41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringantubuh, pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsisebagai tempat penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut bisa sajahilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan yang mengakibatkanfraktur. Fraktur atau patang tulang adalah suatu peristiwa terputusnyakontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnyadisebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapatberupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung (1). Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan frakturterbuka. Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmentulang dengan dunia 1

LAPSUS orto FATIMAH.docx

  • Upload
    jukunk

  • View
    43

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringantubuh, pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsisebagai tempat penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut bisa sajahilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan yang mengakibatkanfraktur. Fraktur atau patang tulang adalah suatu peristiwa terputusnyakontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnyadisebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapatberupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung (1).Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan frakturterbuka. Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmentulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapathubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaandi kulit. Bentuk-bentuk perpatahan antara lain transfersal, oblique, spiral, kompresi atau crush, comminuteddan greenstick(2)Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan denganumur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga,pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasiyang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab tingginyaresiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih seringmengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan denganmeningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan hormon padamenopause (3). Fraktur intertrochanter femur merupakan salahsatu dari 3 tipe fraktur panggul. Fraktur intertrochanter terjadi diantara 2 trochanterdimana trochanter mayor terdapat musculus gluteus medius dan minimus (ekstensi dan abduksi panggul) dan trochanter minor dimana terdapat musculus iliopsoas (fleksi panggul) (4).Tujuan rehabilitasi adalah untuk mengembalikan pasien pada tingkatfungsi yang sama dengan sebelum terjadi cedera. Pada banyak kasus, hal initidak realistis. Hanya 20% sampai 35% pasien yang dapat kembali sesuaidengan tingkat fungsi sebelum terjadi cedera. Sekitar 15-40% membutuhkanpenanganan konstitusional lebih dari 1 tahun setelah cedera. Dan sekitar 50-83% membutuhkan alat untuk membantu ambulasi. Tujuan rehabilitasiseharusnya secara individual, dengan terapis menghitung komorbiditas,derajat keparahan fraktur dan tingkat motivasi dari pasien (5). Kesuksesan tujuan terapi dari luka atau jejas pada ekstremitas bawah adalahmengembalikan Lingkup Gerak Sendi dari semua sendi, rehabilitasi semua unit otot dan tendon, dan unrestricted weight bearing (6).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi FemurFemur, tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat tubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris menganjurkan ke arah craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendidengan acetabulum. Ujungproximal femur terdiri dari sebuah caput femoris,dan 2 trochanter(trochanter mayor dan trochanter minor) (7).

Gambar 1. Anatomi femurArea intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum femur dan proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara trochantermayordan trochanter minor (8). Caputfemoris dan collum femoris membentuk sudut (1150-1400) terhadap poros panjang corpusfemoris; sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin. Corpus femur berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah anterior. Ujung distal femur,berakhir menjadi 2 condylus, yaitu epicondylus medialis dan epicondyluslateralis yang melengkung bagaikan ulir (8).

Gambar 2. Pembuluh darah pada femur

B. Definisi FrakturFraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti olehkerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenaipembuluh darah, otot dan persarafan (4). Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitastulang pada area di antara trochanter mayordan trochanter minoryang bersifat ekstrakapsular (3)

C. Klasifikasi Fraktur FemurAda 2 tipe fraktur femur, yaitu :1. Fraktur intrakapsuler Terjadi didalam tulang sendi, panggul dan kapsula Melalui kepala femur Hanya dibawah kepala femur Melalui leher dari femur2. Fraktur ekstrakapsuler Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebihbesar atau yang lebih kecil atau pada daerah intertrochanter. Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2inci dibawah trochanter kecil (9).Sedangkan klasifikasi untukintertrochanteradalah berdasarkanstabilitas dari pola fraktur, yaitu fraktur stabil (pola fraktur oblik standar) danfraktur tidak stabil (pola fraktur oblikreverse) (4).

Gambar 3. Klasifikasi fraktur femur

D. Etiologi Fraktur1. TraumaSebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung,tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pastirusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalamifraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu;kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada (3).

2. KompresiRetak dapat terjadi pada tulang, sama halnya seperti pada logamdan benda lain, akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling seringditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh (3)

3.PatologikFraktur dapat terjadi karena tekanan yang normal apabila tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau apabila tulang itu sangat rapuh(misalnya pada penyakit paget) (3).

