27
LAPORAN TUTORIAL MEKANISME SISTEM FAGOSITOSIT DALAM IMUN MUKOSA RONGGA MULUT Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial Blok Stogmatognasi II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Pembimbing : DR. drg. Purwanto, M.Kes

LAPTUT IMUN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IMUNITAS RONGGA MULUT

Citation preview

Page 1: LAPTUT IMUN

LAPORAN TUTORIAL

MEKANISME SISTEM FAGOSITOSIT

DALAM

IMUN MUKOSA RONGGA MULUT

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial

Blok Stogmatognasi II

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :

DR. drg. Purwanto, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: LAPTUT IMUN

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : DR. drg. Purwanto, M.Kes

Ketua : Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)

Sciber Meja : Rachel Priskila L. W (131610101049)

Sciber Papan : Fatimatuz Zahroh (131610101051)

Anggota :

1. Afifanisa Dienda Rifani (131610101013)

2. Tadjul Arifin (131610101037)

3. Duati Mayangsari (131610101039)

4. Selvia Elga Zulfika (131610101043)

5. Ekimo Walterpost (131610101050)

6. Putri Dewi S (131610101055)

7. Cholida Rachmatia (131610101056)

8. Loly A. Sinaga (131610101057)

Page 3: LAPTUT IMUN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Mekanisme Sistem

Fagositosit Dalam Imun Mukosa Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi

hasil diskusi tutorial kelompok V pada skenario ketiga.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. DR. drg. Purwanto, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi

tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi

masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan –

perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan

ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 1 April 2014

Tim Penyusun

Page 4: LAPTUT IMUN

SKENARIO

Siska, 18 tahun, datang ke RSGM untuk memeriksakan rongga mulutnya yang

sariawan. Pada anamnesa diketahui bahwa sariawan sering terjadi hampir setiap bulan,

apalagi kalau capek-capek. Penderita mengkonsumsi vitamin C, akan tetapi sariawan

selalu muncul kembali. Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa ada sariawan di

mukosa labial dan mukosa bukalnya. Selain diberi pengobatan, juga disarankan untuk

mengkonsumsi makanan yang sehat dan menjaga kebersihan rongga mulutnya, agar

mukosa rongga mulutnya lebih tahan terhadap bakteri. Dijelaskan juga bahwa rongga

mulut merupakan bagian pertama yang terpapar oleh benda apapun sebelum masuk

tubuh. Oleh karena itu bila ada benda asing yang masuk di rongga mulut, maka mukosa

dirongga mulut akan melakukan perlawanan, yang salah satu caranya dengan

memfagosit benda asing tersebut. Akibatnya bila daya tahan rongga mulut tidak baik,

rongga mulut akan terluka yang menyebabkan saiawan.

Page 5: LAPTUT IMUN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan

bagian dari sistem pernafasan. Rongga mulut juga merupakan gerbang masuknya

penyakit. Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorganisme yang

meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon

penjamu terganggu. Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh

lidah dan air liur, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya

infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak

boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka.

Meskipun begitu, rongga mulut juga memiliki sistem imunitas. Sistem

imunitas rongga mulut salah satunya dipengaruhi oleh membran mukosa. Sistem

imunitas mukosa merupakan bagian sistem imunitas yang penting dan berlawanan

sifatnya dari sistem imunitas yang lain. Sistem imunitas mukosa lebih bersifat

menekan imunitas, karena hal-hal berikut; mukosa berhubungan langsung dengan

lingkungan luar dan berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri

komensal, antigen makanan dan virus dalam jumlah yang lebih besar

dibandingkan sistem imunitas sistemik. Antigen-antigen tersebut sedapat mungkin

dicegah agar tidak menempel pada mukosa dengan pengikatan oleh IgA, barier fisik

dan kimiawi dengan enzim-enzim mukosa.

Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai

barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya tergantung pada

deskuamasinya sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat

keratinisasinya yang sangat efisien menahan penetrasi mikrobial.

Page 6: LAPTUT IMUN

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja komponen Sistem Imun mukosa rongga mulut ?

