28
A. Latar Belakang Masalah Menurut Djoko Saryono (2006: 42) pengalaman adalah segala sesuatau yang telah dialami oleh manusia di dalam hidupnya. Sementara itu, dalam karya sastra pengalaman merupakan aspek penting dalam dunia kepenulisan khususnya puisi. Pengalaman menjadi modal awal, bagi seorang penulis untuk menuangkan ide atau gagasan dalam karyanya. Herwan FR (2005: 7) memaparkan, bahwa dalam penulisan puisi terdapat dua jenis pengalaman yang dituangkan oleh seorang penyair, yakni 1) pengalaman yang dapat terinderai (pengalaman empiris), misalnya melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa; 2) pengalaman kebatinan (pengalaman spiritual) atau perasaan hati. Dengan kata lain, kita dapat merasakan pengalaman empiris dan pengalaman spiritual dari seorang penyair, yakni dengan cara membaca karyanya. Cecep Syamsul Hari lahir di Bandung, 01 Mei 1967, adalah salah seorang penyair, karya-karyanya telah

Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Djoko Saryono (2006: 42) pengalaman adalah segala sesuatau

yang telah dialami oleh manusia di dalam hidupnya. Sementara itu, dalam karya

sastra pengalaman merupakan aspek penting dalam dunia kepenulisan khususnya

puisi. Pengalaman menjadi modal awal, bagi seorang penulis untuk menuangkan

ide atau gagasan dalam karyanya.

Herwan FR (2005: 7) memaparkan, bahwa dalam penulisan puisi terdapat

dua jenis pengalaman yang dituangkan oleh seorang penyair, yakni 1) pengalaman

yang dapat terinderai (pengalaman empiris), misalnya melihat, mendengar,

mencium, meraba, dan merasa; 2) pengalaman kebatinan (pengalaman spiritual)

atau perasaan hati. Dengan kata lain, kita dapat merasakan pengalaman empiris

dan pengalaman spiritual dari seorang penyair, yakni dengan cara membaca

karyanya.

Cecep Syamsul Hari lahir di Bandung, 01 Mei 1967, adalah salah seorang

penyair, karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media, antara lain di:

Kompas; Horison; The Jakarta Post; antologi Negeri Bayang-bayang (Surabaya:

Festival Seni Surabaya,1997); Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (Jakarta:

TUK,1998) dan sebagainya. Selain karya-karya tersebut, beliau juga telah

membukukan kumpulan puisinya dalam buku Efrosina (Horison: 2005).

Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung, bahwa pengalaman

merupakan modal awal lahirnya suatu karya sastra. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka dapat diketahui, bahwa puisinya terlahir dari sebuah pengalaman,

Page 2: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

dan dalam hal ini, pengalaman tersebut dapat ditengarai sebagai pengalaman

keterbacaan. Pengalaman keterbacaan adalah pengalaman yang diperoleh

seseorang berdasarkan hasil dari kegiatan membaca. Hal ini bersesuai dengan

pernyataan Sariban (2009: 214), bahwa penulis mendapat gagasan dalam

menciptakan karya sastra setelah ia meresapi teks-teks lain. Pendapat tersebut

memberi pemahaman, bahwa teks-teks karya sastra yang telah dibaca dapat

diserap sebagai gagasan untuk dipadukan menjadi karya sastra yang baru.

Persinggungan Cecep Syamsul Hari dengan kegiatan membaca

memungkinkannya untuk menghasilkan karya (puisi), yang tentunya memuat

pengalaman keterbacaannya tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan Teeuw

(Rahmat Djoko Pradopo, 2005: 223) yang menyebutkan, bahwa karya sastra tidak

ditulis dari kekosongan budaya. Dengan kata lain, bahwa sebuah karya sastra

tercipta dari kebudayaan yang telah berkembang di masyarakat. Demikian pula

dengan beberapa puisi dalam kumpulan puisi Efrosina yang mengandung unsur

kebudayaan yang telah lebih dulu berkembang pada masanya.

