13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Las Asitelin adalah suatu proses pengelasan menyambung dua logam atau lebih, dimana panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas Oksigen (O2) dengan gas Asetilin (C2H2). Dalam proses las asitelin ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2). Gas Asetilin ini memiliki beberapa kelebihan antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen. Sehingga bagian logam yang langsung terkena nyala api panas akan mencair dan cairan itu akan menutupi antara dua bagian logam yang akan disambung. Ada kalanya sebaiknya menggunakan bahan tambah atau kawat las. 1.2 Tujuan Tujuan dari melakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat : 1. Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las asitelin 2. Mengetahui perlengkapan keamanan las asitelin 3. Mengatur dan memasang peralatan las asitelin 4. Mengatur tekanan las asitelin untuk persiapan kerja las asitelin 5. Menyalakan api las asitelin dengan benar, 6. Mengoperasikan pembakaran dengan benar, 7. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar.

Las Asitelin Fajar

  • Upload
    fajar

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Las Asitelin adalah suatu proses pengelasan menyambung dua logam atau lebih, dimana

    panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas Oksigen (O2)

    dengan gas Asetilin (C2H2). Dalam proses las asitelin ini, gas yang digunakan adalah campuran

    dari gas Oksigen (O2) dan gas Asetilen ( dari kata acetylene, dan memiliki rumus kimia

    C2H2). Gas Asetilin ini memiliki beberapa kelebihan antara lain, menghasilkan temperature

    nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun

    Oksigen. Sehingga bagian logam yang langsung terkena nyala api panas akan mencair dan cairan

    itu akan menutupi antara dua bagian logam yang akan disambung. Ada kalanya sebaiknya

    menggunakan bahan tambah atau kawat las.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari melakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat :

    1. Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las asitelin

    2. Mengetahui perlengkapan keamanan las asitelin

    3. Mengatur dan memasang peralatan las asitelin

    4. Mengatur tekanan las asitelin untuk persiapan kerja las asitelin

    5. Menyalakan api las asitelin dengan benar,

    6. Mengoperasikan pembakaran dengan benar,

    7. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar.

  • BAB II

    LANGKAH PENGERJAAN

    1.1 Peralatan dan bahan

    Dalam melakukan pengelasan ada beberapa peralatan yang sering digunakan dalam

    pekerjaan las asitelin diantaranya adalah sebagai berikut:

    Peralatan praktek las asitelin:

    1. Silinder dan Gas Asetilin

    2. Silinder dan Gas Osigen

    3. Regulator Asetilin

    4. Regulator Oksigen

    5. Brander Pembakaran

    6. Selang Karet Ase-Oksi

    7. Kunci pembuka aliran gas

    8. Korek api

    9. Tank atau penjepit

    10.Meja las

    11.Kaca mata pengaman

    12.Sarung Tangan

    13.Palu atau martil

    14.Mistar siku

    15.Mesin gerinda

    16.Pengores

    Bahan praktek las asitelin:

    Bahan yang di gunakan praktek las gas ini adalah

    1. Plat tebal 1,2 1,5 mm 2. Kawat bahan tambah sebanyak 1 rol.

  • 1.2 Langkah kerja

    LANGKAH KERJA :

    1. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan. 2. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup. 3. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya

    dengan kunci pembuka.

    4. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada regulator.

    5. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk memperbesar tekanan gas).

    6. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api. 7. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai

    diperoleh nyala netral.

    8. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya.

    9. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi

    las yang diinginkan.

    Gambar Hasil Kerja

  • BAB III

    LANDASAN TEORI

    1. Pengertian Las asetilin Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana

    permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala

    (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam

    pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan.

    Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan

    sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi

    (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair &

    maintenance).

    Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama

    lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir

    semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau

    tanpa bahan tambah (filler metal).

    Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk

    logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut

    diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri

    mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon,

    hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

    2. Pembagian Nyala api oksi-asetiline

    Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung pada perbandingan antara gas oksigen

    O2 dengan gas asetiline C2H2.

    a. Nyala Api Netral

    Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami surface

    hardening.

  • Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada.

    Nyala api kerucut luar berwarna kuning.

    b. Nyala Api Oksigen Lebih

    Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan.Setelah dicapai nyala

    api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api

    oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga

    pendek.

    c. Nyala Api Asetilen Lebih

    Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen. Nyala api

    menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.

    Nyala Oksi-asetilen

    Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya

    bisa mencapai 3500 o

    C. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.Gas

    asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai

    berikut :

    C2H2+2 H2O Ca(OH)2+C2H2

  • Gambar : Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen.

    Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100

    kPa dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi

    berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen

    mapu menahan tekanan sampai 1,7 MPa. Skema nyala las dan sambungan gasnya bisa

    dilihat pada gambar

    Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksi dan

    oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

    Gambar : Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar.

    Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan

    perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat pada

  • gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H2 dengan

    oksigen yang diambil dari udara.

    Pengelasan Oksihidrogen

    Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000C lebih rendah dari oksigen-asetilin.

    Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan bengan titik cair

    yang rendah.

    Pengelasan Udara-Asetilen

    Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala dibutuhkan

    udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah dari yang

    lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan patri suhu

    rendah.

    Pengelasan Gas Bertekanan

    Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan oksiasetilen

    hingga 1200 o

    C kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu sambungan

    tertutup dan sambungan terbuka.

    Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan satu sama

    lainnya selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala ganda dengan pendinginan

    air. Selama proses pemanasan, nyala tersebut diayun untuk mencegah panas berlebihan

    pada sambungan yang dilas. Ketila suhu yang tepat sudah diperoleh, benda diberi tekanan.

    Untuk baja karbon tekanan permulaan kurang dari 10 MPa dan tekanan upset antara 28

    MPa.

    Pemotongan Nyala Oksiasetilen

    Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala untuk

    pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lobang utama yang

    dialiri oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula. Fungsi nyala pemanas mula

  • adalah untuk pemanasan baja sebelum dipotong. Karena bahan yang akan dipotong

    menjadi panas sehingga baja akan menjadi terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen

    3. Teknik Pengelasan

    1. Posisi pengelasan di bawah tangan

    Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan

    dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak

    diantara 45 dan kawat las dimiringkan dengan sudut antara 30 - 40 dengan benda

    kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke

    tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

    2. Posisi pengelasan mendatar ( horizontal )

    Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah

    mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander

    sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70 dan

    miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada

    sudut 10 di atas garis mendatar.

    3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )

    Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah.

    Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45-

    60 dan sudut brander sebesar 80.

  • 4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

    Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya

    dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada

    pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garisvertikal sedangkan kawat

    pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.

    5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )

    Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan

    membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja sedangkan sudut

    melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena

    cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

    6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

    Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.

    Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke

    atas.

  • BAB IV

    KESELAMATAN KERJA

    Perlengkapan yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan kerja:

    1. Topeng las Digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar

    ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata.

    Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata

    langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca

    khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah

    tersebut. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan

    pengelasan. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada

    bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.

    2. Sarung tangan

    Dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang

    elektroda, juga melindungi tangan dari panas. Pada waktu mengelas

    harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.

    3. Baju las/apron

    Baju las/apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap

    dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi

    diatas kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan

    posisi lainnya dapat dipakai apron.

    4. Sepatu las

    Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api.

    Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat

    juga dipakai.

  • 5. Kamar las

    Kamar Ias dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang ada di

    sekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las.

    Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistem ventilasi yaitu di

    dalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang

    mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan

    terak las dan bunga api.

    6. Masker las

    Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik,

    maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang

    beracun.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Penyetelan tekanan gas dan juga nyala api pada brander sangat mempengaruhi hasil

    pengelasan. Untuk pengelasan dengan bahan tambah (kawat), yaitu plat harus benar-benar

    meleleh terlebih dahulu kemudian baru diberi bahan tambah. Untuk penyambungan 2 plat,

    dibutuhkan tempat yang rata agar diperoleh sambungan yang lurus dan presisi. Pengelasan

    tanpa bahan tambah, dalam menggeser brander harus memperhatikan bagian plat yang sudah

    dilas apakah sudah benar-benar meleleh, sehingga terbentuk alur pengeladan yang rapi.

    Dalam pengelasan dengan Las Oxy Accetyline juga harus menguasai teori Las Oxy

    Accetyline agar dalam praktiknya tidak terjadi kesalahan seperti yamg ditemukan pada

    praktik.

    Karena dalam pengelasan Oxy Accetyline banyak kemungkinan terjadi kesalahan

    apabila tidak dilakukan dengan teliti dan ahli, maka diperlukan panduan atau kemampuan

    mengenai las Oxy Accetyline.

    5.2 Saran

    Sebaiknya dalam praktik pengelasan dengan Las Oxy Accetyline harus berhati-

    hati dengan mengutamakan keselamatan kerja.

    Saat terjadi ledakan saat mengelas jangan takut dan tetap konsentrasi dengan pekerjaan las.

    Melatihlah untuk tidak mudah terkejut atau panik

  • LAMPIRAN

    Kikir Mistar

    Palu Tang

    Gerinda Sikat Kawat