Upload
mf-dauz
View
181
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis
merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan
mukosa. Kandidiasis oral merupakan suatu keadaan klinis dari kandidiasis
mukokutaneus di rongga mulut akibat munculnya etiologi dan faktor-faktor
predisposisi yang memungkinkan terjadinya infeksi ini. Berdasarkan penelitian,
para ahli menyebutkan bahwa penyebab terjadinya kandidiasis oral yang paling
utama adalah kandida albicans, meskipun hubungan spesies lain mungkin juga
terlibat.1,2
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai
dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Antara tahun 1980-1990 dari data rumah sakit di
Amerika Serikat yang melakukan surveillance terhadap patogen nosokomial
didapati 7,9% (22.200 kasus) disebabkan oleh infeksi jamur, sekitar 79% infeksi
jamur ini disebabkan oleh spesies kandida. 1
Kandidiasis oral diklasifikasikan dalam tiga manifestasi klinis yang
berbeda, yaitu kandidiasis akut, kandidiasis kronis dan angular kheilitis. Untuk itu
dalam penatalaksanaannya diperlukan pemeriksaan dan penentuan diagnosa yang
tepat berdasarkan gambaran klinis setiap lesi, anamnesis yang teliti, pemeriksaan
laboratorium yang akurat, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan terapi
pada pasien dengan menggunakan obat anti jamur.2,3
Berikut dilaporkan sebuah kasus kandidasis oral pada seorang laki-laki
berusia 26 tahun yang dirawat di ruang THT RSUD Ulin Banjarmasin.
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kandidiasis (moniliasis, kandidosis) yaitu infeksi yang disebabkan oleh
jamur kandida baik primer maupun sekunder terhadap penyakit lain yang
telah ada. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan
moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi
jaringan kulit dan mukosa.1,2
Oral thrush (kandidiasis oral) adalah suatu kondisi di mana jamur
Candida albicans menyebabkan infeksi pada selaput mulut. Oral thrush
menyebabkan lesi putih, biasanya pada lidah atau pipi dalam. Lesi dapat
menyakitkan dan dapat berdarah sedikit ketika tergores. Mukosa yang
terinfeksi terlihat meradang dan merah. Kadang-kadang trush bisa menyebar
ke langit-langit mulut, gusi, amandel atau bagian belakang tenggorokan. Atau
mungkin juga bagian lain dari tubuh, seperti vagina, daerah popok atau
lipatan kuku.4
B. ETIOLOGI
Sel jamur kandida berbentuk bulat, lonjong, dengan ukuran 25µ x 36 µ
hingga 25 µ x 528,5 µ. Spesies-spesies kandida dapat dibedakan berdasarkan
kemampuan fermentasi dan asimilasi terhadap larutan glukosa, maltosa,
sakarosa, galaktosa dan Iaktosa. Jamur kandida dapat hidup tanpa
menyebabkan kelainan apapun di dalam berbagai alat tubuh baik manusia
2
maupun hewan. Kandida albicans merupakan spesies jamur kandida yang
paling sering menyebabkan kandidiasis pada manusia, baik kandidiasis
superfisialis maupun sistemik. Pada media agar khusus akan terlihat struktur
hyphae, pseudohyphae dan ragi. 1
C. PATOFISIOLOGI
Kandida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran cerna
dan vagina pada sekitar 80% individu normal dan hanya menginvasi
penderita dengan imunokompromi atau keadaan netropenia yang 1ama.
Perkembangan penyakit disebabkan kandida ditentukan oleh interaksi yang
kompleks antara patogenisitas internal organisme tersebut dan mekanisme
pertahanan pejamu.1,5
Mekanisme pertahanan pejamu yang berperan selama infeksi kandida
merupakan proses yang kompleks dan belum seluruhnya dimengerti.
Diperkirakan faktor imun dan non-imun turut berperan di sini. Faktor imun
yang berperan dalam pertahanan terhadap jamur yaitu respon imun humoral
dan seluler. Faktor imun seluler diperkirakan mempunyai peranan yang lebih
penting. Bukti-bukti ini didapat dan pengalaman pada kandidiasis
mukokutaneus kronik dan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus),
adanya defek imunitas seluler tersebut menyebabkan kandidiasis superfisialis
yang luas, walaupun sistem imunitas humoral normal atau sedikit meningkat.
Pada individu normal dapat juga dijumpai sedikit peningkatan titer produksi
antibodi serum terhadap antigen glikoprotein dinding sel utama kandida.