Sementara itu, sebagai penyair yang telah lebih dulu melahirkan karya,

Chairil Anwar tentunya menjadi tokoh yang tidak terlewatkan dari sorotan

penyair-penyair setelahnya. Chairil Anwar telah memberi warna baru pada

perpuisian Indonesia pada masanya, yakni dengan aliran realisme dan

aksistensialismenya, sedangkan pada periode penyair sebelumnya masih begitu

kental dengan aliran romantik (Rahmat Djoko Pradopo, 2005: 94).

Page 3: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Salah satu buku yang memuat kumpulan puisinya adalah Aku Ini Binatang

Jalang, buku tersebut merupakan kumpulan puisi terlengkap karya Chairil Anwar

yang selama ini tersebar dalam beberapa buku, seperti Deru Campur Debu

(DCD), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (KT), Tiga Menguak

Takdir (TMT), dan Chairil Anwar Pelopor angkatan 45 (P).

Dari paparan di atas peneliti bermaksud untuk menganalisis hubungan

intertekstual pada beberapa puisi yang termuat dalam kumpulan puisi Efrosina

karya Cecep Syamsul Hari dan kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

Chairil Anwar.

Riffaterre (Rachmat Djoko Pradopo, 2005: 227) menyatakan, bahwa

prinsip intertekstual adalah mengetahui hubungan antara satu teks dengan teks

lainnya. Dengan demikian, untuk dapat memahami makna dari puisi-puisi Cecep

Syamsul Hari secara penuh, maka kita harus lebih dulu mengetahui hubungan

yang terdapat pada puisi-puisi Cecep Syamsul Hari dan puisi-puisi karya penyair

sebelumnya, dalam hal ini adalah puisi-puisi Chairil Anwar. Hubungan tersebut

ditandai dengan adanya persamaan dan perbedaan dari kedua karya sastra

tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis akan

menganalisis kumpulan puisi Efrosina dan Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil

Anwar dengan kajian intertekstual.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian

dengan judul “Kajian Intertekstual Pada Kumpulan Puisi Efrosina Karya Cecep

Page 4: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Syamsul Hari dan Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar

dan Rencana Pembelajaran Menulis di SMA”

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi masalah penelitian agar

penelitian ini menjadi terarah. Maka, penelitian ini akan dibatasi pada kajian

intertekstual pada beberapa puisi dalam kumpulan puisi Efrosina karya Cecep

Syamsul Hari dan Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar

dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di SMA.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Adakah keterkaitan antara isi puisi dengan tokoh mitologi Yunani

yang termuat di dalamnya?

2. Bagaimana pengaruh tokoh mitologi Yunani terhadap puisi yang

memuatnya?

3. Bagaimana menjadikan kumpulan puisi Efrosina karya Cecep Syamsul

Hari sebagai unsur dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Menulis di SMA?

Page 5: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

D. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang

ingin dicapai, demikian pula dengan penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan keterkaitan antara isi puisi dengan tokoh mitologi

Yunani yang termuat di dalamnya.

2. Mendeskripsikan pengaruh tokoh mitologi Yunani terhadap puisi yang

memuatnya.

3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis di SMA

dengan menjadikan kumpulan puisi Efrosina karya Cecep Syamsul

Hari sebagai salah satu unsur penyusunnya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

pengembangan keilmuan sastra Indonesia terutama pada pengkajian

puisi dengan pendekatan intertakstual teori Riffaterre mengenai

peranan konsep hypogram.

2. Manfaat Praktis

Page 6: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pembelajar

intertekstual dalam memahi makna dari sebuah puisi secara

penuh.

b. Hasil penelitian ini dapat memerluas cakrawala apresiasi

pembaca sastra Indonesia terhadap kajian interteksual dalam

puisi.

F. Definisi Istilah

1. Kajian adalah penyelidikan terhadap sesuatu (teks karya sastra) untuk

mengetahui lebih dalam mengenai karya tersebut (KBBI, 2007: 58).