2. Bagaimana mekanisme fagositosis dalam rongga mulut ?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi Sistem Imunitas rongga mulut ?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami komponen

sistem imun mukosa rongga mulut.

2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami mekanisme

fagositosis dalam rongga mulut.

3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami faktor – faktor

yang mempengaruhi Sistem Imunitas rongga mulut.

Page 7: LAPTUT IMUN

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.

Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi

disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel – sel dan molekul – molekul

terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan

tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan

berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

2.1 Komponen Sistem Imunitas Rongga Mulut

Menurut Roeslan (2002), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :

a. Membran mukosa

Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai barier

mekanik terhadap infeksi.Mekanisme proteksinya tergantung pada deskuamasinya

sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasinya yang sangat

efisien menahan penetrasi microbial.

b. Nodus Limfatik

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra

oral dan agregasi limfoid intra oral.Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan

mukosa lidah, dasar mulut, palatum, pipi dan bibir, mirip yang berasal dari ginggiva

dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan

bergabung dengan pembuluh limfatik yangberasal dari bagian dalam otot lidah dan

struktur lainnya. Di dalam rongga mulut terdapat tonsil palatel.

c. Saliva

Sekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya

memelihara jaringan keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan

fisiologis.Saliva yang disekresikan oleh kalenjar parotis, submandibularis dan

beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa, berperan dalam

membersihkan rongga mulut dari debris dan mikroorganisme, selain bertindak

sebagai pelumas pada saat mengunyah dan berbicara.

Page 8: LAPTUT IMUN

d. Celah Ginggiva

Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari daerah

dalam bentuk cairan celah ginggiva (CCG). Aliran CCG merupakan proses

fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi. (Ruslan, 2002 )

2.2 Sistem Imun Spesifik

Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh

kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang ketiga.

Ciri Sistem Imun Spesifik :

Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh

Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis

benda asing

Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya, melibatkan

pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia ( antibody )

Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal

Tanggap kebal seluler dikendalikan oleh sel-sel yang tersebar dalam jaringan

submukosa, gingival, kelenjar ludah, epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar

getah bening ekstra oral.

Komponen Sistem Imun Spesifik :

1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa

Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat

dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral

dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa

jaringan ini seperti jaringan tonsil.

2. Jaringan Limfoid Gingival

Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel

limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T dan

B dalam cairan saku gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio

dalam darah. Selain itu, dalam proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody

yang spesifik.Bagaimanapun juga kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat

immunoglobulin non-reaktif.Makrofag hadir dalam gingiva, disamping memproses

Page 9: LAPTUT IMUN

antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi. Reaksi timbal balik antara

merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam limfoid gingiva.

3. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral

Anyaman halus saluran getah bening berjalan dari mucus saliva dasar

mulut, palatum, bibir, dan pipi seperti juga dari gingival dan pulpa.Semuanya

bergabung membentuk saluran yang lebih besar yang bersatu dengan saluran getah

bening lainnya dari anyaman yang lebih dalam pada otot lidah.Saluran ini melayani

pengangkutan antigen menuju kelenjar getah bening submental, submaksilaris, dan

servikal.Tiap antigen yang berhasil masuk disebarkan langsung melalui getah bening ini

ataupun melalui sel-sel fagosit. Lalu diteruskan ke kelenjarnya untuk dibangkitkan

tanggap kebalnya.

4. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah

Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang

besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah mukosa

mulut.Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan beberapa diantaranya IgG dan

IgM.Tampak bawah kebanyakan IgA dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel

plasma kelenjar yang bersangkutan dalam bentuk dimerik.

5. Sel-Sel Langerhans

Antigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar

di atas selaput dasar. Sel-sel ini merupakan sel-sel dendritik yang besar kemampuan

kerja seperti makrofag, memiliki reseptor Fe dan C3 serta antigen permukaan seperti

Ia, yaitu antigen transplantasi yang dtemukan terutama pada sel B dan makrofag yang

identik dengan antigen HLA-D. (Gunarso W : 1988)

Sistem imun spesifik merupakan suatu sistem yang dapat mengenali suatu

substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan

respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut.Sistem imun spesifik disebut

juga dengan sistem imun yang didapat (adaptive immunity). Sel-sel imun yang berperan

dalam respon imun spesifik adalah sel limfosit B dan sel limfosit T. Substansi yang

dapat merangsang terjadinya respon imun spesifik disebut antigen. Sistem imun

Page 10: LAPTUT IMUN

merupakan reaksi hospes terhadap benda asing dengan tiga kekhasan yaitu spesifik,

heterogen,memori.

