Upload
yoses-bar-yeshua
View
235
Download
0
Embed Size (px)
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
1/21
Judul : Tingkah Laku Aneh
Seorang perempuan usia 27 tahun dibawa oleh keluarganya ke RS karena sering marah-marah tanpa sebab sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis didapatkan
penderita merasa pikirannya dapat disiarkan sehingga bisa diketahui dan dibaca oleh semua orang (waham), sehingga penderita merasa tidak memiliki rahasia
lagi dalam hidupnya. Dalam pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal, tidak ada riwayat kondisi medis umum, tidak ada riwayat penggunaan
NAPZA. Dokter menentukan pasien tersebut termasuk dalam kelompok gangguan jiwa berat (Psikotik) dengan stressor masalah pekerjaan dan ditemukan
penurunan Global Functional Assessment (GAF)
NAPZA : Narkotik,Psikotropika,Zat adiktifGAF : penilaian fungi scr menyeluruh tramsuk diagnosis scr multiaksial.
Gangguan Jiwa : sindrom/pola perilaku/psikologi seseorang yg scr klinik cukup bermakna dan scr khas berkaitan dgn suatu gejala
penderitaan(distress/impairment/disability) dlm 1 atau lebih dr fungsi kehidupan manusia.
Psikotik : gangguan jiwa yg ditandai dg ketidakmamouan individu menilai keadaan yg tjd,missal trdapat halusinasi atau perilaku aneh lainnya.
Stressor : suatu hal yg memicu timbulnya keadaan tertekan/stress.
2. Mengapa tahan duduk berjam2 tanpa bergerak?
3. Mengapa melakukan gerakan aneh selama berjam2?
4. Bagaimana bias mendengar suara2 lucu hingga tertawa sendiri,termasuk gejala apa itu? Macam2 halusinasi ?
5. Beda halusinasi dengan waham?6. Px fisik dan lab apa yg diperlukan dan interpretasinya?
7. Skor GAF?
8. Macam2 stressor?
9. Derajat stressor dan contoh2nya ?
10. Bagaimana stressor dpt memicu timbulnya gangguan jiwa?
11. Gangguan jiwa
a. Etiologi
b. Factor predisposisi
c. Klasifikasi
d. Gejala dan tanda
e. Diagnosis
12. Gangguan sikap dan tingkah laku ?
13. GANGGUAN JIWA PSIKOTIK
Mengapa tahan duduk berjam2 tanpa bergerak? Mengapa melakukan gerakan aneh selama berjam2?
Terdapat gangguan sikap dan perilaku
3. Bagaimana bisa mendengar suara2 lucu hingga tertawa sendiri,termasuk gejala apa itu? Macam2 halusinasi ?
4. Beda halusinasi dengan waham?
- HALUSINASI
Adl persepsi panca-indra tanpa rangsangan pd reseptor2 panca indra (persepsi tanpa obyek)
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
2/21
a. Mrpkan gejala psikiatrik yang gawat (serius), halusinasi pendengaran sering dijumpai pd skizofrenia, halusinasi visual sering pd penderita dg psikosa yang
akut
b. Dapat terjadi pada orang normal : halusinasi hypnagogik
c. Jenis2 halusinasi :
1. Halusinasi pendengaran (Akustik)
Sering berbentuk :
Akoasma : suara2 yg kacau tapi tidak bisa dibedakan secara tegas
Phonema : suara2 tg berbentuk suara jelas, spt yang berasal sari mns, shg menderita mendengar kata2 atau kalimat2 ttt.
2. Halusinasi penglihatan (visuil)
Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut
Khas bnyk dijumpai pd keadaan Delirium ok penyakit infeksiakut atau psikosa organic.
3. Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Sering didapatkan pd keadaan skizofrenia n keadaan lesi dr lobus temporalis.
4. Halusinasi gustatorif (rasa-lidah/pengecap)
Halusinasi gustatorif Murni jarang ditemukan, seringnya ditemui bersama dg Halusinasi olfaktorius
5. Halusinasi taktil (perabaan)
Sering dijumpai pd keadaan toksik, mis : delirium tremens n jg pd adiksi kokain.
6. Halusinasi haptik
Mrpkan swtu persepsi, seolah2 tbh sndr bersentuhan/bersinggungan scr fisik dg mns lain atau benda lain
7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bhw anggota tubuhnya terlepas dr tbhnya, mengalami perubahan bntk n bergerak sndr.
Sering dijmpai pd skizofrenia n keadaan2 toksik. Jg keracunan mescalin psilocybin n d-LSD-25
8. Halusinasi autoskopi
Penderita seolah2 melihat dirinya dihadapannya
Halusinasi hipnagogik : sebelum tidur
Halusinasi hipnopompik : setelah bangun tidur
Halusinasi akibat penggunaaan obat2 parkinson yg lama. Spt : eskalin,analgetik (tramadol),
Waham
- Adl suatu keyakinan atau pikiran yg salah karena bertentangan dg kenyataan
- Sifat atau ciri2 waham :
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
3/21
1. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri atau egosentris
2. Selalu bertentangan dengan realitas
3. Selalu bertentangan dg logika
4. Penderita percaya 100% terhadap kebenaran pikiran
5. Tidak dpt dirubah oleh orang lain, sekalipun dg jalan yg logis dan rasional
- Perbedaan Waham dikejar Vs Waham curiga Vs Waham persekutorik
Waham dikejar : penderita merasa dikejar2 olah orang lain
Waham curiga : penderita merasa selalu di sindir oleh orang lain.
Wahampersekutorik : penderita merasa diganggu, ditipu atau disiksa oleh orang lain
- Perbedaan waham curiga Vs Waham cemburu
Waham curiga : pasien merasa selalu disindir oleh orang lain (curiga terhadap sekitar, cth : orang lain tersenyum, tetapi diartikan spt menyindir dirinya)
Waham cemburu : pasien merasa sll cemburu pd orang lain, cth : penderita sll cemburu dg pasangannya (berlebihan)
- Perbedaan waham hipokondria Vs Waham somatic
Waham hipokondria : keprihatinan yg berlebihan ttg kesehatan pasien yg didasarkan bukan pd patologi organic yg nyata.