3
Faktor non-imun yang berperan antara lain : (1) Interaksi dengan flora-
flora mikrobial lain, (2) Integritas stratum korneum, (3) Proses deskuamasi
karena proliferasi epidermis oleh adanya peradangan, (4) Opsonisasi dan
fagositosis, (5) Faktor-faktor serum lain. Flora mikrobial normal merupakan
mekanisme protektif untuk pejamu, karena flora ini mengadakan kompetisi
dengan kandida untuk mendapatkan makanan dan tempat perlekatan pada
epitelial dan juga flora ini dapat menghasilkan produk-produk toksik terhadap
jamur.1
Kulit yang intact dengan proses regenerasi dan lipid permukaannya
merupakan barier yang efektif terhadap kandida. Ketika terjadi infeksi di
kulit, maka kulit yang sakit tersebut akan meningkatkan proses
deskuamasinya, hal ini membantu menyingkirkan organisme penyebab
penyakit. Penderita-penderita dengan netropenia yang berlangsung lama
sering pula terinfeksi jamur ini, ternyata pada percobaan in vitro terlihat sel-
sel netrofil ini dapat membunuh sel ragi kandida dan merusak segmen-
segmen pseudohifa, sehingga diperkirakan netrofil ini berperanan dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap jamur ini.5
Faktor lain yang turut mengawali terjadinya infeksi yaitu kemampuan
organisme tersebut untuk melekat pada sel-sel epitelial dan selanjutnya
mengadakan invasi. Mekanisme pasti terjadinya invasi masih belum diketahui
seluruhnya, diperkirakan karena pengaruh pengeluaran enzim-enzim
keratinolitik atau enzim-enzim proteolitik spesifik dan masing-masing strain
kandida. Secara ultrastruktur, terlihat pseudohifa mengadakan penetrasi
4
intraseluler ke dalam korneosit pada lesi-lesi kandida, juga terlihat rongga-
rongga terang di sekitar organisme yang me nunjukkan adanya proses lisis
jaringan epitelial.1
D. FAKTOR PREDISPOSISI 1
a. Mekanik
Trauma (luka bakar, abrasi, dll)
Oklusi lokal, kelembaban dan atau maserasi
b. Faktor nutrisi
Avitaminosis
Defisiensi besi (kandidiasis mukokutaneus kronik)
Malnutrisi
c. Perubahan-perubahan fisiologis
Usia tua
Kehamilan
Menstruasi
d. Penyakit sistemik
Sindroma Down
Acrodermatitis enteropathica
Diabetes melitus dan beberapa penyakit endokrinopati lain
Uremia, keganasan (hematologi, timoma)
e. Keadaan imunodefisiensi intrinsik (DiGeorge's syndrome dll)
Penyebab-penyebab iatrogenik
5
Tindakan yang melemahkan daya tahan (pemakaian kateter, intravena)
Penyinaran sinar-x, obat-obatan, kortikosteroid atau obat-obat
imunosupresif
Antibiotik (terutama dengan spektrum luas, metronidazole)
Trankuiliser
Kontrasepsi oral (terutama estrogen dominan)
Coichicine, phenilbutason
E. GAMBARAN KLINIS
Awalnya, gejala oral thrush mungkin tidak terlihat. Pada kasus infeksi
ringan, pasien mengeluh: 4
Rasa sakit, walaupun kadang-kadang dapat menjadi sangat
sakit.merasakan empuk di mulut
Suara di sudut-sudut mulut Anda
Lesi putih di lidah, dalam pipi dan kadang-kadang di atap mulut, gusi dan
amandel
Kehilangan selera makan
Sedikit pendarahan jika lesi digosok atau tergores.
Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke dalam
kerongkongan. Ini dapat menyebabkan kesulitan menelan atau perasaan tidak
nyaman seolah-olah makanan terjebak dalam tenggorokan.4
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi superfisial dari lapisan epitelium
mukosa mulut dan mengakibatkan terbentuknya plak atau flek putih pada
6
permukaan mukosa yang terdiri atas sel epitel yang berdeskuamasi, sel-sel
radang, fibrin, ragi dan elemen miselia. Mukosa disekitar lesi bisa merah bisa
tidak, akan tetapi pembuangan plak dengan gosokkan atau kerokan yang
lembut biasanya memperlihatkan suatu daerah kemerahan terutama pada
pasien AIDS akan berdarah. Lokasi paling umum yaitu mukosa bukal, labial,
palatal dan batas lateral serta permukaan dorsal lidah.3
Manifestasi secara klinis pada kandidiasis oral dapat akut, sub akut atau
kronis. Dapat terlokalisir yang meliputi mulut, kerogkongan, kulit, kulit
kepala, vagina, jari-jari, kuku, bronkus, paru, saluran gastrointestinal atau
menjadi sistemik seperti pada septisemia, endokarditis dan meningitis. Pada
individu yang sehat, infeksi kandida biasanya merusak fungsi epitelial dan
terjadi pada semua kelompok usia, tapi paling umum pada bayi yang baru
lahir dan usia lanjut.3
Lesi yang khas pada bayi digambarkan sebagai suatu bercak putih yang
lunak dan melekat pada mukosa mulut, dan kadang meluas ke jaringan
sirkum oral. Lesi ini biasanya tidak sakit dan ditemukan oleh si ibu atau
perawat hanya jika ia memeriksa mulut bayi tersebut dengan teliti. Lesi ini
dapat dibuang dengan mudah, akan tetapi meninggalkan suatu permukaan
yang kasar dan berdarah. Pada orang dewasa, peradangan, eritema dan daerah
erosi yang sangat lebih sering menyertai penyakit ini dan kadang lesi seperti
plak yang khas berwarna putih seperti mutiara atau biru keputihan, sehingga
relatif tidak terlihat.3
7
F. DIAGNOSIS
Kandidiasis oral biasanya dapat didiagnosis hanya dengan melihat lesi,
tetapi kadang-kadang sampel kecil diperiksa di bawah mikroskop untuk
mengkonfirmasikan diagnosis. Pada anak yang lebih tua atau remaja yang
tidak memiliki faktor risiko, kondisi medis yang mendasarinya mungkin
menjadi penyebab kandidiasis oral. Sebuah pemeriksaan fisik dapat
dilakukan, serta tes darah tertentu untuk membantu menemukan sumber
masalah.1
Jika kandidiasis meluas hingga kerongkongan merupakan tanda serius.
Untuk membantu mendiagnosa kondisi ini, satu atau lebih dari tes berikut
mungkin disarankan: 1
Kultur Tenggorokan. Bagian belakang tenggorokan di-swab dengan kapas
steril dan sampel jaringan di kultur pada media khusus untuk membantu
mengidentifikasi bakteri atau jamur.
Pemeriksaan Endoskopi. Kerongkongan, perut dan bagian atas dari usus
kecil diperiksa menggunakan endoskopi.
G. PENGOBATAN
Aspek terpenting dalam pengobatan kandidiasis adalah mengkoreksi
faktor-faktor predisposisi yang ada. Obat-obatan yang dapat digunakan antara
lain yaitu: amfoterisin-B, obat ini termasuk golongan antibiotik polyene. Obat
ini tidak dapat diberikan secara oral, harus diberikan secara intravena. Dosis
8
yang dapat diberikan antara 0,3I mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis. Obat ini
sering menimbulkan efek samping antara lain : toksik terhadap ginjal, sering
menimbulkan demam, muntah-muntah, takikardi ventrikel, kadang-kadang
hipokalemi dan anemi. Lama terapi bervariasi tergantung respon klinik
penderita dan umumnya antara 6-12 minggu. 1,5
Obat lain yang dapat digunakan yaitu flucytosine atau 5- fluorocytosine,
yaitu suatu derivat pirimidin, pada awalnya obat ini digunakan untuk
kemoterapi kanker. Oleh karena obat ini selain menimbulkan efek toksik
terhadap fungsi ginjal, hati, sumsum tulang dan kadang-kadang menyebabkan
muntah- muntah dan diare serta cepat menimbulkan resistensi maka obat ini
tidak dianjurkan lagi untuk pengobatan tunggal, obat ini hanya diberikan
dengan kombinasi amfoterisin-B. Kombinasi amfoterisin-B dengan flucytosin
mempunyai sifat sinergistik, lebih efektif daripada pemberian masing-masing
obat dan dapat mengurangi kemungkinan timbulnya resistensi. Dosis
kombinasi yang dapat diberikan yaitu amfoterisin-B 0,250,5 mg/kgBB/ hari
secara intravena dan flucytosine 150 mg/kgBB/hari peroral dibagi 4 dosis.
Suatu obat baru, fluconazole, dikatakan mempunyai aktifitas anti
kandida.Keuntungan obat ini antata lain: dapat diberikan secara oral dan
intravena, ikatan dengan protein plasma minimal, konsentrasinya tinggi di
dalam plasma, urin, saliva, sputum, cairan serebrospinal dan cairan vagina.