Spesifitas

Respon imun dengan kepekaan yang tinggi akan bereaksi dengan benda yang

sama yang telah memberi respon sebelumnya dan dapat membedakannya sehingga

akan mendiferensiasi antigen yang berasal dari spesies, individual dan organ yang

berbeda.

Heterogenitas

Respon berbagai sel dan produk sel terhadap benda asing akan

menghasilkan produk populasi sel yang heterogen (misal antibodi).

Memori

Mempercepat dan memperbesar respon spesifik dengan proliferasi dan

diferensiasi sel yang telah disensitisasi pada respon sebelumnya.

Limfosit B

Limfosit B dapat berdiferensiasi menjadi sel plasma apabila ada rangsangan

dari antigen dan akan membentuk antibody. Limfosit B merupakan respon imun

humoral Limfosit T. Limfosit T terbentuk jika sel induk dari sumsum tulang pindah ke

kelenjar timus, mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar timus

limfosit T belajar membedakan bahan asing (non self) dengan bahan bukan asing

(self). Limfosit T dewasa akan meninggalkan kelenjar timus menuju kelenjar getah

bening (sebagai bagian pengawasan sistem imun tubuh). Limfosit T merupakan

respon imun seluler

Antigen ( Ag)

Antigen juga seringkali disebutimunogen. Antigen terdiri dari : protein dan

polisakarida. (Baratawidjaya : 2000)

Antibodi

Protein yang diproduksi di dalam tubuh sebagai respon terhadap masuknya

Ag, dapat mengenali dan mengikat Ag secara spesifik.

Ada 5 klasifikasi antibodi , antara lain :

Imunoglobulin A (IgA).

Page 11: LAPTUT IMUN

Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air

mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk

dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif.Jaringan yang mensekresi

bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang

kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen. Fungsi dari IgA ini ialah:

Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa

Tidak efektif dlam mengikat komplemen

Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada

dalam cairan sekretori yang mengandung IgA

Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

Imunoglobulin D (IgD)

Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda

permukaan pada sel B yang matang.IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B

normal.Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.

Imunoglobulin E (IgE)

Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan

dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan

eosinpphil.IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen

yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu

degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan

reaksi anaphylaksis.IgE sangat berguna untuk melawan parasit.

Imunoglobulin M (IgM)

Imunoglobulin m ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM

mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima

valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus.Peningkatan jumlah IgM

mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi).IgM

adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutinin

alamiah.IgM sngat efisien dalam mengaktifkan komplemen.IgM dibentuk setelah

terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.

Imunoglobulin G (IgG)

Page 12: LAPTUT IMUN

Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin

yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah,

lymfe dan cairan peritoneal.Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari

dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat

mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya imunoglobulin

yang dapat melewati plasenta.

2.3 Sistem Imun Non Spesifik

Sistem kekebalan tubuh atau imunitas adalah sistem mekanisme pada

organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan

mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi

berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi

tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat – zat

asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan

agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.

Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah

menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis.

Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat

penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit.Supaya dapat

terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan

partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada

permukaan fagosit.

Komponen Imunitas Non Spesifik :

1. Barrier epitel

Contoh barrier eksternal adalah mukosa dalam rongga mulut yang dapat

menekan atau membunuh mikroorganisme.

2. Sel natural killer (NK)

Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap

mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi

sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-γ. Sel ini tidak mengekspresikan

Page 13: LAPTUT IMUN

imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah

berubah akibat terinfeksi mikroba.

3. System komplemen

Melibatkan kurang lebih 20 serum protein. Prinsip kerjanya sebagai media

terjadinya reaksi inflamasi akut dan kemudian mengeliminasi mikoroorganisme

yang menginvasi.