Waham somatic : keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuh pasian, cth : keyakianan bahwa otak penderita mencair, jantung bocor
Waham kebesaran : merasa dirinya keturunan raja,orang hebat,orang kaya,dll.
Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP
5. Skor GAF?
a. 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangib. 90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasac. 80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan, sekolah, dll.d. 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.e. 60-51 : gejala sedang ( moderate), disabilitas sedangf. 50-41 : gejala berat (serious), disabilitas beratg. 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsih. 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hamper semua bidangi. 20-11 : bahaya mencederai diri / orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus dirij. 10-01 : seperti di atas persisten dan lebih seriusk. 0 : informasi tidak adekuat
100 - 91
- Fungsi superior dalam berbagai aktivias,
- Masalah kehidupan tidak pernah keluar kendali,
- Dicari oleh orang lain karena kualitas positifnya yang banyak.
- Tidak ada gejala.
90 81
Tidak ada gejala / gejala minimal (mis. Kecemasan ringan sebelum ujian),
Fungsi yang baik dalam semua bidang,
Tertarik dan terlibat dalam berbagai aktivitas,
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
4/21
Efektif secara social,
Biasanya puas dengan kehidupan,
Tidak lebih dari masalah / kekhawatiran setiap hari (mis. Kadang-kadang
berdebat dengan anggota keluarga).
80 71
o Jika ditemukan gejala, gejalanya adalah sementara dan merupakan reaksi yang
dapat diperkirakan terhadap stressor psikososial (mis. Sulit konsentrasi setelah
berdebat dengan keluarga),
o Tidak lebih dari gangguan pada fx social, pekerjaan, atau sekolah (mis. Kadang-kadang tertinggal dalam pelajaran sekolah).
70 61
Beberapa gejala ringan (mis. Mood terdepresi & insomnia ringan)ATAUbeberapa
kesulitan dalam fx social, pekerjaan, atau sekolah (mis. Kadang-kadang
membolos, atau mencuri dalam rumah tangga), tetapi biasanya berfungsi cukup
baik, memiliki hubungan interpersonal yang penuh arti.
60 51
Gejala sedang (mis. Afek datar & bicara sirkumstansialitas, kadang-kadang
serangan panik)ATAUkesulitan sedang dalam fx social, pekerjaan, atau sekolah
(mis. Sedikit teman, konflik dengan teman sebaya/teman kerja).
50 41
Gejala serius (mis. Ide bunuh diri, ritual obsesional berat, sering
mencuri)ATAUtiap gangguan yang serius pada fx social, pekerjaan, atau sekolah(mis. Tidak memiliki teman, tidak mampu bertahan bekerja).
40 - 31Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
30 - 21Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi di semua
bidang
20 - 11Bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi &
mengurus diri
10 - 01 Seperti di atas persisten dan lebih serius
0 Informasi tidak adekuat
6. Macam2 stressor?
a. Physical Stressors result from internal physical symptoms, such as headaches, stomach problems, etc., and external physical stressors, such as heat, cold,
excessive noise, etc.
b. Psychological Stressors arise from time pressures or the unrealistic expectations we place on ourselves or allow to be placed on us by others, such as, "you
must be perfect," "you must know everything," or "you must suppress your feelings at all costs." An irrational belief, for example is "doctors don't get sick with
illnesses such as: anxiety, depression, psychiatric disorders." Fatigue and t ime demands can lead to anxiety, depression, and substance abuse.
c. Familial Stressors can arise from relationship problems with parents, spouses and children. Medical students face competing time demands for family and
education.
d. Family Problems can tax important resourses like time and money, and often require immediate attention.
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
5/21
e. Financial Stressors are common for medical students. Often medical students do not have the time to have jobs. Students loans are a burden shared by
most medical students. Medical students face challenges in whether they can make it by with their current funds or must they acquire another student loan.
f. Spiritual Stressors arise when basic spiritual values or beliefs are reformulated, called into question, disregarded, or when time constraints impede on
spiritual growth or attendance at services. Neglect of spiritual needs contributes to higher levels of stress and impairment.
g. Social Stressors are abundant and can arise in any context where interpersonal relationships exist, like school, work, church, and community. The loss of
contact with friends and family contributes to feelings of loneliness among busy students. Stress can arise from continued forced contact with individuals with
whom you may not share the same values or beliefs.
h. Academic Stressors change as the student progresses through school. The first two years, the student faces competition and fear of failure. As the studentproceeds into the later years of education, stressors are experienced by the student, such as fears of increasing responsibility, death of patients, fear of infection
or bodily harm, and discomfort with discussing sexual issues.
i. Clinical Stressors include difficulties in dealing with the chain of command/pecking order common for students. Coping with hierarchy and the
authoritative environment is troubling for students.
j. (http://www.texmed.org/template.aspx?id=4983)
Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain
- Cuaca, kebisingan, kepadatan,
- Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita
- Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh
- Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label
pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Menurut Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut distress; tetapi bisa juga stress diakibatkanperistiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut Eustress
http://www.manajemenn.web.id/2011/06/manajemen-stress.html
a. Penilaian stressorDidasarkan pada penilaian dokter terhadap stres yang akan dialami oleh orang rata-rata dengan nilai sosiokultural dan situasi dan situasi yang mirip saat
mengalami stresor psikososial dengan mempertimbangkan jumlah perubahan kehidupan seseorang karena stresor, derajat mana peristiwa diharapkan dan
dalam kontrol seseorang dan jumlah stresor.
b. Macam stresori. Positif, misalnya kenaikan jabatan
ii. Negatif, misalnya kehilangan orang yang dicintai
Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock
http://www.texmed.org/template.aspx?id=4983http://www.manajemenn.web.id/2011/05/manajemen-kinerja.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/04/tujuan-manajemen.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/05/strategi-manajemen.htmlhttp://manajemenn.blogspot.com/2011/04/manajemen-resiko-analistik.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/06/manajemen-stress.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/06/manajemen-stress.htmlhttp://manajemenn.blogspot.com/2011/04/manajemen-resiko-analistik.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/05/strategi-manajemen.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/04/tujuan-manajemen.htmlhttp://www.manajemenn.web.id/2011/05/manajemen-kinerja.htmlhttp://www.texmed.org/template.aspx?id=49837/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
6/21
Derajat stressor dan contoh2nya ?
Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahanyakan, tak terkendali atau melebihi
kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyusuaian diri terhadap
situasi tersebut (proses). Skala adaptasi stres Perubahan Hidup Holmes dan Rahe adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat stres pada individu yang
terdiri dari 31 peristiwa perubahan hidup yang dialami selama 1 tahun. Penilaian yang dilakukan dengan seoring. Skor > 150 menunjukkan adanya stres dan skor
< 150 menujukkan tidak adanya stres (Al Banjary, 2009)
Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu penomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres member dampak secara total pada individu yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial danspiritual, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmus, 2004), .
Yang dimaksud dengan stress (Hans Selye) adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana
respons tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu
atau lebih oraga tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distress .
(Dadang, 2004),
Tahapan Stres
1.5.1. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya di sertai dengan perasaa-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mapu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa di sadari cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan
pula
d. Merasa senag dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa di sadari cadangan energy semakin menipis.
1.5.2. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan sebagaimana yang di uraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-
keluhan yang di sebabkan karena cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa capai menjelang sore harid. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bias santai
1.5.3. Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II tersebut diatas,
maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
7/21
d. Ganguan pola tidur (insomnia) misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari tidak dapat kembali tidur (lae insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)
1.5.4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stress tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya.Maka gejala stress tahap IV akan muncul :
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudan di selesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulitc. Yang semula tanggapan terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
d. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi yang menyenagkan
f. Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat di jelaskan apa penyebabnya
2.1.5.5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang di tandai dengan hal-hal berikut :
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
c. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah binggung dan panic
1.5.6. Stres Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami serangan panic (panic attack) dan perasaan takut mati tidak jarang orang yang mengalami stress
tahap IV ini berulang kali di bawa ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya di pulangkan karena tidak di temukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran
stress tahap VI ini adalah sebagai berikut :
a. Debar jantung teramat keras
b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collaps). (Dadang, 2004)
Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa yang dimaksud dengan stress adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan). Kecuali gejala-gejala tahapan stress maupun perubahan perilaku yang telah di uraikan di muka, maka seseorang yang mengalami stress dapat
pula di lihat atupun di rasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya misalnya antara lain:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
b. Mata
Ketajaman mata sering kali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur
c. TelingaPendengaran sering kali terganggu dengan suara berdenging (tinitus)
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
8/21
d. Daya pikir
Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.Orang menjadi pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stress Nampak tegang, dahi berkerut, mimic Nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka
kedutan (tin facialis)
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal
ini di sebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa tercekikg. Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
h. Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak di sebabkan terjadi penyempita pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot rongga dada
i. System Kardiovasculer
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovasculer dapat terganggu faalnya karena stress
j. Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress sering kali mengalami gangguan pada system pencernaannya.Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih.
k. Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni ) dapat juga terganggu.Yang sering di keluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih
sering dari biasanya messkipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus)
l. Sistem otot dan tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculosceletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti di tusuk-tusuk, pegal dan tegang
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada system endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bias
mengakibatkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
n. Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stress. (Dadang, 2004)http://syehaceh.wordpress.com/2011/08/22/konsep-dasar-tentang-stress/
2.1 Karakteristik Stres
Tak terhitung banyaknya peristiwa yang menyebabkan stres, terutama peristiwa yang
mengakibatkan perubahan besar, yang dampaknya mempengaruhi banyak orang, misalnya
bencana alam seperti gempa bumi dan perang. Dapat juga berupa peristiwa yang
menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan individu, misalnya pindah rumah, ditinggal
karena kematian oleh orang yang disayangi, menikah, menderita penyakit serius, kehilanganpekerjaan dan sebagainya. Jadi, sumber stres dapat berada dalam diri individu, berbentuk
http://syehaceh.wordpress.com/2011/08/22/konsep-dasar-tentang-stress/http://syehaceh.wordpress.com/2011/08/22/konsep-dasar-tentang-stress/7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
9/21
motif atau keinginan yang bertentangan. Secara garis besar, sumber stres dapat dikategorikan
sebagai berikut:
2.1.1 Traumatic Events
Merupakan sumber stres yang paling dikenali, yaitu situasi bahaya yang ekstrim, yang
berada diluar rentang pengalaman manusia yang lazim, misalnya bencana alam seperti gempa
bumi dan tsunami; maupun bencana buatan manusia seperti perang ataupun peristiwa nuklir,
kecelakaan berat misalnya tabrakan pesawat, dan penyerangan fisik seperti pemerkosaan atau
upaya pembunuhan.10
Pola perilaku umum (disaster syndrome) reaksi terhadap traumatic events yaitu: Pada
awalnya, individu menjadi bingung melompong dan menunjukkan ketidaksadaran atas
bahaya atau luka-lukanya. Mereka mondar-mandir tak berarah tujuan, dan mungkin
menempatkan diri mereka dalam risiko cedera lainnya.
Kemudian, korban selamat masih dalam keadaan pasif dan tak mampu melakukan
tugas sederhana sekalipun, tetapi mereka telah dapat mengikuti perintah. Dalam tahap ketiga,
korban menjadi cemas dan takut, sukar berkonsentrasi, dan mungkin mengulang-ulang cerita
tentang bencana yang dialaminya. Tentunya, derajat stressfulberbeda-beda pada tiap
individu, tergantung pula dari karakteristik peristiwa stressfullainnya.