E. DiagnosisUntuk mendiagnosis fraktur, diperlukan adanya anamnesis, pemeriksaanfisik, serta pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:1. AnamnesisBiasanya terdapat riwayat cedera (bagaimana proses cederanya),diikuti dengan ketidak mampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Setelah jatuh tidak dapat berdiri, kaki lebih pendek dan lebihberotasi keluar dibandingkan pada fraktur collum (karena fraktur bersifatekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya (3).

2. Pemeriksaan FisikSedangkan tanda-tanda lokal pada fraktur akan didapatkan, antaralain: Penampilan (look) Pembengkakan, memar, deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi halyang penting adalah apakah kulit itu terlihat utuh atau tidak (3). Rasa (feel) Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagiandistal dari fraktur untuk merasakan nadi dan menguji sensasi (3). Gerakan (movement) Krepitus dan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih oenting untukmenanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi dibagian distal cedera (3).

3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologi pada panggul meliputi foto polos pelvissecara anteroposterior (AP) dan area yang terkena cedera, dan dapat pulafoto panggul secaralateral view. Pada beberapa kasus, CT scan mungkin diperlukan (8). Gambar 4. Gambaran radiologi fraktur intertrochanter femurF. Penyembuhan FrakturProses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktorsistemik, adapun faktor lokal:1. Lokasi fraktur2. Jenis tulang yang mengalami fraktur3. Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil4. Adanya kontak antar fragmen5. Ada tidaknya infeksi6. Tingkatan dari fraktur

Adapun faktor sistemik adalah :1. Keadaan umum pasien2. Umur3. Malnutrisi4.Penyakit sistemik.

Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :1. Fase Reaktif Fase hematom dan inflamasi Pembentukan jaringan granulasi2. Fase Reparatif Fase pembentukan callus Pembentukan tulang lamellar

3. Fase Remodelling Remodelling ke bentuk tulang semulaDalam istilah-istilah histologi klasik, penyembuhan fraktur telah dibagi atas penyembuhan fraktur primer dan fraktur sekunder.1. Proses penyembuhan fraktur primerPenyembuhan cara ini terjadi internal remodeling yang meliputiupaya langsung oleh korteks untuk membangun kembali dirinya ketikakontinuitas terganggu. Agar fraktur menjadi menyatu, tulang pada salahsatu sisi korteks harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya (kontaklangsung) untuk membangun kontinuitas mekanis.Tidak ada hubungan dengan pembentukan kalus. Terjadi Internal remodelling dari haversian system dan penyatuan tepi fragmen frakturdari tulang yang patah.

2. Proses penyembuhan fraktur sekunderPenyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium danjaringan-jaringan lunak eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secaragaris besar dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom (inflamasi), faseproliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling.a. Fase InflamasiTahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang denganberkurangnya pembengkakan dan nyeri.

b. Fase proliferasiKira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi,terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentukjaringan untuk revaskularisasi, dan invasifibroblastdan osteoblast

c. Fase Pembentukan KalusMerupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasimulai terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yangmulai tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan.

d. Stadium KonsolidasiDengan aktifitas osteoklastdan osteoblast yang terusmenerus, tulang yang immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone).

e. StadiumRemodellingFraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuatdengan bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktuberbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukandan penyerapan tulang yang terus menerus lamella yang tebal akanterbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi.

G. Komplikasi frakturKomplikasi lokal pada fraktur dapat timbul secara dini maupun lanjut1. Komplikasi dini pada fraktura. Tulang : infeksib. Jaringan lunak Lepuh dan luka akibat gips Otot dan tendon robek Cedera vaskular (termasuk sindroma kompartemen) Cedera saraf Cedera visceral

c. Sendi Hemartrosis dan infeksi Cedera ligament Algodistrofi

2. Komplikasi lanjut pada fraktura. Tulang Nekrosis avaskular Penyatuan lambat dan non-union Mal-unionb. Jaringan lunak Ulkus dekubitus Miositis osifikans Tendinitis dan rupture tendon Tekanan dan terjepitnya saraf Kontraktur Volkmannc. Sendi Ketidakstabilan Kekakuan Algodistrofi

Pasien dengan fraktur intertrochanter femur mempunyai resikomenderita penyakit tromboemboli dan mempunyai resiko kematian, samahalnya pada fraktur colum femur. Selain itu resiko osteonekrosis dan non-union minimal, karena suplai darah yang baik pada regiofemur.

