Upload
zieluphtaz13
View
650
Download
60
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kasus Pendek
EPISKLERITIS
Oleh :
Candra Fitri Wulansari
208.121.0013
Pembimbing:
dr. Chairunnisa Ferdiana, Sp.M
dr. Sigit Wibisono, Sp.M
LAB ILMU KESEHATAN MATA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2013
0
A. LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.MR
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Kepanjen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Nomer RM : 308313
Tanggal periksa : 26 Desember 2012
2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : mata merah terasa seperti ada air.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Kanjuruhan dengan keluhan mata kiri
merah seperti ada air.Mata sebelah kiri tampak seperti ada benjolan tetapi pasien
mengeluh ada yang menghalangi pandangan, pasien juga tidak mengeluh adanya
penurunan tajam pengelihatan. Mata sebelah kiri sering mengeluarkan air mata
tetapi tidak terasa lengket dan tidak keluar kotoran. Awalnya mata merah terjadi
saat mengendarai motor pasien kelilipan serangga, kemudian mata merah dan
sedikit nyeri, keesokan harinya muncul semacam benjolan di mata.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini sebelumnya
- Pasien tidk menggunakan kacamata sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama dengan
pasien.
5. Riwayat Pengobatan :
- Pasien tidak memberikan obat apapun dan tidak memeriksakan sakitnya.
1
6. Riwayat Kebiasaan
- Pasien sering mengendarai motor jarak jauh kepanjen – malang terutama
malam hari.
3. PEMERIKSAAN
1. Kesadaran
Compos mentis (GCS 456)
2. Tanda Vital
Tensi : (Tidak dilakukan)
Nadi : (Tidak dilakukan)
Pernafasan : (Tidak dilakukan)
Suhu : (Tidak dilakukan)
4. STATUS OFTALMOLOGIS
OD Pemeriksaan OS
5/6
-
AV
Tanpa koreksi
Dengan koreksi
5/6,6
-
N / P TIO N / P
Orthophoria Kedudukan Orthophoria
Pergerakan
-
-
-
-
-
-
-
-
Palpebra
- Edema
- Hiperemi
- Trikiasis
- Ptosis
- Lagoftalmus
- Xantelasma
- Entropion
- Ektropion
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
Konjungtiva Bulbi
- Injeksi
konjungtiva
- Injeksi siliar
- Sekret
- Pterigium
- sklera
+
+
-
-
nodul
Jernih
Cembung
-
-
-
-
-
Kornea
- Warna
- Permukaan
- Ulkus
- Edema
- Infiltrat
- Sikatrik
- Arkus senilis
Jernih
Cembung
-
-
-
-
-
Cukup
-
-
Bilik Mata Depan
- Kedalaman
- Hipopion
- Hifema
Cukup
-
-
Coklat
Normal
Bulat
Sentral
2 mm
+langsung
-
Iris / pupil
- Warna iris
- Kripte iris
- Bentuk pupil
- Letak pupil
- Ukuran pupil
- Reflek cahaya
- Sinekia
Coklat
Normal
Bulat
Sentral
2 mm
+ langsung
-
jernih
-
Lensa
- Warna
- Iris shadow
jernih
-
3
5. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding:
- Scleritis
- Konjungtivitis (virus, bakteri, alergi)
- Phlyctenular keratoconjunctivitis
- Anterior uveitis
Diagnosis Kerja: Episkleritis
6. PENATALAKSANAAN
1. Planning Diagnosis :
- Slit Lamp
2. Planning Theraphy :
- Medikamentosa
- KIE
7. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : dubia ad bonam
4
B. TELAAH KASUS
I. Anatomi dan Histologi sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan
dengan kornea disebelah anterior dan duramater nervus optikus di posterior. Pita-pita
kolagen dan jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior,
membentuk lamina kribrosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus optikus.
Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastis halus,
episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan
berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang membentuk
lapisan luar ruang suprakoroid.
Pada tempat insersi muskuli rekti, tebal sklera sekitar 0,3 mm. Ditempat lain
tebalnya sekitar 0,6. Disekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh arteria ciliaris posterior
longus dan brevis, dan nerves ciliaris longus dan brevis. Arteria ciliaris posterior longus
dan nervus ciliaris longus melintas dari nervus optikus ciliare di sebuah lekukan dangkal
pada permukaan dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Sedikit posterior dari ekuator,
empat vena vorticosa mengalirkan darah keluar dari koroid melalui sklera, biasanya satu
disetiap kuadran. Sekitar 4 mm di sebelah posterior limbus, sedikit anterior dari insersi
tiap-tiap muskulus rektus, empat arteria dan vena siliaris anterior menembus sklera.
Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.
Secara histologi, sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan berkas-
berkas jaringan kolagen teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal 10-16 πm dan
lebar 100-140 µm. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea. Alasan
transparannya kornea dan opaknya sklera adalah deturgesensi relatif kornea.
5
Gambar II.1 Gambaran Anatomi dan Histologi Sklera
II. Definisi
Episkleritis didefinisikan sebagai peradangan lokal sklera yang relatif sering
dijumpai. Kelainan ini bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus, dan insidens pada kedua
jenis kelamin wanita tiga kali lebih sering dibanding pria. Episklera dapat tumbuh di
tempat yang sama atau di dekatnya di jaringan palpebra.Episkleritis merupakan reaksi
radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.
Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan rasa sakit
yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik.Bentuk radang yang terjadi
pada episklerisis mempunyai gambaran khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan
batas tegas dan warna putih di bawah konjungtiva. Bila benjolan itu ditekan dengan kapas
atau ditekan pada kelopak di atas benkolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan
menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di
atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang.
Perjalanan penyakit mulai dengan episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat
berminggu-minggu atau beberapa bulan.
Radang episklera disebabkan, oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit
sistemik seperti TB, reumatoid arthritis, lues, SLE, dll. Merupakan suatu reaksi toksik,
alergi atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat juga terjadi secara spontan dan
idiopatik.
III. Klasifikasi
Ada dua jenis episkleritis:
6
▪ Episkleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis.
Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama
sekitar tujuh sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga
minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap
satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.
▪ Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple
dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata
saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada
permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti
rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.
Gambar II.2 Gambaran Episkleritis
I V. Gejala Klinis
Gejala episkleritis meliputi:
▪ sakit mata dengan rasa nyeri ringan
▪ Mata merah pada bagian putih mata
▪ Kepekaan terhadap cahaya
▪ Tidak mempengaruhi visus
Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu atau lebih
benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien mungkin merasakan bahwa
benjolan tersebut dapat bergerak di permukaan bola mata.
7
V. Penyebab dan Diagnosa
Kebanyakan kasus adalah idiopatik, namun, sampai sepertiga dari kasus mungkin
memiliki kondisi sistemik yang mendasarinya.
1. Kolagen-vaskular penyakit adalah sebagai berikut:
Rheumatoid arthritis
Sistemik lupus erythematosus
Polyarteritis nodosa
Seronegatif spondyloarthropathies - Ankylosing spondylitis , penyakit radang usus ,
reaktif arthritis , psoriatic arthritis
2. Penyebab lain-lain adalah sebagai berikut:
Encok
Atopi
Benda asing
Bahan kimia
3. Penyakit menular penyebab adalah sebagai berikut:
Bakteri, termasuk TBC , penyakit Lyme , dan sifilis
Virus, termasuk herpes
Jamur
Parasit
4. Penyebab langka lainnya / asosiasi adalah sebagai berikut:
T-cell leukemia
Paraproteinemia
Paraneoplastic sindrom - sindrom Manis, dermatomiositis
Wiskott-Aldrich syndrome
Adrenal insufisiensi korteks
Necrobiotic xanthogranuloma
8
Progresif hemifacial atrofi
Setelah fiksasi transscleral lensa intraokular ruang posterior
Serangga gigitan granuloma
Malpositioned Jones tabung
Anamnesa untuk menanyakan beberapa gejala-gejala yang dialami pasien dan melakukan
pemeriksaan pada mata pasien membantu penegakan diagnosa. Pemeriksaan lebih lanjut
seperti melakukan beberapa tes lebih lanjut, seperti tes darah, untuk mengetahui apakah
episkleritis terkait dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.
VI. Penatalaksanaan dan komplikasi
Episkleritis adalah penyakit self-limiting menyebabkan kerusakan yang sedikit permanen
atau sembuh total pada mata. Oleh karena itu, sebagian besar pasien dengan episkleritis
tidak akan memerlukan pengobatan apapun. Namun, beberapa pasien dengan gejala ringan
menuntut pengobatan.
Kadang-kadang, dari anamnesa yang rinci didapat sensitisasi eksogen, dan penghapusan
agen ini akan mencegah serangan berulang.
Terapi pada mata
Episkleritis simpel sering membutuhkan pengobatan. Air mata buatan berguna untuk
pasien dengan gejala ringan sampai sedang. Pasien dengan gejala lebih parah atau
berkepanjangan mungkin memerlukan air mata buatan (misalnya hypromellose) dan atau
kortikosteroid topikal.
Episkleritis nodular lebih lama sembuh dan mungkin memerlukan obat tetes kortikosteroid
lokal atau agen anti-inflamasi.
Topikal oftalmik prednisolon 0, 5%, deksametason 0, 1%, atau 0, 1% betametason harian
dapat digunakan.
9
Terapi sistemik
Jika episkleritis nodular yang tidak responsif terhadap terapi topikal, sistemik agen anti-
inflamasi mungkin berguna.
Flurbiprofen (100 mg tid) biasanya efektif sampai peradangan ditekan.
Jika tidak ada respon terhadap flurbiprofen, indometasin harus digunakan, 100 mg setiap
hari dan menurun menjadi 75 mg bila ada respon.
Banyak pasien yang tidak merespon satu agen nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID)
tetapi dapat berespon terhadap NSAID lain.
Untuk Aktivitas sunglasses berguna untuk pasien dengan sensitivitas terhadap cahaya.
Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar satu dari 10
orang dengan episkleritis akan berkembang ke arah iritis ringan.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Abu Abdillah Hasyim bin Akbar, STRUKTUR BOLA MATA – EPISKLERA .
2. Doctorologi.net (http://doctorology.net/?p=340) .
3. Ilyas S., 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
4. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran, PERDAMI.
5. Roy Sr H , episkleritis, http://emedicine.medscape.com/article/1228246-
overview.Medscape Mar 2, 2012.
6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000: Hal 165-167.
7. Watson PG, Hayreh SS. Scleritis dan episkleritis. Br J Ophthalmol. 1976; 60:163-91.
11