2.1.1.1 Controllability
Semakin tampak tak terkendalikannya suatu peristiwa, besar kemungkinan peristiwa
itu dianggap stressful. Peristiwa tak terkendalikan terutama kematian orang yang dicintai,
dipecat, atau menderita penyakit serius. Sedangkan peristiwa ringan yang terkendalikan
misalnya teman yang menolak untuk memaafkan atas kesalahanmu, atau gagal berangkat
karena kehabisan tiket pesawat. Alasan yang dapat dipahami bahwa peristiwa tak terkendali
sebagai peristiwa stressfuladalah jika kita tidak dapat mengendalikannya, maka kita tidak
dapat mencegahnya terjadi.
Keyakinan bahwa kita dapat mengendalikan suatu peristiwa akan memperkecil
pengaruh peristiwa itu, walaupun kita tidak pernah mengalami peristiwa tersebut.
2.1.1.2 PredictabilityMampu memprediksi atas terjadinya peristiwa stres, walaupun individu tidak dapat
mengendalikannya, namun biasanya dapat menurunkan derajat stress. Manusia pada
umumnya memilih kejutan yang dapat diprediksi ketimbang yang tidak dapat diprediksi.
Mereka menunjukkan gangguan emosional yang lebih ringan dan lebih sedikit melaporkan
keadaan distress sementara menunggu kejutan terprediksi, dan merasa bahwa kejutan yang
terprediksi itu kurang aversif dibandingkan dengan kejutan yang tak terprediksi dengan
intensitas yang sama.
Penjelasan mengenai prediktabilitas ini adalah sebagai berikut:
Adanya warning signals sebelum peristiwa aversif memungkinkan individu untuk
memilikipreparatory process sehinga mengurangi efek stimulus yang membahayakan.
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
10/21
Adanya safe period, yang mana subjek dapat relaks hingga munculnya warn signals. Kita
bisa mengingat kembali bagaimana safety signals hypothesis.
11
2.1.1.3 Challenging Our Limits
Beberapa situasi yang terkendalikan dan terprediksikan, masih dapat dialami sebagai
peristiwa stressfulkarena menekan sampai batas-batas kemampuan dan menggoyahkan
pandangan kita terhadap diri kita sendiri. Contohnya adalah ketika masa-masa ujian,
mahasiswa belajar melebihi waktu yang biasa mereka sediakan sehingga menimbulkansituasi stressful, dan mempengaruhi pandangan subjek atas dirinya sendiri untuk menanti
kemungkinan hasil ujian tersebut.
Walaupun situasi itu penuh antusias dan kebahagiaan, namun peristiwa tersebut masih
mungkin menimbulkan masalah. Misalnya pernikahan, dimana individu diharuskan untuk
melakukan banyak penyesuaian baru. Salah satu pasangan bisa saja mengalamai hal-hal yang
menimbulkan batas batas kesabaran dan toleransi pada saat mengalami idiosinkrasi pada
pasangan barunya. Ketika iritasi ringan atau ketidaksepahaman besar terhadap masalah
penting, misalnya masalah finansial, menyebabkan percekcokan pada pasangan yang baru
menikah, maka keyakinan atau pandangan mereka mengenai pasangannya tergoyahkan,
sehingga muncul pertanyaan pada salah satu pasangan, pertanyaan Apakah dia memang
pasangan yang tepat untukku?
Setiap perubahan dalam kehidupan yang menuntut adanya banyak penyesuaian yang
berulang seringkali dapat dirasakan sebagai peristiwa stressful(Holmes & Rahe, 1967).
Holmes dan Rahe membuat Life Events Scale dengan perbandingan terhadap pernikahan.
2.1.1.4 Internal Conflicts
Stres juga dapat ditimbulkan oleh proses internal, yaitu konflik yang tidak terpecahkan
yang mungkin disadari atau tidak disadari. Konflik terjadi ketika seseorang harus memilih
antara tujuan atau tindakan yang tidak sejalan atau bertentangan. Banyak hal yang
diinginkan oleh seseorang yang terbukti tidak dapat sejalan. Konflik juga dapat timbul jika
dua kebutuhan internal atau motif muncul secara berlawanan.
Konflik yang paling mendalam dan sulit untuk dipecahkan biasanya terjadi di sekitarmotif-motif berikut :
Independence vs Dependence
Jika dihadapkan pada situasi sulit, mungkin kita menginginkan seseorang untuk membantu
kita dan memecahkan masalah kita. Tetapi kita diajarkan untuk berdiri di atas kaki kita
sendiri dan bertanggungjawab. Di lain waktu, kita mungkin menginginkan kemandirian,
tetapi situasi atau orang lain memaksa kita untuk tetap bergantung.
Intimacy vs Isolation
12
Keinginan untuk dekat dengan orang lain dan berbagi pikiran dan emosi terdalam mungkin
bertentangan dengan rasa takut dilukai atau ditolak jika kita menceritakan terlalu banyak
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
11/21
tentang diri kita sendiri.
Cooperation vs Competition
Persaingan telah dimulai pada masa anak-anak di antara kakak-adik, berlanjut ke masa
sekolah, dan berpuncak di dalam persaingan bisnis profesional. Tetapi pada saat yang sama
kita didesak untuk bekerja sama dan membantu orang lain.
Impulse Expression vs Moral Standards
Sebagian besar proses belajar pada masa anak-anak melibatkan internalisasi batas-batas
kultural melalui impuls. Seks dan agresi adalah dua area di mana impuls kita seringkalibertentangan dengan standar moral, dan pelanggaran terhadap standar tersebut dapat
menimbulkan perasaan bersalah.