Beberapa kepustakaan menyebutkan pada penelitian-penelitian awal yang
dilakukan, fluconazole sama efektifnya dengan pemberian kombinasi
amfoteris in-B dengan flucytosine dan aman untuk anak-anak di atas usia 3
9
tahun dengan dosis 36 mg/kgbb/hari dosis tunggal, tetapi penelitian-
penelitian yang lebih luas masih perlu dilakukan.
H. PROGNOSIS
Kandidiasis sistemik biasanya sekunder terhadap penyakit lainnya, bila
penyakit yang mendasarinya dapat diatasi umumnya memberikan prognosis
yang baik sedangkan sistem pertahanan tubuh yang rendah sering
menyebabkan kegagalan terapi. Rekurensi jarang ditemukan bila sistim
imunitas pejamu telah membaik dan penyakit yang mendasarinya telah
diatasi. 1
10
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn R Pekerjaan : Buruh pabrik
Umur : 26 tahun Alamat : PT SSTC
Jenis kelamin : Laki-laki MRS : 26 Mei 2010
Suku : Banjar
II.ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri menelan
Riwayat Penyakit Sekarang : 7 hari SMRS pasien mengaku nyeri menelan,
nyeri dirasakan pasien setiap saat sehingga pasien tidak bisa makan. Sejak 7 hari
yang lalu pasien mengaku hanya dapat makan 3 – 5 sendok perharinya. Selain
nyeri saat menelan pasien juga mengaku nyeri saat membuka mulutnya, hal ini
lah yang menurut pasien menembah berat sakit yang diderita nya. Pasein juga
mengaku semanjak 7 hari yang lalu badannya sering panas. Pasien juga
mengaku pernah keluar darah dari mulut nya saat mencoba untuk makan.
Semenjak 3 bulan yang lalu pasien mengaku sering batuk.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluarga dengan penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis,
penyakit saluran pernapasan seperti asma dan alergi disangkal oleh penderita
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga dengan penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis,
penyakit saluran pernapasan seperti asma dan alergi disangkal oleh penderita.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
11
Tekanan darah = 120/70 mmHg RR = 16 x/menit
Nadi = 86 x/menit Suhu = 36.8 oC
Kepala dan leherKepala : Bentuk normal, simetris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai, nyeri tidak ada, JVP
tidak Meningkat.
THT : Lihat status lokalis
ThoraxJantung : S1S2 tunggal, murmur tidak ada, batas jantung normal
Paru : Simetris, sonor, vesikuler, ronkhi tidak ada
Abdomen : Datar, hepar/lien tidak teraba, timpani, bising usus
normal
Ekstremitas : Dalam batas normal, edema tidak ada
Status LokalisTelinga Kanan Kiri
Aurikula
Bentuk dbn dbn
Hematom - -
Tragus pain - -
Canalis auditorius eksternus
Serumen minimal minimal
Othorrea - -
Edema - -
Hiperemi - -
Polip/masa - -
Membran timpani
Retraksi - -
Bombans - -
12
Conus of light + +
Tes Pendengaran
Rinne + +
Weber tdk ada lateralisasi tidak ada lateralisasi
Swabach = pemeriksa = pemeriksa
Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi dbn dbn
Dasar kavum nasi hiperemi hiperemi
Meatus nasi inferior dbn dbn
Konka nasi inferior dbn dbn
Meatus nasi medius dbn dbn
Konka nasi medius dbn dbn
Septum nasi tidak ada deviasi tidak ada deviasi
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Tdl tdl
Tenggorok
Bibir : bentuk normal, warna merah
Mulut : mukosa merah muda, tampak leukopakia pada palatum
Lidah : lidah kotor, leukoplakia (+)
Tonsil Kanan Kiri
Ukuran T2 T2
Warna merah muda merah muda
Kripta dbn dbn
Detritus - -
13
Membran - -
Faring
Heperimis, leukoplakia(+), sekret (+)kental
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
IV. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin :
Hb : 11 gr%
Leukosit : 5000/mm3
Kimia darah
SGOT : 22 U/L
SGPT : 17 U/L
Urea : 32 mg/dl
Urea nitrogen :15 mg/dl
Creatinin : 0,8 mg/dl
V. Diagnosis
Kandidiasis oral
VI. Penatalaksanaan
IVFD D5 20 tpm
Ceftriaxon 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/8jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
VIIl. Follow Up
Tanggal 27 Mei 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (+), Mual / muntah (+/-), Suara
Sangau(-)
14
O : TD = 110/90 mmHg RR = 18 x/mnt
N = 84 x/mnt S = 37.1 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Ceftriaxon 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/8jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 28 Mei 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 96 x/mnt S = 36,8 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Ceftriaxon 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/8jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 29 Mei 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