H. Terapi Fraktur1. OperatifOpen Reduction Internal Fixation (ORIF)2. Rehabilitasi MedikRehabilitasi medik untuk terapi fraktur intertrochanter meliputi : WaktuTreatment

Hari pertama sampai 1mingguTindakan pencegahanMenghindari passive ROM

Range of Motion (ROM)Active ROM pada hip dan knee dengan fleksi, ekstensi,abduksi dan adduksi

Kekuatan ototIsometric exercises pada m.gluteus dan m.quadriceps

Aktivitas fungsionalTransfer ke stand-pivotjika non-weight bearing. Jika weightbearing, ekstremitas yang dipengaruhi, digunakan selama transfer.Menggunakan alat bantu untuk ambulasi.

Weight bearingWeight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang stabil. Toe-touch sampai partial weight bearing atau non-weight bearing untuk fraktur tidak stabil.

2 Minggu

Tindakan pencegahanMenghindari berdiri pada kaki yang cedera tanpa bantuan. Menghindari passive ROM.

Range of MotionActive ROM pada hip dan knee. Hip difleksikan mencapai 90

Kekuatan ototIsometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings.

Aktivitas fungsional Tergantung pada weight bearing, patien melakukan transfer stand-pivot atau menggunakan ekstremitas tang terkena selama transfer. Untuk ambulasi, menggunakan alat bantu.

Weight bearingTergantung prosedur, weight bearing sesuai toleransi.Non-weight bearing sampaipartial weight bearing, sampai toe-touch untuk fraktur yang tidak stabil.

4 - 6 Minggu

Tindakan pencegahanMenghindari puntiran atau putaran pada sisi fraktur.

Range of MotionActive, active-assistive ROM pada hip dan knee.

Kekuatan ototIsometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings. Active resistive exercise pada quadriceps, glutei dan hamstrings, jika gerak sendi mempuntai toleransi yang baik.

Aktivitas fungsionalTergantung dari weight bearing, transfer stand-pivotatau weight bearing sesuai toleransi pada ekstremitas yang terkena selama transfer. Ambulasi dengan alat bantu.

Weight bearingWeight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang stabil. Partial weight bearing, non-weight bearing sampai toe-touchuntuk fraktur yang tidak stabil.

8 - 12 Minggu

Tindakan pencegahanTidak ada

Range of MotionMelanjutkan active, active-asisstive ROM. Memulai passive ROM dan pemanasan pada hip dan knee.

Kekuatan ototProgressive resistive exercises pada hip dan knee.

Aktivitas fungsionalPasien menggunakan ekstremitas yang diliputi dengan weightbearing sesuai toleransi atau weight bearing yang penuh selama transfer dan ambulasi. Menghentikan penggunaan alat bantu.

Weight bearingPenuh12 sampai 16minggu tidak berubah (10)

BAB IIILAPORAN KASUS

A. IdentitasNama: Tn. A.ZJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 71 tahunAlamat: Jl. A. Yani km. 4.5 BanjarmasinAgama: MuslimPekerjaan : SwastaTanggal masuk: 3 Mei 2014

B. AnamnesisKeluhan Utama: nyeri pada pinggul kiriRiwayat Penyakit Sekarang : 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terjatuh sendiri dirumah dan akhirnya mengeluhkan nyeri pada pinggul kiri, pada saat kejadian pasien sadar, akan tetapi pasien sulit diajak berbicara karena pasien sudah 4 tahun yang lalu tidak bisa diajak komunikasi dengan baik. Mekanisme terjadinya terjatuh tidak ada yang mengetahui. Pasien dibawa langsung kerumah sakit ulin untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu : HT(-), asma(-), DM(-), sakit serupa (-)Riwayat Operasi: Pasien tidak ada riwayat operasi patah tulang sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

C. Pemeriksaan FisikI. Status Present1) Kondisi Umum: Tampak sakit ringan: 2) Kesadaran: E4V4M5 = GCS 13 Apatis.3) Vital Sign: TD: 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,7 C.4) Kepala: Tidak ada kelainan5) Mata : Conjungiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/- .6) Leher: Deviasi (-), tidak teraba massa dan pembesaran limfonodi.7) ThoraxCor Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tak terlihat. Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS IV linea axillaries anterior sinistra. Perkusi: Batas jantung normalAtas : ICS 2 linea parasternalis sinistraKanan : ICS 4 linea parasternalis sinistraKiri: ICS 4 linea axilaris anterior sinistra Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur (-), Gallop (-).