2.1.2 Psychological Reactions to Stress
Situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan (jika peristiwa
menuntut tetapi dapat ditangani) sampai emosi umum seperti kecemasan, kemarahan,
kekecewaan, dan depresi. Jika situasi stres terus terjadi, emosi kita mungkin berpindah bolakbalik
diantara emosi-emosi tersebut, tergantung pada keberhasilan kita bagaimana bisa
menyelesaikannya.
2.1.2.1Anxiety
Kecemasan yang dimaksud adalah emosi yang tidak menyenangkan yang dikenal
dengan beberapa istilah seperti kekhawatiran, kegelisahan, ketegangan,dan ketakutan,
semuanya kita alami dalam taraf yang berbeda. Orang yang mengalami peristiwa-peristiwa
dibawah batas normal ambang penderitaan manusia terkadang memiliki pola yang kuat atas
anxiety-related symptoms yang disebutpostraumatik stress disorder. Adapun gejalanya
adalah sebagai berikut:
- Mati rasa terhadap dunia, kehilangan ketertarikan terhadap aktivitas sebelumnya dan
perasaan asing kepada orang lain.
- Pelepasan (lessen) trauma dalam ingatan dan mimpi yang berulang kali
- Gangguan tidur, susah berkonsentrasi, dan overalertness.
- Beberapa orang merasa bersalah jika bisa selamat sementara yang lain tidak selamat.
13Sebuah studi tentang korban yang selamat dari kamp Nazi: 97%nya masih menderita
anxietysetelah 20 tahun kebebasan mereka. Banyak yang masih tersiksa oleh mimpi-mimpi;
ketakutan akan diri dan anak-anak mereka akan mengalami hal buruk jika lepas dari
pandangan mereka.
Post-Traumatic Stress Disorderatau yang sering disingkat dengan PTSD menjadi
suatu diagnosa yang diterima secara luas setelah keadaan sulit yang dialami para veteran
Vietnam. Walaupun sebelumnya sindrom ini telah ditemukan pada PD I shell shockdan PD
II combat fatiguenamun veteran Vietnam mengalami long-term symptoms. Salah seorang
veteran Vietnam menulis The war is over in history, but it never ended for me.
2.1.2.2.Anger and Aggression
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
12/21
Kemarahan memicu dan membawa kepada agresi. Anak-anak seringkali menjadi
marah dan menunjukkan perilaku agresi ketika mengalami frustrasi. Asumsifrustrationaggression
hypothesis, bahwa ketika upaya seseorang dalam mencapai tujuannya terhambat,
maka dorongan agresif menyebabkan motif berperilaku menyakiti -objek atau pun orangmenyebabkan
frustrasi.
Agresi secara langsung terhadap sumber frustrasi tidaklah selalu baik, kadangkadang
sumber tersebut samar dan kasat. Seseorang tidak mengetahui apa yang harus
dilawan tetapi merasa marah dan mencari objek untuk melepaskan perasaan ini. Ketikakeadaan tidak mengizinkan untuk direct attackterhadap sumber frustrasi, agresi
displaced: Aksi agresi menjadi tertuju pada objek atau orang yang tidak bersangkutan
daripada sumbernya langsung.
2.1.2.3Apathy and Depression
Apati adalah respon pasif agresi terhadap frustrasi. Jika kondisi stress terus
berlangsung dan individu tidak berhasil mengatasinya, maka apati akan berkembang menjadi
depresi.
Teori learned-helplessness (Seligman, 1975) menjelaskan bahwa aversive
experience, uncontrollable events membawa kepada apati dan depresi; yang dapat
membantu kita memahami mengapa orang pasrah dan menyerah pada peristiwa sulit. Gejala
learned-helplessness, antara lain: apati, penarikan diri, dan diam. Seperti korban Nazi
percaya bahwa tak ada yang dapat dilakukan, menyerah, dan tidak mencoba untuk melarikan
diri.
14
2.1.3 Cognitive Impairment
Gejalanya:
- sukar berkonsentrasi
- sukar mengorganisasikan pikiran secara logis
- mudah terganggu
- performa mereka pada tugas kompleks kurang memuaskan/buruk
Ada 2 sumber gangguan kognitif, yaitu:- high level of emotional arousalberpengaruh pada pemrosesan informasi
- distracting thoughtketika menghadapi stressor: kita merenung-renungkan kemungkinankemungkinan
sumber perilaku, khawatir tentang konsekuensi perilaku kita, dan mengutuki
diri karena tidak dapat mengatasi situasi tersebut dengan lebih baik.
Gangguan kognitif selama situasi stressful, seringkali membawa orang pada pola
perilaku yang kaku dan kuat, karena mereka tidak memiliki dan memikirkan pola perilaku
lain.
2.1.4 Physiological Stress Response
Tubuh kita otomatis membuat persiapan untuk mengatasi keadaan darurat.
Metabolisme tubuh meningkat untuk menyediakan energi untuk aksi fisik. Tanda awal stressadalah mulut terasa kering.
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
13/21
Reaksi fisiologis ini adalah hasil aktivasi sistem endokrin yang dikendalikan oleh
hipotalamus, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem adrenal-cortical.
- Saraf simpatis teraktivasi, menimbulkan gejala-gejala saraf simpatis dan menstimulasi
kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinephrine (untuk otot polos, sama dengan saraf
simpatis) dan norepinephrine (bertanggung jawab atas kadar gula dari hati) ke pembuluh
darah.
- Sistem adrenal-corticalteraktivasi melalui sinyal daripituitary glandsehingga
mensekresikan ACTH (hormon stress), yang akan menstimulasi hormon-hormon (terutamakortisol) untuk regulasi gula darah dan mineral-mineral tertentu, dan hormon-hormon yang
mengatur regulasi terhadap situasi darurat.
15
Adapun polanya adalah sebagai berikut:
Ketika komponen fisiologis dapat memberikan bantuan terhadap physical action
dengan segera, maka fisiologis tidak perlu mengadaptasi stress. Artinya, komponen fisiologis
akan kembali dalam keadaan semula.