2. Intertekstual adalah sebuah teori yang digunakan untuk mengetahui

hubungan atau keterkaitan antara satu teks dengan teks lain yang telah

lebih dulu tercipta (Pradopo: 2005: 227).

3. Rachmat Djoko Pradopo (2005: 7) menjelaskan, bahwa puisi

merupakan salah satu bentuk dari karya sastra yang mengekspresikan

pemikiran, yang membangkitkan perasaan, dan merangsang imaji panca

indera dalam susunan yang berirama.

4. Menurut Mulyasa (2007: 212), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

merupakan komponen penting dari KTSP, yang pengembangannya

harus dilakukan secara profesional.

Page 7: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

G. Teori Intertekstual

Interteks, berasal dari akar kata inter+teks. Perfiks ‘inter’ yang berarti (di)

antara dalam hubungan ini memiliki kesejajaran dengan prefiks ‘intra’, ‘trans’,

dan ‘para’. Teks, berasal dari kata textus (Latin), yang berarti tenunan, anyaman,

susunan, dan jalinan. Intertekstual dengan demikjian didefinisikan sebagai

huubungan atau jaringan antara satu teks dengan teks-teks lain. Sebagian varian,

intratekstual melibatkan hubungan antarteks dalam karya penulis tunggal,

transtekstual merupakan hubungan secara arsitektural, sedangkan paratekstual

melibatkan hubungan antara teks sastra dan teks sosial melalui judul, pembukaan,

kulit buku, ilustrasi, dan sebagainya (Nyoman Khutha Ratna, 2010: 211—212).

Pada awalnya konsep intertekstual dikemukakan oleh Mikhail Bakhtin.

Menurut Bakthin (Sariban, 2009: 214), karya sastra dilahirkan di antara teks yang

satu dengan teks yang lainnya. Di dalam setiap karya sastra, selalu terjadi dialog

antara teks dalaman, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, dengan

teks luaran, yaitu teks kemasyarakatan atau sosial, atau unsur-unsur yang terkait

dengan kehidupan pengarang.

Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sebuah atau juga

sejumlah teks (sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu,

misalnya untuk menemukan unsur-unsur intrinsik seperti ide atau gagasan yang

menjadi latar penciptanya, oleh Riffaterre disebut hypogram. Istilah hipogram

dapat diartikan sebagai latar atau dasar terciptanya sebuah karya yang dipengaruhi

oleh karya yang telah ada sebelumnya (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 50).

Page 8: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Menurut Teeuw (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 51) Wujud hipogram dapat

berupa penerusan konvensi, pemutarbalikan esensi dan amanat teks pada karya

sebelumnya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dengan kata lain Intertekstual adalah

sebuah teori yang digunakan untuk menemukan adanya hubungan antara satu teks

dengan teks lain, yaitu dengan cara membandingkan sebuah atau sejumlah teks,

dengan teks yang menjadi latar penciptaan karya tersebut.

H. Pengertian Puisi

Menurut Altenbernd (Pradopo, 2005: 5—6), puisi adalah pendramaan

pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Selanjutnya,

Pradopo (2005: 7) mengungkapkan, bahwa puisi merupakan salah satu bentuk

dari karya sastra yang mengekspresikan pemikiran, yang membangkitkan

perasaan, dan merangsang imaji panca indera dalam susunan yang berirama.

Kemudian menurut Leigh Hun (Herwan, 2005: 2), puisi adalah luapan perasaan

yang bersifat imajinatif.

Seorang penyair akan memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun

secara bsebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan

unsur lain sangat erat hubungannya. Selain itu, bunyi juga tidak luput dari

perhatian seorang penyair. bunyi merdu seperti musik adalah harapan bagi

penyair, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian

bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan menggunakan orkestra bunyi.

Page 9: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Jadi puisi itu bukan sekedar pernyataan perasaan yang bercampur baur, akan

tetapi merupakan pemikiran manusia secara konkrit dan artistik dalam bahasa

emosional serta berirama. Di sini, misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan

disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan katanya tepat, dan

sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik

(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).