15
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 30 Mei 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 100/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 80 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 31 mei 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 1 juni 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
16
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 2 juni 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 3 juni 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
A : kandidiasis oral
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
17
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Tanggal 4 juni 2010
S : Nyeri menelan (+), Nyeri membuka mulut (-), Mual / muntah (+/-),
Makan/Minum (</+)
O : TD = 120/90 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 92 x/mnt S = 36,4 oC
Foto thorax = TB paru
A : Kandidiasis oral dengan TB paru
P : IVFD D5 20 tpm
Amoxicilin 1amp/8jam/iv
Antrain 1amp/8jam/iv
Lameson 1amp/24jam/iv
Gastridin 1amp/8jam/iv
Nistatin obat kumur 3 x 3tts
Konsul alih rawat ke bagian paru.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosa dengan kandidiasis oral berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Kandidiasis merupakan infeksi superfisial dari
lapisan epitelium mukosa mulut dan mengakibatkan terbentuknya plak atau flek
putih pada permukaan mukosa yang terdiri atas sel epitel yang berdeskuamasi,
sel-sel radang, fibrin, ragi dan elemen miselia yang disebabkan oleh jamur
kandida baik primer maupun sekunder terhadap penyakit lain yang telah ada.
Pada anamnesa pasien mengaku nyeri menelan, demam dan nyeri saat
membuka mulut. Keluhan ini sudah 7 hari dialami pasien sehingga berat badan
menurun karena pasien juga merasakan nyeri menelan meskipun makan bubur
saring.
Pada pemeriksaan didapatkan oral trush hampir seluruh permukaan lidah.
Selain itu disekitar oral trush tersebut terdapat lesi kemerahan yang menambah
rasa tidak nyaman pada penderita. Penderita juga mengaku Oral trush ini
terkadang menyebabkan perdarahan meskipun sedikit.
19
Hal ini sesuai dengan gambaran klinis dari kandidiasis dimana pasien
sering merasakan sakit akibat plak putih pada permukaan mukosa mulut yang
mudah berdarah dan meninggalkan bekas eritema sekitar plak. Plak putih ini
dapat terjadi akibat proses deskuamasi epitel yang berlebihan pada permukaan
rongga mulut sehingga menjadi ‘port the entry’ kuman terutama candida.
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosa, karena secara klinis dengan plak putih yang tebal pada permukaan lidah
sudah dapat menegakkan kandidiasis. Adapun pemriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada lesi-lesi dini yakni pemeriksaan swab dan dilihat dibawah
mikroskop sehingga dapat ditemukan jamur kandida yang berbentuk lonjong.
Selain itu, pada plak yang meluas ditenggorokan dapat dilakukan kultur
tenggorokan dan endoskopy.
Adapun faktor penyebab terjadinya kandida pada pasien ini diduga adanya
imnonokompromise" terhadap tubuh korban dalam melawan menyakit. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai status imonologi penderita.
Terapi yang diberikan pada kasus ini yakni cairan Dextrosa 5% sebagai
pengganti asupan makanan. Injeksi ceftriakson sebagai antibiotik spektrum luas
untuk mencegah infeksi skunder dan Obat anti jamur nistatin. Injeksi lameson
untuk mencegah peradangan dan iritasi pada dasar plak yang tergores dan mudah
berdarah bila terkena trauma serta injeksi gastridin untuk mencegah produksi
asam lambung yang berlebihan sehingga tidak mengiritasi lambung.
20
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang pasien laki-laki umur 26
tahun yang dirawat di Ruang THT RSUD Ulin Banjarmasin. Berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik didiagnosis sebagai Kandidiasis oral. ............
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamdis S. Kandidiasis paru. Cermin Dunia Kedokteran. 1997; 114: 24-7
2.
3. Desi N. Oral kandidiasis pada penderita HIV/ AIDS. Medan: USU, 2005
4. Anonymous. Apa itu oral trush. Diakses dari http:// www.entdoctor.com.sg/articles/pengobatan-sinusitis-sistem balon.html
5. Martin AG, Kobayashi Os. Yeast infections: Candidiasis, Pityriasis (tinea) versicolor. Dalam Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Woift K, Freedberg IM, Austen KF, penyunting. Dermatology in general medicine; edisi ke-4. New York: McGraw-Hill, 1993; 2452-65.
22