Akan tetapi ketikaphysical action itu tidak mungkin dilakukan dan ancaman terus
menerus ada selama periode waktu, maka physiological arousalakan mengalami gangguan
dan dalam situasi berbahaya. Artinya, ada perubahan komponen fisiologis, misalnya infeksi
perut, pembengkakan kelenjar adrenal, dan penyempitan pembuluh limfa (Selye, 1979).
Perubahan ini menurunkan kemampuan individu untuk menghadapi stressorlain.
Studi lain yang juga menunjukkan manfaat dari keadaan stres dalam hal ketahanan
fisiologis. Maksudnya, stress berkala (terjadi dengan periode untuk recovery) akan
memberikan toleransi terhadap situasi stress selanjutnya. Fungsi stress yang menguntungkan
tersebut dapat terjadi jika individu berusaha secara aktif dalam mengatasi situasi stressfulitu
(Frankenhauer, 1983).
2.2 How Stress Affects Health
Upaya adaptasi terhadap kehadiran situasi stress yang terus menerus dapat
menurunkan bodys resourcessecara drastis sehingga rawan penyakit/gangguan. Gangguan
psikofisiologis adalah gangguan-gangguan fisiologis yang diyakini melibatkan emosi menjadiperanan utamanya. Para peneliti mencari hubungan antara penyakit spesifik dan karakeristik
yang mengikutinya, atau dengan jalan copingyang seperti apa, dengan peristiwa stressful.
2.2.1 Direct Effects of Stress on Health
Chronic overarousal: Ketergugahan sistem simpatik atau sistem adrenal-kortikal secara
long-term dapat menyebabkan kerusakan pembuluh arteri dan sistem organ.
Khususnya, Penyakit Jantung Koroner (Coronair Heart Deseases) diderita karena
pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung menyempit dan tertutup, menghambat
aliran oksigen dan nutrisi ke jantung. Hal ini menimbulkan nyeri, yang disebut angina
pectoris, di sekitar dada dan lengan. Ketika al iran oksigen ke jantung benar-benar
tertutup, akan menyebabkan myocardial infarction heart attack. Tampaknya ada perangenetik dalam CHD ini, individu yang memiliki keluarga berpenyakit jantung akan
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
14/21
beresiko lebih tinggi menderita CHD.
Stress yang beresiko CHD misalnya akibat tuntutan kerja yang sangat tinggi dengan
kendali atas tuntutan itu juga sangat tinggi. Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan
16
yang tidak aman, misalnya Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah, sehingga
mengalami kemiskinan, kurang berpendidikan sehingga sulit bekerja, kekerasan di
lingkungan, dan juga diskriminasi, beresiko tinggi dengan penyakit darah tinggi.
The immune system: psychoneuroimmunologyadalah bidang penelitian baru dalambehaviral medicine, yaitu studi mengenai bagaimana sistem kekebalan tubuh dipengaruhi
oleh stress dan variabel-variabel psikologis lainnya.
Sistem kekebalan tubuh, yaitu limfosit, melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab
penyakit, misalnya gangguan infeksi, alergi, kanker, dan gangguan autoimmune. Fungsi
kekebalan tubuh adalah sistem yang kompleks dengan banyak faktor yang saling
berinteraksi.
Beberapa studi terhadap hewan menunjukkan bahwa uncontrollable shocklebih
mempengaruhi sistem kekebalan daripada controllable shock(Laudenslager et al, 1983;
Visintainer, Volpicelli, & Seligman, 1982). Jadi, karakteristik peristiwa stressful
controllability tampaknya menunjukkan hubungan mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh.
2.3 Health Behaviors
Stress juga mempengaruhi kesehatan kita yaitu mengakibatkan prilaku yang
menurunkan kemampuan tubuh melawan penyakit. Ketka kita stress, seringkali kita tidak
memperhatikan tubuh kita. Individu yang mengalami stress rentan akan ketergoyahan
rutinitas normalnya dan menjadi sedentary (hanya duduk diam). Jadi, secara tidak
langsung mempengaruhi kesehatan tubuh melalui penurunan perliaku sehat dan
peningkatan perilaku negatif.
2.4 Appraisal and Personality as Mediators of Stress Response
Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diprediksi, atau yang
menentang pandangan kita terhadap diri sendiri, cenderung dirasakan sebagai stres. Terdapattiga kategori dasar tentang mengapa sebagian orang cenderung menilai suatu peristiwa
sebagai stres, yaitu :
2.4.1 Psychoanalytic Theory
Kecemasan Neurotik yaitu kecemasan yang tidak proporsional terhadap
bahaya aktual. Freud yakin bahwa kecemasan neurotik berasal dari konflik bawah
sadar di dalam seorang individu antara impuls id yang tidak dapat diterima dan
17
batasan-batasan yang di berikan oleh ego dan superego. Menurut teori psikoanalitik,
kita semua memiliki suatu konflik bawah sadar.
Contoh kasus :Seorang wanita mungkin secara tidak disadari menyatakan bahwa ia memiliki
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
15/21
perasaan bermusuhan terhadap ibunya karena perasaan tersebut bertentangan dengan
keyakinan bahwa anak harus mencintai orangtuanya. Jika ia menyatakan perasaan
yang sesungguhnya, ia kan menghancurkan konsep diri sebagai anak yang berbakti
dan akan beresiko akan kehilangan cinta dan dukungan ibunya. Jika ia mulai merasa
marah kepada ibunya, kecemasan yang timbul berfungsi sebagai sinyal akan adanya
bahawa potensial
Jadi, wanita ini mungkin merasakan konflik yang ringan sekalipun dengan
ibunya, seperti ketidaksepahaman tentang kemana ia akan pergi berlibur, sepertistresor berat.
