan tulang mulai berlangsung sampai selama kita hidup.

Proses remodeling: resorpsi atau penyerapan atau penarikan tulang oleh osteoklas diisi oleh tulang yang baru dengan bantuan osteoblas. Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses pembentukan tulang sampai umur 30 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau diresorpsi sama dengan jumlah

tulang baru yang mengisi atau menggantikan sehingga terbentuk puncak massa tulang, tapi setelah berumur 35 tahun keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. (Setiyohadi Bambang dan Rachman Ichramsjah A.____.Osteoporosis. http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/20/Pilihan_Obat_Osteoporosis.html.di akses tanggal 4 Juli 2011)