PulmoInspeksi: Gerakan nafas teratur, simetris kanan-kiri, retraksi dada (-).Palpasi: Vokal fremitus kanan-kiri sama, gerakan nafas simetris.Perkusi: Batas pulmo-hepar : ICS 5 linea midclavicula dextra. Batas pengembangan paru : dbnAuskultasi: Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-).

10) Abdomen Inspeksi: tampak datar, tak tampak massa/benjolan, tak ada bekas luka/ bekas operasi. Palpasi: Nyeri tekan (-), hepar/ lien tak teraba pembesaran Perkusi: 4 kuadran timpani, nyeri ketok costovertebra -/-. Auskultasi: Bising usus (+), normal

11) Extremitas Superior dextra dan sinistra : Inspeksi: Asimetris, kelemahan anggota gerak (-), Palpasi: Edem (-)/(-), nyeri tekan (-)/(-) Inferior dextra dan sinistra :Inspeksi: Simetris, kelemahan anggota gerak (-), Palpasi: Edem (-)/(-), nyeri tekan (-)/(-)

D. Status LokalisStatus lokalis a/r HIP sinistraLook : Deformitas (+), Oedem (-), merah (-), shortering (+), skin traksi (+)Feel : Nyeri tekan (-), sensasi (+), krepitasi (-), capillary filling = 2Move : ROM limited dou to pain

E. Pemeriksaan PenunjangDarah Rutin (03/05/2014)Hb: 9,7 g/dlPT/APTT: 11,3/19,8Lekosit: 6.500/ mm3INR : 0,97Eritrosit: 5,65 juta/ulNatrium: 141 mmol/lTrombosit: 203.000/mm3Kalium: 4,3 mmol/lHematokrit: 45,3%Chlorida: 111 mmol/lGDP: 82 mg/dL

Foto Rontgent (03/05/2014)Foto Pelvic anterior :Bone discontinuity of left intratrochanter femur sinistra comminutive displaced.F. Diagnosis KerjaClosed fracture of the left intratrochanter femur sinistra evans unstableG. PenatalaksanaanOperatif: ORIFMedikamentosa: Inj. AnalgetikInj. H2 BlockerH. PrognosisQuo Ad Vitam: ad bonamQuo Ad Functionam: dubia ad bonam

BAB IVPEMBAHASAN

Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami cedera berupa jatuhnya diri dan benturan terhadap benda keras. Hal ini yang berakibatkan terjadinya trauma, entah trauma kecil sedang maupun berat sesuai dengan mekanisme terjadinya cedera. Pada pasien tidak didapatkan bagaimana cedera itu terjadi, bagaimana pula mekanisme terjadinya. Hal ini nantinya akan mempersulit kita menilai apakah terjadi fraktur atau tidak, open atau close dan banyak hal lainnya.Selain itu didapatkan nyeri pada daerah cedera, hal ini nantinya berguna dalam penentuan lokasi nyeri karena pengaruh inflamasi dan problem otot yang merangsang sistem saraf perifer yang menyebabkan nyeri.Keterbatasan gerak pun dapat dinilai pada pasien ini entah keterbatasan bergerak karena nyeri ataupun keterbatasan gerak karena ketidakmampuan (loss of movement), yang nantinya akan berhubungan dengan terjadinya fraktur. Pada pasienn ini ditemukan nyeri pinggul kiri dan keterbatasan gerak karena nyeri. Ini akan membantu kita dalam menentukan lokasi dan apa yang terjadi didalam jaringan tersebutPemeriksaan fisik bisa difokuskan dari tiga kriteria : Look, Feel dan Move. Pemeriksaan ini sangat penting dalam menentukan tanda-tanda fraktur dan tanda-tanda kerusakan neurovaskuler. Penampilan (look) Pembengkakan, memar, deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi halyang penting adalah apakah kulit itu terlihat utuh atau tidak. Rasa (feel) Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagiandistal dari fraktur untuk merasakan nadi dan menguji sensasi. Gerakan (movement) Krepitus dan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih oenting untukmenanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi dibagian distal cedera.Pada pasien ini ditemukan sulit menentukan pada pemeriksaan look karena pada pasien ini sudah terpasang skin traksi, akan tetapi deformitas dan shortening terlihat. Feel hanya diperiksa dari sensasidan CRT untuk menilai apakah ada terjadi kerusakan neuro dan vaskuler. Pemeriksaan move pasien terbatas pergerakkannya oleh karena rasa sakit.Pemeriksaan ini akan menilai bahwa kecurigaan kita terhadap terjadinya fraktur. Dan akan dikonfirmasi pada pemeriksaan penunjang.Pada pemeriksaan penunjang hal utama dalam pemeriksaan adalah foto x-ray, disamping cepat dan murah foto x ray cukup untuk menentukan dan menegakkan diagnosis dan bentuk dari kelainan tulang. Tergantung hasilnya nantinya.Pada pasien ini didapatkan hasil foto x-ray sebagai berikut :