2.4.2 Behavioral Theory
Sementara itu Freud memandang konflik bawah sadar sebagai sumber internal
respons stres, ahli behavioris telah memfokuskan pada cara di mana individu belajar
mengasosiasikan respons stres dengan situasi tertentu.
Sebagian fobia berkembang melalui pengkondisian klasik. Sebagai contohnya,
seseorang yang mobilnya hampir terbalik di jalan di pinggir jalan yang curam
mungkin akan mengalami ketakutan tiap kali ia berada di tempat tinggi. Kadangkadang
ketakutan sulit untuk dihilangkan. Jadi, orang dapat terus mengalami
ketakutan tentang situasi tertentu karena mereka secara kronis menghindari situasi
tersebut dan dengan demikian tidak pernah menantang ketakutan diri mereka sendiri.
Contoh kasus :
Jadi anak yang lahir dan di besarkan di lingkungan yang miskin, yang terus
menerus dikatakan secara langsung dan tidak langsung bahwa ia tidak dapat keluar
dari kemiskinan, mungkin akhirnya mencoba berhenti keluar. Ia mungkin tidak
melihat kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya atau mendapatkan pekerjaan
yang baik, karena ia telah belajar bahwa ia tidak dapat mengendalikan hal-hal
tersebut, hingga ia merasa mengapa harus repot-repot mencoba.
18
2.4.3 Cognitive Theory
Ketidakberdayaan yang dipelajari yang diajukan oleh Abramson dansejawatnya (1978) memfokuskan pada satu tipe gaya kepribadian. Para peneliti
tersebut berpendapat bahwa jika seseorang mempertalikan peristiwa negative dengan
penyebab internal pada dirinya (ini salah saya) mereka paling mungkin menunjukan
respons ketidakberdayaan dan terdepresi terhadap peristiwa negatif. Abramson dan
sejawatnya menyatakan bahwa orang memiliki gaya yang konsisten untuk membuat
atribusi suatu peristiwa dalam kehipannya, yang dinamakan gaya atribusional.
Contoh kasus :
Jika seorang pria yang istrinya meninggalkan dirinya dan menuduh bahwa
kehancuran perkawinan mereka karena kepribadiannya yang buruk (atribut internal,
stabil dan global), ia cenderung kehilangan harga dirinya dan harapannya akanmembentuk hubungan di kemudian hari akan gagal pula.
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
16/21
7. Bagaimana stressor dpt memicu timbulnya gangguan jiwa?
MARLIN
8. Gangguan jiwa
a. Etiologi :
1. Factor-faktor somatic (somatogenik)
Neroanatomi
Nerofisologi Nerokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organic
Factor-faktor pre- dan peri-natal
2. Factor-faktor psikologik (psikogenik)
Interaksi ibu-anak: normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan , distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak
percaya dan kebimbangan)
Peranan ayah
Persaingan antar saudara kandung
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat
Kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, atau rasa salah
Konsep dini: pengertian identitas diri sendiri lawan perasaan yang tidak menentu
Keterampilan, bakat, dan kreativitas
Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
Tingkat perkembangan emosi
3. Factor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
Kestabilan keluarga
Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Perumahan: perkotaan lawan pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai Pengaruh rasial dan keagamaan
b. Klasifikasi
Klasifikasi Gangguan Jiwa
F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik
Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh
terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
o Gangguan fungsi kongnitif
o Gangguan sensorium kesadaran, perhatian
o Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
17/21
Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya
F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul.
Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian
F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana
perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap
perubahan ituF4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres
F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa
Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan
dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
F7 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku
adaptif selalu ada.
F8 Gangguan Perkembangan Psikologis
Gambaran umum
o Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak
o Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat
o Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa
Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya
berkurang secara progresif denganbertambahnyausia
F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja
PPDGJ III
i. Ringan : Neurosis
ggn non psikotik yg kronis atau rekuren yg ditandai terutama oleh ke- cemasan yg dialami atau diekspresikan scr langsung atau diubah melalui mekanisme
pertahanan,kecemas an dpt tampak sbg gejala (obsesi, kompulsi, fobia) atau disfungsi (astenia, impotensi) dll.
DSM-III: Suatu ggn jiwa/mental (ringan-sedang -berat) dg sindroma yg menyebabkan penderitaan dikenali sebagai tdk dapat diterima atau asing, daya nilai
realita baik, ggn relatif bertahan atau rekuren tdk terbatas pd reaksi atau stresor dan sulit ditunjukkan etiologi atau faktor organik
ii. Berat : Psikosis
1. Psikosis organik, tdpt patologi pd sistem
organ ssp/luar ssp ( demensia, delirium,
psikosis post partum ) dll.
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
18/21
2. Psikosis fungsional, tdk terdapat patologi pada
sistem organ, yg terganggu fungsi jiwanya atau
ggn pd tataran biologi molekuler: sistem sel,
reseptor, neurotransmitters ( skizofrenia,
skizoafektif, psikosis akut) dll
Criteria perbedaan psikosis dan neurosis :
Neurosis Psikosis
Sindroma tingkah laku - Was-was- Serangan cemas
- Fobia-obsesi-konpulsif-
konversi-fugue
- Demensia-konfabulasi
- Hiperaktif- Kompulsif
- Retardasi
- Curiga
- Penarikan diri
Mekanisme defense Represi, displacement, isolasi,
reaksi formasi, undoing,
substitusi, konversi
Ekstrem, lebih regresif,
mengabaikan realitas
Ekspresi afektif responsif Elasi, depresi, apati, ambivalen
Fungsi ego Intak tp menyempit
Orientasi pd realitas
Terganggu
Hub realitas tergangguHubungan interpersonal - Terpelihara
- Emosi labil
- Dramatisasi
- Hubungan heteroseksual
terganggu
- Ambivalen
- Seperti terganggu
- Kebingungan hub seksual
o Dalam remisi parsial
Kriteria sepenuhnya untuk gangguan sebelumnya pernah dipenuhi, tetapi sekarang hanya beberapa gejala atau tanda dari gangguan yang tertinggal
o Dalam remisi penuh
Tidak ada lagi gejala atau gangguan tetapi secara klinis masih relevan dengan gangguan yang dimaksud.Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock
c. Diagnosis
Assessment dan Diagnosis
Proses assessment dan diagnosis klinis sangat penting bagi studi dan penanganan psikopatologi.