I. Ciri-ciri Puisi

Ciri yang paling menonjol dalam puisi adalah bahasanya. Bahasa dalam

puisi penuh konotatif, bukan bahsa yang sebenarnya atau bahasa kiasan, dengan

disertai pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa atau majas. Pada umumnya ciri

puisi adalah bentuk atau tipografinya. Bentuk tubuh puisi tidak seperti prosa fiksi.

Bentuk tubuh puisi cenderung berlarik dan berbait, walaupun dalam

perkembangan puisi modern bentuk tubuh puisi beragam, bahkan ada yang sangat

mirip dengan bentuk tubuh cerpen. Selain itu, puisi pada umumnya berbentuk

monolog. Di dalamnya banyak ditemukan “aku-lirik”, jarang puisi yang berisi

dialog-dialog , meski tentu ada pula penyair yang menulis puisi dengan

menyelipkan dialog-dialog.

Keterikatan sebuah kata dalam puisi lebih cenderung kepada struktur

ritmik sebuah baris daripada struktur sintaktik sebuah kalimat seperti dalam prosa.

Jadi dalam puisi ada ritmenya, persamaan bunyi, dan metrum, tinggi rendahn ya

Page 10: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

bunyi itu, walau banyak puisi modern yang hampir pasti tidak memiliki

persamaan bunyi.

Puisi, bagaimanapun merupakan sebuah totalitas, maka ia akan terdiri dari

berbagai lapis, seperti lapis bunyi, lapis arti fisik, lapis dunia yang terdiri atas

dunia dalam gambaran penyair dan dunia metafisis, dan lapis makna. Apabila

tidak mengandung berbabagai lapis tersebut, maka tidak bisa digolongkan ke

dalam puisi. (Herwan FR, 2005: 10).

J. Unsur-unsur Pembentuk Puisi

Puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya tersusun menurut irama,

puisi dan kadang-kadang kata kiasan. Puisi memberikan kesan adanya suatu

makna yang baru dan luar biasa yang akrab dengan kita dan ditumbuhkan oleh

daya tafsir dalam puisi itu. Suasana yang akrab dan luar biasa itu diungkapkan

oleh adanya unsur yang digunakan untuk membangkitkan imaji

pembaca/pendengar.

Ungkapan perasaan dalam puisi akan menjadi utuh dan mengalir jika

dibangun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan dan menunjang. Berbicara

tentang unsur-unsur pembangun puisi, ada beberapa pendapat yang menyatakan

unsur-unsur dalam puisi. Salah satu pendapat tersebut ialah menurut Majorie

Boulton (Herwan, 2005: 10). Dia membedakan dua hal penting yang membangun

sebuah puisi yaitu 1) Hakikat puisi (unsur metal): tema, urutan logis, pola

asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citraan serta emosi; dan 2)

Page 11: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

metode puisi (unsur fisik): penampilan puisi dalam bentuk nada dan lirik puisi,

termasuk rima, persamaan bunyi, intonasi, pengulangan, dan kebahasaan lainya.

K. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar

dapat terjadi tanpa guru dan tanpa kegiatan mengajar serta pembelajaran formal

lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu proses penyampaian

pengetahuan yaitu pembelajaran. Pengetahuan sangat penting bagi manusia.

Tanpa memiliki pengetahuan dan wawasan, kita tidak mengetahui apa-apa.

Agar proses belajar tersebut berjalan, maka guru harus merencanakan

dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan

perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Peranan guru

dalam pembelajaran sangatlah penting. Tidak hanya itu, siswa serta aspek-aspek

lainnya pun ikut menentukan keberhasilan pembelajaran.