Dengan hasilnya adalah Bone discontinuity of left intratrochanter femur sinistra comminutive displaced.Defini fraktur itu sendiri adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti olehkerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenaipembuluh darah, otot dan persarafan (4). Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitastulang pada area di antara trochanter mayordan trochanter minoryang bersifat ekstrakapsular (3)Pada pasien ini terlihat jelas bahwa terjadi fraktur di intertrochanter femur sinistra, yang nantinya diagnosis adalah fraktur. Fraktur pun didasarkan tempat dan bagian, jenis fraktur dan place dimana pecahan/retakan (fragment) berada.Etiologi terjadinya fraktur bermacam-macam mulai dari trauma, kompresi, maupun dari neoplasma atau tumor. Hal ini berkaitan dengan mekanisme apabila dia trauma dan faktor densitas oleh karena tumor. Pada pasien ini 2 faktor yang menyebabkan dia fraktur, yang pertama adalah trauma walaupun mekanisme terjadinya trauma tidak diketahui. Trauma yang ringanpun dapat menyebabkan fraktur dengan catatan bahwa densitas dari tulang itu kurang contohnya pada penyakit osteoporosis yang sering terjadi pada wanita dan orang-orang tua. Pasien termasuk golongan geriatric dimana ada kemungkinan besar pasien ini mengalami osteoporosis.Pada pasien ini akan direncanakan ORIF ( Open Reduction Internal Fixation) diaman prosesnya adalah menyambungkan patahan-patahan tulang dengan bantuan plat ataupun scrup ataupun keduanya yang nantinya akan membantu dalam proses penyembuhan dan penyatuan tulang itu kembali.Obat-obat farmakologi tidak terlalu berpengaruh dalam proses terjadinya penyembuhan tulang yang jelas obat-obatan farmakologi hanya membantu dalam obat anti nyeri.Oleh sebab itu pasien ini hanya direncakan ORIF dan pemebrian analgetik untuk mengurangi rasa sakit disamping pengguaan skin traksi. Prinsipnya untuk skin traksi adalah pertama untuk mengurangi rasa sakit, kedua untuk imobilisasi.

BAB VPENUTUP

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Gejala klasik fraktur adalah adanya riwaayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler.Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan, dan rehabilitasi. Penanganan ortopedi adalah proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi, reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi, reposisi dengan traksi, reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar, reposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif, reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna, dan eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R., de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC

2. Mansjoer, Arif,. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 edisi 3. MediaAesculapius : FKUI.

3. Apley, A.G.,L. Solomon. 1995.Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley. Edisi7. Jakarta: Widya Medika.

4. Evans, P.J., B.J McGrory. 2001. Fracture of The Proximal Femur. ME: Orthopaedic Associates of Portland.

5. Pratt, E. et al. 2001. Open Reduction and Internal Fixation. In Rehabilitation forThe Post Surgical Orthopedic Patient. Missouri: Mosby Elsevier. Pp 309-13

6. Brotzman S, 1996. Clinical Orthopaedic Rehabilitation. Missouri: Mosby

7. Moore, K.L., A.M.R. Agur. 2002. Essensial Clinical Anatomy. Jakarta: Hipokrates.

8. Goodman, M.S. 2011. Intertrochanteric Hip Fracture Treatment andManagement. Diakses at www.medscape.com

9. Mardhiya, W.R. 2009. Fraktur Femur. Pekanbaru : Universitas Riau.

10. Hoppenfeld, S., 1999. Treatment and Rehabilitation of Fractures. New York: Lippincott Williams & Wilkins

30