Assessment klinis: evaluasi dan pengukuran secara sistematik terhadap faktor psikologis, biologis dan social pada diri individu yang diduga mengalami
gangguan psikologis.
Daignosis: Proses menentukan apakah masalah tertentu yang menimpa individu memenuhi semua kriteria gangguan psikologis tertentu.
2. Pemeriksaan Status Kejiwaan
Melibatkan observasi sistematik terhadap perilaku seseorang. Pemeriksaan status kejiwaan meliputi 5 kategori:
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
19/21
a. Penampilan dan perilaku
b. Proses berpikir
c. Suasana perasaan dan afek
d. Fungsi intelektual
e. Sensorium
Penampilan dan perilaku --- perilaku yang tampak, cara berpakaian dan penampilan, postur tubuh, dan ekspresi.
Proses berpikir--- kecepatan berbicara, kontinuitas pembicaraan, dan isi pembicaraan.
Suasana perasaan dan afek--- keadaan perasaan yang dominan, keadaan perasaan yang menyertai ucapan individu. Fungsi intelektual--- Tipe kosakata, ingatan, pengukuran, abstraksi dan metafor (kiasan-kiasan).
Sensorium --- keasadaran akan keadaan sekitar, yaitu terhadap orang (diri sendiri dan terapis), waktu dan tempat.
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan bila klien belum pernah mengalami pemeriksaan selama satu tahun terakhir.
Dilakukan dengan perhatian khusus terhadap kondisi-kondisi medic yang berhubungan dengan masalah psikologis tertentu.
Bila ditemukan adanya kondisi medic tertentu, maka selanjutnya perlu dipastikan apakah kondisi tersebut merupakan gejala penyerta atau penyebab.
4. Asesment Behavioral
Merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan status kejiwaan dengan cara melakukan observasi langsung dan formal untuk mengukur pikiran, perasaan dan
perilaku individu dalam situasi atau konteks tertentu yang berhubungan dengan masalah.
Fokus pada ABC ---Antecedent(penyebab atau hal yang melatar belakangi),BehaviorConsequence (konsekuensi perilaku). (Perilaku), dan5. Tes Psikologi
Merupakan tes yang standar untuk mengakses adanya gangguan psikologis tertentu.
Tes psikologi yang bersifat khusus dapat mengungkap respon kognitif, emosional, dan perilaku yang mungkin berhubungan dengan gangguan tersebut.
Tes kepribadian proyektif maupun non proyektif
Tes intelegensi --- menentukan struktur dan pola kognisi
Tes neuropsikologis --- mengetahui kemungkinan kontribusi kerusakan atau disfungsi otak tertentu kondisi pasien.
Tes neurobiologis --- menggunakan gambar-gambar untuk menilai struktur dan fungsi otak.
6. Diagnosis
Pendekatan dalam diagnosis
a. Pendekatan kategori klasik
Metode klasifikasi yang didasari asumsi mengenai adanya perbedaan yang jelas diantara berbagai macam gangguan, masing-masing dengan penyebab yang
diketahui berbeda.
Lebih cocok untuk diterapkan dibidang medis daripada untuk mendiagnosa gangguan psikologi yang begitu kompleks.
b. Pendekatan dimensional
Membuat kategori berbagai karakteristik berdasarkan kontinum. Mencatat beragam kognisi, suasana perasaan dan perilaku klien dan mengkuantifikasinya
kedalam suatu skala.
Kurang memuaskan karena tidak ada kesepakatan mengenai berapa banyak dimensi yang diperlukan.
c. Pendekatan prototipikal
Sistem kategori gangguan dengan menggunakan ciri-ciri penentu esensial, dan sejumlah variasi pada beberapa karakteristik lainnya.
Kelamahannya: batas-batas kategori tidak jelas dan ada beberapa gangguan yang memiliki kesamaan gejala (komorbiditas).
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
20/21
DSM
DSM (Diagnostic and statistical manual of mental disorder). Merupakan pengembangan dan perluasan darimodel penggolongan Emil Kraepelin. Diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1952 dan versi terakhir pada tahun 2000, DSM IV-TR (Text Revision). DSM V dalam proses penyusunan.
DSM bersifat deskriptif, yang menguraikan ciri-ciri diagnostic dari perilaku abnormal, tidak menjelaskan penyebabnya.
Ciri-ciri DSM
a. Menggunakan kriteria diagnostic yang spesifik --- mendeskripsikan ciri-ciri esensial(kriteria yang harus ada) dan ciri-ciri asosiatif(kriteria yang sering
diasosiasikan dengan gangguan tapi tidak esensial).
b. Pola perilaku abnormal yang memiliki ciri-ciri klinis yang sama dikelompokkan menjadi satu.c. Sistem bersifat multiaksis --- menggunakan system yang multidimensional sehingga memiliki jangkauan informasi yang luas tentang keberfungsian individu.
I. Aksis I : Gangguan klinis dan kindisi lain yang mungkin menjadi focus perhatian.
II. Gangguankepribadian dan Retarasi Mental
III. Kondisi medis umum
IV. Problem psikososial dan lingkungan
V. Assessment fungsi secara global
Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll untuk skizofrenia saja :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal= isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passivitiy= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu
minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
7/28/2019 lbm 1 modul jiwa.docx
21/21
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, bia sanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik(prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Maslim R, skizofrenia dalam PPDGJ III, Jakarta, 2000
d. Px fisik dan lab apa yg diperlukan dan interpretasinya?