4. Sitokin pada imunitas non spesifik

Sebagai respons terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi

sitokin untuk memperantarai reaksi selular pada imunitas non spesifik.Sitokin

merupakan protein yang mudah larut (soluble protein), yang berfungsi untuk

komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel lainnya.

5. Protein plasma lainnya pada imunitas non spesifik

Berbagai protein plasma diperlukan untuk membantu komplemen pada

pertahanan melawan infeksi.Mannose-binding lectin (MBL) di plasma bekerja dengan

cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukaan mikroba dan

menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis, atau mengaktivasi

komplemen melalui jalur lectin.

Penghindaran mikroba dari imunitas non spesifik

Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas

non spesifik sehingga dapat memasuki sel pejamu.Beberapa bakteri intraselular tidak

dapat didestruksi di dalam fagosit. Lysteria monocytogenes menghasilkan suatu protein

yang membuatnya lepas dari vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit (Geo,

2005).

2.4 Komponen Sistem Imun Mukosa

1. Sistem Imun Spesifik Humoral

Dalam sistem ini yang berperan adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari

sel asal multiprotein.Pada unggas, sel asal tersebut berdiferensiasi menjadi sel B, di

dalam organ yang disebut bursa fabrisius yang letaknya dekat kloaka. Bila sel B

dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang

Page 14: LAPTUT IMUN

menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat

ditemukan di dalam serum.Fungsi utama antibodi ialah mempertahankan tubuh

terhadap infeksi bakteri, virus, dan menetralisasi toksin.

2. Sistem imun spesifik seluler

Yang berperan dalam sistem ini adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut juga

berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa sel T dibentuk

di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar

timus. Fungsi umum sel T ialah membantu sel B dalam memproduksi antibodi,

mengenal dan menghancurkan sel yang terkena infeksi virus, mengaktifkan

makrofag dalam fagositosis dan mengontrol ambang serta kualitas sistem imun.

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas 4 subset, yaitu:

a. Sel Th (T helper), sel ini menolong sel B dalam memproduksi antibodi.

b. Sel Ts (T supresor), sel ini menekan aktivitas sel T tertentu dan sel Ts

nonspesifik

c. Sel Tdh atau Td (delayed hypersensitivity), sel yang berperan pada

pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi

lambat.

d. Sel Tc (T cytotoxic) mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel alogenik

dan sel sasaran yang mengandung virus.

.

3. Komponen Cairan (Humoral) – Non Spesifik

a. Protein – Enzim

Lisosim

Lisosim terdapat hampir di semua cairan tubuh dan terdeteksi pada manusia

umur 9 – 12 minggu.Sumber lisosim saliva berasal dari glandula salivarius mayor dan

minor, sel fagosit maupun cairan krevikular gingiva.

Fungsi Lisosim :

o Aktivitas muramidase, lisosim mampu menghidrolisa ikatan Beta (1-4) antara

asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan

dinding sel bakteri.

Page 15: LAPTUT IMUN

o Aktivitas bakterial autolisin tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim

merupakan kationik, liosim dapat merusak membran bakteri dan

mengaktifkan mekanisme bakterial autolisis karena aktivasi muramidase dan

autolisin.

o Menyebabkan agregasi bakteri.

o Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi.

o Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri, sehingga mencegah produksi

asam.

o Memecah rantai streptokokus.

Laktoferin

Laktoferin adalah glikoprotein, BM 76 kilodalton, mengikat

besi.Dikeluarkan oleh sel serosa dan glandula salivarius minor. Namun ditemukan

juga pada air mata, dan ASI.Sumber LF dalam RM adalah cairan

gingiva.Diperkirakan berasal dari aktivitas fagositosis / rusaknya sel PMN. Oleh karena

itu, level LF saliva sangat tergantung pada influks sel PMN ke dalam RM.

Fungsi : ditentukan oleh tingginya afinitas LF untuk mengikat ion bes, sehingga mLF

mampu menurunkan level ion besi.