Berbicara tentang pembelajaran, beberapa ahli mengutarakan bahwa guru,

siswa, serta komponen-komponen dalam pembelajaran merupakan suatu kesatuan

yang membuat proses belajar berjalan dengan lancar. Dalam bukunya “Proses

Belajar Mengajar”, Hamalik (2001: 57) mengutarakan bahwa “pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material,

Page 12: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

fasilititas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai

tujuan pembelajaran”. Unsur manusia merupakan komponen pembelajaran yang

berperan aktif dalam PBM yang di dalamnya mencakup siswa, guru, dan tenaga

lainnya.

Unsur material dalam pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

mendukung kelancaran belajar-mengajar. Misalnya penggunaan media

pembelajaran. Media yang dipilih harus disesuaikan dengan materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran pun

tidak dapat diabaikan begitu saja, begitu juga dengan prosedur pembelajaran yang

meliputi jadwal, metode, materi, evaluasi, dan sebagainya. Kombinasi unsur-

unsur tersebut tidak dapat dipisahkan. Salah satu unsur tidak terpenuhi maka

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak dapat tercapai

dengan optimal.

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dilakukan guru dan

siswa. Hal ini serupa dengan pendapat Sudjana (2000: 6) yang menyatakan bahwa

pembelajaran adalah upaya seorang guru dalam membantu siswa melakukan

kegiatan belajar. Dalam pembelajaran terjadi proses pengaruh-mempengaruhi.

Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat

mempengaruhi guru. Maksud saling mempengaruhi di sini adalah dalam proses

belajar mengajar, siswa memberikan kontribusi atau perilaku-perilaku yang

memungkinkan guru mengambil sikap-sikap tertentu untuk mengahadapi atau

menyelesaikan perilaku siswa. Perilaku tersebut bisa berupa rendahnya motivasi

siswa dalam belajar. Di sinilah guru diharapkan dapat membangkitkan semangat

Page 13: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

siswa untuk belajar baik dari penggunaan metode, materi yang disampaikan,

maupun sumber belajar yang akan digunakan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dalam pembelajaran tidak akan

terlepas dari unsur-unsur pembelajaran, baik unsur material, manusia, fasilitas,

perlengkapan, maupun prosedur pembelajaran. Semua unsur tersebut merupakan

satu kesatuan yang harus dipenuhi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa dalam pembelajaran

terjadi suatu proses penyampaian pengetahuan atau informasi dari siswa ke guru

atau pun sebaliknya. Hal ini didukung oleh Sagala (2005: 61) yang

mengemukakan bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi dua

arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik”. Guru dan siswa merupakan inti dalam pembelajaran. Ada guru

tanpa siswa, proses belajar mengajar pun tidak akan berjalan, begitu juga

sebaliknya. Meskipun guru dan siswa adalah inti dalam pembelajaran, kehadiran

unsur-unsur pembelajaran yang lainnya bukan berarti tidak penting. Unsur-unsur

tersebut ikut menunjang kelancaran proses komunikasi dan proses belajar

sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai.

Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan mengajar

yang menekankan hubungan sistemik antara berbagai komponen atau unsur dalam

pembelajaran. Hubungan sistemik ini mempunyai arti komponen yang terpadu

dalam pembelajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain

dan membentuk satu kesatuan.

Page 14: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran merupakan suatu sistem yang

dirancang oleh guru untuk membantu proses belajar siswa dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Rancangan pembelajaran tersebut

berupa peristiwa, kondisi atau situasi belajar yang memungkinkan terjadinya

proses belajar siswa.

L. Pengertian Menulis

Banyak orang yang memberikan definisi tentang menulis. Dalam

memberikan argumennya, terkadang para ahli memiliki persamaan dan perbedaan.

Hal itu terjadi karena bedanya pemahaman di antara mereka tentang pengertian

menulis. Ada ahli yang menyamakan menulis dengan mengarang. Produk akhir

dari kegiatan mengarang adalah sebuah karya berupa tulisan. Atas dasar itulah

istilah menulis disamakan dengan istilah mengarang.

