Author
fajar
View
18
Download
0
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Las Asitelin adalah suatu proses pengelasan menyambung dua logam atau lebih, dimana
panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas Oksigen (O2)
dengan gas Asetilin (C2H2). Dalam proses las asitelin ini, gas yang digunakan adalah campuran
dari gas Oksigen (O2) dan gas Asetilen ( dari kata acetylene, dan memiliki rumus kimia
C2H2). Gas Asetilin ini memiliki beberapa kelebihan antara lain, menghasilkan temperature
nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun
Oksigen. Sehingga bagian logam yang langsung terkena nyala api panas akan mencair dan cairan
itu akan menutupi antara dua bagian logam yang akan disambung. Ada kalanya sebaiknya
menggunakan bahan tambah atau kawat las.
1.2 Tujuan
Tujuan dari melakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las asitelin
2. Mengetahui perlengkapan keamanan las asitelin
3. Mengatur dan memasang peralatan las asitelin
4. Mengatur tekanan las asitelin untuk persiapan kerja las asitelin
5. Menyalakan api las asitelin dengan benar,
6. Mengoperasikan pembakaran dengan benar,
7. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar.
BAB II
LANGKAH PENGERJAAN
1.1 Peralatan dan bahan
Dalam melakukan pengelasan ada beberapa peralatan yang sering digunakan dalam
pekerjaan las asitelin diantaranya adalah sebagai berikut:
Peralatan praktek las asitelin:
1. Silinder dan Gas Asetilin
2. Silinder dan Gas Osigen
3. Regulator Asetilin
4. Regulator Oksigen
5. Brander Pembakaran
6. Selang Karet Ase-Oksi
7. Kunci pembuka aliran gas
8. Korek api
9. Tank atau penjepit
10.Meja las
11.Kaca mata pengaman
12.Sarung Tangan
13.Palu atau martil
14.Mistar siku
15.Mesin gerinda
16.Pengores
Bahan praktek las asitelin:
Bahan yang di gunakan praktek las gas ini adalah
1. Plat tebal 1,2 1,5 mm 2. Kawat bahan tambah sebanyak 1 rol.
1.2 Langkah kerja
LANGKAH KERJA :
1. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan. 2. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup. 3. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya
dengan kunci pembuka.
4. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada regulator.
5. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk memperbesar tekanan gas).
6. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api. 7. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai
diperoleh nyala netral.
8. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya.
9. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi
las yang diinginkan.
Gambar Hasil Kerja
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Las asetilin Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana
permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala
(flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam
pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan.
Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan
sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi
(production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair &
maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama
lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir
semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau
tanpa bahan tambah (filler metal).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk
logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut
diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri
mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon,
hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.
2. Pembagian Nyala api oksi-asetiline
Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung pada perbandingan antara gas oksigen
O2 dengan gas asetiline C2H2.
a. Nyala Api Netral
Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami surface
hardening.
Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada.
Nyala api kerucut luar berwarna kuning.
b. Nyala Api Oksigen Lebih
Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan.Setelah dicapai nyala
api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api
oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga
pendek.
c. Nyala Api Asetilen Lebih
Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen. Nyala api
menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.
Nyala Oksi-asetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya
bisa mencapai 3500 o
C. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.Gas
asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai
berikut :
C2H2+2 H2O Ca(OH)2+C2H2
Gambar : Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen.
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100
kPa dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi
berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen
mapu menahan tekanan sampai 1,7 MPa. Skema nyala las dan sambungan gasnya bisa
dilihat pada gambar
Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksi dan
oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Gambar : Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar.
Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan
perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat pada
gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H2 dengan
oksigen yang diambil dari udara.
Pengelasan Oksihidrogen
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000C lebih rendah dari oksigen-asetilin.
Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan bengan titik cair
yang rendah.
Pengelasan Udara-Asetilen
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala dibutuhkan
udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah dari yang
lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan patri suhu
rendah.
Pengelasan Gas Bertekanan
Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan oksiasetilen
hingga 1200 o
C kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu sambungan
tertutup dan sambungan terbuka.
Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan satu sama
lainnya selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala ganda dengan pendinginan
air. Selama proses pemanasan, nyala tersebut diayun untuk mencegah panas berlebihan
pada sambungan yang dilas. Ketila suhu yang tepat sudah diperoleh, benda diberi tekanan.
Untuk baja karbon tekanan permulaan kurang dari 10 MPa dan tekanan upset antara 28
MPa.
Pemotongan Nyala Oksiasetilen
Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala untuk
pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lobang utama yang
dialiri oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula. Fungsi nyala pemanas mula
adalah untuk pemanasan baja sebelum dipotong. Karena bahan yang akan dipotong
menjadi panas sehingga baja akan menjadi terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen
3. Teknik Pengelasan
1. Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan
dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak
diantara 45 dan kawat las dimiringkan dengan sudut antara 30 - 40 dengan benda
kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke
tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
2. Posisi pengelasan mendatar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70 dan
miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada
sudut 10 di atas garis mendatar.
3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah.
Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45-
60 dan sudut brander sebesar 80.
4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya
dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garisvertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.
5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja sedangkan sudut
melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena
cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke
atas.
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
Perlengkapan yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan kerja:
1. Topeng las Digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar
ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata.
Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata
langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca
khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah
tersebut. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan
pengelasan. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada
bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.
2. Sarung tangan
Dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
elektroda, juga melindungi tangan dari panas. Pada waktu mengelas
harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
3. Baju las/apron
Baju las/apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap
dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi
diatas kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan
posisi lainnya dapat dipakai apron.
4. Sepatu las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api.
Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat
juga dipakai.
5. Kamar las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang ada di
sekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistem ventilasi yaitu di
dalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang
mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan
terak las dan bunga api.
6. Masker las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik,
maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang
beracun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penyetelan tekanan gas dan juga nyala api pada brander sangat mempengaruhi hasil
pengelasan. Untuk pengelasan dengan bahan tambah (kawat), yaitu plat harus benar-benar
meleleh terlebih dahulu kemudian baru diberi bahan tambah. Untuk penyambungan 2 plat,
dibutuhkan tempat yang rata agar diperoleh sambungan yang lurus dan presisi. Pengelasan
tanpa bahan tambah, dalam menggeser brander harus memperhatikan bagian plat yang sudah
dilas apakah sudah benar-benar meleleh, sehingga terbentuk alur pengeladan yang rapi.
Dalam pengelasan dengan Las Oxy Accetyline juga harus menguasai teori Las Oxy
Accetyline agar dalam praktiknya tidak terjadi kesalahan seperti yamg ditemukan pada
praktik.
Karena dalam pengelasan Oxy Accetyline banyak kemungkinan terjadi kesalahan
apabila tidak dilakukan dengan teliti dan ahli, maka diperlukan panduan atau kemampuan
mengenai las Oxy Accetyline.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktik pengelasan dengan Las Oxy Accetyline harus berhati-
hati dengan mengutamakan keselamatan kerja.
Saat terjadi ledakan saat mengelas jangan takut dan tetap konsentrasi dengan pekerjaan las.
Melatihlah untuk tidak mudah terkejut atau panik
LAMPIRAN
Kikir Mistar
Palu Tang
Gerinda Sikat Kawat