Laktoperoksidase

Sumber utama sistem peroksidase saliva adalah glandula salivarius dan sel

leukosit.SPS yang berasal dari glandula salivarius disebut salivari peroksidase,

sedangkan SPS yang berasal dari leukosit disebut mieloperoksidase. Salivari

peroksidase manusi kadang disebut pula laktoperoksidase karena kesamaannya

dengan laktoperoksidase susu sapi.

2.5 Mekanisme Fagositosis

Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel

fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme atau partikel asing hingga

menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu

fagosit mononuclear dan polimorfonuklear.

Proses fagositosis adalah sebagai berikut :

Page 16: LAPTUT IMUN

1. Pengenalan (recognition), yaitu proses di mana mikroorganisme atau

partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.

2. Pergerakan (chemotaxis), setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali,

maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya

belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri

atau mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti

kemokin yang dapat “memikat‟ sel hidup seperti fagosit untuk

menghampirinya.

3. Perlekatan (adhesion), setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing,

partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membrane sel fagosit.

Proses ini akan dipermudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan

dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b

di dalam plasma (opsonisasi).

4. Penelanan (ingestion), ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor

di membrane plasma sel fagosit, seketika membrane sel fagosit tersebut

akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ke

dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma

di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.

5. Pencernaan (digestion), fagosom yang berisi parrtikel asing di dalam

sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom.

Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan

peroksidase, berfusi dengan fagosom membentuk fagolisosom. Enzim –

enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh

permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/

bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul

kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan,

molekul ini dikenal dengan MHC (Major Histocompatibility Complex) untuk

dikenali oleh sistem imunitas spesifik.

6. Pengeluaran (releasing), produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan

dikeluarkan oleh sel fagosit.

Page 17: LAPTUT IMUN

2.6 Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan

rongga mulut

1. Selaput mukosa

Keratin merupakan salah satu pertahanan yang diperhitungkan, tetapi bibir,

pipi, dasar mulut, dan langit-langit lunak tidak dilapisi keratin. Pada lapisan

granular, selaput yang membungkus granular dilepaskkan ke rongga mulut dan ini

berkaitan dengan pembentukan penangkal terhadap zat seperti antigen, kemingkinan

antibodi menurunkan penetrasi melalui mukosa dengan membentuk komplek

imun.Selaput basal merupakan penangkal yang lain terhadap bahan-bahan

berbahaya. Pada lamina propria mukosa yang berbatasan dengan selaput basal terdapat

beberapa sel limfoid yang akan mengahadapi bahan-bahan lain yang dapat melewati

keempat lapisan penang. Lapisan epitel mukosa terdiri dari sel-sel epitel yang

termodifikasi yang disebut FAE (Follicle Associated Epithelial Cell).Sel tersebut

mampu mentransport makromolekul dari lumen jaringan dibawahnya. FAE sangat

penting dalam menentukan efektifitas respon imun mukosa.

2. Saliva

Komponen imunitas saliva dalam saliva yang berperan adalah IgA sekretori. IgA

sekretori adalah immunoglobulin penting dalam saliva dan akan berperan dalam

mencegah infeksi mikroba pada mukosa. Hasil akhir dari IgA sekretori adalah SIgA

yang nantinya dibawa ke lumen.

3. Crevicular Gingival Fluid

Komponen darah humoral seluler dapat mencapai permukaan gigi dan

epitel dalam rongga mulut melalui aliran cairan menembus epitel perlekatan

gingival. Struktur dan fungsi epitel perlekatan adalah dalam pengertian hubungan

biologi antara komponen vaskular dan struktur periodontal. ( Izzata, 2007 )

Page 18: LAPTUT IMUN

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaya, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit

Kedokteran Universitas Indonesia.

Barid, Izzata, dkk. 2007. Biologi Mulut I untuk Kedokteran Gigi.Jember : Jember

University Press.

Carranza. 2006. Clinical Periodontology Tenth Edition. Los Angeles : Saunders

Elsevier.

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

11. Alihbahasa: Irawati, et al. Jakarta : EGC.

Nurhayati, Diana.2001.Imunomodulator pada Infeksi Bakteri. Semarang.

Tjakronegoro, Arjatmo.2002.Imunologi Oral.Jakarta : Kedokteran Universitas

Indonesia.