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik

yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan grafik tersebut (Tarigan, 1994:21). Lambang-lambang

grafik yang dimaksud adalah simbol-simbol bermakna berupa tulisan atau

rangkaian kalimat yang memiliki makna tersirat. Di sinilah diperlukan

kemampuan pemahaman pembaca sehingga maksud penulis dapat dipahami dan

dimengerti. Dengan demikan, menulis adalah salah satu jenis keterampilan

Page 15: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi

tidak langsung.

Komunikasi dapat terjadi secara tidak langsung melaui perantara, salah

satunya melalui media tulis berupa tulisan. Dalam bukunya “Ihwal Menulis”,

Hasani (2005: 2) mengemukakan bahwa menulis adalah proses mengutarakan

pikiran, perasaan, pengindraan, khayalan, kemauan, keyakinan, dan pengalaman

yang disusun dengan lambang-lambang grafik secara tertulis untuk tujuan

komunikasi. Menulis merupakan kegiatan ekspresif yang memerlukan daya nalar

dan daya khayal yang diungkapkan dalam tulisan sebagai sarana komunikasi tidak

langsung antara pembaca dan penulis.

Dari beberapa pendapat di atas, pada intinya menulis sama dengan

mengarang, yang berbeda hanya penggunaan istilah saja. Menulis adalah kegiatan

mengungkapkan pikiran, perasaan, khayalan dan emosional yang disusun dengan

lambang-lambang grafik secara teratur dan jelas. Hal tersebut bertujuan agar

orang lain dapat memahami dan mengerti apa yang dipikirkan penulis. Karena

dalam kegiatan menulis karya yang dihasilkannya adalah tulisan, maka dengan

tulisan itulah komunikasi terjadi.

M. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau alat yang dipakai dalam penelitian;

dengan demikian, nmetode merupakan sebuah strategi dalam melakukan

penelitian (Semi, 2002: 241). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Page 16: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif

yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab

permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang atau masalah yang aktual

dengan jalan mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi, menganalisis, dan

menginterpretasi. Penelitian ini memberikan gambaran secara obyektif mengenai

keterkaitan puisi Efrosina karya Cecep Syamsul Hari dengan Kumpulan Puisi Aku

Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif yang menganalisis keterkaitan puisi

Efrosina karya Cecep Syamsul Hari dengan Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang

Jalang karya Chairil Anwar, yakni dengan menggunakan analisis intertekstual

teori Riffaterre mengenai peranan konsep hypogram.

N. Teknik Penelitian

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah kegeiatan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan

informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti atau dengan

cara mencari, mempelajari, menelaah berbagai aspek yang berhubungan dengan

masalah.

2. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,

Page 17: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain

(Bogdan dan Biklen dalam Moelong, 2008; 248). Dalam teknik ini, penulis

mengkaji intertekstual pada kumpulan puisi Efrosina karya Cecep Syamsul Hari

dan kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar.

O. Sumber Data

Menurut Lofland (Moelong, 2005; 157) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Sedangkan menurut Arikunto (2002; 107) sumber data

dalam penelitian adalah subyek dari data penelitian yang diperoleh. Penelitian ini

akan meninjau intertekstual pada beberapa puisi yang terdapat dalam kumpulan

puisi Efrosina karya Cecep Syamsul Hari dan kumpulan puisi Aku Ini Binatang

Jalang karya Chairil Anwar.

Page 18: Latar Belakang Masalah PROPOSAL REVISI

Daftar Pustaka

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Culturan Studies Representasi Foiksi

dan Fakta. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendia

Surabaya.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogjakarta: Gajah Mada

University Press.

Saryono, Djoko. 2006. Apresiasi Sastra Indonesia. Sidoarjo: PT. Alfath Putra.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gajah Mada

University Press.

FR, Herwan. 2005. Apresiasi dan Kajian Puisi. Serang: GERAGE Budaya.

Semi, M. Attar. 1993. Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Moelong, Lexy. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rusdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hari, Cecep Syamsul. 2005. Pilihan Puisi Efrosina. Jakarta Timur: Majalah Sastra

Horison.